Anda di halaman 1dari 3

3.

1 Kesepakatan awal berdirinya NKRI

Pada awal kemerdekaan Indonesia, muncul perdebatan mengenai bentuk negara yang
akan digunakan Indonesia apakah negara kesatuan ataukah negara federal. Namun
akhirnya disepakati bahwa Indonesia merupakan negara kesatuan kemudian ditetapkan
dalam UUD 1945 oleh PPKI pada 18 Agustus 1945.

Presiden Soekarno, dalam pidatonya pada 1 Juni 1945 megatakan bahwa nasionalisme
Indonesia atau negara kesatuan merupakan sebuah takdir.

Bangsa Indonesia harus mengatasi badai besar ketika Belanda kembali datang untuk
melakukan agresi militer tahun 1948-1949 hingga akhirnya berkat perjuangan bangsa
Indonesia melalui perjanjian-perjanjian dengan Belanda, bentuk negara Indonesia
berubah menjadi Republik Indonesia Serikat. Tujuan Belanda membentuk negara serikat
adalah untuk melemahkan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia pada waktu itu.
Banyak timbul pergolakan parlemen di Indonesia yang menjadi awal pemicu diubahnya
bentuk negara dari serikat menjadi kesatuan. Melalui Mosi Natsir yang didukung oleh
banyak fraksi di parlemen ini akhirnya mengantarkan Indonesia menjadi negara
kesatuan sejak 17 Agustus 1950.

Meskipun telah kembali menjadi negara kesatuan sesuai dengan konstitusi yang
berlaku UUDS1950 pasal1 ayat (1) banyak sekali timbul upaya pemberontakan di
berbagai daerah hingga tahun 1958. Kondisi ini membuat penyelenggaraan negara
tidak optimal sehingga Presiden harus mengambil tindakan dengan mengeluarkan
Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang isinya konstitusi Negara Kesatuan Republik
Indonesia kembali menggunakan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia
tahun 1945.

Hal ini mampu meyakinkan kembali bahwa negara kesatuan merupakan yang terbaik
dan menghilangkan keraguan akan pecahnya negara Indonesia.

Dalam Pasal 1 ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang merupakan
naskah asli mengandung prinsip bahwa ”Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang
berbentuk Republik.”
dan Pasal 37 ayat(5) "Khusus mengenai bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak dapat
dilakukan perubahan".

Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia semakin kokoh setelah dilaksanakan


amandemen dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
yang diawali dari adanya kesepakatan MPR yang salah satunya yaitu tidak mengganti
bunyi Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
sedikitpun & terus mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia menjadi
bentuk final negara Indonesia. Kesepakatan untuk tetap mempertahankan bentuk
negara kesatuan dilandasi pertimbangan bahwa negara kesatuan merupakan bentuk
yang ditetapkan dari mulai berdirinya negara Indonesia & dianggap paling pas untuk
mengakomodasi ide persatuan sebuah bangsa yang plural/majemuk dilihat dari
berbagai latar belakang (dasar pemikiran).

UUD RI tahun 1945 secara nyata memiliki spirit agar Indonesia terus bersatu, baik yang
terdapat dalam Pembukaan ataupun dalam pasal-pasal Undang-Undang Dasar yang
langsung menyebutkan tentang Negara Kesatuan RI dalam 5 Pasal, yaitu: Pasal 1 ayat
(1), Pasal 18 ayat (1), Pasal 18B ayat (2), Pasal 25A dan pasal 37 ayat (5) UUD RI tahun
1945.

Prinsip kesatuan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia dipertegas dalam alinea


keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
dalam upaya membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.
Dengan menyadari seutuhnya bahwa dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 adalah dasar berdirinya bangsa Indonesia dalam Negara
Kesatuan, Pembukaan tersebut tetap dipertahankan & dijadikan pedoman.

3.2 Tuntutan kebutuhan kehidupan global


Tuntutan utama peradaban teknologi pada era global adalah kiat menyinergikan berbagai informasi
dijadikan proposisi sebagai kerangka pikir dalam pemecahan masalah. Karakteristik dialektika teknologi
era ini menuntut adanya pergeseran pola berpikir, kiat pemenuhan kebutuhan, ranah dan tingkat
kompetisi, serta budaya untuk survival. Suatu bangsa yang menguasai pemanfaatan dan pengembangan
teknologi berpotensi “menguasai dunia”. Dewasa ini terjadi pergeseran ranah persaingan pada
keunggulan kualitas dan aksessibilitas suatu produk yang mengarah pada kecepatan, fleksibilitas, dan
kepercayaan yang didukung kemampuan learning how to learn dan networking. Keadaan ini
membutuhkan sumber daya manusia berkepribadian arif dan hikmat, mengedepankan excellent
competence, godly character, sustainable self-learning, dan spiritual dis-cernment sebagai kunci
keberhasilan dalam pemanfaatan, pengembangan dan pelestarian kekayaan geografis, demografis,
sosial-budaya. Karakteristik sosok manusia ini berpotensi mampu mengembangkan kemampuan
emulatif, yaitu human-ware, info-ware, organo-ware, dan techno-ware untuk menghasilkan produk
teknologi yang ”high quality, low-cost, low-risk, high comptitieve” di era global.

3.3 Wujud intelejensia dan kualitas sumber daya manusia Indonesia


Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) mulai tahun 2019 dan selanjutnya
menjadi pengarusutamaan strategi pembangunan bangsa Indonesia ke depan,
pilihan strategi  tersebut diupayakan untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi
yang dibutuhkan dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Urgensi pembangunan  sumber daya manusia menjadi faktor kunci  dalam
memenangkan persaingan global, yang membawa konsekuensi semakin ketatnya
persaingan ditengah ketidakpastian, langkah strategis ini sudah selayaknya
mendapatkan dukung  penuh  dari seluruh  pemangku kepentingan.
Penguatan sumber daya manusia menuju manusia unggul memiliki korelasi yang
erat dengan peningkatan produktivitas kerja, dalam memenangkan persaingan
ditengah perubahan-perubahan yang berlangsung cepat dalam dunia bisnis,
ekonomi politik dan budaya. Indonesia juga memiliki berbagai  aspek potensial yang
dapat menjadi  ‘senjata ampuh’ bila kita mampu mentransformasikannya menjadi
potensi yang berkonstribusi positip terhadap pencapaian Indonesia unggul ,
utamanya dalam mewujudkan impian besar para pendiri bangsa  akan peningkatan
kesejahteraan rakyat.
Pembangunan sumber daya manusia menjadi tantangan tersendiri bagi bangsa
Indonesia bila mencermati data yang dikeluarkan Bank Dunia, dimana pada tahun
2018 Bank Dunia menyebutkan bahwa kualitas SDM Indonesia berada di peringkat
87 dari 157 negara. Sementara itu, di tahun yang sama, Business
World memaparkan bahwa peringkat daya saing SDM Indonesia berada di ranking
45 dari 63 negara. Peringkat ini masih kalah dari dua negara tetangga yaitu
Singapura dan Malaysia yang masing-masing berada diperingkat 13 dan 22.

Anda mungkin juga menyukai