Anda di halaman 1dari 14

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PAJAK

Beberapa ahli memberikan pengertian antara pajak antara yang satu dengan
yang lainnya. Diantara beberapa pengertian yang diberikan oleh para ahli adalah
sebgai berikut..

1. Menurut Sommerfeld: pajak adalah suatu pengalihan sumber-sumber yang wajib


dilakukan dari sektor swasta kepada sektor pemerintah berdasarkan peraturan
tanpa mendapat suatu imabalan kemabali yang langsung dan seimbang, agar
pemerintah dapat melaksanakan tugas tugasnya dalam pemerintahan.
2. Menurut Prof. DR. Rochmat Soemitro: pajak adalah pengalihan kekayaan dari
pihak rakyat kepad negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan ‘surplus’nya
digunakan untuk ‘public saving’ yang merupakan sumber utama untuk
membiayai ‘public investment’.
3. Menurut Prof. DR. M.J.H. Smeets: pajak adalah prestasi kepada pemerintah
yang terutang melalui norma-norma umum, dan yang dapat dipaksakan tanpa
ada kontra prestasi yang dapat ditunjukkan dalam hal individual; maksudnya
adalah untuk membiayai pengeluaran pemerintah.

B. DASAR HUKUM MEMBAYAR PAJAK

Pembayaran pajak merupakan perwujudan dari kewajiban kenegaraan dan


peran serta Wajib Pajak untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan
kewajiban perpajakan untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasional. Sesuai
falsafah undang-undang perpajakan, membayar pajak bukan hanya merupakan
kewajiban, tetapi merupakan hak dari setiap warga Negara untuk ikut berpartisipasi
dalam bentuk peran serta terhadap pembiayaan negara dan pembangunan nasional.
Tanggung jawab atas kewajiban pembayaran pajak, sebagai pencerminan kewajiban
kenegaraan di bidang perpajakan berada pada anggota masyarakat sendiri untuk
memenuhi kewajiban tersebut. Hal tersebut sesuai dengan sistem self
assessment yang dianut dalam Sistem Perpajakan Indonesia.
Eksistensi pajak merupakan sumber pendapatan utama sebuah negara, karena
itu merupakan isu strategis yang selalu menjadi pantauan masyarakat. Apalagi
sekarang telah dilakukan pembahasan RUU Pajak yang baru yang akan
menggantikan UU No. 16/2000 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
Penduduk Indonesia sebesar 215 juta jiwa merupakan potensi pajak yang berlimpah.
Ironisnya, hingga 2004 jumlah wajib pajak/ pembayar pajak hanya mencapai
3.670.060 jiwa dengan perincian 2.622.184 pembayar pajak orang pribadi dan
1.047.876 lainnya pembayar pajak badan. Hal ini menandakan bahwa  kebijakan
perpajakan tidak cukup kuat untuk melakukan ekstensifikasi pajak di samping proses
pendataan wajib pajak yang kurang gencar dilakukan.
C. JENIS-JENIS PAJAK

Terdapat berbagai macam pajak yang ditetapkan oleh pemerintah bagi


penduduk indonesia agar dapat dipatuhi dan dijalankan dengan sebaik-baiknya.
Berbagai macam pajak itu adalah :

1. Berdasarkan Sistem Pemungutannya.

a. Pajak Langsung

Pajak langsung adalah pajak yang harus dibayar sendiri oleh wajib pajak dan
tidak dapat dilimpahkan kepada pihak lain atau orang lain.

Contoh Pajak Langsung :

1. Pajak Penghasilan (PPh)


2. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

b. Pajak Tidak Langsung

Pajak tidak Langsung adalah pajak yang pembayarannya bisa dilimpahkan


kepada pihak lain.

1. Contoh Pajak Tidak langsung:


2. Pajak Penjualan atas Barang Mewah
3. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
4. Bea Materai
5. Cukai
6. Bea Impor
7. Ekspor
 

2. Berdasarkan Lembaga Pemungutan

a. Pajak Pusat

Pajak Pusat adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat yang
pemungutan didaerah dilakukan oleh kantor pelayanan pajak.

Pajak yang termasuk pajak Pusat:


1. Pajak Penghasilan (PPh)
 Pajak Penghasilan Pasal 25 atau PPh 25 adalah pajak yang dikenakan untuk orang
pribadi, perusahaan atau badan hukum lainnya atas penghasilan yang didapat. Dasar
hukum untuk pajak penghasilan adalah Undang-Undang (UU) Nomor 7 Tahun 1983.
Kemudian mengalami perubahan berturut-turut, dari mulai UU Nomor 7 & Tahun 1991,
UU Nomor 10 & Tahun 1994, UU Nomor 17 & Tahun 2000, serta terakhir UU Nomor
36 & Tahun 2008.

2. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

Kewenangan pemungutan pajak PBB ini sendiri telah dicantumkan dalam


Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 mengenai Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
Regulasi ini diluncurkan sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000.
Jadi secara praktis sebenarnya pemerintah daerah telah memiliki kewenangan tersebut
sejak tahun 2009.

3. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Dasar hukum dari penerapan Pajak Pertambahan Nilai di Indonesia adalah


Undang-undang Nomor 8 tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa
dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang disebut Undang-undang Pajak
Pertambahan Nilai 1984. Penyebutan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 dengan
nama Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 diatur dalam Pasal 20 Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1983.
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 yang berlaku 1 April 1985
adalah Undang-Undang Nomor. 11 Tahun 1994 (berlaku 1 Januari 1995), Undang-
Undang Nomor 18 Tahun 2000 (berlaku 1 Januari 2001), dan Undang-Undang Nomor
42 Tahun 2009 (berlaku 1 Januari 2010).

4. Bea Materai

Bea meterai adalah pajak yang dikenakan atas dokumen yang bersifat perdata


dan dokumen untuk digunakan di pengadilan.[1] Nilai bea meterai yang berlaku saat ini
Rp. 3.000,00 dan Rp. 6.000,00 yang disesuaikan dengan nilai dokumen dan penggunaan
dokumen.

5. Pajak Penjualan atas Barang Mewah


Pajak ini merupakan pajak yang dikenakan oleh Pemerintah untuk menjalankan
fungsi keseimbangan pembebanan pajak antara konsumen yang berpenghasilan rendah
dan konsumen berpenghasilan tinggi, serta pengendalian pola konsumsi atas Barang
Kena Pajak yang tergolong mewah. Sederhananya, jika anda super kaya, anda harus
bayar pajak lebih lagi.
6. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) adalah pungutan atas
perolehan hak atas tanah dan atau bangunan. Perolehan hak atas tanah dan atau
bangunan adalah perbuatan atau peristiwa hukum yang mengakibatkan diperolehnya
hak atas dan atau bangunan oleh orang pribadi atau badan.
Hak atas tanah adalah hak atas tanah termasuk hak pengelolaan, berserta bangunan di
atasnya sebagaimana dalam Undang-Undang Nomor 5 tahun 1960 tentang Peraturan
Dasar Pokok-Pokok Agraria, Undang-undang Nomor 16 tentang Rumah Susun dan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang lainnya.

7. Pajak Migas

Sampai saat ini hanya dikenal pajak penghasilan migas (PPh migas). Sudah
saatnya pemerintah menambah jenis pajak baru untuk menggali potensi perpajakan di
sektor ini. Kalau mencermati struktur produksi nasional, hampir 90 persen produksi
minyak nasional diproduksi dari kontraktor. Tentunya, pengenaan pajak tambahan tidak
akan memberatkan BUMN-Pertamina yang tentunya pola keluar kantong kiri masuk
kantong kanan bisa dihindarkan.

8. Pajak Ekspor
Pajak ekspor adalah pajak yang dikenakan pemerintah pada kegiatan-
kegiatan ekspor. Objek pajak ekspor adalah Barang Kena Pajak (BKP) dan Jasa
Kena Pajak (JKP).

b. Pajak Daerah

Pajak daerah adalah pajak yang kewenangan pemungutan dilakukan


pemerintah daerah.

Contoh Pajak Daerah:

1. Pajak Kendaraan Bermotor

Untuk tarif, pajak kendaraan bermotor yang ada di setiap provinsi adalah sama. Tarif
pajaknya sendiri sudah ditetapkan dalam peraturan/undang-undang. Menurut PP No. 65
Tahun 2001, pajak kendaraan bermotor terbagi ke dalam tiga kategori, yaitu:
 1,5% untuk kendaraan bermotor bukan umum.
 1% untuk kendaraan bermotor umum, seperti kendaraan bermotor yang memang
digunakan oleh umum serta dipungut bayaran.
 0,5% untuk kendaraan bermotor berupa alat berat dan besar.
2. Pajak Reklame

 Pajak reklame diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pajak
Reklame. Dalam Perda tersebut dijelaskan, pajak reklame adalah pungutan yang
dikenakan atas semua penyelenggaraan reklame. Kita biasanya mengidentikkan reklame
dengan media periklanan besar yang ditempatkan pada area yang sering dilewati
masyarakat umum seperti sisi jalan raya. Reklame umumnya berisi informasi dengan
ilustrasi yang besar dan menarik.

3. Pajak Tontonan

Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2010, sebagaimana telah diubah dengan


Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2015 tentang Pajak Hiburan
Hiburan adalah semua jenis tontonan, pertunjukan, permainan, dan/atau keramaian yang
dinikmati dengan dipungut bayaran.
Pajak Hiburan dipungut atas jasa penyelenggaraan hiburan dengan dipungut bayaran.

4. Pajak Radio

 Diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1947 Tentang Menetapkan "PAJAK


RADIO" Atas Semua Pesawat Penerimaan Radio. [1] Pemerintah menimbang bahwa berhubung
dengan keadaan luar biasa untuk sementara waktu, perlu diadakan pajak atas pesawat penerimaan
radio.[1] Mengingat: pasal 5, 20, 23 dan pasal IV tentang Aturan Peralihan Undang-undang Dasar
Negara Republik Indonesia dan Maklumat Wakil Presiden tanggal 16 Oktober 1945 No. X.

5. Pajak Hiburan

Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 4 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah. Pajak
Hiburan adalah Pajak atas setiap penyelenggaraan hiburan yang dipungut bayaran.

6. Pajak Hotel
Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2010, tentang Pajak Hotel
Hotel adalah fasilitas penyedia jasa penginapan/ peristirahatan termasuk jasa
terkait lainnya dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga motel, losmen,
gubuk pariwisata, wisma pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan, dan
sejenisnya, serta rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh).
 
3. Menurut Subjek Pajak :

a. Pajak Perseorangan, yaitu pajak yang harus diabayar oleh diri wajib pajak.
Misalnya Pajak Penghasilan (PPh)
b. Pajak Badan, yaitu pajak yang harus dibayar oleh badan atau organisasi.
Contohnya pajak atas laba perusahaan.
 

4. Menurut Asalnya

1. Pajak Dalam Negeri

Pajak yang dipungut terhadap wajib pajak (setiap warga Negara Indonesia) yang
tinggal di Indonesia.

2..Pajak Luar Negeri

Pajak yag dipungut terhadap orang – orang asing yang mempunyai penghasilan
di Indonesia.

D. FUNGSI  PAJAK

Pajak memiliki beberapa fungsi utama, yaitu untuk :

1. Fungsi Anggaran (Budgetair)

Pemerintah melakukan berbagai aktivitas dan pembangunan dalam


melaksanakan kerjanya untuk kemajuan bangsa. Kegiatan tersebut tentu
membutuhkan dana, nah disini pajak berperan sebagai salah satu sumber dana
bagi pemerintah dalam menjalankan tugasnya.

Jadi secara sederhananya Fungsi Pajak sebagai anggaran adalah dimana pajak
digunakan sebagai sistem atau alat untuk memasukkan dana secara optimal ke
dalam kas negara berdasarkan undang-undang yang berlaku, Fungsi pajak sebagai
Budgetair disebut juga fungsi utama, karena berdasarkan sejarahnya, yaitu
pemerintah yang membutuhkan dana untuk membiayai berbagai kepentingan 
mengutip pajak dari rakyatnya. 
Agar Fungsi ini berjalan baik, maka pemerintah juga perlu memperhatikan
beberapa hal berikut agar pemasukan pajak optimal :

 Jangan sampai ada pelaku wajib / subjek pajak yang tidak memenuhi
sepenuhnya kewajiban perpajakannya
 Jangan sampai ada objek pajak yang tidak masuk datanya kedalam kegiatan
perpajakan
 Tidak boleh ada objek pajak yang terlepas dari pengamatan atau perhitungan
perpajakan
 
 
2. Fungsi Pengatur (Regulerend)

Pajak juga berfungsi sebagai pengatur ekonomi negara demi kepentingan dan
kemajuan negara tersebut. Fungsi Pengatur dilakukan dengan cara memanfaatkan
dana pajak tersebut dengan sebaik mungkin.

3. Fungsi Pemerataan

Melalui pengutipan pajak dapat terjadi pemerataan pendapatan dari


penduduk, karena hasil dari pengutipan pajak digunakan untuk berbagai kegiatan
pembangunan. Salah satunya adalah untuk memberantas kemiskinan melalui
peningkatan kesempatan kerja dengan dibukanya lowongan pada kegiatan
pembangunan yang bersifat padat karya.

4. Fungsi Stabilisasi

Pajak juga berfungsi untuk menjaga kestabilan suatu negara. Contohnya


adalah pengendalian terhadap inflasi (peningkatan harga), Inflasi terjadi karena
uang yang beredar sudah terlalu banyak, sehingga pemerintah akan menaikkan
tarif pajak, agar peningkatan inflasi dapat terkontrol. 

E. TINDAK PIDANA PERPAJAKAN

1. Pengertan Tindak Pidana Perpajakan

Yang dimaksud dengan “Tindak pidana perpajakan” adalah informasi yang


tidak benar mengenai laporan yang terkait dengan pemungutan pajak dengan
menyampaikan surat pemberitahuan, tetapi yang isinya tidak benar atau tidak
lengkap atau melampirkan keterangan keterangan yang tidak benar sehingga dapat
menimbulkan kerugian pada negara dan kejahatan lain yang diatur dalam undang-
undang yang mengatur perpajakan .Jadi, tindak pidana pajak ini merupakan suatu
perbuatan yang melanggar peraturan perundang-undangan pajak yang
menimbulkan kerugian keuangan negara dimana pelakunya diancam dengan
hukuman pidana.

2. Istilah-isilah dalam Tindak Pidana Perpajakan

Ada beberapa istilah dalam tindak pidana perpajakan, yaitu :

a) Tax Offenses adalah upaya-upaya perlawanan dari WP baik secara pasif


maupun aktif tidak melaporkan dan tidak membayar pajak yang terutang sesuai
dengan ketentuan Undang-undang, baik dilakukan sendiri oleh WP maupun
bekerjasama dengan orang lain, termasuk kolusi dengan oknum aparat pajak.
b) Tax Fraud, adalah pengelakan pajak secara sengaja melalui pelaporan SPT
yang isinya tidak benar, memberikan dokumen-dokumen yang palsu, dan pada
umumnya diancam dengan hukum pidana.
c) Tax Evasion. Istilah ini digunakan untuk pengelakan pajak atau penghindaran
pajak dengan cara yang bertentangan dengan Undang-undang Perpajakan
sehingga diancam dengan sanksi baik secara administratif, maupun hukuman
pidana
d) Tax Avoidance, merupakan penghindaran pajak melalui pemanfaatan celah
ketidak lengkapan peraturan perundang-undangan pajak (Loopholes) sehingga
dianggap tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku.

3. Hukum Pajak

Dalam hukum pajak, disamping sanksi administratif terdapat juga sanksi


pidana. Sanksi administrasi dijatuhkan untuk pelanggaran-pelanggaran yang
sifatnya ringan. Hukum pidana merupakan ancaman bagi wajib pajak yang
bertindak tidak jujur. Adanya tindak pidana perpajakan ini dapat dilihat dalam
ketentuan UU No. 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga Atas UU Nomor 6
Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Pelanggaran terhadap kewajiban perpajakan yang dilakukan oleh Wajib Pajak


sepanjang menyangkut tindakan administrasi perpajakan dikenakan sanksi
administrasi, sedangkan yang menyangkut tindak pidana di bidang perpajakan,
dikenakan sanksi pidana. Dan untuk mengetahui telah terjadinya suatu tindak
pidana di bidang perpajakan maka perlu dilakukan pemeriksaan untuk mencari,
mengumpulkan, mengolah data dan atau keterangan lainnya untuk menguji
kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka
melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Khusus untuk pemeriksa pajak adalah PNS di lingkungan DJP atau tenaga ahli
yang ditunjuk oleh Dirjen Pajak yang diberi tugas wewenang, dan tanggungjawab
untuk melaksanakan pemeriksaan di bidang perpajakan.
Laporan terhutang hasil pemeriksaan disusun dalam suatu laporan pemeriksaan
pajak oleh pemeriksa pajak secara ringkas, dan jelas serta sesuai dengan ruang
lingkup dan tujuan pemeriksaan. Tujuan pemeriksaan yaitu untuk menguji
kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dalam rangka memberikan kepastian
hukum, keadilan, dan pembinaan kepada wajib pajak. Tujuan lainnya adalah
dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan. 

F.UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1983

Undang-undnag Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan (Lembaga Negara Republik Indonesia Tahun 1983Nomor 49,Tambahan
Lembaran Negara Indonesia Nomor 3262) sebagaimana telah beberapa kali diubah
dengan:

1.Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun


1994Nomor 59,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3566);

2.Undang-undang Nomor 16 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun


2000 Nomor 126,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3984);dan
terakhir

3.Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun


2007 Nomor 85,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4740).

BAB 1

KETENTUAN UMUM

Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan :

1.Pajak adalah konstribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara yang sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.
2.Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan meliputi membayar pajak,membayar
pajak,dan pemungut paja,yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan..

3.Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang
melakukan usaha atau tidak melakukan usaha maupun yang meliputi perseoran
terbatas,perseroan komanditer,persereoan lainnya,badan usaha milik Negara atau badan
ushaa milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun,firma,koperasi,dana
pension,persekutuan,perkumpulan,yaysan,organisasi massa,organisasi sosial politik atau
organisasi lainnya,lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak inventas
koloktif dan bentuk usaha tetap.

4.Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang dalam kegiatan
usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang,mengimpor barang,mengekspor
barang ,melakukan uadah perdagangan,memanfaatkan barang tidak berwujud,dari luar
daerah pabean,melakukan usaha jasa,atau memanfatkan jasa dari luar daerah pabean.

5.Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena
Pajak dan atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak berdasarkan Undang-
undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya.

6.Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai
tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban
perpajaknnya.

7.Masa Pajak adalah jangka waktu yang menjadi dasar bagi Wajjib Pajak untuk
menghitung,menyetor,dan melaporkan pajak yang terutang dalam suatu jangka waktu
tertentu sebagaimana ditentukan dalam Undang -undang ini.

8.Tahun Pajak adalah jangka waktu 1(satu) tahun kalender kecuali bila Wajib Pajak
menggunnakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender.

9.Bagian Tahun Pajak adalah bagian dari jangka waktu 1(satu) Tahun Pajak.

10.Pajaka yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat,dalam Masa
Pajak,dalam Tahun Pajak atau dalam Bagian Tahun Pajak sesuai dengan ketentuaan
peraturan perundang-undngan perpajakan.

11.Surat Pemberitahuan adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk
melaporkan penghitungan atau pembayaran pajak,objek pajak atau bukan objek
pajak,dan atau harta dan kewajiban sesuai dengan peraturan perundang-undangan
perpajakan.

12.Surat Pemberitahuan Masa adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Masa Pajak.
13.Surat Pemberitahuan Tahunan adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Tahun Pajak
atau Bagian Tahun Pajak.

14.Surat Setoran Pajak adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah
dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas
Negara melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan.

15.Surat ketetapan pajak adalah surat ketetapan yang meliputi Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar,Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan,Surat Ketetapan Pajak
Nihil atau Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar.

16.Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan adalah Surat Ketetapan Pajak yang
menentukan besarnya jumlahh pokok pajak,jumlah kredit pajak,jumlah kekurangan
pembayaran pokok pajak ,besarnya sanksi administrasi,dan jumlah pajak yang masih
harus dibayar.

17.Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan adalah surat ketetapan pajak yang
menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan.

18.Surat Ketetapan Pajak Nihil adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah
pokok pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.

19.Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar adalah surat ketetapan pajak yang menentukan
jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kedit pajak lebih besar daripad
apajak yang terutang atau seharusnya tidak terutang.

20.Surat Tagihan Pajak adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan atau sanksi
administrasi berupa bunga atau denda.

21.Surat Paksa adala surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak.

22.Kredit Pajak untuk Pajak Penghasilan adalah pajak yang dibayar sendiri oleh Wajib
Pajak ditambah dengan pokok pajak yang terutang dalam Surat Tagihan Pajak karena
Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kuranng dibayar,ditambah dengan
pajak yang dipotong tau dipungut,ditambah dengan pajak atas penghasilan yang dibayar
atau terutang di luar negeri dikurangi dengan pengembalian pendahuluan kelebihan
pajak, yang dikurangkan dari pajak yang terutang.

23.Kredit Pajak untuk Pertambahan Nilai adalah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan
setelah dikurangi dengan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak atau setelah
dikurangi dengan pajak yang telah dikompensasikan ,yang dikurangkan dari pajak yang
terutang.

24.Pekerjaan bebas adalah pekerjaan yang dilakukan oleh orang pribadi yang
mempunyai keahlian khusus sebagai usaha untuk memperoleh penghasilan yang tidka
terikat oleh suatu hubungan kerja.

25.Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah


data,keterangan,dan ataubukti yang dilaksanakan.

26.Bukti Permulaan adalah keadaan ,perbuatan dan atau bukti berupa


keterangan,tulisan,atau benda yang dapat memberikan petunjuk adanya dugaan kuat
bahwa sedang atau telah terjadi suatu tindak pidana dibidang perpajakan yang dilakukan
oleh siapa saja yang dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan Negara.

27.Pemeriksaan Bukti Permulaan adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk


mendapatkan bukti permulaan tentang adanya dugaan telah terjadi tindak pidana
dibidang perpajakan.

28.Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab atas
pembayaran pajak,termasuk wakil yang menjalankan hak dan memenuhi kewajiban
Wajib Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undngan perpajakan.

29.Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk
mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi
harta,kewajiban,modal,penghasilan dan biaya,serta jumlah harga perolehan dan
penyerahan barang atau jasa,yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa
neraca,dan laporan rugi labauntuk periode Tahun Pajak tersebut.

30.Penelitian adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk menilai kelengkapan


pengisian Surat Pemberitahuan dan lampiran-lampirannya termasuk penilaian tentang
kebenaran penulisan dan penghitungannya

31.Penyidikantindak pidana di bidang perpajakan adalah serangkaian tindakan yang


dilakukan oleh penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti
itu membuat terang tindak pidana di bidang perpajakan yang terjadi serta menemukan
tersangkanya.

32.Penyidik adalah pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Direktorat


Jenderal Pajak yang diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan tindak
pidana di bidang perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

33.Surat Keputusan Pembetulan adalah surat keputusan yang membetulkan kesalahan


tulis,kesalahan hitung,dan atau kekeliruan penerapan ketentuan tetentu dalam peraturan
perundang-undangan perpajakan yang terdapat dalam surat ketetapan pajak,Surat
Tagihan Pajak,Surat Keputusan Pembetulan,Surat Keputusan Keberatan,Surat
Keputusan Pengurangan Sanksi Administrasi,Surat Keputusan Pengurangan Ketetapan
Pajak,Surat Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak,Surat Keputusan Pengembalian
Pendahuluan Kelebihan Pajak,atau Surat Keputusan Pemberian Imbalan Bunga/

34.Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan atas keberatan terhadap surat
ketetapan pajak atau terhadap pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga yang
diajukan oleh Wajib Pajak.

35.Putusan Banding adalah putusan badan peradilan pajak atas banding terhadap Surat
Keputusan Keberatan yang diajukan oleh Wajib Pajak.

36.Putusan Gugatan adalah putusan badan peradilan pajak atas gugatan terhadap hal-hal
yang berdasarkan ketntuan peraturan perundang-undangan perpajakan dapat diajukan
gugatan.

37.Putusan Peninjauan Kembali adalah putusan Mahkamah Agung atas permohonan


peninjauan kembali yang diajukan oleh Wajib Pajak atau oleh Direktur Jenderal Pajak
terhadap Putusan Banding atau Putusan Gugatan dari badan peradilan pajak.

38.Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak adalah surat keputusan


yang menentukan jumlah pengembalian pendahuluan kelebihan pajak untuk Wajib
Pajak tertentu.

39.Surat Keputusan Pemberian Imbalan Bunga adalah surat keputusan yang


menentukan jumlah imbalan bunga yang diberikan kepada Wajib Pajak.

40.Tanggal dikirim adalah tanggal stempel pos pengiriman,tanggal faksimili,atau dalam


hal disampaikan secara langsung adalah tanggal pada saat surat,keputusan,atau putusan
disampaikan secara langsung.

41.Tanggal diterima adalah tanggal stempel pos pengiriman,tanggal faksimili,atau


dalam hal diterima secara langsung adalah tanggal pada saat surat,keputusan,atau
putusan diterima secara langsung.

 
 

BAB III

KESIMPULAN

Kewajiban membayar pajak merupakan kewajiban kita sebagai warga Negara


dan juga merupakan hak kita sebagai warga Negara yang baik untuk ikut berpartisipasi
dalam bentuk peran serta terhadap pembiayaan Negara dan pembangunan nasional.Oleh
karena itu,kita sebagai warga Negara yang baik harusnya mempunyai kesadaran diri
yang tinggi untuk membayar pajak.

DAFTAR PUSTAKA

https://gagasanhukum.wordpress.com
referensi-hukum.blogspot.co.id/

www.online-pajak.com diakses pada jam 21.03

Anda mungkin juga menyukai