Anda di halaman 1dari 59

i

KEANEKARAGAMAN IKAN PADA ZONA LITORAL


WADUK SEI PULAI, KECAMATAN BINTAN TIMUR,
KABUPATEN BINTAN

SKRIPSI

RUSDI NUR

JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2020
ii

KEANEKARAGAMAN IKAN PADA ZONA LITORAL


WADUK SEI PULAI, KECAMATAN BINTAN TIMUR,
KABUPATEN BINTAN

SKRIPSI

RUSDI NUR
NIM. 150254242042

Skripsi ini
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana perikanan pada
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan

JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2020
iii
iv
v

ABSTRAK

NUR, RUSDI. Keanekaragaman Ikan pada Zona Litoral di Waduk Sei Pulai,
Kecamatan Bintan Timur, Kabupaten Bintan. Tanjungpinang Jurusan Manajemen
Sumberdaya Perairan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim
Raja Ali Haji. Pembimbing oleh Tri Apriadi dan Ani Suryanti.

Waduk Sei Pulai merupakan waduk tertua di Pulau Bintan yang digunakan
sebagai sumber air baku utama di PDAM Tirta KEPRI, perairan waduk ini pernah
mengalami penyusutan volume air yang dapat berpengaruh terhadap biota
khususnya ikan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
keanekaragaman ikan dan kondisi parameter fisika dan kimia perairan pada zona
litoral di Waduk Sei Pulai. Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan (Februari-
April 2019) dengan metode purposive sampling. Sampel yang diambil ada tiga
wilayah yaitu, bagian inlet (titik 1-5), bagian tengah (titik 6-8), dan bagian outlet
(titik 9 dan 10) menggunakan jala tebar dengan ukuran mata jaring 3 cm dan
tangguk dengan mata jaring 0,5 cm. Hasil penelitian ditemukan 5 jenis ikan yaitu,
ikan mujair (Oreochromis mossambicus), ikan seluang (Rasbora argyrofaenia),
ikan kepala timah (Aplocheilus panchax), ikan putak (Notopterus notopterus), dan
ikan belang harimau (Pentius tetrazona). Jenis ikan yang ditemukan paling
banyak dari famili Cyprinidae. Indeks keanekaragam paling tinggi terdapat pada
titik inlet dan yang terendah pada titik outlet. Penelitian di perairan Waduk Sei
Pulai memiliki tingkat keseragaman yang sedang.

Kata kunci : Aplocheilus panchax ,Cyprinidae, Waduk Sei Pulai, Keanekaagaman


vi

ABSTRACT

NUR, RUSDI. Fish Diversity in Sei Pulai Reservoir, East Bintan District, Bintan
Regency. Tanjungpinang, Departement of Aquatic Resource Managemen, Faculty
of Marine Sciences and Fisheries, Raja Ali Haji Maritime University. Supervisor
by Tri Apriadi and Ani Suryanti.

Sei Pulai Reservoir is a collection container on Bintan Island which is used as the
main raw water source in the PDAM Tirta KEPRI. This reservoir has used air
volume depreciation that can affect the existing biota specifically for fish. The
purpose of this study was to study fish and physical and chemical parameters in
the litoral zone in the Sei Pulai reservoir. This research was conducted for three
months (February-April 2019) with a purposive sampling method. Samples taken
there are three parts, namely, the inlet (points 1-5), the middle (points 6-8), and
the outlet (points 9 and 10) using a mesh size of 3 cm and a drain with a mesh 0.5
cm. The results of the study found 5 types of fish namely, tilapia fish
(Oreochromis mossambicus), seluang fish (Rasbora argyrofaenia), lead head fish
(Aplocheilus panchax), putak fish (Notopterus-notopterus), and tiger stripes
(Pentius tetrazona). The type of fish found is most from the family cyprinidae.
The index to the highest variety at the inlet point and the lowest at the outlet point.
for three months in the waters of the Sei Pulai reservoir it has a moderate level of
uniformity.

Keywords: Aplocheilus panchax, Cyprinidae, Sei Pulai Reservoir, Diversity


vii

© Hak Cipta Milik Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tahun 2020
Hak Cipta Dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari


Universitas Maritim Raja Ali Haji, sebagian atau seluruhnya dalam
bentuk apapun, fotokopi, mikrofilm dan sebagainya.
viii

PRAKARTA

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayahNYA,
penyusunan skripsi dengan judul Keanekaragaman Ikan di Waduk Sei Pulai,
Kecamatan Bintan Timur, Kabupaten Bintan ini dapat diselesaikan. Skripsi
disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Perikanan di Fakultas
Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Maritim Raja Ali Haji.
Banyak pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Untuk itu
ucapan terimakasih penulis sampaikan :
1. Kepada kedua orang tua, ayahanda Bahtiar dan ibunda Nurhasiah serta alm.
Basri abang kandung penulis dan kedua adik saya Rusnia dan Ratna yang telah
banyak membantu baik dalam segi pendanaan maupun support kepada penulis.
2. Bapak Tri Apriadi, S.Pi., M.Si. selaku dosen pembimbing utama dan Ibu Dr.
Ani Suryanti, S.Pi., M.Si. selaku dosen pembimbing pendamping yang telah
banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Ibu Winny Retna Melani, S.P., M.Sc. selaku ketua komisi penguji, Ibu Susiana,
S.Pi, M.Si. selaku anggota penguji 1, dan Ibu Dr. Febrianti Lestari, S.Si., M.Sc.
selaku anggota penguji kedua yang telah banyak memberikan saran dalam
penyelesaian skripsi ini.
4. Kepada dosen penasihat akademik ibu Winny Retna Melani, S.P., M.Sc.
5. Kepada pihak PDAM yang telah memberikan izin kepada penulis untuk
melakukan penelitian di perairan Waduk Sei Pulai.
6. Tim anak ayam pulai (Novi, Ayu, dan Yoga) yang saling membantu dalam
penelitian skripsi ini.
7. Keluarga teras ijo (Asmadi, Fendi, Leni, Wira, dan Yulia) yang juga ikut andil
dalam membantu penulis melakukan pengambilan data penelitian.
8. Dan teman lainnya (Destia, Jupitar, Lusi, Rafit, Devi, dan Rouli) yang setia
membantu dari awal penelitian hingga akhir.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Tanjungpinang, Februari 2020

Rusdi Nur
ix

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Senayang, Kabupaten Lingga,


Kepulauan Riau pada tanggal 30 Desember 1997 dari
ayah Bahtiar dan ibu Nurhasiah, merupakan putra
kedua dari empat bersaudara. Pada tahun 2009 penulis
menyelesaikan pendidikan formal di MI Darul Qalam
026 Senayang kemudian melanjutkan ke SMP Negeri 1
Senayang dan lulus pada tahun 2012, pada tahun 2012
juga penulis melanjutkan pendidikan ke SMK Negeri 1
Senayang dan lulus pada tahun 2015. Pada tahun yang sama penulis diterima di
Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH) melalui jalur mandiri. Penulis
diterima pada Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Ilmu Kelautan
dan Perikanan Universitas Maritim Raja Ali Haji.
Penulis pernah menjadi asisten praktikum matakuliah Dasar-dasar
Mikrobiologi tahun ajaran 2016-2017, matakuliah Biologi Perikanan tahun ajaran
2016-2017, dan Ekologi Perairan tahun ajaran 2018-2019 di Fakultas Ilmu
Kelautan dan Perikanan Universitas Maritim Raja Ali Haji. Penulis juga pernah
melakukan praktik lapangan dengan judul Kualitas Perairan Laut Senggarang
Besar pada Zona Berhadapan Ex Tailing Bekas Tambang Bauksit Senggarang
Besar, sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana. Penulis menyusun dan
menyelesaikan skripsi dengan judul Keanekaragaman Ikan pada Zona Litoral di
Waduk Sei Pulai, Kecamatan Bintan Timur, Kabupaten Bintan.
i

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................. i


DAFTAR TABEL .................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ iii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ iv

BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................................ 2
1.4. Manfaat Penelitian .............................................................................................. 2
1.5. Kerangka Pikir .................................................................................................... 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Ikan ...................................................................................................................... 4
2.2. Keanekaragaman Ikan ......................................................................................... 7
2.3. Parameter Fisika dan Kimia Perairan .................................................................. 8
2.3.1. Parameter Fisika ............................................................................................... 8
2.3.2. Parameter Kimia............................................................................................... 9

BAB III. METODEOLOGI PENELITIAN


3.1. Waktu dan Tempat penelitian ............................................................................. 11
3.2. Alat dan Bahan .................................................................................................... 11
3.3. Metode Penelitian................................................................................................ 11
3.4. Penentuan Titik Sampling ................................................................................... 12
3.5. Sampling Ikan ..................................................................................................... 12
3.6. Parameter Fisika dan Kimia Perairan .................................................................. 14
3.4. Analisis Data ....................................................................................................... 14

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Gambaran Umum Waduk Sei Pulai ................................................................... 17
4.2. Hasil Penelitian ................................................................................................... 17
4.2.1. Jenis Ikan yang Ditemukan ............................................................................. 17
4.2.2. Jumlah Ikan yang di Temukan ........................................................................ 22

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan ....................................................................................................... 31
5.2. Saran .................................................................................................................. 31

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 32


ii

DAFTAR TABEL
1. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian........................................ 11
2. Morfometrik dan meristik ikan .................................................................... 13
3. Parameter fisika dan kimia perairan ............................................................. 14
4. Jenis ikan yang ditemukan di Waduk Sei Pulai ........................................... 23
5. Indeks keanekaragaman, indeks keseragaman dan indeks dominasi ........... 25
iii

DAFTAR GAMBAR

1. Kerangka Pikir ............................................................................................. 3


2. Morfologi Tubuh Ikan ................................................................................ 5
3. Posisi Mulut Ikan ........................................................................................ 5
4. Jumlah Sisik ................................................................................................ 6
5. Titik Samplng Ikan ...................................................................................... 12
6. Skema Pengukuran Morfometrik dan Meristik 1 ....................................... 13
7. Skema Pengukuran Morfometrik dan Meristik 2 ........................................ 14
8. Ikan Mujair (A) Hasil Penelitian (B) Sumber: www.fishbase.org (2019) .. 18
9. Ikan Putak (A) Hasilpenelitian (B) Sumber: www.fishbase.org (2019) ..... 19
10. Ikan Belang Harimau (A) Hasil Penelitian (B) Sumber: www.fishbase.org
(2019) .......................................................................................................... 19
11. Ikan Kepala Timah (A) Hasil Penelitian (B) Sumber: www.fishbase.org
(2019) .......................................................................................................... 21
12. Ikan Seluang (A) Hasil Penelitian (B) Sumber: www.fishbase.org (2019) 22
13. Rata-Ratakomposisi Ikan Titik Inlet .......................................................... 24
14. Rata-Rata Komposisi Ikan Titik Tengah.................................................... 24
15. Suhu Perairan Waduk Sei Pulai Februari-April ......................................... 27
16. Kecerahan Perairan Waduk Sei Pulai Februari-April ................................ 28
17. Kekeruhan Perairan Waduk Sei Pulai Februari-April ................................ 29
18. pH Perairan Waduk Sei Pulai Februari-April ............................................ 30
19. DO Perairan Waduk Sei Pulai Februari-April ........................................... 31
iv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Data mentah ikan ................................................................................... 38


2. Data mentah parameter fisika dan kimia ............................................... 42
3. Alat dan bahan........................................................................................ 44
4. Kondisi stasiun titik sampling ................................................................ 45
5. Proses penelitian..................................................................................... 47
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Waduk merupakan wilayah tampungan air yang sangat vital bagi kelestarian
lingkungan. Waduk merupakan salah satu penyedia sumber air bagi kehidupan
organisme atau makhluk hidup. Waduk Sei Pulai merupakan waduk permanen
atau waduk yang pada musim kemarau masih terisi oleh air. Waduk ini
mendapatkan debit airnya dari limpahan air hujan sehingga struktur dasar waduk
berupa tanah liat dan lumpur yang bisa menjadi penyebab porositas air tidak
bagus, sehingga debit airnya sukar meresap ke dalam tanah. Waduk terdiri dari
komponen abiotik dan biotik (bentos, nekton, plankton dan neuston) yang saling
berinteraksi melalui arus energi dan daur hara (nutrien). Bila interaksi keduanya
terganggu, akan terjadi perubahan atau gangguan yang menyebabkan ekosistem
perairan itu menjadi tidak seimbang, (Soylu dan Gonulol 2003 ).
Waduk Sei Pulai merupakan waduk tertua di Pulau Bintan yang digunakan
sebagai sumber air baku utama di PDAM Tirta KEPRI. Kondisi hutan lindung
sekitaran Waduk Sei Pulai sudah mengalami permasalahan dengan lahan yang
digunakan sebagai kebun kelapa sawit dan pemukiman warga, (Irawan 2013). Hal
ini diduga dapat menyebabkan perairan waduk menyusut karena terganggunya
daerah tampungan air. Perairan yang seringkali menyusut memiliki dampak
terhadap biota yang ada, terutama pada perairan litoral waduk yang paling
berdampak. Daerah litoral adalah daerah yang dangkal dengan intensitas cahaya
matahari hingga ke dasar. Daerah ini berhubungan dengan jenis biota yang ada
khususnya ikan. Ikan memiliki peranan penting bagi ekosistem dan lingkungan,
sehingga dapat dijadikan sebagai bioindikator terhadap kualitas suatu badan
perairan, (Hendrata 2004 dalam Rahman dan Khairoh 2012). Jika jumlah
produsen primer melimpah dan beranekaragam bisa jadi ikan yang berada di
perairan tersebut beranekaragam pula.
Penelitian sebelumnya oleh Prawira (2014), tentang identifikasi tingkat
kesuburan fitoplankton di perairan Waduk Sei Pulai menunjukkan bahwa Waduk
Sei Pulai memiliki distribusi fitoplankton yang tidak jauh berbeda pada setiap
2

stasiun. Keberadaan fitoplankton berkaitan erat dengan biota lainnya seperti ikan.
Ikan adalah salah satu biota yang sangat berperan penting dalam keseimbangan
ekosistem, ikan di Waduk Sei Pulai pada awalnya sangat beranekaragam mulai
dari ikan lele, ikan mas, ikan mujair, ikan putak, ikan kepala putih, ikan belang
harimau dan ikan belut, (PDAM Tirta KEPRI 2009). Kondisi perairan yang
terkadang menyusut hingga ke bagian tengah sehingga perlu diketahui
keanekaragam ikan di Waduk Sei Pulai dan kondisi parameter fisika dan kimia
perairan saat ini.

1.2.Perumusan Masalah
Terdapatnya berbagai macam aktivitas yang ada di darat dan di perairan
Waduk Sei Pulai seperti terdapatnya PDAM Tirta KEPRI, adanya perkebunan
kelapa sawit memiliki kemungkinan berdampak pada kondisi ekologis perairan
(Irawan 2013), serta belum memadai informasi mengenai keanekaragaman ikan di
Waduk Sei Pulai. Dari uraian diatas dapat dirumuskan beberapa permasalahan
antara lain, yaitu :
a. Bagaimana keanekaragaman ikan pada zona litoral di Waduk Sei Pulai ?
b. Bagaimanakah kondisi parameter fisika dan kimia pada zona litoral di Waduk
Sei Pulai ?

1.3.Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui keanekaragaman ikan pada zona litoral di Waduk Sei Pulai
2. Kondisi parameter fisika dan kimia pada zona litoral di Waduk Sei Pulai.

1.4.Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai salah satu informasi instansi
pengelola Waduk mengenai keanekaragaman ikan serta kondisi parameter fisika
dan kimia perairan di Waduk Sei Pulai.
3

1.5. Kerangka Pikiran


Kerangka pikir penelitian disajikan pada Gambar 1.

Waduk Sei Pulai

Biotik Abiotik

• Jenis ikan Parameter Fisika Parameter Kimia


• Kelimpahan • Suhu • pH
• Indeks Keanekaragaman • Kecerahan • DO
• Indeks Keseragaman • Kekeruhan
• Indeks Dominasi

Jenis ikan dan kondisi


fisika dan kimia perairan

Upaya pengelolaan waduk berbasis


komoditas ikan
Gambar 1. Kerangka Pikir
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ikan
Ikan merupakan hewan vertebrata akuatik berdarah dingin dan bernafas
dengan insang. Ikan didefinisikan sebagai hewan bertulang belakang (vertebrata)
yang hidup di air dan secara sistematik ditempatkan pada Filum Chordata dengan
karakteristik memiliki insang yang berfungsi untuk mengambil oksigen terlarut
dari air dan sirip digunakan untuk berenang. Ciri-ciri umum dari golongan ikan
adalah mempunyai rangka bertulang sejati dan bertulang rawan, mempunyai sirip
tunggal atau berpasangan dan mempunyai operculum, tubuh ditutupi oleh sisik
dan berlendir serta mempunyai bagian tubuh yang jelas antara kepala, badan, dan
ekor. Ukuran ikan bervariasi mulai dari yang kecil sampai yang besar.
Kebanyakan ikan berbentuk torpedo, pipih, dan ada yang berbentuk tidak teratur,
(Siagian 2009).
Ikan sebagai salah satu organisme yang menjadi kajian ekologi, sehingga harus
dijaga kelestariannya. Sebagai langkah awal diperlukan kegiatan identifikasi
terhadap organisme tersebut. Identifikasi adalah menempatkan atau memberikan
identitas suatu individu melalui prosedur deduktif kedalam suatu takson dengan
menggunakan kunci determinasi. Kunci determinasi adalah kunci jawaban yang
digunakan untuk menetapkan identitas suatu individu. Kegiatan identifikasi
bertujuan untuk mencari dan mengenal ciri-ciri taksonomi yang sangat bervariasi
dan memasukkannya ke dalam suatu takson. Selain itu untuk mengetahui nama
suatu individu atau spesies dengan cara mengamati beberapa karakter atau ciri
morfologi spesies tersebut dengan membandingkan ciri-ciri yang ada sesuai
dengan kunci determinasi, (Layli 2006).
A. Morfologi
Morfologi ikan merupakan acuan yang digunakan dalam studi identifikasi.
Spesies ikan memiliki karakteristik yang berbeda-beda dalam hal ukuran,
pigmentasi, sirip, dan morfologi eksternal lainnya. Berikut adalah morfologi
eksternal dan variasi yang dapat diamati pada ikan, (Lagler et al. 1997 dalam
Kottelat et al. 1993):
5

1. Tubuh
Tubuh ikan terdiri dari bagian kepala, badan, dan ekor. Bagian kepala dimulai
dari ujung mulut hingga ujung tutup insang paling belakang. Bagian badan
terletak di antara tutup insang paling belakang hingga permulaan anal fin. Bagian
ekor dimulai dari permulaan anal fin hingga ujung caudal fin. Bentuk tubuh pada
ikan terbagi menjadi fusiform, pipih, tali dan pita. Bentuk fusiform umumnya
ditemukan pada sebagian besar ikan. Bentuk ini memudahkan pergerakan pada
perairan berarus. Morfologi pada bagian tubuh ikan dapat dilihat pada Gambar 2.
A B
F D
G C

E
J
H
I K L
Gambar 2. Sirip keras dorsal fin (a), sirip lemah dorsal fin (b), adipose fin (c),
caudal fin (d), line lateral (e), tutup insang (f), mata (g), sungut (h),
pelvic fin (i), pectoral fin (j), anal fin sirip keras (k), anal fin sirip lemah
(l). ((Lagler et al. 1977; Kottelat et al.1993).

2. Mulut
Tipe posisi mulut pada spesies ikan dapat digunakan sebagai kunci identifikasi.
Tipe-tipe posisi mulut ikan dapat dilihat pada Gambar 3.

a b c d
Gambar 3. Posisi mulut; terminal (a), subterminal (b), inferior (c), superior (d).
(Lagler et al. 1977; Kottelat et al.1993).
6

3. Mata
Ukuran, posisi dan penutup mata pada ikan menjadi variasi yang dapat
digunakan sebagai kunci identifikasi, ( Kottelat et al. 1993).
3. Hidung
Letak dan jumlah lubang hidung menjadi kunci identifikasi pada spesies ikan.
Lubang hidung terletak di depan mata. Hidung berjumlah tunggal serta terbagi
menjadi bagian anterior dan posterior oleh flap, (Kottelat et al. 1993).
4. Sungut
Sungut terletak pada bagian anterior kepala, terhubung dengan hidung dan
mulut. Sungut berbentuk tonjolan kecil atau memanjang. Sungut dapat berukuran
sangat kecil dan tersembunyi di dalam lipatan kulit. Letak, ukuran, dan jumlah
sungut digunakan sebagai acuan identifikasi, (Kottelat et al. 1993).
5. Sirip
Sirip (fin) pada ikan terbagi menjadi sirip tunggal (dorsal fin, caudal fin, dan
anal fin), serta sirip berpasangan (pectoral fin dan pelvic fin). Sirip pada ikan juga
terbagi menjadi sirip keras dan sirip lunak. Sirip keras mempunyai ciri-ciri, tidak
bercabang dan tidak bisa rebah, sebaliknya pada sirip lemah, bercabang dan bisa
rebah. Sirip keras terbentuk pada bagian depan dorsal fin dan anal fin. Karakter
sirip terutama pada kondisi ada atau tidak serta jumlah dan posisi. Selain itu
bentuk caudal fin juga berbeda-beda pada berbagai spesies ikan sehingga berguna
sebagai acuan identifikasi. Berbagai bentuk caudal fin yaitu, bulat, bersegi, sedikit
cekung, bulan sabit, bercagak, meruncing dan lanset, (Kottelat et al. 1993).
6. Linea lateral (gurat sisi)
Linea lateral merupakan ciri yang ditemukan pada bagian badan. Linea lateral
berbentuk memanjang mulai dari pembukaan operculum hingga caudal fin, tetapi
juga berbentuk garis putus-putus dan bercabang.
7. Sisik
Berdasarkan bentuk dan bahan kandungannya, sisik pada ikan terbagi menjadi
plakoid, kosmoid, ganoid, sikloid dan stenoid. Umumnya ikan bersirip lunak
memiliki tipe sisik sikloid, sedangkan ikan bersirip keras memiliki sisik stenoid.
Sisik dapat bervariasi sehingga dapat berguna sebagai karakter identifikasi.
7

Jumlah sisik pada beberapa bagian tubuh ikan juga dapat digunakan sebagai
karakter identifikasi. Posisi sisik tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.

a
e
c b

Gambar 4. Jumlah sisik yang dijadikan kunci identifikasi; sisik di depan dorsal fin
(a), sisik antara linea lateral dan awal dorsal fin (b), sisik pada linea
lateral (c), sisik antara lina lateral dan awal anal fin (d), sisik di
sekeliling batang ekor pada bidang tersempit (e).(Lagler et al. 1977;
Kottelat et al. 1993).

8. Pigmen
Pigmen tersusun dari karotenoid, melanin, purin, dan pterin. Pigmen terletak
dalam sel khusus yang disebut kromatofora. Pola warna serta posisi warna dapat
menjadi kunci identifikasi. Aplikasi yang paling umum dari pola pigmentasi pada
ikan adalah untuk menentukan spesies dan jenis kelamin, (Kottelat et al.1993).

2.2. Keanekaragaman Ikan


Keanekaragaman ikan di Indonesia dikenal sangat tinggi, diperkirakan terdapat
kurang lebih 8500 jenis ikan, dengan jumlah 800 jenis ikan terdapat pada perairan
air tawar dan payau, (Trijoko dan Pranoto 2006). Di perairan Indonesia bagian
barat terdapat sekitar 99 jenis dari keseluruhan 150 jenis yang terdapat di Asia
Tenggara, untuk wilayah Afrika terdapat 74 jenis, dan Amerika tedapat 60 jenis,
(Trijoko dan Pranoto, 2006). Sepat siam adalah salah satu spesies yang paling
terkenal diantara empat spesies ikan yang disebut sebagai sepat. Dari namanya,
sepat siam memang berasal dari Siam (Thailand).
8

2.3. Daerah Litoral Perairan Waduk


Daerah litoral adalah daerah perairan yang masih bersentuhan dengan daratan
dengan intensitas cahaya matahari hingga kedasar perairan. Pada daerah ini terjadi
pencampuran sempurna antara berbagai faktor fisika dan kimia perairan.
Organisme yang biasanya ditemukan adalah tumbuhan akuatik, kerang, crustacea,
amfibi, ikan, perifiton, dan lainnya, (Satino 2010).

2.4. Parameter Fisika dan Kimia Perairan


2.2.1. Parameter Fisika
A. Suhu
Suhu perairan dipengaruhi oleh intensitas cahaya yang masuk kedalam air.
Suhu selain berpengaruh terhadap berat jenis, viskositas dan densitas air, juga
berpengaruh terhadap kelarutan gas dan unsur-unsur dalam air. Sedangkan
perubahan suhu dalam kolom air akan menimbulkan arus secara vertikal.
Suhu air di permukaan dipengarui oleh kondisi meteorologi seperti; curah
hujan, penguapan, kelembapan udara, suhu udara, kecepatan angin, dan intensitas
radiasi matahari, (Nontji 2007). Perubahan suhu sangat berpengaruh terhadap
proses fisika, kimia, dan biologi badan air. Suhu juga sangat berperan dalam
mengendalikan kondisi ekosistem perairan.

B. Kecerahan
Kecerahan perairan adalah suatu kondisi yang menunjukkan kemampuan
cahaya untuk menembus lapisan air pada kedalaman tertentu. Penetrasi cahaya
merupakan besaran untuk mengetahui sampai kedalaman berapa cahaya matahari
dapat menembus lapisan suatu ekosistem perairan. Nilai ini sangat penting dalam
kaitannya dengan laju fotosintesis. Besar nilai penetrasi cahaya ini dapat
diidentifikasikan dengan kedalaman air yang memungkinkan masih
berlangsungnya proses fotosintesis. Nilai penetrasi cahaya sangat dipengaruhi
oleh intensitas cahaya matahari, kekeruhan air serta kepadatan plankton di suatu
perairan, (Barus 2001).
9

C. Kekeruhan
Kekeruhan menggambarkan kurangnya kecerahan perairan akibat adanya
bahan-bahan koloid dan tersuspensi seperti lumpur, bahan organik dan anorganik,
dan mikroorganisme perairan, (Wilson 2010). Kekeruhan digambarkan dengan
satuan NTU. Kekeruhan pada perairan tergenang (lentik) biasanya disebabkan
oleh bahan tersuspensi berupa koloid dan partikel-partikel halus lainnya, (Effendi
2003).

2.2.2. Parameter Kimia


A. Derajat Keasaman
Derajat keasaman atau pH merupakan salah satu parameter yang penting dalam
memantau kestabilan perairan. Umumnya indikator sederhana yang digunakan
adalah kertas lakmus yang berubah menjadi merah bila keasamannya tinggi dan
biru bila keasamannya rendah.
Selain menggunakan kertas lakmus, indikator asam basa dapat diukur dengan
pH meter yang berkerja berdasarkan prinsip elektrolit / konduktivitas suatu
larutan. Sistem pengukuran pH mempunyai tiga bagian yaitu elektroda
pengukuran pH, elektroda referensi dan alat pengukur impedansi tinggi. Istilah pH
berdasarkan dari “p”, lambang metematika dari negatif logaritma, dan “H”,
lambang kimia dari unsur Hidrogen

Klasifikasi nilai pH adalah sebagai berikut:


pH = 7 : Netral
7 < pH < 14 : Alkalis ( basa )
0 < pH < 7 : Asam
Air dikatakan basa apabila pH >7 dan dikatakan asam bila pH <7.Secara
alamiah pH perairan dipengaruhi oleh konsentrasi karbon dioksida dan senyawa
yang bersifat asam. Selanjutnya, sebagian besar biota akuatik sensitive terhadap
perubahan pH dan menyukai nilai pH sekitar 7 – 8.
10

2.3.2 Oksigen Terlarut


Oksigen terlarut merupakan variabel kimia yang mempunyai peranan yang
sangat penting bagi kehidupan biota air sekaligus menjadi faktor pembatas bagi
kehidupan biota. Daya larut oksigen dapat berkurang disebabkan naiknya suhu air
dan meningkatnya salinitas. Konsentrasi oksigen terlarut dipengaruhi oleh proses
respirasi biota air dan proses dekomposisi bahan organik oleh mikroba. Pengaruh
ekologi lain yang menyebabkan konsentrasi oksigen terlarut menurun adalah
penambahan zat organik (buangan organik), (Connel dan Miller 1995).
11

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1.Waktu dan Tempat


Penelitian ini dilakukan pada Februari - April 2019. Pengambilan sampel dan
pengamatan di perairan Waduk Sei Pulai, Kabupaten Bintan, sedangkan analisis
laboratorium dilakukan di Marine Biology Laboratory Fakultas Ilmu Kelautan
dan Perikanan Universitas Maritim Raja Ali Haji.
3.2.Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1: Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian
No. Parameter Pengukuran Alat/Bahan
Parameter Fisika
1. Suhu Multitester
2. Kecerahan Secci Disk
3. Kekeruhan Turbidy Meter (oaklon)
Parameter Kimia
1. Derajat Keasaman Multitester
2. Oksigen terlarut Multitester
Biologi
1 Ikan Jala tebar, tangguk, Jangka
sorong, kaca pembesar,
Nampan, jarum pentul,
Formalin 10% dan
buku Identifikasi
3.3. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei yaitu
pengamatan dilakukan langsung di lapangan. Data yang dikupulkan berupa data
primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung
dari lapangan sedangkan data sekunder diperoleh dari literatur yang dapat
mendukung penelitian ini.
Pengambilan data ikan berupa panjang, bobot dan foto ikan. Kondisi
lingkungan yang di amati adalah; suhu, kecerahan, kekeruhan, derajat keasaman
(pH), dan oksigen terlarut.
12

3.4.Penentuan Titik Sampling


Penentuan titik dilakukan secara purposive sampling, yaitu penentuan titik
sampling berdasarkan karakteristik pada perairan Waduk Sei Pulai yang dianggap
mewakili kondisi perairan tersebut. titik pertama sampai kelima berada pada
bagian tali air (inlet), titik ke 6 berada di bagian saluran penghubung antara inlet
ke bagian lainnya, titik ketujuh dan titik kedelapan berada di bagian tengah
waduk, stasiun kesembilan dan sepuluh berada pada bagian outlet. Peta titik
sampling dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Titik sampling ikan

3.5.Sampling Ikan
Penangkapan ikan dilakukan di 10 titik menggunakan jala tebar ukuran mata
jaring 3cm dan tangguk dengan ukuran mata jaring 0,5 cm. Ikan yang di dapat
diambil 6 ekor per jenis (jika hanya ditemukan kurang dari 6 ekor maka sampel
akan di ambil sesuai jumlah) dan dilakukan identifikasi dengan menggunakan
buku identifikasi Kottelat et al. (1993), www.fishbase.org (2019) dan Sukmono,
dan Margareta, (2017). Data morfologi ikan yang di peroleh diukur berdasakan
acuan Tabel 2, Gambar 6 dan Gambar 7 .
13

Tabel 2. Morfometrik dan Meristik ikan


Kode Keterangan Karakter untuk Identifikasi
Morfometrik
PT Panjang total Jarak moncong hingga ujung ekor
PB Panjang baku Jarak moncong hingga pangksl ekor
- Panjang kepala Jarak moncong hingga ujung operculum
- Tinggi badan Jarak terjauh antara bagian dorsal/
punggung dan ventral/ perut
Meristik
D Sirip dorsal/ punggung Jumlah jari-jari keras dan lemah
A Sirip anal/ dubur Jumlah jari-jari keras dan lemah
P Sirip pectoral/ dada Jumlah jari-jari keras dan lemah
Pv Sirip pelvic/ perut Jumlah jari-jari keras dan lemah
Li Lateral line/ gurat sisi Jumlah sisik sepanjang lateral line
- Sirip adipose/ lemak Ukuran sirip
- Barbell/ sungut Jumlah sungut
SMB Sisik melintang badan Jumlah sisik antara sirip dorsal dengan
lateral line
SMBt Sisik melintang batang ekor Jumlah sisik melintang pada bagian
paling sempit di depan ekor
(Sukmono dan Margareta 2017).

Gambar 6. Skema pengukuran morfometrik dan meristik 1 (Sukmono dan


Margareta 2017).
14

Gambar 7. Skema pengukuran morfometrik dan meristik 2 (Sukmono dan


Margareta 2017).

3.6. Parameter Fisika dan Kimia Perairan


Parameter fisika dan kimia perairan dapat diukur secara langsung maupun
diukur di laboratorium riset Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan UMRAH
Senggarang yang dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Metode pengukuran parameter fisika dan kimia perairan


No. Parameter Keterangan
Parameter Fisika
1. Suhu Menggunakan multitester secara insitu (di lapangan)
2. Kecerahan Menggunakan secci disk (di lapangan)
3. Kekeruhan Menggunakan turbidy meter (diukur di laboratorium)
Parameter Kimia
1. Derajat Menggunakan multitester secara insitu di lapangan
keasaman (pH)
2. Oksigen terlarut Menggunakan multitester secara insitu di lapangan

3.1. Analisis Data


Data yang diperoleh adalah data parameter lingkungan perairan (fisika dan
kimia) serta data biologi (jenis dan jumah individu ikan). Data ikan digunakan
sebagai deskripsi dari keanekaragaman ikan di Waduk Sei Pulai. Data yang di
peroleh dibandingkan dengan literatur batas ambang ikan. Untuk identifikasi jenis
ikan dilakukan di Laboratorium Riset Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan
UMRAH.
15

Analisi data ikan dilakukan dengan beberapa indeks, yaitu:


1. Kelimpahan Relatif
Menurut Odum (1993), untuk menghitung kelimpahan relatif, maka
menggunakan rumus sebagai berikut :
KR= ni x 100%
N
keterangan:
KR : kelimpahan Relatif
ni : Jumlah individu spesies ke-i
N : jumlah total individu spesies
2. Indeks Keanekaragaman
Perhitungan indeks keanekaragaman dilakukan dengan menggunakan formulasi
Shannon-weaver (Odum 1993), yaitu:
𝐻 ′ = -∑𝑃𝑖 ln𝑃𝑖
I=1

Pi = 𝑛𝑖/𝑁

Keterangan :
H′ : Indeks Keanekaragaman
Pi : Perbandingan individu jenis ke-I dengan individu total
ni : Jumlah individu spesies ke-i
N : Jumlah total individu spesies
S : Jumlah jenis
Kisaran indeks keanekaragaman (Odum 1993)
H' < 2,3026 : keanekaragaman kecil dan kestabilan komunitas rendah
2,3026< H' < 6,9078 : keanekaragaman sedang dan kestabilan komunitas sedang
H' > 6,9078 : keanekaragaman tinggi dan kestabilan komunitas tinggi

3. Indeks keseragaman
Indeks keseragaman dapat dihitung dengan menggunakan rumus Evennes
(Odum 1971), yaitu:
E = 𝐻′ H max = ln S
H max
Keterangan :
E : Indeks keseragaman
16

H′ : Indeks keanekaragaman
S : Jumlah total spesies
Rentang keseragaman menurut Setyobudiandi et al. (2009) dalam Latuconsina
(2018).
0,00< E < 0,50: komunitas dalam kondisi tertekan
0,50> E < 0,75: Komunitas dalam kondisi labil
0,75 > E <1,00: Komunitas dalam kondisi stabil

4. Indeks Dominasi (Odum 1993)


s
D= ∑ [ni/N]2 i=1
i=1
Dengan :
D = Indeks dominasi Simpson
ni = Jumlah individu Spesies ke-i
N = Jumlah total individu seluruh spesies
Rentang dominasi menurut Setyobudiandi et al. (2009) dalam Latuconsina
(2018).
0,00< C < 0,50 : Rendah
0,50< C < 0,75 : Sedang
0,75< C < 1,00 : Tinggi
17

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran umum Waduk Sei Pulai


Waduk Sei Pulai berada di Kecamatan Bintan Timur kabupaten Bintan yang
dimanfaatkan sebagai sumber air baku bagi masyarakat Tanjungpinang dan
sekitarnya. Menurut PDAM Tirta KEPRI (2009), Waduk Sei Pulai merupakan
hasil bendungan terletak di km 14 Jalan Nusantara arah Kijang yang dibangun
pada tahun 1978 dengan luas 60 ha. Bendungan yang dibuat berfungsi sebagai
asupan air bagi waduk. Waduk ini memiliki 5 aliran pemasukan air (Inlet) dan
terdapat satu aliran pengeluaran (Outlet). Perairan waduk ditumbuhi oleh
beberapa jenis tumbuhan air dan terdapat berbagai macam biota air seperti ikan,
udang, cacing dan lain sebagainya. Terdapat berbagai jenis ukuran ikan mulai dari
ikan yang berukuran kecil hingga ikan berukuran ekonomis, begitu pula dengan
udang dan beberapa biota lainnya. Waduk ini juga dimanfaatkan masyarakat
sebagai daerah penangkapan ikan hias.
Perairan Waduk Sei Pulai memiliki karakteristik tertutup sehingga tidak terjadi
pasang surut, waduk ini hanya mengalami penyusutan volume yang diakibatkan
pemakaian dari PDAM dan faktor cuaca. Pada beberapa bagian waduk terdapat
kebun masyarakat dan bagian lainnya terdapat pepohonan hutan lindung.

4.2. Hasil Penelitian


4.2.1. Jenis Ikan Yang Ditemukan

Hasil penelitian di waduk Sei Pulai mendapatkan 5 jenis ikan dari 4 famili
yang menyebar di semua titik stasiun penelitian. Adapun jenis ikan yang
ditemukan adalah ikan mujair (Oreochromis mossambicus), Ikan putak
(Notopterus notopterus), Ikan belang harimau / ikan sumatra (Puntigrus
tetrazona), Ikan kepala timah (Aplocheilus panchax), dan Ikan seluang (Rasbora
dusonensis).
18

A. Ikan mujair (Oreochromis mossambicus)


Ikan mujair memiliki ciri-ciri berwarna hitam, bentuk badan pipih, bentuk
mulut sub terminal dan ekor tegak. Dengan jari sirip punggung 30, sirip dubur 12,
sirip dada 12, sirip perut 13, sisik lateral line 43, sisik antara sirip punggung ke
lateral line 14, dan sisik pangkal ekor 12. Hasil pengamatan ini tidak jauh berbeda
dari beberapa penelitian sebelumnya yaitu sirip punggung 25-30 jari-jari dan sirip
dubur 9-12 jari-jari, (Kottelat et al.1993). Morfologi ikan mujair disajikan pada
Gambar 8.

a b
Gambar 8. Ikan mujair (a) hasil penelitian (b) sumber: www.fishbase.org (2019)

Klasifikasi ikan mujair menurut Saanin (1968), adalah sebagai berikut:


Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Genus : Oreochromis
Spesies : O. mossambicus
Nama asing : Mossambique tilapia
Nama Lokal : Mujair, ikan jepang, jabir

B. Ikan putak (Notopterus notopterus)


Ikan putak memiliki ciri-ciri berbadan pipih, bentuk mulut sub terminal,
punggung seperti pisau, ekor meruncing, panjang total 13,2 cm, panjang standar
8,9 cm, panjang kepala 2,9 cm, tinggi badan 3,6 cm, sisik dubur 11 jari-jari, dan
sirip punggung 6 jari-jari. Ikan putak adalah ikan yang sudah mulai susah
ditemukan atau salah satu hewan langka. Meristik ikan putak ini dipengaruhi oleh
19

faktor lingkungan seperti suhu, (Tanning 1952). Morfologi ikan putak disajikan
pada Gambar 9.

a b
Gambar 9.Ikan putak (a) hasil penelitian (b) sumber: www.fishbase.org (2019)

Adapun klasifikasi ikan putak menurut Pallas (1769) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Osteoglossiformes
Famili : Notopteridae
Genus : Notopterus
Spesies : N. notopterus

C. Ikan belang harimau / ikan sumatra (Puntigrus tetrazona)


Ikan belang harimau atau ikan Sumatra memiliki ciri-ciri bewarna kekuningan
dengan garis hitam, mulut sub terminal, ekor cagak, memiliki panjang total 6-10
cm, panjang standar 4-8 cm, panjang kepala 2-4 cm, dan tinggi badan 3-4 cm.
memeiliki sirip punggung 5 jari-jari, sirip dubur 4 jari-jari, sirip dada 7 jari-jari,
sirip perut 28 jari-jari, sisik lateral line 23 sisik, sisik melintang badan 4 sisik, dan
sisik melingkar badan ekor 5. Morfologi ikan belang harimau disajikan pada
Gambar 10.
20

a b
Gambar 10. Ikan belang harimau (a) hasil penelitian (b) sumber:
www.fishbase.org (2019)

Adapun klasifikasi menurut Kottelat et al. (1993) adalah sebagai berikut:


Kingdom : Animalia
Filum : Chordata

Kelas : Actinopterygii

Ordo : Cyprinodontiformes

Family : Cyprinidae

Genus : Puntigrus

Spesies : P. tetrazoa

Nama local : Tetra Sumatra

Nama dagang : Tiger barb

D. Ikan kepala timah (Aplocheilus panchax)


Ikan kepala timah merupakan ikan yang biasa hidup di sawah dengan tanaman
air mengapung yang padat, (Firmansyah et al. 2015). Ikan kepala timah memiliki
ciri-ciri bewarna putih kecoklatan dan terdapat satu bintik putih dibagian
kepalanya, bentuk mulut inferior, ekor baji, ikan ini berukuran kecil dengan
panjang total 5,12-6,32 cm, panjang standar 3,14-5,2 cm, panjang kepala 1,64-2,1
cm, dan tinggi badan 0,78-1,43 cm. ikan ini memiliki sirip punggung sebanyak 7
jari-jari, sirip dada 14 jari-jari, sirip dubur 16 jari-jari, sirip perut 24 jari-jari, serta
memiliki sisik melintang badan sebanyak 6 sisik dan sisik melintang batang ekor
7 sisik. Tidak jauh berbeda dengan penelitian sebelumnya yaitu; sirip punggung 7
jari-jari, sirip anal 15-16 jari-jari dan sirip dada 14 jari-jari, (Kottelat et al. 1993).
21

Di perairan sungai Mufti paling banyak ditemukan ikan kepala timah, (Syahbudin
dan Maulana 2018). Morfologi ikan kepala timah disajikan pada Gambar 11.

a b
Gambar 11. Ikan kepala timah (a) hasil penelitian (b) sumber: www.fishbase.org
(2019)

Klasifikasi ikan kepala timah menurut Kottelat et al. (1993), adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata

Kelas : Actinopterygii

Ordo : Cyprinodontiformes

Famili : Aplocheilidae

Genus : Aplocheilus

Spesies : A. panchax

Nama lokal : Kepala Timah


Nama dagang : Panchax

E. Ikan seluang (Rasbora dusonensis)


Ikan seluang berukuran kecil, bewarna kecoklatan dengan garis hitam di
sepanjang lateral line, bentuk mulut sub terminal, ekor cagak, memiliki panjang
total 5,10-6,30 cm, panjang standar 3,78-5,1 cm, panjang kepala 1,32-2,20 cm,
dan tinggi badan 0,81-1,47 cm. Ikan ini memiliki jari-jari punggung sebanyak 8
jari-jari, sirip dada 12 jari-jari, sirip dubur 8 jari-jari, dan sirip perut 8 jari-jari
22

serta memiliki sisik melintang badan 4 sisik dan sisik melintang batang ekor 5
sisik. Morfologi ikan seluang disajikan pada Gambar 12.

a b
Gambar 12. Ikan seluang (a) hasil penelitian (b) sumber: www.fishbase.org (2019)

Klasifikasi ikan seluang menurut Bleeker (1850), adalah sebagai berikut:


Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Astynopterygii
Ordo : Cypriniformes
Famili : Cyprinidae
Genus : Rasbora
Spesies : R.dusonensis
Nama lain : Global: Rosefin Rasbora, Yellow Tail Rasbora (aquarium);
Jambi: Seluang; Riau: Pantau; Punan: Beteluh

4.2.2. Jumlah Ikan Yang Ditemukan

Dari hasil penelitian yang dilakukan selama tiga bulan, terdapat perbedaan
jumlah individu antar spesies yang ditemukan setiap bulan. Hal ini dapat
diakibatkan oleh tingginya air serta kondisi waduk yang dipenuhi tumbuhan air
yang menjulang tinggi sehingga jala yang ditebar tertahan oleh tumbuhan air yang
ada. Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.
23

Tabel 4. Jumlah individusetiap jenis ikan yang ditemukan di Waduk Sei Pulai
Februari Maret April
Ikan Inlet Tengah Outlet Inlet Tengah Outlet Inlet Tengah Outlet

O. musambicus 1 0 0 0 0 0 2 0 0
R. dusonensis 43 23 0 24 32 0 67 28 0
N. notopterus 0 0 0 0 0 0 2 0 0
A. panchax 32 19 0 43 7 0 38 12 0
P. tetrazona 38 12 4 43 17 0 54 21 0
Total 114 54 4 110 56 0 163 61 0

Berdasarkan hasil identifikasi di laboratorium, ikan yang ditemukan di perairan


Waduk Sei Pulai selama 3 bulan dengan 10 titik pengambilan sampel yaitu, bulan
Februari pada inlet (titik 1-5) ditemukan 114 individu dari 4 spesies yakni
O.mossambicus, R.dusonensis, A.panchax, dan P.tetrazona. Pada titik tengah (6-
8) ditemukan 54 individu dari 3 spesies yakni, R.dusonensis, A.pancha,x dan
P.tetrazona. Titik outlet (9 dan 10) ditemukan 4 individu dari 1 spesies yakni
P.tetrazona.
Pada bulan Maret titik inlet ditemukan 110 individu dari 3 spesies yakni
R.dusonensis, A.panchax, dan P.tetrazona. Pada titik tengah ditemukan 56
individu dari 3 spesies yakni 3 spesies yakni R.dusonensis, A.panchax, dan
P.tetrazona. Pada titik outlet tidak ditemukan individu ikan. Pada bulan ketiga
pada titik inlet ditemukan 163 individu dari 5 spesies yakni O.mossambicus,
R.dusonensis, N.notopterus, A.panchax, dan P.tetrazona. Pada titik tengah
ditemukan 61 individu dari 3 spesies yakni R.dusonensis, A.panchax, dan
P.tetrazona. Pada titik outlet tidak ditemukan individu ikan. Jenis ikan yang
ditemukan paling banyak dari famili Cyprinidae karena perairan waduk tidak
terjadi pasang surut sehingga ideal untuk ikan dari famili ini. Selain itu didukung
juga dengan banyaknya tumbuhan jenis purun yang ada disana. Hasil penelitian
beberapa tempat lainnya seperti bendungan Lakitan, (Purwanto et al. 2018). Hasil
penelitian diperairan Serayu di dapat 22 jenis ikan yang tergolong kedalam 13
famili, famili Cyprinidae merupakan famili yang paling dominan dijumpai,
(Haryono et al. 2014), juga mendapatkan ikan yang paling banyak ditemukan dari
famili Cyprinidae. Ikan dari famili Cyprinidae memiliki penyebaran yang yang
sangat banyak di air tawar dengan 174 jenis ikan, (Kottelat et al. 1993). Pada titik
24

outlet ditemukan paling sedikit ikan diduga karena daerah ini hanya ditemukan
sedikit rumputan sehingga tidak mendukung untuk kehidupan beberapa jenis ikan
seperti ikan kepala timah, ikan seluang dan ikan belang harimau. Biasanya ikan
ini memiliki daerah mencari makan dan bermain dibawah rerumputan atau
tumbuhan air.
Berikut adalah rata-rata komposisi ikan perbulan yang disajikan dalam bentuk
Gambar 13-14.

80
jumlah individu

60
mujair
40 seluang
kepala timah
20
belang harimau
0 putak
februari maret april
Bulan

Gambar 13. Rata-rata komposisi ikan titik inlet

35
30
25
seluang
20
kepala timah
15
belang harimau
10
5
0
februari maret april

Gambar 14. Rata-rata komposisi ikan titik tengah

Gambar 13-15 menunjukkan jenis ikan yang tertangkap adanya perbedaan dan
kesamaan pada tiap bulannya. Hal ini di duga karena volume air waduk pada tiap
bulannya juga berbeda, selain itu juga berhubungan dengan alat tangkap yang
digunakan pada saat ditebar jala tertahan oleh tumbuhan air yang ada. Salah satu
faktor yang menyebabkan volume air menurun adalah curah hujan dan pemakaian
air oleh PDAM. Intensitas curah hujan pada bulan Februari berkisar antara 0,0 –
25

7,4 mm, pada bulan Maret 0,0 – 60,6 mm dan bulan April 0 – 14,2 mm, (BMKG
2019). Kondisi titik sampling yang banyak ditumbuhi tumbuhan air menghambat
jala yang ditebar sampai ke dasar sehingga kemungkinan banyak ikan yang
berhasil lolos dari tangkapan. Kemudian dengan alat tangkap tangguk hanya
mampu menangkap ikan berukuran kecil saja seperti ikan kepala timah, ikan
seluang, dan ikan belang harimau saja.

1. Indeks keanekaragaman, indeks keseragaman dan indeks dominasi ikan


di Waduk Sei Pulai
Hasil pengamatan diperoleh indeks keanekaragaman, indeks keseragamn dan
indeks dominasi di perairan Waduk Sei Pulai yang dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 6. Indeks keanekaragaman, indeks keseragaman dan indeks dominasi
Februari Maret April
Indeks
Inlet Tengah Outlet Inlet Tengah Outlet Inlet Tengah Outlet

Keanekaragaman 1,29 1,06 0,00 1,07 0,94 0,00 1,18 1,04 0,00
Keseragaman 0,93 0,97 0,00 0,97 0,86 0,00 0,73 0,65 0,00
Dominasi 0,34 0,36 1,00 0,35 0,43 0,00 0,33 0,37 0,00

• Indeks keanekaragaman

Hasil pengamatan setiap bulannya masih rendah berdasarkan kisaran Shannon-


weaver (1949) dengan nilai <2,3026 (Tabel 6). Titik inlet memiliki
keanekaragaman ikan yang rendah berkisar antara 1,07 - 1,29 hal ini masih
menunjukkan keanekaragaman kecil di perairan tersebut. Titik tengah memiliki
keanekaragaman yang masih terbilang rendah berkisar antara 0,94 - 1,06,
sedangkan pada titik outlet keanekaragaman sangat rendah yaitu 0 dikarenakan
kondisi perairan yang cukup keruh dan dalam. Keanekaragaman ikan juga
dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti arus dan kedalaman karena ikan
memiliki daya adaptasi yang berbeda-beda. Di Waduk Sei Pulai juga terdapat
kelompok ikan yang mendominasi yaitu famili Cyprinidae sehingga berdampak
terhadap keanekaragaman di waduk tersebut.
• Indeks keseragaman
Hasil penelitian (Tabel 6) selama tiga bulan di perairan Waduk Sei Pulai
memiliki tingkat keseragaman dalam kondisi stabil pada bagian inlet dan tengah
26

juga dalam kondisi stabil, sedangkan pada titik outlet komunitas ikan dalam
keadaan tertekan. Pada bulan Maret titik inlet memiliki komunitas ikan yang stabil
sama halnya dengan titik tengah masih dalam kondisi stabil, sedangkan titik outlet
sama halnya dengan bulan Februari masih memiliki komunitas yang tertekan.
Pada bulan April titik inlet memiliki komunitas ikan dalam keadaan stabil, tetapi
terjadi perubahan pada titik tengah karena komunitas ikan mengalami penurunan
dalam kondisi labil sedangkan titik outlet masih dalam keadaan tertekan. Pada
titik outlet setiap bulannya memiliki keseragaman komunitas yang tertekan hal ini
dikarenakan hanya sedikit jenis jumlah ikan yang diperoleh dari hasil tangkapan
selama 3 bulan serta kondisi perairan yang juga tidak banyak terdapat tumbuhan
air serta kedalamannya. Pada bulan April juga terdapat perbedaan pada titik
tengahnya hal ini dikarenakan kondisi perairan mengalami penyusutan volume
sehingga mempengaruhi jumlah ikan yang terdapat di perairan tersebut seerta hal
ini juga diduga ikan melakukan migrasi ke tempat yang memiliki volume air yang
lebih memadai dan mendukung kelangsungan hidupnya. Penentuan tingkat
keseragaman ikan ini berdasarkan rentang menurut Setyobudiandi et al. (2009),
dalam Latuconsina, (2018).
• Indeks dominasi
Waduk Sei Pulai paling banyak dijumpai (Tabel 6) ikan dari famili Cyprinidae,
hal ini dikarenakan perairan waduk tidak mengalami pasang surut dengan
ditumbuhi berbagai macam jenis tanaman air sehingga ikan ini mampu bertahan
hidup dan berkembang biak di perairan tersebut. Dari hasil penelitian lainnya juga
memiliki hasil yang sama yaitu ditemukannya famili Cyprinidae yang paling
banyak ditemukan di Waduk Gadjah Mungkur, (Sriwidodo et al. 2013) dan di
kawasan Sangkir, Rokan Riau (Pranata et al. 2016), serta Penelitian Fithra dan
Yusni, (2010) juga mendapatkan hasil ikan dari famili Cyprinidae yang paling
banyak dijumpai.
Parameter kualitas air memberikan gambaran tentang kesehatan badan
perairan, (Merisi et al. 2016). Semakin banyak intensitas cahaya matahari yang
mengenaibadan air maka semakin tinggi suhu diperairan tersebut, hal ini juga
nantinya berpengaruh terhadap kecerahan dan kekeruhan perairan, (Sittadewi
2008). Jika suhu melebihi batas maksimum maka ikan diperairan akan
27

mengalamigangguan bahkan berakibat kematian masal. Dari hasil pengamatan


menunjukkan bahwa perairan Waduk Sei Pulai masih sesuai dengan nilai baku
mutu air baku kelas 1 PP RI. No.82 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan
pengendalian pencemaran air yaitu deviasi 3 dengan kisaran pada bulan Februari
dengan rata-rata bagian inlet 31,740C, tengah 31,770C dan outlet 30,750C. Suhu
pada bulan Maret bagian inlet 31,440C, tengah 34,140C dan outlet 33,40C. Suhu
bulan April bagian inlet 32,040C, tengah 34,750C dan outlet 33,750C. Perbedaan
rata-rata suhu yang diperoleh berkaitan dengan waktu pada saat pengukuran,
(Hasibuan et al. 2017). Adanya perbedaan suhu juga diakibatkan volume air dan
curah hujanyang berbeda, pada bulan pertama waduk masih memiliki air dengan
volume yang cukup tinggi kisaran 2-5 meter pada bagian pinggirnya dengan curah
hujan pada saat penelitian 0,0 mm dengan penyinaran matahari sepanjang hari
sedangkan bulan kedua waduk mengalami penyusutan air yang diakibatkan
kondisi cuaca yang cukup panas dan air terus menerus di gunakan sebagai air
bersih bagi masyarakat serta curah hujan 0,0 mm. Pada penelitian sebelumnya
suhu perairan Waduk Sei Pulai berkisar antara 27-280C, (Prawira 2014) hal ini
juga menunjukkan volume air pada saat penelitian berbeda dengan hasil penelitian
sekarang, hal ini diperkirakan karena ada perbedaan cuaca. Suhu perairan sangat
berpengaruh terhadap kehidupan biota air seperti ikan. Ikan air tawar akan
bersembunyi pada saat suhu tinggi ikan akan migrasi ketempat lain. Data hasil
penelitian dapat dilihat pada Gambar 16.
40

34.75
35 34.14 33.75
31.77 32.04
33.4
31.74 31.44
30.75
Suhu (0c)

30 inlet
tengah
outlet
25

20
Februari Maret April
Bulan

Gambar 16. Suhu perairan Waduk Sei Pulai Februari-april


28

Perairan Waduk Sei Pulai memiliki kecerahan rata-rata pada tiap bulannya
sangat bagus dengan kisaran pada bulan Februari di bagian inlet 118,2 cm, bagian
tengah 39 cm dan bagian outlet 135,5 cm. Kecerahan pada bulan Maret bagian
inlet 35,2 cm, tengah 37,33 cm dan outlet 28 cm. Kecerahan bulan April bagian
inlet 34,8 cm, tengah 26,33 cm dan outlet 29 cm. Hasil penelitian tidak jauh
berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya di lokasi yang sama yaitu antara 7,75
- 55,95 cm (Prawira 2014). Volume air waduk juga sangat dipengaruhi oleh curah
hujan dimana 7 hari sebelum penelitian curah hujan cukup tinggi yaitu 0,0 - 888,0
mm, pada saat pengambilan sampel bulan Maret intensitas hujan 7 hari sebelum
penelitian rendah yaitu 0 – 7,4 mm dan bulan April memiliki tingkat kecerahan
paling rendah hal ini disebabkan volume air menurun pada bulan tersebut
sehingga sejalan dengan kecerahan perairan tersebut, curah hujan 7 hari sebelum
pengambilan sampel sangat rendah yaitu berkisar antara tidak terdeteksi – 0,0
mm. Kecerahan berpengaruh terhadap jenis ikan yang ada di suatu perairan
tersebut. Kecerahan perairan Waduk Sei Pulai sejalan dengan jenis ikan yang
ditemukan karena terdapat famili Cyprinidae yang hidupnya di perairan jernih.
Data hasil penelitian dapat dilihat pada Gambar 17.

290
135.5
250

210
Kecerahan (Cm)

118.2
170
inlet tengah
130
39 35.22 outlet
90 34.8 29
37.33
50 26.33
28
10
Februari Maret April
Bulan

Gambar 17. Kecerahan perairan Waduk Sei Pulai Februari-April

Kekeruhan perairan Waduk Sei Pulai masih memenuhi ambang baku mutu air
baku air mutu kelas 1 PP RI. No.82 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan
pengendalian pencemaran air yaitu 25 NTU. Pada Februari berkisar antara di
29

bagian inlet 4,04 NTU, bagian tengah 3, bagian tengah 3,97 NTU dan outlet 2,82
NTU. Kekeruhan pada bulan Maret di bagian inlet 9,96 NTU, bagian tengah 6,03
NTU dan bagian outlet 5,12 NTU. Kecerahan pada bulan April bagian inlet 6,67
NTU, bagian tengah 4,84 NTU dan bagian outlet 5 NTU. Pada titik inlet bulan
kedua kekeruhan paling tinggi diakibatkan ada hujan di hari sebelumnya. Hal ini
tidak jauh berbeda dengan penelitian sebelumnya yaitu 2.4 - 9.8 NTU, (Prawira
2014). Kekeruhan sama halnya dengan kecerahan yang berpengaruh terhadap
biota yang ada, ikan yang ditemukan di Waduk Sei Pulai rata-rata merupakan ikan
yang hidup dengan kondisi perairan cerah. Curah hujan sangat berpengaruh
terhadap kecerahan perairan, kondisi curah hujan yang tinggi akan menyebabkan
kekeruhan tinggi. Pada hari penelitian bulan Februari (07 Februari 2019) hanya
0,0 mm, pada bulan Maret (05 Maret 2019) hanya 0,0 mm dan bulan April (10
April 2019) tidak terdeteksi. Hasil penelitian dapat dilihat pada Gambar 18.
18

16 9.96
14
Kecerahan (NTU)

12

10 6.03 6.67 inlet


8 5.12 tengah
4.84
6 5 outlet
4.04 3.97
4 2.82
2

0
Februari Maret April
Bulan

Gambar 18. Kekeruhan perairan Waduk Sei Pulai Februari-April 2019

Derajat keasaman sangat menentukan kualitas air karena sangat membantu


proses kimiawi air. Pada umumnya ikan air tawar dapat hidup pada pH sedikit
asam berkisar antara 6,5-8, Titik kematian ikan pada pH asam 4 dan basa 11,
(Andria et al. 2018). Hasil pengamatan menunjukkan pH perairan Waduk Sei
Pulai masih sesuai dengan baku mutu air mutu kelas 1 PP R.I. No.82 2001 tentang
pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air yaitu 6-9 dengan rata-
rata pada bulan Februari di bagian inlet 6,63, bagian tengah 6,21 dan bagian outlet
30

6,25. Kekeruhan pada bulan Maret di bagian inlet 6,35, bagian tengah 6,56 dan
bagian outlet 6,67. Kekeruhan bulan April di bagian inlet 6,92, bagian tengah 6,67
dan bagian outlet 6,64 . Hasil ini menunjukkan tidak ada permasalah di waduk ini
dan tidak mengganggu biota yang ada di dalamnya seperti ikan. Hasil ini ada
perbedaan dengan hasil penelitian sebelumnya yaitu berkisar antara 7 – 8,5
,(Prawira 2014). Hal ini bisa diakibatkan adanya perbedaan musim pada saat
penelitian dan perbedaan volume air. Selain itu hal ini juga dapat dipengaruhi oleh
perkebunan yang ada di disekitaran waduk yang menggunakan pupuk karena pada
saat hujan maka air yang terkandung pupuk akan masuk kedalam waduk sehingga
dapat meningkatkan bahan organik seta dapat meningkatkan nilai pH.
Peningkatan kadar pH di perairan diakibatkan alga memperoleh bahan anorganik
dari ion bikarbonat pada saat proses fotosintesis, (Novotny 2011). pH yang sangat
rendah dapat menyebabkan kelarutan logam-logam semakin besar, sedangkan pH
yang terlalu tinggi akan menyebabkan konsentrasi amoniak meningkat, (Frasawi
et al. 2013). Hasil penelitian dapat dilihat pada Gambar 20.

8 6.92
6.67 6.64
6.56
7 6.63 6.35 6.67
6.21 6.25
6
pH

5 inlet
tengah
4
outlet
3

2
Februari Maret April
Bulan

Gambar 20. pH perairan Waduk Sei Pulai Februari-April 2019

Oksigen terlarut di perairan Waduk Sei Pulai dari hasil penelitian rata-rata
pada bulan Februari di titik inlet 7,72 mg/L, titik tengah 7,23 mg/L dan titik
outlet 6,3. Oksigen terlarut pada bulan Maret di titik inlet 6,64 mg/L, titik tengah
6,25 mg/L dan titik outlet 6,25 mg/L. Oksigen terlarut pada bulan April di titik
inlet 4,76 mg/L, titik tengah 6,23 mg/L dan titik outlet 5,2 mg/L. Hasil penelitian
31

sebelumnya juga tidak terlalu jauh berbeda yaitu berkisar antara 7,05- 9.89 mg/L,
(Prawira 2014). Ketersediaan oksigen perairan didukung banyaknya tumbuhan air
yang tumbuh di perairan Waduk Sei Pulai. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa ketersediaan oksigen terlarut di perairan waduk masih mencukupi sesuai
dengan baku mutu air baku kelas 1 PP RI. No.82 2001 tentang pengelolaan
kualitas air dan pengendalian pencemaran air yaitu 6 mg/L sehingga masih
mendukung kehidupan dan perkembangbiakan ikan. Data hasil penelitian dapat
dilihat pada Gambar 21.
8 7.72 7.23
6.3 6.64
7 6.25 6.23
6.25
6
DO (mg/l)

4.76 5.2
5 inlet
4 tengah
outlet
3
2
Februari Maret April
Bulan

Gambar 21. DO perairan Waduk Sei Pulai Februari-April 2019

1.5. Alternatif Pengelolaan


Berdasarkan hasil penelitian ditinjau dari segi parameter fisika dan kimia
perairan masih memenuhi baku mutu air kelas 1 PP RI. No 82 Tahun 2001
tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air masih dapat
mendukung pertumbuhan dan perkembangbiakan ikan. Sedangkan dari segi jenis
ikan yang ditemukan terdapat beberapa masalah yang terjadi, jenis ikan yang
ditemukan tidak merata pada tiap titik sampling sehingga kondisi ekosistem
waduk tidak seimbang. Selain tidak merata juga terdapat jenis ikan yang
mendominasi. Jumlah ikan yang ditemukan juga sangat sedikit sehingga dapat
mengancam keberlangsungan ikan di Waduk Sei Pulai. Menurut Irawan, (2003),
hutan lindung di Sei Pulai tergolong salah satu hutan yang sudah rusak, di
sekitaran waduk terdapat berbagai macam aktivitas seperti pemukiman warga dan
pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit dan kebun masyarakat lainnya.
32

Perubahan yang terjadi pada struktur di hutan yang ada dapat menimbulkan
dampak buruk bagi kualitas perairan di Waduk Sei Pulai.
Adapun hal-hal yang dapat direkomendasikan dari hasil penelitian adalah:
1. Sebaiknya dilakukan pengawasan dalam pemanfaatan hutan lindung untuk
kegiatan perkebunan dan lainnya.
2. Perlu adanya penambahan spesies asli Waduk Sei Pulai untuk meningkatkan
populasi di alam.
3. Pada titik inlet perlu dilakukan rehabilitasi hutan untuk mengembalikan daerah
tangkapan air yang sudah rusak, pada titik tengah dan outlet perlu dilakukan
pengawasan terhadap aktivitas.

Upaya pengelolaan waduk bertujuan untuk pemanfaatan yang berkelanjutan


sehingga dapat mempertahankan sumberdaya yang ada, baik sumberdaya hayati
maupun sumberdaya non hayati. Selain itu pengelolaan ini juga dapat
meningkatkan kembali ketersediaan air baku untuk kebutuhan PDAM.
33

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Waduk Sei Pulai memiliki tingkat keanekaragaman ikan yang rendah yaitu
berkisar antara 0 - 1,29.
2. Secara umum kualitas perairan di Waduk Sei Pulai masih memenuhi baku
mutu air baku kelas 1 PP RI. No.82 Tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas
air dan pengendalian pencemaran air sehingga tidak mengganggu kehidupan
organisme yang ada di perairan tersebut, khususnya ikan.

5.2 Saran
Apabila akan dilakukan penelitian lanjutan terkait keanekaragaman ikan di
Waduk Sei Pulai sebaiknya dilakukan pada malam hari, penelitian hendaknya
memperhatikan iklim (musim hujan atau musim kemarau) karena berpengaruh
terhadap hasil penelitian. Jika peneliti berikutnya ingin melakukan penelitian
dengan mengambil sampel ikan hendaknya dilakukan pada malam hari, hal ini
disebabkan ikan air tawar pada saat siang hari lebih banyak bersembunyi dibawah
tumbuhan air sehingga mempersulit dalam penangkapan.
34

DAFTAR PUSTAKA

Andria, A.F., Rahmaningsih, S. 2018. Kajian Teknis Factor Abiotikn Pada


Embung Bekas Galian Tanah Liat PT. Semen Indonesia Tbk. Untuk
Pemanfaatan Budidaya Ikan Dengan Teknologi KJA. Jurnal Ilmu Perikanan
dan Kelautan, 10(2): 95-104.

Barus, T.A, 2001. Pengantar Limnologi Studi Tentang Ekosistem Sungai dan
Danau, Fakultas MIPA. Medan. USU Press.

Connel, D.W., Miller, G.J. 1995. Kimia dan Otoksikologi Pencemaran,


Jakarta.Universitas Indonesia.

Fithra, R.Y., Yusni, I,S. 2010. Keanekaragaman Ikan Sungai Kampar


Inventarisasi dari Sungai Kampar Kanan. Jurnal Environment Science, 2 (4):
139-147.

Firmansyah, M.A., Werdiningsih, i., Purwanto. 2015. Perbedaan Daya Makan


Ikan Wader Pari ( Rasbora argyrotaenia), Ikan Wader Bitnik Dua (Puntius
binotatus), dan Ikan Kepala Timah (Aploichelus panchax) Sebagai Predator
Jentik Nyamuk. Jurnal Kesehatan Lingkungan, 8(2): 151-156.

Frasawi, A., Rompas, R., Watung, J. 2013. Potensi Budidaya Ikan di Waduk
Embung Klamalu Kabupaten Sorong Provinsi Papua Barat. Jurnal Budidaya
Perairan, 1(13): 24-30.

Gosline, W.A. 1996. Structures Acociated With Feeding and Three Broad
Mounted. Bentic Fish Group. Journal Environtment Biology Fishes.47 (2):
399.

Haryono., Rahardjo, M.F., Mulyadi., Affandi, R. 2014. Komunitas Ikan


Diperairan Sungai Serayu yang Terfragmentasi Waduk diwilayah Kabupaten
Banjarnegara. Jurnal Fauna Tropika, 28 (1): 35-43.

Hasibuan, I.F., Hariyadi, S., Adiwilaga, E.M. 2017. Status Kualitas Air dan
Kesuburan Perairan Waduk PLTA Koto Panjang, Provinsi Riau. Jurnal Ilmu
Pertanian Indonesia, 22(3): 149.

Hendrata, S. 2004. Pemanfaatan Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) Sebagai


Bioindikator Untuk Menilai Efektifitas Kinerja Ipal Rumah Sakit Pupuk
Kaltim, Bontang. Tesis. Universitas Diponegoro. Semarang.

Irawan, A.B. 2013. Valuasi Daya Dukung Fungsi Lindung di Pulau Bintan
Provinsi Kepulauan Riau. Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan, 5(1): 48-
45.
35

Kottelat, M., J.A., Whitten, S.N., Kartikasari., Wirdjoatmojo, S. 1993. Freshwater


Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Periplus Edition (HK) in
Collaboration with the Environmental Republik Indonesia. Jakarta.

Latuconsina, H., 2018. Ekologi Perairan Tropis: Prinsip Dasar Pengelolaan


Sumberdaya Hayati Perairan. Universitas Gadjah Mada. Edisikedua hal.77.

Lagler, K.F., Bordach, J.E., Miler, R. 1977. The Turties of Mexiko Land and
Fresh Water Formes. University of California Fresh. London.

Merisi, K., Hendrawan, D., Astono, W. 2016. Kajian Kualitas Air Waduk Kebon
Melati, Jakarta Pusat. Jurnal Teknologi Lingkungan, 8 (2): 155-169.
.
Nelson, A.F.M., Perisinoto, R., Appleton., 2010. Salinity and Temperature
Tolerance of The Invasive Freshwater Gastropod Tarebia Granifora. South
Africa Journal of Science, 3(4): 1-7.

Novotny, V. 2011. The Danger of Hypertrophic Status of Water Supply


Improundments Resulting From Excesive Nutrient Loads From
Agricultural and Other Source. Journal of Water Sustainability, 1 (2): 1-
14.

Odum, E.P. 1971. Fundamental of Ecology. Third Edition. W.B. Saunders


Company.

Odum, E. P. 1993. Dasar – Dasar Ekologi. Terjemahan Samingan T. Gadjah Mada


University Press.Yogyakarta.

Pranata, N.D. A.A. Purnama, R. Yolanda, R. Karno. 2016. Ikhtio fauna Sungai
Sangkir Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau. Jurnal Depik, 5 (3): 100-106.
Prawira, S. 2014. Identifikasi Tingkat Kesuburan Fitoplankton di Perairan Waduk
Sei Pulai, Kabupaten Bintan (Skripsi), Universitas Maritim Raja Ali Haji.
Tanjungpinang.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 tahun 2001 Tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Jakarta
Rahman, A., Khairoh, L.W. 2012. Penentuan Tingkat Pencemaran Sungai Desa
Awang Bangkal Berdasarkan Nutrition Value Oeficient dengan Menggunakan
Ikan Nila (Oreochromis Niloticus Linn.) Sebagai Bioindikator. Jurnal
Ekosains. IV (1) 46-71.
Saanin, H., 1968. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan I. Binatjipta. Bandung.

Sasongko, E.B., Widyastuti, E., Priyono, R.D. 2014. Kajian Kualitas Air dan
Penggunaan Sumur Gali Oleh Masyarakat di Sekitar Sungai Kaliyasa
Kabupaten Cilacap. Jurnal Ilmiah, 12 (1): 43-64.
36

Shannon, C.E., Weaver, W. 1949. The Mathematical Theory of Communication.


University of Illnois Press. Urban.

Siagian, C. 2009. Keanekaragaman dan Kelimpahan Ikan Serta Keterkaitannya


Dengan Kualitas Perairan di Danau Toba Balige, Sumatera Utara (Skripsi).
Sekolah Pascasarjana, Universitas Sumatera Utara. Medan.

Simanjuntak, M. 2012. Kualitas Air Laut Ditinjau Dari Aspek Zat Hara, Oksigen
Terlarut dan pH di Perairan Banggai, Sulawesi Tengah. Jurnal Ilmu dan
Teknologi Kelautan Tropis, 4 (2): 290-303. Jakarta.

Sittadewi, E.H. 2008. Identivikasi Vegetasi di Koridor Sungai Siok dan


Peranannya Dalam Penerapan Metode Bioenginering. Jurnal Sains dan
Teknologi Indonesia, 10 (2): 12-18.

Soylu, E. N., Gonulol, A. 2003. Phytoplankton and Sensonal Variations of the


River Ye Ilimak, Amasya. Journal of Fisheries and Aquatic Sciences, 3 (1) 17-
24.

Sriwidodo D.W.E., Budiharjo, A., Sugiyarto. 2013. Keanekaragaman jenis ikan di


kawasan inlet dan outlet Waduk Gajah Mungkur Wonogiri. Jurnal
Bioteknologi, 10 (2): 43-50.

Syahbudin., Maulana, F. 2008. Keanekaragaman Hayati Fauna Disungai Mufti


Kecamatan Banjarmasin Utara. Jurnal Bioeduscience, 2 (2): 135-139.

Tanning, A.W., 1952. Experimental Study of Meristic Character In Fishes Biologi


Rev. Cambridge Phil Society, 27 (2): 172-181.

Trijoko., Pranoto, F.S. 2006. Keanekaragaman Jenis Ikan di Sepanjang Aliran


Sungai Opak Daerah Istimewa Yogyakarta Prosidang Seminar Nasional Ikan
IV. Jatiluhur.

Wilson, P.C. 2010. Water Quality Notes: Water Clarity (Turbidity, Suspended
Solids, and Color). Department of Soil and Water Science. University of
Florida. Hal.2.
37

LAMPIRAN
38

Lampiran 1. Data Mentah ikan


a. Ikan yang ditemukan selama bulan Februari-April

Stasiun Mujair Seluang Putak Kepala Timah Belang Harimau

1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
Inlet 1 0 2 43 24 67 0 0 0 32 43 38 38 43 54
Tengah 0 0 0 24 32 28 0 0 0 19 7 12 12 17 21
Outlet 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 0 0
Total 1 0 0 67 56 95 0 0 0 51 50 50 54 60 75

b. Kelimpahan ikan bulan Februari


Jenis jumlah Kelimpahan
Mujair Inlet 1 0,00641026
Tengah 0 0
Outlet 0 0
Seluang Inlet 32 0,20512821
Tengah 19 0,12179487
Outlet 0 0
Kepala timah Inlet 43 0,27564103
Tengah 7 0,04487179
Outlet 0 0
Belang harimau Inlet 38 0,24358974
Tengah 12 0,07692308
Outlet 4 0,02564103
Total 156

c. Kelimpahan ikan bulan Maret


Jenis jumlah Kelimpahan
Inlet 0 0
Mujair Tengah 0 0
Outlet 0 0
Inlet 24 0,144578
Seluang Tengah 32 0,192771
Outlet 0 0
Inlet 43 0,259036
Kepala Timah Tengah 7 0,042169
Outlet 0 0
Inlet 43 0,259036
Belang Harimau Tengah 17 0,10241
Outlet 0 0
Total 166
39

d. Kelimpahan ikan bulan April


Jenis Jumlah Kelimpahan
Inlet 2 0,008929
Mujair Tengah 0 0
Outlet 0 0
Inlet 67 0,299107
Seluang Tengah 28 0,125
Outlet 0 0
Inlet 38 0,169643
Kepala Timah Tengah 12 0,053571
Outlet 0 0
Inlet 54 0,241071
Belang Harimau Tengah 21 21
Outlet 0 0
Inlet 2 0,008929
Putak Tengah 0 0
Outlet 0 0
Total 224

e. Keanekaragaman, keseragaman dan dominasi bulan Februari (inlet)


Jenis Inlet Pi Lnpi pi(Lnpi) pi2 pi3
Mujair 1 0,078947 -2,53897 -0,20045 0,006233
Seluang 43 0,377193 -0,975 -0,36776 0,142275
Kepala Timah 32 0,280702 -1,27046 -0,35662 0,078793
Belang Harimau 38 0,333333 -1,09861 -0,3662 0,111111
114 -1,29103 0,338412 C

H´ = 1,291033
E = 0,93128

f. Keanekaragaman, keseragaman dan dominasi bulan Februari (tengah)

Jenis Tengah Pi Lnpi pi(Lnpi) pi2 pi3


Seluang 24 0,436364 -0,82928 -0,36187 0,190413
Kepala Timah 19 0,345455 -1,06289 -0,36718 0,119339
Belang Harimau 12 0,218182 -1,52243 -0,33217 0,047603
Mujair 0 0 0 0 0

H' 1,061215
E 0,96596
40

g. Keanekaragaman, keseragaman dan dominasi bulan Februari (outlet)


Jenis Outlet Pi Lnpi pi(Lnpi) pi2 pi3
Mujair 0 0 0 0 0
Belang 4 1 0 0 1
Kepala Timah 0 0 0 0 0
Seluang 0 0 0 0 0
4 0 1 C

h' O
E 0

h. Keanekaragaman, keseragaman dan dominasi bulan Maret (inlet)


Jenis Inlet Pi Lnpi pi(Lnpi) pi2 pi3
Seluang 24 0,218182 -1,52243 -0,33217 0,047603
Kepala Timah 43 0,390909 -0,93928 -0,36717 0,15281
Belang Harimau 43 0,390909 -0,93928 -0,36717 0,15281
110 -1,06651 0,353223 C

H' 1,066512
E 0,97078

i. Keanekaragaman, keseragaman daan dominasi bulan Maret (tengah)


Jenis Tengah Pi Lnpi pi(Lnpi) pi2 pi3
Seluang 32 0,571429 -0,55962 -0,31978 0,326531
Kepala Timah 7 0,125 -2,07944 -0,25993 0,015625
Belang Harimau 17 0,303571 -1,19214 -0,3619 0,092156
56 -0,94161 0,434311 C

H' 0,94161
E 0,85709

j. Keanekaragaman, keseragaman dan dominasi bulan April (inlet)


Jenis Inlet Pi Lnpi pi(Lnpi) pi2
Mujair 2 0,01227 -4,4006 -0,054 0,000151
Seluang 67 0,411043 -0,88906 -0,36544 0,168956
Kepala Timah 38 0,233129 -1,45616 -0,33947 0,054349
Belang Harimau 54 0,331288 -1,10477 -0,366 0,109752
Putak 2 0,01227 -4,4006 -0,054 0,000151
163 -1,1789 0,333358
H' 1,17890
E 0,73249
41

k. Keanekaragaman, keseragaman dan dominasi bulan April (tengah)


Jenis Tengah Pi Lnpi pi(Lnpi) pi2
Mujair 0 0 0 0 0
Seluang 28 0,459016 -0,77867 -0,35742 0,210696
Kepala timah 12 0,196721 -1,62597 -0,31986 0,038699
Belang harimau 21 0,344262 -1,06635 -0,3671 0,118517
Putak 0 0 0 0 0
61 -1,04439 0,367912

H' 1,04439
E 0,64892

Lampran 2. Data Parameter Fisika dan Kimia Perairan


a. Bulan Februari
Parameter titik Suhu Kecerahan Kekeruhan pH DO
fisika
Inlet 1 31,9 136,5 4 6,7 7,9

2 30,9 130,5 3,55 6,55 7,8

3 31,5 118 4,33 6,52 7,9

4 31,6 175,5 4,36 6,54 7,7

5 32,8 30,5 3,94 6,85 7,3

stdv 0,69498201 53,527563 0,33095317 0,1413152 0,2489979


5 9
rata-rata 31,74 118,2 4,036 6,632 7,72

tengah 1 31,5 164,5 4,18 6,17 7,9

2 32,7 131 3,89 6,43 6,7

3 31,1 60 3,84 6,04 7,1

stdv 0,8326664 53,3596289 0,1835756 0,1985782 0,6110100


8 9
rata-rata 31,7666667 39 3,97 6,2133333 7,2333333
3 3
Outlet 1 31,1 40 3,78 6,67 5,8

2 30,4 223 1,87 6,38 6,8

stdv 0,49497475 129,400541 1,35057395 0,2050609 0,7071067


7 8
rata-rata 30,75 131,5 2,825 6,525 6,3
42

b. Bulan Maret
Parameter Suhu Kecerahan Kekeruhan pH Do
inlet 1 31,7 94 11,61 6,43 7,1

2 31,7 118 3,67 6,21 6,7

3 31,3 48 4,3 6,7 6,1

4 31,5 136 16,58 6,2 6,5

5 31 30,1 13,65 6,22 6,8

stdv 0,29664794 45,1491085 5,73939631 0,21672563 0,37148351

rata-rata 31,44 85,22 9,962 6,352 6,64

tengah 1 33,8 22 3,59 6,52 5,9

2 34,1 68 9,15 6,28 6,2

3 34,5 22 5,34 6,88 6,66

stdv 0,35118846 26,5581124 2,84289172 0,30199338 0,38279673

rata-rata 34,1333333 37,3333333 6,02666667 6,56 6,25333333

outlet 1 34,1 27 6,65 6,7 6,1

2 32,7 29 3,6 6,65 6,4

stdv 0,98994949 1,41421356 2,15667568 0,03535534 0,21213203

rata-rata 33,4 28 5,125 6,675 6,25

c. Bulan April
Parameter Suhu Kecerahan Kekeruhan pH Do
inlet 1 33,4 10 8,31 6,1 5,6

2 31,5 52 4,25 6,7 4,9

3 29,1 85 4,5 7,6 4

4 33,1 13 8,6 6,7 4,8

5 33,1 14 7,7 7,5 4,5

stdv 1,80499307 32,934784 2,12371608 0,626099 0,585662

rata-rata 32,04 34,8 6,672 6,92 4,76

tengah 1 35,3 45 3,72 6,1 5,8

2 33,8 16 6,5 6,9 6,2

3 35,2 18 4,3 7 6,7

stdv 0,83864971 16,1967075 1,4665606 0,493288 0,450925

rata-rata 34,7666667 26,3333333 4,84 6,666667 6,233333

outlet 1 33,8 10 5,3 7,8 5,3

2 33,7 48 4,7 6,9 5,1

stdv 0,07071068 26,8700577 0,42426407 0,636396 0,141421

rata-rata 33,75 29 5 7,35 5,2


43

1. Alat dan Bahan

Multitester GPS

Pipet tetes Tangguk

Refraktometer pH Meter

Jala tebar
44

2. Kondisi Stasiun Titik Sampel

Titik 1 Titik 2

Titik 3 Titik 4

Titik 6 Titik 7
45

Titik 7 Titik 8

Titik 9 Titik 1
46

3. Proses penelitian

Pengukuran kekeruhan Pengukuran pH

Pengukuran Suhu dan DO Penyerokan ikan dan tebar jala

Pengamatan morfologi ikan

Anda mungkin juga menyukai