SKRIPSI
RUSDI NUR
SKRIPSI
RUSDI NUR
NIM. 150254242042
Skripsi ini
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana perikanan pada
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan
ABSTRAK
NUR, RUSDI. Keanekaragaman Ikan pada Zona Litoral di Waduk Sei Pulai,
Kecamatan Bintan Timur, Kabupaten Bintan. Tanjungpinang Jurusan Manajemen
Sumberdaya Perairan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim
Raja Ali Haji. Pembimbing oleh Tri Apriadi dan Ani Suryanti.
Waduk Sei Pulai merupakan waduk tertua di Pulau Bintan yang digunakan
sebagai sumber air baku utama di PDAM Tirta KEPRI, perairan waduk ini pernah
mengalami penyusutan volume air yang dapat berpengaruh terhadap biota
khususnya ikan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
keanekaragaman ikan dan kondisi parameter fisika dan kimia perairan pada zona
litoral di Waduk Sei Pulai. Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan (Februari-
April 2019) dengan metode purposive sampling. Sampel yang diambil ada tiga
wilayah yaitu, bagian inlet (titik 1-5), bagian tengah (titik 6-8), dan bagian outlet
(titik 9 dan 10) menggunakan jala tebar dengan ukuran mata jaring 3 cm dan
tangguk dengan mata jaring 0,5 cm. Hasil penelitian ditemukan 5 jenis ikan yaitu,
ikan mujair (Oreochromis mossambicus), ikan seluang (Rasbora argyrofaenia),
ikan kepala timah (Aplocheilus panchax), ikan putak (Notopterus notopterus), dan
ikan belang harimau (Pentius tetrazona). Jenis ikan yang ditemukan paling
banyak dari famili Cyprinidae. Indeks keanekaragam paling tinggi terdapat pada
titik inlet dan yang terendah pada titik outlet. Penelitian di perairan Waduk Sei
Pulai memiliki tingkat keseragaman yang sedang.
ABSTRACT
NUR, RUSDI. Fish Diversity in Sei Pulai Reservoir, East Bintan District, Bintan
Regency. Tanjungpinang, Departement of Aquatic Resource Managemen, Faculty
of Marine Sciences and Fisheries, Raja Ali Haji Maritime University. Supervisor
by Tri Apriadi and Ani Suryanti.
Sei Pulai Reservoir is a collection container on Bintan Island which is used as the
main raw water source in the PDAM Tirta KEPRI. This reservoir has used air
volume depreciation that can affect the existing biota specifically for fish. The
purpose of this study was to study fish and physical and chemical parameters in
the litoral zone in the Sei Pulai reservoir. This research was conducted for three
months (February-April 2019) with a purposive sampling method. Samples taken
there are three parts, namely, the inlet (points 1-5), the middle (points 6-8), and
the outlet (points 9 and 10) using a mesh size of 3 cm and a drain with a mesh 0.5
cm. The results of the study found 5 types of fish namely, tilapia fish
(Oreochromis mossambicus), seluang fish (Rasbora argyrofaenia), lead head fish
(Aplocheilus panchax), putak fish (Notopterus-notopterus), and tiger stripes
(Pentius tetrazona). The type of fish found is most from the family cyprinidae.
The index to the highest variety at the inlet point and the lowest at the outlet point.
for three months in the waters of the Sei Pulai reservoir it has a moderate level of
uniformity.
© Hak Cipta Milik Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tahun 2020
Hak Cipta Dilindungi
PRAKARTA
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayahNYA,
penyusunan skripsi dengan judul Keanekaragaman Ikan di Waduk Sei Pulai,
Kecamatan Bintan Timur, Kabupaten Bintan ini dapat diselesaikan. Skripsi
disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Perikanan di Fakultas
Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Maritim Raja Ali Haji.
Banyak pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Untuk itu
ucapan terimakasih penulis sampaikan :
1. Kepada kedua orang tua, ayahanda Bahtiar dan ibunda Nurhasiah serta alm.
Basri abang kandung penulis dan kedua adik saya Rusnia dan Ratna yang telah
banyak membantu baik dalam segi pendanaan maupun support kepada penulis.
2. Bapak Tri Apriadi, S.Pi., M.Si. selaku dosen pembimbing utama dan Ibu Dr.
Ani Suryanti, S.Pi., M.Si. selaku dosen pembimbing pendamping yang telah
banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Ibu Winny Retna Melani, S.P., M.Sc. selaku ketua komisi penguji, Ibu Susiana,
S.Pi, M.Si. selaku anggota penguji 1, dan Ibu Dr. Febrianti Lestari, S.Si., M.Sc.
selaku anggota penguji kedua yang telah banyak memberikan saran dalam
penyelesaian skripsi ini.
4. Kepada dosen penasihat akademik ibu Winny Retna Melani, S.P., M.Sc.
5. Kepada pihak PDAM yang telah memberikan izin kepada penulis untuk
melakukan penelitian di perairan Waduk Sei Pulai.
6. Tim anak ayam pulai (Novi, Ayu, dan Yoga) yang saling membantu dalam
penelitian skripsi ini.
7. Keluarga teras ijo (Asmadi, Fendi, Leni, Wira, dan Yulia) yang juga ikut andil
dalam membantu penulis melakukan pengambilan data penelitian.
8. Dan teman lainnya (Destia, Jupitar, Lusi, Rafit, Devi, dan Rouli) yang setia
membantu dari awal penelitian hingga akhir.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Rusdi Nur
ix
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................................ 2
1.4. Manfaat Penelitian .............................................................................................. 2
1.5. Kerangka Pikir .................................................................................................... 3
DAFTAR TABEL
1. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian........................................ 11
2. Morfometrik dan meristik ikan .................................................................... 13
3. Parameter fisika dan kimia perairan ............................................................. 14
4. Jenis ikan yang ditemukan di Waduk Sei Pulai ........................................... 23
5. Indeks keanekaragaman, indeks keseragaman dan indeks dominasi ........... 25
iii
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Waduk merupakan wilayah tampungan air yang sangat vital bagi kelestarian
lingkungan. Waduk merupakan salah satu penyedia sumber air bagi kehidupan
organisme atau makhluk hidup. Waduk Sei Pulai merupakan waduk permanen
atau waduk yang pada musim kemarau masih terisi oleh air. Waduk ini
mendapatkan debit airnya dari limpahan air hujan sehingga struktur dasar waduk
berupa tanah liat dan lumpur yang bisa menjadi penyebab porositas air tidak
bagus, sehingga debit airnya sukar meresap ke dalam tanah. Waduk terdiri dari
komponen abiotik dan biotik (bentos, nekton, plankton dan neuston) yang saling
berinteraksi melalui arus energi dan daur hara (nutrien). Bila interaksi keduanya
terganggu, akan terjadi perubahan atau gangguan yang menyebabkan ekosistem
perairan itu menjadi tidak seimbang, (Soylu dan Gonulol 2003 ).
Waduk Sei Pulai merupakan waduk tertua di Pulau Bintan yang digunakan
sebagai sumber air baku utama di PDAM Tirta KEPRI. Kondisi hutan lindung
sekitaran Waduk Sei Pulai sudah mengalami permasalahan dengan lahan yang
digunakan sebagai kebun kelapa sawit dan pemukiman warga, (Irawan 2013). Hal
ini diduga dapat menyebabkan perairan waduk menyusut karena terganggunya
daerah tampungan air. Perairan yang seringkali menyusut memiliki dampak
terhadap biota yang ada, terutama pada perairan litoral waduk yang paling
berdampak. Daerah litoral adalah daerah yang dangkal dengan intensitas cahaya
matahari hingga ke dasar. Daerah ini berhubungan dengan jenis biota yang ada
khususnya ikan. Ikan memiliki peranan penting bagi ekosistem dan lingkungan,
sehingga dapat dijadikan sebagai bioindikator terhadap kualitas suatu badan
perairan, (Hendrata 2004 dalam Rahman dan Khairoh 2012). Jika jumlah
produsen primer melimpah dan beranekaragam bisa jadi ikan yang berada di
perairan tersebut beranekaragam pula.
Penelitian sebelumnya oleh Prawira (2014), tentang identifikasi tingkat
kesuburan fitoplankton di perairan Waduk Sei Pulai menunjukkan bahwa Waduk
Sei Pulai memiliki distribusi fitoplankton yang tidak jauh berbeda pada setiap
2
stasiun. Keberadaan fitoplankton berkaitan erat dengan biota lainnya seperti ikan.
Ikan adalah salah satu biota yang sangat berperan penting dalam keseimbangan
ekosistem, ikan di Waduk Sei Pulai pada awalnya sangat beranekaragam mulai
dari ikan lele, ikan mas, ikan mujair, ikan putak, ikan kepala putih, ikan belang
harimau dan ikan belut, (PDAM Tirta KEPRI 2009). Kondisi perairan yang
terkadang menyusut hingga ke bagian tengah sehingga perlu diketahui
keanekaragam ikan di Waduk Sei Pulai dan kondisi parameter fisika dan kimia
perairan saat ini.
1.2.Perumusan Masalah
Terdapatnya berbagai macam aktivitas yang ada di darat dan di perairan
Waduk Sei Pulai seperti terdapatnya PDAM Tirta KEPRI, adanya perkebunan
kelapa sawit memiliki kemungkinan berdampak pada kondisi ekologis perairan
(Irawan 2013), serta belum memadai informasi mengenai keanekaragaman ikan di
Waduk Sei Pulai. Dari uraian diatas dapat dirumuskan beberapa permasalahan
antara lain, yaitu :
a. Bagaimana keanekaragaman ikan pada zona litoral di Waduk Sei Pulai ?
b. Bagaimanakah kondisi parameter fisika dan kimia pada zona litoral di Waduk
Sei Pulai ?
1.3.Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui keanekaragaman ikan pada zona litoral di Waduk Sei Pulai
2. Kondisi parameter fisika dan kimia pada zona litoral di Waduk Sei Pulai.
1.4.Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai salah satu informasi instansi
pengelola Waduk mengenai keanekaragaman ikan serta kondisi parameter fisika
dan kimia perairan di Waduk Sei Pulai.
3
Biotik Abiotik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ikan
Ikan merupakan hewan vertebrata akuatik berdarah dingin dan bernafas
dengan insang. Ikan didefinisikan sebagai hewan bertulang belakang (vertebrata)
yang hidup di air dan secara sistematik ditempatkan pada Filum Chordata dengan
karakteristik memiliki insang yang berfungsi untuk mengambil oksigen terlarut
dari air dan sirip digunakan untuk berenang. Ciri-ciri umum dari golongan ikan
adalah mempunyai rangka bertulang sejati dan bertulang rawan, mempunyai sirip
tunggal atau berpasangan dan mempunyai operculum, tubuh ditutupi oleh sisik
dan berlendir serta mempunyai bagian tubuh yang jelas antara kepala, badan, dan
ekor. Ukuran ikan bervariasi mulai dari yang kecil sampai yang besar.
Kebanyakan ikan berbentuk torpedo, pipih, dan ada yang berbentuk tidak teratur,
(Siagian 2009).
Ikan sebagai salah satu organisme yang menjadi kajian ekologi, sehingga harus
dijaga kelestariannya. Sebagai langkah awal diperlukan kegiatan identifikasi
terhadap organisme tersebut. Identifikasi adalah menempatkan atau memberikan
identitas suatu individu melalui prosedur deduktif kedalam suatu takson dengan
menggunakan kunci determinasi. Kunci determinasi adalah kunci jawaban yang
digunakan untuk menetapkan identitas suatu individu. Kegiatan identifikasi
bertujuan untuk mencari dan mengenal ciri-ciri taksonomi yang sangat bervariasi
dan memasukkannya ke dalam suatu takson. Selain itu untuk mengetahui nama
suatu individu atau spesies dengan cara mengamati beberapa karakter atau ciri
morfologi spesies tersebut dengan membandingkan ciri-ciri yang ada sesuai
dengan kunci determinasi, (Layli 2006).
A. Morfologi
Morfologi ikan merupakan acuan yang digunakan dalam studi identifikasi.
Spesies ikan memiliki karakteristik yang berbeda-beda dalam hal ukuran,
pigmentasi, sirip, dan morfologi eksternal lainnya. Berikut adalah morfologi
eksternal dan variasi yang dapat diamati pada ikan, (Lagler et al. 1997 dalam
Kottelat et al. 1993):
5
1. Tubuh
Tubuh ikan terdiri dari bagian kepala, badan, dan ekor. Bagian kepala dimulai
dari ujung mulut hingga ujung tutup insang paling belakang. Bagian badan
terletak di antara tutup insang paling belakang hingga permulaan anal fin. Bagian
ekor dimulai dari permulaan anal fin hingga ujung caudal fin. Bentuk tubuh pada
ikan terbagi menjadi fusiform, pipih, tali dan pita. Bentuk fusiform umumnya
ditemukan pada sebagian besar ikan. Bentuk ini memudahkan pergerakan pada
perairan berarus. Morfologi pada bagian tubuh ikan dapat dilihat pada Gambar 2.
A B
F D
G C
E
J
H
I K L
Gambar 2. Sirip keras dorsal fin (a), sirip lemah dorsal fin (b), adipose fin (c),
caudal fin (d), line lateral (e), tutup insang (f), mata (g), sungut (h),
pelvic fin (i), pectoral fin (j), anal fin sirip keras (k), anal fin sirip lemah
(l). ((Lagler et al. 1977; Kottelat et al.1993).
2. Mulut
Tipe posisi mulut pada spesies ikan dapat digunakan sebagai kunci identifikasi.
Tipe-tipe posisi mulut ikan dapat dilihat pada Gambar 3.
a b c d
Gambar 3. Posisi mulut; terminal (a), subterminal (b), inferior (c), superior (d).
(Lagler et al. 1977; Kottelat et al.1993).
6
3. Mata
Ukuran, posisi dan penutup mata pada ikan menjadi variasi yang dapat
digunakan sebagai kunci identifikasi, ( Kottelat et al. 1993).
3. Hidung
Letak dan jumlah lubang hidung menjadi kunci identifikasi pada spesies ikan.
Lubang hidung terletak di depan mata. Hidung berjumlah tunggal serta terbagi
menjadi bagian anterior dan posterior oleh flap, (Kottelat et al. 1993).
4. Sungut
Sungut terletak pada bagian anterior kepala, terhubung dengan hidung dan
mulut. Sungut berbentuk tonjolan kecil atau memanjang. Sungut dapat berukuran
sangat kecil dan tersembunyi di dalam lipatan kulit. Letak, ukuran, dan jumlah
sungut digunakan sebagai acuan identifikasi, (Kottelat et al. 1993).
5. Sirip
Sirip (fin) pada ikan terbagi menjadi sirip tunggal (dorsal fin, caudal fin, dan
anal fin), serta sirip berpasangan (pectoral fin dan pelvic fin). Sirip pada ikan juga
terbagi menjadi sirip keras dan sirip lunak. Sirip keras mempunyai ciri-ciri, tidak
bercabang dan tidak bisa rebah, sebaliknya pada sirip lemah, bercabang dan bisa
rebah. Sirip keras terbentuk pada bagian depan dorsal fin dan anal fin. Karakter
sirip terutama pada kondisi ada atau tidak serta jumlah dan posisi. Selain itu
bentuk caudal fin juga berbeda-beda pada berbagai spesies ikan sehingga berguna
sebagai acuan identifikasi. Berbagai bentuk caudal fin yaitu, bulat, bersegi, sedikit
cekung, bulan sabit, bercagak, meruncing dan lanset, (Kottelat et al. 1993).
6. Linea lateral (gurat sisi)
Linea lateral merupakan ciri yang ditemukan pada bagian badan. Linea lateral
berbentuk memanjang mulai dari pembukaan operculum hingga caudal fin, tetapi
juga berbentuk garis putus-putus dan bercabang.
7. Sisik
Berdasarkan bentuk dan bahan kandungannya, sisik pada ikan terbagi menjadi
plakoid, kosmoid, ganoid, sikloid dan stenoid. Umumnya ikan bersirip lunak
memiliki tipe sisik sikloid, sedangkan ikan bersirip keras memiliki sisik stenoid.
Sisik dapat bervariasi sehingga dapat berguna sebagai karakter identifikasi.
7
Jumlah sisik pada beberapa bagian tubuh ikan juga dapat digunakan sebagai
karakter identifikasi. Posisi sisik tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.
a
e
c b
Gambar 4. Jumlah sisik yang dijadikan kunci identifikasi; sisik di depan dorsal fin
(a), sisik antara linea lateral dan awal dorsal fin (b), sisik pada linea
lateral (c), sisik antara lina lateral dan awal anal fin (d), sisik di
sekeliling batang ekor pada bidang tersempit (e).(Lagler et al. 1977;
Kottelat et al. 1993).
8. Pigmen
Pigmen tersusun dari karotenoid, melanin, purin, dan pterin. Pigmen terletak
dalam sel khusus yang disebut kromatofora. Pola warna serta posisi warna dapat
menjadi kunci identifikasi. Aplikasi yang paling umum dari pola pigmentasi pada
ikan adalah untuk menentukan spesies dan jenis kelamin, (Kottelat et al.1993).
B. Kecerahan
Kecerahan perairan adalah suatu kondisi yang menunjukkan kemampuan
cahaya untuk menembus lapisan air pada kedalaman tertentu. Penetrasi cahaya
merupakan besaran untuk mengetahui sampai kedalaman berapa cahaya matahari
dapat menembus lapisan suatu ekosistem perairan. Nilai ini sangat penting dalam
kaitannya dengan laju fotosintesis. Besar nilai penetrasi cahaya ini dapat
diidentifikasikan dengan kedalaman air yang memungkinkan masih
berlangsungnya proses fotosintesis. Nilai penetrasi cahaya sangat dipengaruhi
oleh intensitas cahaya matahari, kekeruhan air serta kepadatan plankton di suatu
perairan, (Barus 2001).
9
C. Kekeruhan
Kekeruhan menggambarkan kurangnya kecerahan perairan akibat adanya
bahan-bahan koloid dan tersuspensi seperti lumpur, bahan organik dan anorganik,
dan mikroorganisme perairan, (Wilson 2010). Kekeruhan digambarkan dengan
satuan NTU. Kekeruhan pada perairan tergenang (lentik) biasanya disebabkan
oleh bahan tersuspensi berupa koloid dan partikel-partikel halus lainnya, (Effendi
2003).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.5.Sampling Ikan
Penangkapan ikan dilakukan di 10 titik menggunakan jala tebar ukuran mata
jaring 3cm dan tangguk dengan ukuran mata jaring 0,5 cm. Ikan yang di dapat
diambil 6 ekor per jenis (jika hanya ditemukan kurang dari 6 ekor maka sampel
akan di ambil sesuai jumlah) dan dilakukan identifikasi dengan menggunakan
buku identifikasi Kottelat et al. (1993), www.fishbase.org (2019) dan Sukmono,
dan Margareta, (2017). Data morfologi ikan yang di peroleh diukur berdasakan
acuan Tabel 2, Gambar 6 dan Gambar 7 .
13
Pi = 𝑛𝑖/𝑁
Keterangan :
H′ : Indeks Keanekaragaman
Pi : Perbandingan individu jenis ke-I dengan individu total
ni : Jumlah individu spesies ke-i
N : Jumlah total individu spesies
S : Jumlah jenis
Kisaran indeks keanekaragaman (Odum 1993)
H' < 2,3026 : keanekaragaman kecil dan kestabilan komunitas rendah
2,3026< H' < 6,9078 : keanekaragaman sedang dan kestabilan komunitas sedang
H' > 6,9078 : keanekaragaman tinggi dan kestabilan komunitas tinggi
3. Indeks keseragaman
Indeks keseragaman dapat dihitung dengan menggunakan rumus Evennes
(Odum 1971), yaitu:
E = 𝐻′ H max = ln S
H max
Keterangan :
E : Indeks keseragaman
16
H′ : Indeks keanekaragaman
S : Jumlah total spesies
Rentang keseragaman menurut Setyobudiandi et al. (2009) dalam Latuconsina
(2018).
0,00< E < 0,50: komunitas dalam kondisi tertekan
0,50> E < 0,75: Komunitas dalam kondisi labil
0,75 > E <1,00: Komunitas dalam kondisi stabil
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian di waduk Sei Pulai mendapatkan 5 jenis ikan dari 4 famili
yang menyebar di semua titik stasiun penelitian. Adapun jenis ikan yang
ditemukan adalah ikan mujair (Oreochromis mossambicus), Ikan putak
(Notopterus notopterus), Ikan belang harimau / ikan sumatra (Puntigrus
tetrazona), Ikan kepala timah (Aplocheilus panchax), dan Ikan seluang (Rasbora
dusonensis).
18
a b
Gambar 8. Ikan mujair (a) hasil penelitian (b) sumber: www.fishbase.org (2019)
faktor lingkungan seperti suhu, (Tanning 1952). Morfologi ikan putak disajikan
pada Gambar 9.
a b
Gambar 9.Ikan putak (a) hasil penelitian (b) sumber: www.fishbase.org (2019)
Adapun klasifikasi ikan putak menurut Pallas (1769) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Osteoglossiformes
Famili : Notopteridae
Genus : Notopterus
Spesies : N. notopterus
a b
Gambar 10. Ikan belang harimau (a) hasil penelitian (b) sumber:
www.fishbase.org (2019)
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Cyprinodontiformes
Family : Cyprinidae
Genus : Puntigrus
Spesies : P. tetrazoa
Di perairan sungai Mufti paling banyak ditemukan ikan kepala timah, (Syahbudin
dan Maulana 2018). Morfologi ikan kepala timah disajikan pada Gambar 11.
a b
Gambar 11. Ikan kepala timah (a) hasil penelitian (b) sumber: www.fishbase.org
(2019)
Klasifikasi ikan kepala timah menurut Kottelat et al. (1993), adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Cyprinodontiformes
Famili : Aplocheilidae
Genus : Aplocheilus
Spesies : A. panchax
serta memiliki sisik melintang badan 4 sisik dan sisik melintang batang ekor 5
sisik. Morfologi ikan seluang disajikan pada Gambar 12.
a b
Gambar 12. Ikan seluang (a) hasil penelitian (b) sumber: www.fishbase.org (2019)
Dari hasil penelitian yang dilakukan selama tiga bulan, terdapat perbedaan
jumlah individu antar spesies yang ditemukan setiap bulan. Hal ini dapat
diakibatkan oleh tingginya air serta kondisi waduk yang dipenuhi tumbuhan air
yang menjulang tinggi sehingga jala yang ditebar tertahan oleh tumbuhan air yang
ada. Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.
23
Tabel 4. Jumlah individusetiap jenis ikan yang ditemukan di Waduk Sei Pulai
Februari Maret April
Ikan Inlet Tengah Outlet Inlet Tengah Outlet Inlet Tengah Outlet
O. musambicus 1 0 0 0 0 0 2 0 0
R. dusonensis 43 23 0 24 32 0 67 28 0
N. notopterus 0 0 0 0 0 0 2 0 0
A. panchax 32 19 0 43 7 0 38 12 0
P. tetrazona 38 12 4 43 17 0 54 21 0
Total 114 54 4 110 56 0 163 61 0
outlet ditemukan paling sedikit ikan diduga karena daerah ini hanya ditemukan
sedikit rumputan sehingga tidak mendukung untuk kehidupan beberapa jenis ikan
seperti ikan kepala timah, ikan seluang dan ikan belang harimau. Biasanya ikan
ini memiliki daerah mencari makan dan bermain dibawah rerumputan atau
tumbuhan air.
Berikut adalah rata-rata komposisi ikan perbulan yang disajikan dalam bentuk
Gambar 13-14.
80
jumlah individu
60
mujair
40 seluang
kepala timah
20
belang harimau
0 putak
februari maret april
Bulan
35
30
25
seluang
20
kepala timah
15
belang harimau
10
5
0
februari maret april
Gambar 13-15 menunjukkan jenis ikan yang tertangkap adanya perbedaan dan
kesamaan pada tiap bulannya. Hal ini di duga karena volume air waduk pada tiap
bulannya juga berbeda, selain itu juga berhubungan dengan alat tangkap yang
digunakan pada saat ditebar jala tertahan oleh tumbuhan air yang ada. Salah satu
faktor yang menyebabkan volume air menurun adalah curah hujan dan pemakaian
air oleh PDAM. Intensitas curah hujan pada bulan Februari berkisar antara 0,0 –
25
7,4 mm, pada bulan Maret 0,0 – 60,6 mm dan bulan April 0 – 14,2 mm, (BMKG
2019). Kondisi titik sampling yang banyak ditumbuhi tumbuhan air menghambat
jala yang ditebar sampai ke dasar sehingga kemungkinan banyak ikan yang
berhasil lolos dari tangkapan. Kemudian dengan alat tangkap tangguk hanya
mampu menangkap ikan berukuran kecil saja seperti ikan kepala timah, ikan
seluang, dan ikan belang harimau saja.
Keanekaragaman 1,29 1,06 0,00 1,07 0,94 0,00 1,18 1,04 0,00
Keseragaman 0,93 0,97 0,00 0,97 0,86 0,00 0,73 0,65 0,00
Dominasi 0,34 0,36 1,00 0,35 0,43 0,00 0,33 0,37 0,00
• Indeks keanekaragaman
juga dalam kondisi stabil, sedangkan pada titik outlet komunitas ikan dalam
keadaan tertekan. Pada bulan Maret titik inlet memiliki komunitas ikan yang stabil
sama halnya dengan titik tengah masih dalam kondisi stabil, sedangkan titik outlet
sama halnya dengan bulan Februari masih memiliki komunitas yang tertekan.
Pada bulan April titik inlet memiliki komunitas ikan dalam keadaan stabil, tetapi
terjadi perubahan pada titik tengah karena komunitas ikan mengalami penurunan
dalam kondisi labil sedangkan titik outlet masih dalam keadaan tertekan. Pada
titik outlet setiap bulannya memiliki keseragaman komunitas yang tertekan hal ini
dikarenakan hanya sedikit jenis jumlah ikan yang diperoleh dari hasil tangkapan
selama 3 bulan serta kondisi perairan yang juga tidak banyak terdapat tumbuhan
air serta kedalamannya. Pada bulan April juga terdapat perbedaan pada titik
tengahnya hal ini dikarenakan kondisi perairan mengalami penyusutan volume
sehingga mempengaruhi jumlah ikan yang terdapat di perairan tersebut seerta hal
ini juga diduga ikan melakukan migrasi ke tempat yang memiliki volume air yang
lebih memadai dan mendukung kelangsungan hidupnya. Penentuan tingkat
keseragaman ikan ini berdasarkan rentang menurut Setyobudiandi et al. (2009),
dalam Latuconsina, (2018).
• Indeks dominasi
Waduk Sei Pulai paling banyak dijumpai (Tabel 6) ikan dari famili Cyprinidae,
hal ini dikarenakan perairan waduk tidak mengalami pasang surut dengan
ditumbuhi berbagai macam jenis tanaman air sehingga ikan ini mampu bertahan
hidup dan berkembang biak di perairan tersebut. Dari hasil penelitian lainnya juga
memiliki hasil yang sama yaitu ditemukannya famili Cyprinidae yang paling
banyak ditemukan di Waduk Gadjah Mungkur, (Sriwidodo et al. 2013) dan di
kawasan Sangkir, Rokan Riau (Pranata et al. 2016), serta Penelitian Fithra dan
Yusni, (2010) juga mendapatkan hasil ikan dari famili Cyprinidae yang paling
banyak dijumpai.
Parameter kualitas air memberikan gambaran tentang kesehatan badan
perairan, (Merisi et al. 2016). Semakin banyak intensitas cahaya matahari yang
mengenaibadan air maka semakin tinggi suhu diperairan tersebut, hal ini juga
nantinya berpengaruh terhadap kecerahan dan kekeruhan perairan, (Sittadewi
2008). Jika suhu melebihi batas maksimum maka ikan diperairan akan
27
34.75
35 34.14 33.75
31.77 32.04
33.4
31.74 31.44
30.75
Suhu (0c)
30 inlet
tengah
outlet
25
20
Februari Maret April
Bulan
Perairan Waduk Sei Pulai memiliki kecerahan rata-rata pada tiap bulannya
sangat bagus dengan kisaran pada bulan Februari di bagian inlet 118,2 cm, bagian
tengah 39 cm dan bagian outlet 135,5 cm. Kecerahan pada bulan Maret bagian
inlet 35,2 cm, tengah 37,33 cm dan outlet 28 cm. Kecerahan bulan April bagian
inlet 34,8 cm, tengah 26,33 cm dan outlet 29 cm. Hasil penelitian tidak jauh
berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya di lokasi yang sama yaitu antara 7,75
- 55,95 cm (Prawira 2014). Volume air waduk juga sangat dipengaruhi oleh curah
hujan dimana 7 hari sebelum penelitian curah hujan cukup tinggi yaitu 0,0 - 888,0
mm, pada saat pengambilan sampel bulan Maret intensitas hujan 7 hari sebelum
penelitian rendah yaitu 0 – 7,4 mm dan bulan April memiliki tingkat kecerahan
paling rendah hal ini disebabkan volume air menurun pada bulan tersebut
sehingga sejalan dengan kecerahan perairan tersebut, curah hujan 7 hari sebelum
pengambilan sampel sangat rendah yaitu berkisar antara tidak terdeteksi – 0,0
mm. Kecerahan berpengaruh terhadap jenis ikan yang ada di suatu perairan
tersebut. Kecerahan perairan Waduk Sei Pulai sejalan dengan jenis ikan yang
ditemukan karena terdapat famili Cyprinidae yang hidupnya di perairan jernih.
Data hasil penelitian dapat dilihat pada Gambar 17.
290
135.5
250
210
Kecerahan (Cm)
118.2
170
inlet tengah
130
39 35.22 outlet
90 34.8 29
37.33
50 26.33
28
10
Februari Maret April
Bulan
Kekeruhan perairan Waduk Sei Pulai masih memenuhi ambang baku mutu air
baku air mutu kelas 1 PP RI. No.82 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan
pengendalian pencemaran air yaitu 25 NTU. Pada Februari berkisar antara di
29
bagian inlet 4,04 NTU, bagian tengah 3, bagian tengah 3,97 NTU dan outlet 2,82
NTU. Kekeruhan pada bulan Maret di bagian inlet 9,96 NTU, bagian tengah 6,03
NTU dan bagian outlet 5,12 NTU. Kecerahan pada bulan April bagian inlet 6,67
NTU, bagian tengah 4,84 NTU dan bagian outlet 5 NTU. Pada titik inlet bulan
kedua kekeruhan paling tinggi diakibatkan ada hujan di hari sebelumnya. Hal ini
tidak jauh berbeda dengan penelitian sebelumnya yaitu 2.4 - 9.8 NTU, (Prawira
2014). Kekeruhan sama halnya dengan kecerahan yang berpengaruh terhadap
biota yang ada, ikan yang ditemukan di Waduk Sei Pulai rata-rata merupakan ikan
yang hidup dengan kondisi perairan cerah. Curah hujan sangat berpengaruh
terhadap kecerahan perairan, kondisi curah hujan yang tinggi akan menyebabkan
kekeruhan tinggi. Pada hari penelitian bulan Februari (07 Februari 2019) hanya
0,0 mm, pada bulan Maret (05 Maret 2019) hanya 0,0 mm dan bulan April (10
April 2019) tidak terdeteksi. Hasil penelitian dapat dilihat pada Gambar 18.
18
16 9.96
14
Kecerahan (NTU)
12
0
Februari Maret April
Bulan
6,25. Kekeruhan pada bulan Maret di bagian inlet 6,35, bagian tengah 6,56 dan
bagian outlet 6,67. Kekeruhan bulan April di bagian inlet 6,92, bagian tengah 6,67
dan bagian outlet 6,64 . Hasil ini menunjukkan tidak ada permasalah di waduk ini
dan tidak mengganggu biota yang ada di dalamnya seperti ikan. Hasil ini ada
perbedaan dengan hasil penelitian sebelumnya yaitu berkisar antara 7 – 8,5
,(Prawira 2014). Hal ini bisa diakibatkan adanya perbedaan musim pada saat
penelitian dan perbedaan volume air. Selain itu hal ini juga dapat dipengaruhi oleh
perkebunan yang ada di disekitaran waduk yang menggunakan pupuk karena pada
saat hujan maka air yang terkandung pupuk akan masuk kedalam waduk sehingga
dapat meningkatkan bahan organik seta dapat meningkatkan nilai pH.
Peningkatan kadar pH di perairan diakibatkan alga memperoleh bahan anorganik
dari ion bikarbonat pada saat proses fotosintesis, (Novotny 2011). pH yang sangat
rendah dapat menyebabkan kelarutan logam-logam semakin besar, sedangkan pH
yang terlalu tinggi akan menyebabkan konsentrasi amoniak meningkat, (Frasawi
et al. 2013). Hasil penelitian dapat dilihat pada Gambar 20.
8 6.92
6.67 6.64
6.56
7 6.63 6.35 6.67
6.21 6.25
6
pH
5 inlet
tengah
4
outlet
3
2
Februari Maret April
Bulan
Oksigen terlarut di perairan Waduk Sei Pulai dari hasil penelitian rata-rata
pada bulan Februari di titik inlet 7,72 mg/L, titik tengah 7,23 mg/L dan titik
outlet 6,3. Oksigen terlarut pada bulan Maret di titik inlet 6,64 mg/L, titik tengah
6,25 mg/L dan titik outlet 6,25 mg/L. Oksigen terlarut pada bulan April di titik
inlet 4,76 mg/L, titik tengah 6,23 mg/L dan titik outlet 5,2 mg/L. Hasil penelitian
31
sebelumnya juga tidak terlalu jauh berbeda yaitu berkisar antara 7,05- 9.89 mg/L,
(Prawira 2014). Ketersediaan oksigen perairan didukung banyaknya tumbuhan air
yang tumbuh di perairan Waduk Sei Pulai. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa ketersediaan oksigen terlarut di perairan waduk masih mencukupi sesuai
dengan baku mutu air baku kelas 1 PP RI. No.82 2001 tentang pengelolaan
kualitas air dan pengendalian pencemaran air yaitu 6 mg/L sehingga masih
mendukung kehidupan dan perkembangbiakan ikan. Data hasil penelitian dapat
dilihat pada Gambar 21.
8 7.72 7.23
6.3 6.64
7 6.25 6.23
6.25
6
DO (mg/l)
4.76 5.2
5 inlet
4 tengah
outlet
3
2
Februari Maret April
Bulan
Perubahan yang terjadi pada struktur di hutan yang ada dapat menimbulkan
dampak buruk bagi kualitas perairan di Waduk Sei Pulai.
Adapun hal-hal yang dapat direkomendasikan dari hasil penelitian adalah:
1. Sebaiknya dilakukan pengawasan dalam pemanfaatan hutan lindung untuk
kegiatan perkebunan dan lainnya.
2. Perlu adanya penambahan spesies asli Waduk Sei Pulai untuk meningkatkan
populasi di alam.
3. Pada titik inlet perlu dilakukan rehabilitasi hutan untuk mengembalikan daerah
tangkapan air yang sudah rusak, pada titik tengah dan outlet perlu dilakukan
pengawasan terhadap aktivitas.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Waduk Sei Pulai memiliki tingkat keanekaragaman ikan yang rendah yaitu
berkisar antara 0 - 1,29.
2. Secara umum kualitas perairan di Waduk Sei Pulai masih memenuhi baku
mutu air baku kelas 1 PP RI. No.82 Tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas
air dan pengendalian pencemaran air sehingga tidak mengganggu kehidupan
organisme yang ada di perairan tersebut, khususnya ikan.
5.2 Saran
Apabila akan dilakukan penelitian lanjutan terkait keanekaragaman ikan di
Waduk Sei Pulai sebaiknya dilakukan pada malam hari, penelitian hendaknya
memperhatikan iklim (musim hujan atau musim kemarau) karena berpengaruh
terhadap hasil penelitian. Jika peneliti berikutnya ingin melakukan penelitian
dengan mengambil sampel ikan hendaknya dilakukan pada malam hari, hal ini
disebabkan ikan air tawar pada saat siang hari lebih banyak bersembunyi dibawah
tumbuhan air sehingga mempersulit dalam penangkapan.
34
DAFTAR PUSTAKA
Barus, T.A, 2001. Pengantar Limnologi Studi Tentang Ekosistem Sungai dan
Danau, Fakultas MIPA. Medan. USU Press.
Frasawi, A., Rompas, R., Watung, J. 2013. Potensi Budidaya Ikan di Waduk
Embung Klamalu Kabupaten Sorong Provinsi Papua Barat. Jurnal Budidaya
Perairan, 1(13): 24-30.
Gosline, W.A. 1996. Structures Acociated With Feeding and Three Broad
Mounted. Bentic Fish Group. Journal Environtment Biology Fishes.47 (2):
399.
Hasibuan, I.F., Hariyadi, S., Adiwilaga, E.M. 2017. Status Kualitas Air dan
Kesuburan Perairan Waduk PLTA Koto Panjang, Provinsi Riau. Jurnal Ilmu
Pertanian Indonesia, 22(3): 149.
Irawan, A.B. 2013. Valuasi Daya Dukung Fungsi Lindung di Pulau Bintan
Provinsi Kepulauan Riau. Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan, 5(1): 48-
45.
35
Lagler, K.F., Bordach, J.E., Miler, R. 1977. The Turties of Mexiko Land and
Fresh Water Formes. University of California Fresh. London.
Merisi, K., Hendrawan, D., Astono, W. 2016. Kajian Kualitas Air Waduk Kebon
Melati, Jakarta Pusat. Jurnal Teknologi Lingkungan, 8 (2): 155-169.
.
Nelson, A.F.M., Perisinoto, R., Appleton., 2010. Salinity and Temperature
Tolerance of The Invasive Freshwater Gastropod Tarebia Granifora. South
Africa Journal of Science, 3(4): 1-7.
Pranata, N.D. A.A. Purnama, R. Yolanda, R. Karno. 2016. Ikhtio fauna Sungai
Sangkir Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau. Jurnal Depik, 5 (3): 100-106.
Prawira, S. 2014. Identifikasi Tingkat Kesuburan Fitoplankton di Perairan Waduk
Sei Pulai, Kabupaten Bintan (Skripsi), Universitas Maritim Raja Ali Haji.
Tanjungpinang.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 tahun 2001 Tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Jakarta
Rahman, A., Khairoh, L.W. 2012. Penentuan Tingkat Pencemaran Sungai Desa
Awang Bangkal Berdasarkan Nutrition Value Oeficient dengan Menggunakan
Ikan Nila (Oreochromis Niloticus Linn.) Sebagai Bioindikator. Jurnal
Ekosains. IV (1) 46-71.
Saanin, H., 1968. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan I. Binatjipta. Bandung.
Sasongko, E.B., Widyastuti, E., Priyono, R.D. 2014. Kajian Kualitas Air dan
Penggunaan Sumur Gali Oleh Masyarakat di Sekitar Sungai Kaliyasa
Kabupaten Cilacap. Jurnal Ilmiah, 12 (1): 43-64.
36
Simanjuntak, M. 2012. Kualitas Air Laut Ditinjau Dari Aspek Zat Hara, Oksigen
Terlarut dan pH di Perairan Banggai, Sulawesi Tengah. Jurnal Ilmu dan
Teknologi Kelautan Tropis, 4 (2): 290-303. Jakarta.
Wilson, P.C. 2010. Water Quality Notes: Water Clarity (Turbidity, Suspended
Solids, and Color). Department of Soil and Water Science. University of
Florida. Hal.2.
37
LAMPIRAN
38
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
Inlet 1 0 2 43 24 67 0 0 0 32 43 38 38 43 54
Tengah 0 0 0 24 32 28 0 0 0 19 7 12 12 17 21
Outlet 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 0 0
Total 1 0 0 67 56 95 0 0 0 51 50 50 54 60 75
H´ = 1,291033
E = 0,93128
H' 1,061215
E 0,96596
40
h' O
E 0
H' 1,066512
E 0,97078
H' 0,94161
E 0,85709
H' 1,04439
E 0,64892
b. Bulan Maret
Parameter Suhu Kecerahan Kekeruhan pH Do
inlet 1 31,7 94 11,61 6,43 7,1
c. Bulan April
Parameter Suhu Kecerahan Kekeruhan pH Do
inlet 1 33,4 10 8,31 6,1 5,6
Multitester GPS
Refraktometer pH Meter
Jala tebar
44
Titik 1 Titik 2
Titik 3 Titik 4
Titik 6 Titik 7
45
Titik 7 Titik 8
Titik 9 Titik 1
46
3. Proses penelitian