Anda di halaman 1dari 4

PEMBUATAN BIO-OIL DENGAN PIROLISIS

A. PENGANTAR
1. Pirolisis
Pirolisis berasal dari kata Pyro (Fire/Api) dan Lyo (Loosening/Pelepasan)
untuk dekomposisi termal dari suatu bahan organik. Jadi pirolisis adalah proses
konversi dari suatu bahan organik pada suhu tinggi dan terurai menjadi ikatan
molekul yang lebih kecil. Pirolisis merupakan suatu bentuk insinerasi yang
menguraikan bahan organik secara kimia melalui pemanasan dengan mengalirkan
nitogen sebagai gas inert. Proses ini menghasilkan uap organik, gas pirolisis dan
arang. Uap organik yang dihasilkan mengandung karbon monoksida, metana, karbon
dioksida, tar yang mudah menguap dan air. Uap organik kemudian dikondensasikan
menjadi cairan. Cairan hasil pirolisis dikenal sebagai bio-oil (Awaluddin, 2007).
Proses pirolisis dikategorikan menjadi 4 tipe yaitu (Goyal dkk, 2006):
a. Pirolisis lambat (Slow Pyrolysis)
Pirolisis yang dilakukan pada pemanasan rata-rata lambat (5-7
K/menit). Pirolisis ini menghasilkan cairan yang sedikit sedangkan gas dan
arang lebih banyak dihasilkan.
b. Pirolisis cepat (Fast Pyrolysis)
Pirolisis ini dilakukan pada lama pemanasan 0,5-2 detik, suhu 400-
600oC dan proses pemadaman yang cepat pada akhir proses. Pemadaman
yang cepat sangat penting untuk memperoleh prduk dengan berat molekul
tinggi sebelum akhirnya terkonversi menjadi senyawa gas yang memiliki
berat molekul rendah. Dengan cara ini dapat dihasilkan produk minyak
pirolisis yang hingga 75 % lebih tinggi dibandingkan dengan pirolisis
konvensional.
c. Pirolisis Kilat (Flash Pyrolysis)
Proses pirolisis ini berlangsung hanya beberapa detik saja dengan
pemanasan yang sangat tinggi. Flash pyrolysis pada biomassa membutuhkan
pemanasan yang cepat dan ukuran partikel yang kecil sekitar 105 - 250 μm.
d. Pirolisis katalitik biomassa
Pirolisis katalitik biomassa untuk membuktikan kualitas minyak yang
dihasilkan. Minyak tersebut diperoleh dengan cara pirolisis katalitik biomassa
tidak memerlukan teknik pra-pengolahan sampel yang mahal yang
melibatkan kondensasi dan penguapan kembali.
2. Bio-Oil
a. Pengertian
Bio-oil adalah cairan yang dapat larut dalam air, bahan bakar yang
dapat dioksigenasi, mengandung karbon, hidrogen dan oksigen. Dengan
kandungan nitrogen dan sulfur yang sangat sedikit, bahkan kandungan
sulfur didalamnya dapat diabaikan. Kandungan asam organik dalam bio-oil
memberikan sifat asam pada bio-oil. Kandungan lainnya dalam bio-oil
adalah air, tetapi air tidak bersifat kontaminan seperti pada petroleum,
karena air bercampur dengan bio-oil. Kandungan air dalam bio-oil 15-30 wt
% dan pH 2,8-3,8. Bio-oil berwarna gelap dengan penampilan yang mirip
seperti kopi dan beraroma asap (Ensyn Group INC, 2001).
b. Komposisi Kimia Bio-oil
Bio-oil yang dihasilkan dari proses pirolisis mengandung air 15-30%,
lignin pirolitik 20-30%, asam karboksilat 10-20% (terdiri dari asetat, formik,
propionik dan glikol sebagai asam karboksilat terbanyak dan butirat,
pentanoik serta heksanoik yang merupakan asam karboksilat yang
dihasilkan sedikit), aldehid 14-25% (glikodehid, glyoxal, hidroksipropinol,
metik glyoxal dan sedikit formaldehid, asetaldehid 2-furaldehid dan
syringaldehid), gula 5-15% (levoglukosan, fruktosa, cellobiosan, glukosa
dan sedikit mengandung oligosakarida, danydroglukofuranosa, keton 4-10%
(hidroksipropana, siklopentanon, siklopentana, furanon, hidroksimetilpiron
dan sedikit butirolakton, asetiloksipropanon), alkohol 2-10% (asetol,
metanol, etilen glikol) dan padatan 2-8% (Freel dan Graham, 2002).
c. Kegunaan Bio-oil
Bio-oil dapat digunakan pada aplikasi sebagai berikut (Goyal dkk, 2006):
 Digunakan sebagai pembangkit generator
 Produksi bahan-bahan kimia dan resin
 Dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk transportasi dan sebagai
pengganti bahan bakar yang sangat baik
 Digunakan sebagai bahan bakar pengikat untuk pelatisasi (membuat
jadi pelat tipis) dan menjadikan batu dari bahan sisa organik yang
dapat dibakar
 Dapat digunakan sebagai asap cair
 Produksi gula anhidrous seperti levoglukosan
 Bio-oil dapat digunakan sebagai bahan pengawet seperti pengawet
kayu
 Campuran yang sesuai pirolisis cair dengan minyak diesel dapat
digunakan sebagai bahan bakar mesin diesel
 Digunakan sebagai bahan perekat.

B. PROSES PEMBUATAN BIO-OIL DENGAN PIROLISIS


Reaktor dengan skala produksi 1 kg/jam
Gambar 5 menunjukkan reaktor dengan skala produksi 1 kg/jam
sistem pirolisis bed fluida. Reaktor dengan skala produksi 1 kg/jam sama
dengan Reaktor dengan skala produksi 150 g/jam yang juga menggunakan
nitrogen sebagai gasfluida dan pasir sebagai bahan dasar. Pasir dipanaskan
sampai temperatur sekitar 500 °C. Tandan kosong kelapa sawit yang
dicuciberukuran 355 – 600 µm diolah ke dalam pasir panas mendidih dalam
reaktor. Hasil reaksi melewati dua cyclone di mana arang dihilangkan. Uap-
uap sisa diolah dengan daur ulang isopar dingin. Untuk menghilangkan
aerosol yang tidak tertangkap oleh kolom pemadam, gas melewati pengendap
elektrostatik yang sangat efektif menangkap aerosol. Cairan dikumpulkan
pada kolom pemadam dansaluran ESP ke dalam tank pengumpulan biasa,
yang juga berisi isopar.
Isopar lebih ringan daripada bio-oil, karenanya bio-oil mengalir ke
dasar tank, sedang kanisopar menggumpal di atas, di tempat ceruk pompa
untuk daur ulang kolom. Setelah dilakukan, ditemukan massa zat menempel
pada dinding ESP 22,8% dan74% dari cairan pirolisis total yang terkumpul
pada dinding ESP dan dalam Tank, secara berurutan.

 
Keterangan :
1. Tempat biomassa 7. Air pendingin keluar 13. Tangki/tank 
2. Pengumpan ulir 8. Air pendingin masuk 14. Pompa
3. Reaktor Fluida 9. Kolom pemadam 15. Penyaring kapas
4. Gas pemanas 10. Pembakar 1 16. Kondensor es kering
5. Cyclone 1 11. Pembakar 26. Cyclone 2
12. Pengendap elektrostatik (ESP)

Sumber:

Jurmalina. 2009. Bio-Oil yang Dihasilkan Dari Tandan Kosong Kelapa Sawit.
Diperoleh dari https://www.scribd.com/doc/21270659/Bio-Oil diakses
tanggal 21 November 2015

Sadaka, S., Boateng, A.A. 2009. Pyrolysis and Bio-Oil. University of Arkansas
Division of Agriculture, U.S.

Anda mungkin juga menyukai