Anda di halaman 1dari 19

Pengertian Ilmu

Menurut Wikipedia, ilmu (atau ilmu pengetahuan) adalah seluruh usaha


sadar untuk menyelediki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia
dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Terdapat beberapa definisi
ilmu, menurut para ahli antara lain sebagai berikut:
 Menurut Thomas Kuhn, Ilmu adalah himpunan aktivitas yang menghasilkan
banyak penemuan, baik dalam bentuk ponolakan dan pengembangannya.
 Dr. Mohammad Hatta mendefinisikan, tiap-tiap ilmu pengetahuan yang
teratur tentang pekerjaan kausal dalam satu golongan masalah yang sama
tabiatnya, baik menurut kedudukannya tampak dari luar maupun
bangunannya dari dalam.
 Menurut Maurice Bucaille, ilmu merupakan kunci untuk mengungkapkan
segala hal, baik dalam jangka waktu yang lama maupun sebentar.
 Harold H. Titus mendefinisikan ilmu (science) diartikan sebagai common
science yang diatur dan diorganisasikan, mengadakan pendekatan terhadap
benda-benda atau peristiwa-peristiwa dengan menggunakan metode-metode
observasi yang teliti dan kritis.
 Ashley Montagu menyebutkan bahwa “Science is a systemized knowledge
services form observation, study, and experimental carried on under
determine the nature of principles of what being studied”. Atau ilmu
pengetahuan adalah pengetahuan yang disusun dalam suatu sistem yang
berasal dari pengamatan, studi dan pengalaman untuk menentukan hakikat
dan prinsip hal yang sedang dipelajari.
 Menurut NS. Asmadi, ilmu merupakan sekumpulan pengetahuan yang pada
dan proses mengetahui melalui penyelidikan yang sistematis dan terkendali.
Definisi Proses Berpikir

Menurut Khodijah dalam buku Psikologi Belajar, secara sederhana, berfikir


adalah memproses informasi secara mental atau secara kognitif. Secara lebih
formal, berfikir adalah penyusunan ulang atau manipulasi kognitif baik informasi
dari lingkungan maupun simbol-simbol yang disimpan dalam long term memory.
Jadi, berfikir adalah sebuah representasi simbol dari beberapa peristiwa atau item.
Morgan, dkk., masih dalam buku Khodijah “Psikologi Belajar” membagi dua
jenis berfikir, yaitu berfikir autistik dan berfikir langsung. Berfikir austik atau
austic thinking yaitu proses berfikir yang sangat pribadi menggunakan simbol-
simbol dengan makna yang sangat pribadi, contohnya mimpi. Sedangkan berfikir
langsung atau directed thinking yaitu berfikir untuk memecahkan masalah.
Selanjutnya, menurut Kartono dalam buku “Psikologi Belajar” karangan
Khadijah mengemukakan bahwa terdapat enam pola berpikir, yaitu:
1. Berpikir konkret, yaitu berpikir dalam dimensi ruang, waktu, dan tempat
tertentu.
2. Berpikir abstrak, yaitu berpikir dalam ketidakberhinggaan, sebab bisa
dibesarkan atau disempurnakan keluasannya
3. Berpikir klasifikatoris, yaitu berpikir mengenai klasifikasi atau
pengaturan menurut kelas-kelas tingkat tertentu
4. Berpikir analogis, yaitu berpikir untuk mencari hubungan antarperistiwa
atas dasar kemiripannya
5. Berpikir ilmiah, yaitu berpikir dalam hubungan yang luas dengan
pengertian yang lebih kompleks disertai pembuktian-pembuktian
6. Berpikir pendek, yaitu lawan berpikir ilmiah yang terjadi secara lebih
cepat, lebih dangkal dan seringkali tidak logis.
Dalam proses berpikir terdapat tiga langkah pokoknya, yaitu:
1. Pembentukan pengertian
Dalam tahap ini setidaknya dibentuk melalui beberapa tingkatan, sebagai
berikut:
A. Menganalisis ciri-ciri dari objek yang sejenis
Misalnya, menganalisa ciri-ciri manusia dari berbagai jenis:
 Manusia dari Indonesia: makhluk hidup, berbudi, memiliki kulit sawo
matang, berambut hitam, tidak terlalu tinggi, dsb.
 Manusia dari Eropa: makhluk hidup, berbudi, berkulit putih, berambut
pirang, bermata biru/ hijau, dsb.
 Manusia dari Afirka: makhluk hidup, berbudi, berkulit hitam, berambut
keriting, bermata hitam, dsb
 Manusia dari Cina: makhluk hidup, berbudi, berkulit kuning, berambut
hitam lurus, bermata sipit, dsb.
B. Membandingkan ciri tersebut untuk menemukan ciri-ciri yang sama, ciri-ciri
yang tidak sama, mana yang selalu ada dan mana yang tidak selalu ada, mana
yang hakiki dan mana yang tidak hakiki.
C. Mengabstraksikan, yaitu menyisihkan, membuang, ciri-ciri yang tidak hakiki,
menangkap ciri-ciri yang hakiki. Pada contoh di atas ciri-ciri yang hakiki
adalah makhluk hidup yang berbudi.
2. Pembentukan Pendapat
Pembentukan pendapat merupakan peletakan hubungan antara dua atau lebih
pengertian. Pendapat tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk kalimat. Pendapat
tersebut terbagi atas tiga kategori, yakni:
a) Pendapat afirmatif atau positif
b) Pendapat negatif
c) Pendapatn modalitas atau kemungkinan
3. Penarikan Kesimpulan
Terdapat tiga macam kesimpulan, yakni:
A. Kesimpulan induktif, merupakan kesimpulan yang diambil dari berbagai
pendapat khusus yang nantinya tertuju pada satu pendapat umum.
Misalnya: Tembaga dipanaskan akan memuai, Perak dipanaskan akan
memuai, Besi dipanaskan akan memuai, Kuningan dipanaskan akan
memuai. Sehingga, dapat ditarik satu kesimpulan umum, yakni semua
logam bila dipanaskan akan memuai.
B. Kesimpulan deduktif, merupakan kebalikan dari kesimpulan induktif yang
mana penarikan kesimpulan berdasarkan pada hal yang umum kemudian
tertuju pada hal-hal yang lebih khusus. Misalnya: Pendapat umum:
Semua logam bila dipanaskan akan memuai. Sehingga untuk penarikan
kesimpulannya, Tembaga dipanaskan akan memuai, Perak dipanaskan
akan memuai, Besi dipanaskan akan memuai, Kuningan dipanaskan akan
memuai.
C. Kesimpulan analogis, merupakan kesimpulan yang didapatkan dengan
cara membandingkan atau menyesuaikan dengan berbagai pendapat
khusus yang telah ada. Misalnya: Andi anak yang pandai dan Andi naik
kelas. Penarikan kesimpulan analogisnya adalah Selly anak pandai,
pastinya akan naik kelas.
Menurut Dewey (1933) dalam bukunya How We Think proses berpikir dari
manusia normal mempunyai urutan berikut:
1) Timbul rasa sulit, baik dalam bentuk adaptasi terhadap alat, sulit mengenal
sifat, ataupun dalam menerangkan hal-hal yang muncul secara tiba-tiba
2) Kemudian rasa sulit tersebut diberi definisi dalam bentuk permasalahan
3) Timbul suatu kemungkinan pemecahan yang berupa reka-reka, hipotesa,
inferensi atau teori
4) Ide-ide pemecahan diuraikan secara rasional melalui pembentukan implikasi
dengan jalan mengumpulkan bukti-bukti (data)
5) Menguatkan pembuktian tentang ide-ide di atas dan menyimpulkannya baik
melalui keterangan-keterangan ataupun percobaan-percobaan
6) Sedangkan menurut Kelly (1930) dalam bukunya The Scientific Versus The
Philosophic Approach to The Novel Problem proses berpikir menuruti
langkah-langkah berikut:
7) Timbul rasa sulit
8) Rasa sulit tersebut didefinisikan
9) Mencari suatu pemecahan sementara
10) Menambah keterangan terhadap pemecahan tadi yang menuju kepada
kepercayaan bahwa pemecahan tersebut adalah benar
11) Melakukan pemecahan lebih lanjut dengan verifikasi eksperimental
(percobaan)
12) Mengadakan penilaian terhadap penemuan-penemuan eksperimental menuju
pemecahan secara mental untuk diterima atau ditolak sehingga kembali
menimbulkan rasa sulit
13) Memberikan suatu pandangan ke depan atau gambaran mental tentang situasi
yang akan datang utnuk dapat menggunakan pemecahan tersebut secara
tepat.

Pengertian Proposisi

Proposisi adalah pernyataan dalam bentuk kalimat yang dapat dinilai benar
dan salahnya. Proposisi merupakan unit terkecil dari pemikiran yang
mengandung maksud sempurna. Jika kita menganalisis suatu pemikiran, taruhlah
suatu buku, kita akan mendapati suatu pemikiran dalam buku itu, dan lebih
khususnya lagi dalam bab-babnya, kemudian pada paragrafnya dan akhinya pada
unit yang tidak dapat dibagi lagi yakni yang disebut proposisi. Proposisi itu
sendiri masih bisa di analisis lagi menjadi kata-kata, tetapi kata-kata hanya
menghadirkan pengertian sesuatu, bukan maksud atau pemikiran sesuatu.
Proposisi merupakan kalimat logika yang mana pernyataan tentang
hubungan antara dua atau beberapa hal yang dapat dinilai benar atau salah. Ada
yang mengartikan proposisi sebagai ekspresi verbal dari putusan yang berisi
pengakuan atau penginkaran sesuatu (predikat) terhadap sesuatu yang lain
(subjek) yang dapat dinilai benar atau salah.
Unsur-unsur proposisi:
 Term subjek; hal yang tentangnya pengakuan atau pengingkaran ditujukan.
Term subjek dalam sebuah proposisi disebut subjek logis. Ada perbedaan
antara subjek logis dengan subjek dalam sebuah kalimat. Tentang subjek
logis harus ada penegasan/ pengingkaran sesuatu tentangnya.
 Term predikat; isi pengakuan atau pengingkaran.
 Kopula; menghubungkan term subjek dan term predikat,
Terdapat beberapa jenis proposisi, yakni:
Penjelasan:
A. Proposisi Berdasarkan Bentuknya,
 Proposisi tunggal, merupakan proposisi yang terdiri atas satu subjek dan satu
predikat. Misalnya, saya makan; Andi bermain.
 Proposisi majemuk, merupakan proposisi yang terdiri atas satu subjek dan
lebih dari satu predikat. Misalnya, Anna belajar fisika dan mendengarkan
musik; Bekham tur ke Asia dan bermain di Indonesia.
B. Proposisi Berdasarkan Sifatnya,
 Proposisi Kategorial, proposisi yang hubungan subjek dan predikatnya tidak
memerlukan syarat apapun. Misalnya, semua orang akan mati; semua hewan
membutuhkan makan.
 Proposisi Kondisional, proposisi yang pada hubungan subjek dan
predikatnya memerlukan syarat tertentu. Misalnya, jika hari mendung maka
akan turun hujan; jika Dina bangun kesiangan maka akan terlambat masuk ke
sekolah.
 Dalam proposisi kondisonal terbagi menjadi dua macam, yakni: proposisi
kondisional hipotesis dan proposisi kondisional disjungtif atau mempunyai 2
pilihan alternatif. Contohnya : jika hari ini tidak hujan, dia pasti akan
menepati janjinya (hipotesis). Dia tidak jadi datang karena sibuk atau malas
(disjungtif)
C. Proposisi Berdasarkan Kualitasnya,
 Proposisi Positif, atau Afirmatif, merupakan proposisi yang predikatnya
membenarkan subjek. Misal, semua profesor adalah orang pintar.
 Proposisi Negatif, merupakan proposisi yang predikatnya tidak mendukung/
membenarkan subjek. Misalnya, tidak satupun tumbuhan memiliki kaki.
D. Proposisi Berdasarkan Kuantitasnya
 Proposisi Umum (universal), adalah proposisi dimana predikat mendukung
atau mengingkari semua subjek. Misalnya, semua mahasiswa harus
mengerjakan tugas dari dosen.
 Proposisi Khusus (partikular), adalah proposisi dimana pernyataan khusus
mengiyakan yang sebagian subjek merupakan bagian dari predikat.
Misalnya, sebagian murid di SD adalah anak orang kaya.
Menurut Selltiz, et al., dalam Nazir (1988) dalam buku Metode Penelitian,
mengatakan bahwa proposisi yagn sudah mempunyai jangkauan cukup luas dan
telah didukung oleh data empiris dinamakan dalil (scientific law).

Pengertian Dalil

Dari paparan pengertian proposisi dapat diambil arti dalil, yaitu singkatan
dari suatu pengetahuan tentang hubungan sifat-sifat tertentu, yang bentuknya
lebih umum jika dibandingkan dengan penemuan-penemuan empiris pada mana
dalil tersebut didasarkan.

Pengertian Teori

Dalam Wikipedia disebutkan bahwa teori adalah serangkaian bagian atau


variabel, definisi, dan dalil yang saling berhubungan yang menghadirkan sebuah
pandangan sistematis mengenai fenomena dengan menentukan hubungan antar
variabel, dengna menentukan hubungan antarvariabel, dengan maksud
menjelaskan fenomena alamiah. Kata teori memiliki arti yang berbeda-beda pada
bidang-bidang pengetahuan yang berbeda pula tergantung pada metodologi dan
konteks diskusi. Secara umum, teori merupakan analisis hubungan antara fakta
yang satu dengan fakta yang lain pada sekumpulan fakta-fakta. Dalam ilmu
pengetahuan, teori dalam ilmu pengetahuan berarti model atau kerangka pikiran
yang menjelaskan fenomena alami atau fenomena sosial tertentu. Teori
dirumuskan, dikembangkan, dan dievaluasi menurut metode ilmiah. Teori juga
merupakan suatu hipotesis yang telah terbukti kebenarannya. Manusia
membangun teori untuk menjelaskan, meramalkan, dan menguasai fenomena
tertentu, misalnya benda-benda mati, kejadian-kejadian alam, atau tingkah laku
hewan.
Berikut ini merupakan beberapa definisi teori dari beberapa ahli:
Menurut Nader (2002) mengemukakan bahwa teori adalah seperangkat
konsep. Definisi dan dalil yang saling terkait secara sistematis yang
dikedepankan untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena yang terjadi.
Menurut Stephen W. Littlejohn dalam buku Theories of Human
Communication Wadsworth, secara umum istilah teori dalam ilmu sosial
mengandung beberapa pengertian sebagai berikut: a) teori adalah abstraksi dari
realitas; b) teori terdiri dari sekumpulan prinsip dan definisi yang secara
konseptual mengorganisasikan aspek-aspek dunia empiris secara sistematis; c)
teori terdiri dari asumsi-asumsi, proposisi-proposisi, dan aksioma-aksioma dasar
yang saling berkaitan; d) teori terdiri dari teorema-teorema yakni generalisasi-
generalisasi yang diterima/ terbukti secara empiris.
Dari unsur di atas dapat disimpulkan bahwa teori pada dasarnya merupakan
konseptualisasi atau penjelasan logis dan empirik tentang suatu fenomena.
Bentuknya merupakan pernyataan-pernyataan yang berupa kesimpulan tentang
suatu fenomena.
Menurut Emory – Cooper mendefinisikan teori sebagai suatu kumpulan
konsep, definisi, proposisi, dan variabel yagn berkaitan satu sama lain secara
sistematis dan telah digeneralisasikan, sehingga dapat menjelaskan dan
memperdiksi suatu fenomena (fakta-fakta) tertentu.
Menurut Calvin S. Hall & Gardner Linzey, teori adalah hipotesis (dugaan
sementara) yang belum terbukti atau spekulasi tentang kenyataan yang belum
diketahui secara pasti.
Menurut Fawcett, teori adalah suatu deskripsi fenomena tertentu, suatu
penjelasan tentang hubungan antar fenomena atau ramalan tentang sebab akibat
satu fenomena pada fenomena lain.
Dalam buku Foundations Of Behaviorial Research karya Kelinger (1973)
teori adalah sebuah set konsep atau construct yang berhubungan satu dengan
lainnya, suatu set dari proposisi yang mengandung suatu pandangan sistematis
dari fenomena.
Peranan Teori
Dalam buku Metode Penelitian dalam M. Nazir (1988) mengemukakan
terdapat beberapa peranan dari teori, yaitu:
A) Teori sebagai orientasi utama dari ilmu
Fungsi pertama dari teori adalah memberi batasan terhadap ilmu dengan cara
memperkecil jangkauan (range) dari fakta-fakta yang akan dipelajari. Karena
banyak fenomena yagn dapat dipelajari dari berbagai aspek, maka teori
membatasi aspek mana saja yang akan dipelajari dari fenomena tertentu.
B) Teori sebagai konseptialisasi dan klasifikasi
Tugas dari ilmu juga mengembangkan sistem klasifikasi dan struktur konsep.
Dalam pengembangan tersebut, ilmu memegang peranan penting, karena konsep
serta klasifikasi selalu berubah-ubah karena pentingnya suatu fenomena berubah-
ubah.
C) Teori meringkas fakta
Dengan adanya teori, generalisasi terhadap hasil penelitian dapat dilakukan
dengan mudah. Teori juga dapat memadu generalisasi-generalisasi satu sama lain
secara empiris sehingga dapat diperoleh suatu ringkasan hubungan
antargeneralisasi atau pernyataan.
D) Teori memprediksi fakta
Penyingkatan fakta-fakta oleh teori akan menghasilkan uniformintas dari
pengamatan-pengamatan. Dengan adanya uniformnitas tersebut, maka dapat
dibuat prediksi terhadap fakta-fakta yang akan datang. Teori fakta-fakta apa yang
dapat mereka harapkan akan datang. Teori fakta-fakta apa yang akan dapat
mereka harapkan muncul berdasarkan pengamatan fenomena-fenomena sekarang.
E) Teori memperjelas celah-celah kosong
Karena meringkaskan fakta-fakta sekarang dan memprediksi fakta-fakta
yang akan datang, yang belum diamati, maka teori dapat memberikan petunjuk
dan memperjelas daerah mana dalam khazanah ilmy pengetahuan yang belum
dieksplorasikan.
Pengertian Fakta

Fakta dalam bahasa Latin disebut focus, yang artinya segala sesuatu yang
tertangkap oleh indra manusia atau data keadaan nyata yang terbukti dan telah
menjadi suatu kenyataan. Sedangkan catatan atas pengumpulan fakta dinamakan
data. Fakta seringkali diyakini oleh orang banyak (umum) sebagai hal yang
sebenarnya, baik karena mereka telah mengalami kenyataan-kenyataan dari dekat
maupun karena mereka dianggap telah melaporkan pengalaman orang lain yang
sesungguhnya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, fakta diartikan [n] hal (keadaan,
peristiwa) yg merupakan kenyataan; sesuatu yg benar-benar ada atau terjadi.
Dalam buku Metode Penelitian karya M. Nazir (1988) mengemukakan
beberapa peranan fakta terhadap teori, yaitu:
A. Fakta memprakarsai teori.
Banyak fakta yang ditemui secara empiris menjurus kepada penemuan teori
baru. Memang fakta tidak secara langsung menghasilkan teori, tetapi kumpulan
dari fakta-fakta dapat dibuat suatu generalisasi utama yang berjenis-jenis
jumlahnya. Dengan menghubung-hubungkan generalisasi-generalisasi tersebut,
maka bukan tidak mungkin akan menghasilkan sebuah teori.
B. Fakta memformulasikan kembali teori yang ada.
Fakta-fakta tidak semuanya menghasilkan teori, tetapi fakta-fakta hasil
pengamatan tersebut dapat membuat suatu teori lama untuk dikembangkan.
Secara umum, fakta-fakta cocok dengan teori. Tetapi, jika banyak sekali fakta
yang kurang sesuai dengan teori yang telah ada maka sudah tentu, teori tersebut
harus disesuaikan dengan fakta. Dengan demikian, fakta tersebut dapat
mengadakan reformulasi terhadap teori.
C. Fakta dapat menolak teori
Jika banyak fakta yang diperoleh menunjukkan bahwa teori tidak sesuai
dengna fakat tersebut, maka teori tersebut tidak diformulasikan kembali tetapi
harus ditolak. Penolakan teori karena tidak cocok dengan fakta harus dilakukan
secara hati-hati sekali. Harus diingat, bahwa banyak fakta yang diperoleh berasal
dari suatu kondisi tertentu. Karena itu, bukan tidak mungkin bahwa fakta tersebut
tidak cocok dengan teori bukan karena teorinya yang tidak benar, tetapi kondisi
pengamatan yagn menghasilkan fakta itu yang tidak sesuai sehingga, fakta yang
dihasilkan tidak cocok dengan teori.
D. Fakta mengubah orientasi teori.
Seperti yang telah diterangkan di atas, fakta-fakta baru yang diperoleh ada
kalanya baru sesuai dengan teori, jika teori tersebut didefinisikan kembali. Fakta-
fakta tersebut memperterang teori dan mengajak seseorang untuk mengubah
orientasi teori. Dengan adanya orientasi baru dari teori, akan menjurus pula
kepada penemuan fakta-fakta baru.

Metode Taguchi

Metode Taguchi dicetuskan oleh Dr. Genichi Taguchi pada tahun 1949 saat
mendapatkan tugas untuk memperbaiki sistem telekomunikasi di Jepang. Metode
ini merupakan metodologi baru dalam bidang teknik yang bertujuan untuk
memperbaiki kualitas produk dan proses serta dalam dapat menekan biaya dan
resources seminimal mungkin. Sasaran metode Taguchi adalah menjadikan
produk robust terhadap noise, karena itu sering disebut sebagai Robust Design.
Definisi kualitas menurut Taguchi adalah kerugian yang diterima oleh
masyarakat sejak produk tersebut dikirimkan. Filosofi Taguchi terhadap kualitas
terdiri dari tiga buah konsep, yaitu:
 Kualitas harus didesain ke dalam produk dan bukan sekedar memeriksanya.
 Kualitas terbaik dicapai dengan meminimumkan deviasi dari target.
 Produk harus didesain sehingga robust terhadap faktor lingkungan yang tidak
dapat dikontrol.
 Biaya kualitas harus diukur sebagai fungsi deviasi dari standar tertentu dan
kerugian harus diukur pada seluruh sistem.
Metode Taguchi merupakan off-line quality control artinya pengendalian
kualitas yang preventif, sebagai desain produk atau proses sebelum sampai pada
produksi di tingkat shop floor. Off-line quality control dilakukan dilakukan pada
saat awal dalam life cycle product yaitu perbaikan pada awal untuk menghasilkan
produk (to get right first time). Kontribusi Taguchi pada kualitas adalah:
 Loss Function: Merupakan fungsi kerugian yang ditanggung oleh masyarakat
(produsen dan konsumen) akibat kualitas yang dihasilkan. Bagi produsen
yaitu dengan timbulnya biaya kualitas sedangkan bagi konsumen adalah
adanya ketidakpuasan atau kecewa atas produk yang dibeli atau dikonsumsi
karena kualitas yang jelek.
 Orthogonal Array: Orthogonal array digunakan untuk mendesain percobaan
yang efisisen dan digunakan untuk menganalisis data percobaan. Ortogonal
array digunakan untuk menentukan jumlah eksperimen minimal yang dapat
memberi informasi sebanyak mungkin semua faktor yang mempengaruhi
parameter. Bagian terpenting dari orthogonal array terletak pada pemilihan
kombinasi level dari variable-variabel input untuk masing-masing
eksperimen.
 Robustness: Meminimasi sensitivitas sistem terhadap sumber-sumber variasi.
Tahapan dalam Desain Produk atau Proses Menurut Taguchi
Dalam metode Taguchi tiga tahap untuk mengoptimasi desain produk atau
proses produksi yaitu (Ross, 1996):
 System Design. Yaitu upaya dimana konsep-konsep, ide-ide, metode baru
dan lainnya dimunculkan untuk memberi peningkatan produk . Merupakan
tahap pertama dalam desain dan merupakan tahap konseptual pada
pembuatan produk baru atau inovasi proses. Konsep mungkin berasal dari
dari percobaan sebelumnya, pengetahuan alam/teknik, perubahan baru atau
kombinasinya.
 Parameter Design. Tahap ini merupakan pembuatan secara fisik atau
prototipe secara matematis berdasarkan tahap sebelumnya melalui percobaan
secara statistik. Tujuannya adalah mengidentifikasi setting parameter yang
akan memberikan performansi rata-rata pada target dan menentukan
pengaruh dari faktor gangguan pada variasi dari target.
 Tolerance Design. Penentuan toleransi dari parameter yang berkaitan dengan
kerugian pada masyarakat akibat penyimpangan produk dari target. Pada
tahap ini, kualitas ditingkatkan dengan mengetatkan toleransi pada parameter
produk atau proses untuk mengurangi terjadinya variabilitas pada
performansi produk.
Langkah Penelitian Taguchi
Langkah-langkah ini dibagi menjadi tiga fase utama yang meliputi
keseluruhan pendekatan eksperimen. Tiga fase tersebut adalah (1) fase
perencanaan, (2) fase pelaksanaan, dan (3) fase analisis. Fase perencanaan
merupakan fase yang paling penting dari eksperimen untuk menyediakan
informasi yang diharapkan. Fase perencanaan adalah ketika faktor dan levelnya
dipilih, dan oleh karena itu, merupakan langkah yang terpenting dalam
eksperimen.
Fase terpenting kedua adalah fase pelaksanaan, ketika hasil eksperimen telah
didapatkan. Jika eksperimen direncanakan dan dilaksanakan dengan baik, analisis
akan lebih mudah dan cenderung untuk dapat menghasilkan infomasi yang positif
tentang faktor dan level.
Fase analisis adalah ketika informasi positif atau negatif berkaitan dengan
faktor dan level yang telah dipilih dihasilkan berdasarkan dua fase sebelumnya.
Fase analisis adalah hal penting terakhir yang mana apakah peneliti akan dapat
menghasilkan hasil yang positif.
Langkah utama untuk melengkapi desain eksperimen yang efektif adalah
sebagai berikut (Ross, 1996):
 Perumusan masalah: Perumusan masalah harus spesifik dan jelas
batasannya dan secara teknis harus dapat dituangkan ke dalam percobaan
yang akan dilakukan.
 Tujuan eksperimen: Tujuan yang melandasi percobaan harus dapat
menjawab apa yang telah dinyatakan pada perumusan masalah, yaitu mencari
sebab yang menjadi akibat pada masalah yang kita amati.
 Memilih karakteristik kualitas (Variabel Tak Bebas): Variabel tak bebas
adalah variabel yang perubahannya tergantung pada variabel-variabel lain.
Dalam merencanakn suatu percobaan harus dipilih dan ditentukan dengan
jelas variabel tak bebas yang akan diselediki.
 Memilih faktor yang berpengaruh terhadap karakteristik kualitas
(Variabel Bebas): Variabel bebas (faktor) adalah variabel yang
perubahannya tidak tergantung pada variabel lain. Pada tahap ini akan dipilih
faktor-faktor yang akan diselediki pengaruhnya terhadap variabel tak bebas
yang bersangkutan. Dalam seluruh percobaan tidak seluruh faktor yang
diperkirakan mempengaruhi variabel yang diselediki, sebab hal ini akan
membuat pelaksanaan percobaan dan analisisnya menjadi kompleks. Hanya
faktor-faktor yang dianggap penting saja yang diselediki. Beberapa metode
yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang akan diteliti
adalah brainstorming, flowcharting, dan cause effect diagram.
 Mengidentifikasi faktor terkontrol dan tidak terkontrol: Dalam metode
Taguchi, faktor-faktor tersebut perlu diidentifikasikan dengan jelas karena
pengaruh antara kedua jenis faktor tersebut berbeda. Faktor terkontrol
(control factors) adalah faktor yang nilainya dapat diatur atau dikendalikan,
atau faktor yang nilainya ingin kita atur atau kendalikan. Sedangkan faktor
gangguan (noise factors) adalah faktor yang nilainya tidak bisa kita atur atau
dikendalikan, atau faktor yang tidak ingin kita atur atau kendalikan.
 Penentuan jumlah level dan nilai faktor: Pemilihan jumlah level penting
artinya untuk ketelitian hasil percobaan dan ongkos pelaksanaan percobaan.
Makin banyak level yang diteliti maka hasil percobaan akan lebih teliti
karena data yang diperoleh akan lebih banyak, tetapi banyaknya level juga
akan meningkatkan ongkos percobaan.
 Identifikasi Interaksi antar Faktor Kontrol: Interaksi muncul ketika dua
faktor atau lebih mengalami perlakuan secara bersama akan memberikan
hasil yang berbeda pada karakteristik kualitas dibandingkan jika faktor
mengalami perlakuan secara sendiri-sendiri. Kesalahan dalam penentuan
interaksi akan berpengaruh pada kesalahan interpretasi data dan kegagalan
dalam penentuab proses yang optimal. Tetapi Taguchi lebih mementingkan
pengamatan pada main effect (penyebab utama) sehingga adanya interaksi
diusahakan seminimal mungkin, tetapi tidak dihilangkan sehingga perlu
dipelajari kemungkinan adanya interaksi.
 Perhitungan derajat kebebasan (degrees of freedom/dof): Perhitungan
derajat kebebasan dilakukan untuk menghitung jumlah minimum percobaan
yang harus dilakukan untuk menyelidiki faktor yang diamati.
 Pemilihan Orthogonal Array (OA): Dalam memilih jenis Orthogonal
Array harus diperhatikan jumlah level faktor yang diamati yaitu:
 Jika semua faktor adalah dua level: pilih jenis OA untuk level dua faktor
 Jika semua faktor adalah tiga level: pilih jenis OA untuk level tiga faktor
 Jika beberapa faktor adalah dua level dan lainnya tiga level: pilih yang
mana yang dominan dan gunakan Dummy Treatment, Metode
Kombinasi, atau Metode Idle Column.
 Jika terdapat campuran dua, tiga, atau empat level faktor: lakukan
modifikasi OA dengan metode Merging Column
 Penugasan untuk faktor dan interaksinya pada orthogonal array:
Penugasan faktor-faktor baik faktor kontrol maupun faktor gangguan dan
interaksi-interaksinya pada orthogonal array terpilih dengan memperhatikan
grafik linier dan tabel triangular. Kedua hal tersebut merupakan alat bantu
penugasan faktor yang dirancang oleh Taguchi. Grafik linier
mengindikasikan berbagai kolom ke mana faktor-faktor tersebut. Tabel
triangular berisi semua hubungan interaksi-interaksi yang mungkin antara
faktor-faktor (kolom-kolom) dalam suatu OA.
 Persiapan dan Pelaksanaan Percobaan: Persiapan percobaan meliputi
penentuan jumlah replikasi percobaan dan randomisasi pelaksanaan
percobaan.
 Jumlah Replikasi: Replikasi adalah pengulangan kembali perlakuan yang
sama dalam suatu percobaan dengan kondisi yang sama untuk
memperoleh ketelitian yang lebih tinggi. Replikasi bertujuan untuk: 1)
Mengurangi tingkat kesalahan percobaan, 2) Menambah ketelitian data
percobaan, dan 3) Mendapatkan harga estimasi kesalahan percobaan
sehingga memungkinkan diadakan test signifikasi hasil eksperimen.
 Randomisasi: Secara umum randomisasi dimaksudkan untuk: 1)
Meratakan pengaruh dari faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan
pada semua unit percobaan, 2) Memberikan kesempatan yang sama pada
semua unit percobaan untuk menerima suatu perlakuan sehingga
diharapkan ada kehomogenan pengaruh pada setiap perlakuan yang
sama, dan 3) Mendapatkan hasil pengamatan yang bebas (independen)
satu sama lain. Pelaksanaan percobaan Taguchi adalah pengerjaan
berdasarkan setting faktor pada OA dengan jumlah percobaan sesuai
jumlah replikasi dan urutan seperti randomisasi.
 Analisis Data: Pada analisis dilakukan pengumpulan data dan pengolahan
data yaitu meliputi pengumpulan data, pengaturan data, perhitungan serta
penyajian data dalam suatu lay out tertentu yang sesuai dengan desain yang
dipilih untuk suatu percobaan yang dipilih. Selain itu dilakukan perhitungan
dan penyajian data dengan statistik analisis variansi, tes hipotesa dan
penerapan rumus-rumus empiris pada data hasil percobaan.
 Interpretasi Hasil: Interpretasi hasil merupakan langkah yang dilakukan
setelah percobaan dan analisis telah dilakukan. Interpretasi yang dilakukan
antara lain dengan menghitung persentase kontribusi dan perhitungan selang
kepercayaan faktor untuk kondisi perlakuan saat percobaan.
 Percobaan Konfirmasi: Percobaan konfirmasi adalah percobaan yang
dilakukan untuk memeriksa kesimpulan yang didapat. Tujuan percobaan
konfirmasi adalah untuk memverifikasi: 1) Dugaan yang dibuat pada saat
model performansi penentuan faktor dan interaksinya, dan 2) setting
parameter (faktor) yang optimum hasil analisis hasil percobaan pada
performansi yang diharapkan.
Metode Lagrange Multiplier

Lagrange Multiplier yang ditemukan oleh Joseph Louis Lagrange pada tahun
1766. Metode untuk menentukan harga/nilai maksimum atau minimum relatif
dari suatu fungsi yang dibatasi oleh suatu kondisi (constrain conditions). Misal:
Fungsi yang akan dicari maksimum dan/atau minimum adalah: F(x,y,z).
Sedangkan fungsi kendala/hambatan/pembatas adalah: (x,y,z)=0
Prosedur yang dilakukan adalah menyusun fungsi bantu yang dinyatakan
sebagai berikut: G (x,y,z)  F(x,y,z) +  (x,y,z) Syarat perlu adanya harga
maksimum dan/atau minimum adalah:

Dalam hal ini parameter yang bebas dari x, y, dan z dinamakan Lagrange
Multiplier Permasalahan di atas dapat diperluas untuk fungsi yang memiliki
variabel bebas lebih banyak. Misal: Fungsi yang akan dicari maksimum dan/atau
minimum adalah: F(x1, x2, x3, . . . , xn)
Sedangkan fungsi kendala/hambatan/pembatas adalah:

Prosedur yang dilakukan adalah menyusun fungsi bantu yang dinyatakan


sebagai berikut:

Syarat perlu adanya harga maksimum dan/atau minimum adalah:

Dalam hal ini parameter 1, 2 , 3, 4, . . . , k yang bebas dari x, y,
dan z dinamakan Lagrange Multipliers
Metode Campbell Dudek Smith

Metode yang dikemukakan oleh Campbell, Dudek and Smith pada tahun
1965 adalah pengembangan dari Johnson Rule. Setiap job yang diproses harus
melalui proses masing-masing mesin. Johnson Rule digunakan untuk mencari
urutan job yang melibatkan 2 grup mesin sebagai alat proses dari pekerjaan yang
datang. Job yang diproses harus melalui dua grup mesin yaitu mesin M1’ dan
dilanjutkan pada mesin M2’ sampai selesai.
Langkah pertama dalam aturan Johnson Rule yaitu memilih waktu proses
(ti,M1’,ti,M2’) minimal, dengan ti,M1 adalah waktu proses job i pada mesin 1 dan ti,M2’
adalah waktu proses job i pada mesin 2.
Langkah kedua tempatkan job pada posisi terawal dalam urutan jika waktu
proses minimal terdapat pada mesin pertama ti,M1. Tempatkan job pada posisi
terakhir dalam urutan jika waktu proses minimal terdapat pada mesin kedua ti,M2’.
Langkah terakhir hilangkan job yang sudah dijadwalkan dari daftar job.
Ulangi langkah 2 dan 3 hingga seluruh job telah terjadwalkan.
Iterasi pertama Metode CDS yaitu menetapkan waktu proses mesin pertama
dan mesin kedua:

Iterasi kedua sampai iterasi n , waktu proses ditetapkan dengan rumus


sebagai berikut:
Metode Palmer

SERVQUAL adalah suatu kuesioner yang digunakan untuk mengukur


kualitas jasa. Cara ini mulai dikembangkan pada tahun 1980-an oleh Zeithaml,
Parasuraman & Berry, dan telah digunakan dalam mengukur berbagai kualitas
jasa. Dengan kuesioner ini, kita bisa mengetahui seberapa besar celah (gap) yang
ada di antara persepsi pelanggan dan ekspektasi pelanggan terhadap suatu
perusahaan jasa. Kuesioner SERVQUAL dapat diubah-ubah (disesuaikan) agar
cocok dengan industri jasa yang berbeda-beda pula (misalnya bank, restoran, atau
perusahaan telekomunikasi).
Skala SERVQUAL meliputi lima dimensi kualitas jasa yaitu: 1. Tangibles 2.
Reliability 3. Responsiveness 4. Assurance 5. Empathy Setiap dimensi memiliki
beberapa pertanyaan dan dijawab dalam rentang nilai 1 sampai 7, di mana angka
1 mewakili perasaan sangat tidak setuju (strongly disagree) dan angka 7 mewakili
perasaan sangat setuju (strongly agree), dengan total pertanyaan sebanyak 22.

Metode Palmer

Metode yang dikemukakan oleh Palmer merupakan teknik penjadwalan slope


indeks. Slope indeks digunakan untuk mengurutkan job agar menghasilkan total
waktu penyelesaian minimal. Prosedur pengurutan slope indeks memberikan
prioritas pada job dengan waktu proses maksimal diproses terlebih dahulu. Slope
indeks untuk job i yaitu:

Anda mungkin juga menyukai