TUGAS
Oleh :
PROGRAM PASCASARJANA
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PURWOKERTO
2017
1
A. Pendahuluan
baru sama sekali. Gagasan pembelajaran ”active learning” telah ada sejak masa
Socrates dan merupakan salah satu penekanan utama di antara para pendidik
progresif seperti John Dewey yang memandang bahwa secara alami belajar
pembelajaran “active learning”. Salah satu aspek yang cukup dikenal melatar
adalah ajaran Konfusius di China lebih dari 2400 tahun yang silam, yang
menyatakan bahwa: yang saya dengar, saya lupa; yang saya lihat, saya ingat;
dan yang saya lakukan, saya paham. Untuk tujuan pembelajaran di kelas,
dalam ajaran konfusius di atas menjadi apa yang disebut paham belajar aktif,
sebagai berikut:
What I hear, see, discuss, and do, I acquire knowledge and skill;
1
Siberman, Active Learning: 101 Strategi Pembelajaran Aktif, ( Yogyakarta: Pustaka Insani
Madani, 2009), Hal. 2.
2
Kutipan tersebut mengindikasikan bahwa pentingnya pengembangan
yang siswa kemudian harus menghafalkan dan ulangi pada tes. misalnya, siswa
tidak hanya harus terhubung sejarah pasca Perang Sipil untuk peristiwa terkini
dan kehidupan mereka sendiri, mereka juga harus membantu mengajar kelas
kokoh didasarkan pada penelitian tentang belajar dan kognisi. Satu secara luas
untuk belajar terjadi bagi siswa, itu harus dilakukan dengan cara dan di tempat
yang relevan dengan "nyata" kehidupan mereka, baik di dalam maupun di luar
kelas.
3
B. Pengertian authentic learning
autentik itu pembelajaran yang menciptakan siswa itu bisa, bisa sungguhan
bukan hanya sekedar bisa-bisaan saja. Autentik orang itu berbeda-beda, dirinya
belajar bagaimana belajar (learning how to learn). Model ini dikenal dengan
nama lain, seperti project based teaching, authentic learning, atau anchored
instruction.3
2
http://sekolahdasarku.com/2016/09/pengertian-jenis-penilaian-pembelajaran-autentik-pada-
kurikulum-2013.html. Di akses pada 24 Maret 2017 pukul 20.00.
3
Mohamad Nur, Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah, (Surabaya: Pusat Sains dan
Matematika Sekolah UNESA, 2011), hlm. 2.
4
Menurut definisi, “belajar autentik” berarti pembelajaran yang
kokoh didasarkan pada penelitian tentang belajar dan kognisi. Satu secara luas
lalu. Singkatnya, untuk belajar terjadi bagi peserta didik, itu harus dilakukan
dengan cara dan di tempat yang relevan dengan “nyata” kehidupan mereka,
melibatkan masalah nyata dan proyek yang relevan dengan peserta didik.
Istilah ‘otentik’ berarti asli, sejati, dan nyata. Pembelajaran ini dapat digunakan
untuk peserta didik pada semua tingkatan kelas, maupun peserta didik dengan
konsep dan hubungan dalam konteks yang melibatkan dunia nyata masalah dan
4
http://www.ras-eko.com/2011/05/model-pembelajaran-otentik.html. Di akses pada 24 Februari
2017, pukul 13.21 WIB.
5
proyek-proyek yang relevan dengan peserta didik. Istilah yang otentik
didefinisikan sebagai asli, benar, dan nyata. Jika belajar adalah otentik, maka
peserta didik harus terlibat dalam masalah belajar asli yang mendorong
kesempatan bagi mereka untuk membuat koneksi langsung antara material baru
karakteristik kunci:
peserta didik.
6
5. Peserta didik menjadi terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan order
pembelajaran.
jawaban mereka sendiri. Dalam pengaturan ini, peran guru bergerak lebih
struktur kelas untuk menjadi pembelajaran berpusat pada siswa. Juni Dodd
7
juga menegaskan bahwa peserta didik berada di tengah panggung di antara
kedua sisi yaitu, membangun dan program pengajaran mereka sendiri (mini
kursus).
kepada guru mereka dengan cara lain dari pada ujian. Mahasiswa Marc
Pekerjaan Bard's. Tag Stan juga berpendapat bahwa "siswa harus ditantang
8
Jauh, bergiliran isi kursus mengajar online satu sama lainnya, dan membuat
1. Belajar berpusat pada tugas-tugas otentik yang menggugah rasa ingin tahu
peserta didik. Tugas otentik berupa pemecahan masalah nyata yang relevan
7. Belajar bersifat aktif dan digerakan oleh peserta didik sendiri, sedangkan
9
8. Guru menerapkan pemberian topangan, yaitu memberikan bantuan
masyarakat.
11. Peserta didik seringkali bekerja bersama dan mempunyai kesempatan luas
1. Kelebihan
wacacan sosial.
2. Kekurangan
10
b. Tidak semua materi pelajaran dapat menggunakan pembelajaran otentik,
sosial.
c. Memerlukan waktu, biaya, dan tenaga yang ekstra dari peserta didik
untuk melaksanakannya.
masalah yang dilakukan oleh peserta didik dikaitkan dengan realitas di luar
berfokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual bagi peserta didik, yang
11
kompleks. Ketiga, analisis proses yang digunakan untuk menghasilkan respon
peserta didik atas perolehan sikap, keteampilan, dan pengetahuan yang ada.
menentukan cara-cara terbaik agar semua siswa dapat mencapai hasil akhir,
meski dengan satuan waktu yang berbeda. Konstruksi sikap, keterampilan, dan
dan hubungannya satu sama lain secara mendalam, serta mengaitkan apa yang
dipelajari dengan dunia nyata yang luar sekolah. Di sini, guru dan peserta didik
memiliki tanggung jawab atas apa yang terjadi. Peserta didik pun tahu apa
yang mereka ingin pelajari, memiliki parameter waktu yang fleksibel, dan
harus menjadi “guru autentik.” Peran guru bukan hanya pada proses
berikut ini;
12
1. Mengetahui bagaimana menilai kekuatan dan kelemahan peserta didik serta
desain pembelajaran.
menjodohkan, dan lain-lain telah gagal mengetahui kinerja peserta didik yang
sesungguhnya. Tes semacam ini telah gagal memperoleh gambaran yang utuh
makna kurikulum, karena tidak menyentuh esensi nyata dari proses dan hasil
yang diartikulasikan dalam banyak mata pelajaran atau disiplin ilmu; ketika itu
13
pula asesmen autentik memperoleh traksi yang cukup kuat. Memang,
pendekatan apa pun yang dipakai dalam penilaian tetap tidak luput dari
didik, sekolah, dan lingkungannya melalui asesmen proses dan hasil belajar
yang autentik.
asesmen otentif berupa narasi atau deskripsi atas capaian hasil belajar peserta
menerapkan rubrik skor atau daftar cek (checklist) untuk menilai tanggapan
relatif peserta didik relatif terhadap kriteria dalam kisaran terbatas dari empat
atau lebih tingkat kemahiran (misalnya: sangat mahir, mahir, sebagian mahir,
dan tidak mahir). Rubrik penilaian dapat berupa analitik atau holistik. Analisis
5
http://tirzapangkali2014.blogspot.co.id/2014/04/makalah-penilaian-autentik.html, diakses pada
24 Maret 2017 pukul 21.35.
14
dihubungkan dengan realitas di luar sekolah atau kehidupan pada umumnya
identik dengan sesuai dengan apa adanya (sesuai dengan kemampuan siswa itu
itu bisa, bisa secara sungguhan, bukan hanya sekedar bisa-bisaan saja. Autentik
setiap orang atau siswa itu berbeda-beda, dirinya siapa itulah yang disebut
autentik.
yang mana akan menjadi bekal untuk kehidupannya sehari-hari, jadi bukan
dan bisa secara sungguhan maka diharapkan dengan adanya persoalan yang
relevan antara materi PAI dengan kehidupan siswa di dunia nyata, maka siswa
juga harus autentik. Jadi tidak hanya kognitif saja yang diukur, melainkan
15
H. Kesimpulan
konsep dan hubungan dalam konteks yang melibatkan dunia nyata, masalah
dan hubungannya satu sama lain secara mendalam, serta mengaitkan apa yang
dipelajari dengan dunia nyata yang luar sekolah. Di sini, guru dan peserta didik
memiliki tanggung jawab atas apa yang terjadi. Peserta didik pun tahu apa
yang mereka ingin pelajari, memiliki parameter waktu yang fleksibel, dan
harus menjadi “guru autentik.” Peran guru bukan hanya pada proses
berikut ini;
16
2. Mengetahui bagaimana cara membimbing peserta didik untuk
17
DAFTAR PUSTAKA
18