Anda di halaman 1dari 4

Takdir Allah Pasti Yang Terbaik

Perjalanan kisahku di mulai ketika aku lulus SMA, tepatnya di


tahun 2017. Di tahun itu aku sangat bahagia karena sebentar lagi aku
akan melanjutkan ke jenjang berikutnya, namun rasa bahagia ku
bercampur dengan rasa bimbang dan cemas. Aku bimbang dan cemas
saat mendaftarkan diri ke perguruan tinggi impianku, aku takut jika nanti
nya aku di tolak dan tidak bisa berkuliah di tempat yang selama ini aku
idam-idamkan. Perguruan tinggi yang sangat aku minati yaitu di daerah
kota kembang Bandung, yakni kampus dengan logo gajah duduk yang
sudah berdiri sejak tahun 1920. Kampus ini merupakan salah satu
kampus terbaik di negeri ini, banyak Alumni kampusnya yang sudah
menorehkan prestasi dan kontribusi bagi bangsa Indonesia. Ya Institut
Teknologi Bandung memang tidak asing lagi dengan prestasi mahasiswa
nya. ITB memang sudah menjadi mimpiku sedari aku duduk di bangku
sekolah dasar, aku selalu mengartikan nya sebagai Institut Terbaik
Bangsa, kampus ini telah melahirkan tokoh-tokoh penting Negara
misalnya saja Almarhum eyang BJ. Habibie, beliau dulu sempat
menyelesaikan jenjang sarjana nya di sini dengan mengambil jurusan
Teknik Dirgantara. Dengan mantap aku medaftarkan diri ke kampus ini,
dengan mengambil jurusan Teknik Bioenergi dan Kemurgi FTI ITB.
Jurusan itu di Indonesia sendiri memang hanya ada di ITB itulah
mengapa aku sangat ingin melanjutkan kuliah disini.
Aku tau untuk bisa berkuliah di ITB memanglah tidak mudah
banyak putera-puteri terbaik bangsa yang ingin berkuliah di sini juga,
jadi itu artinya persaingan untuk masuk ITB sangatlah ketat. Oleh karena
itu aku sudah mempersiapkan diri sedari duduk di bangku SMA. Aku
mempersiapkan diri dengan sebaik mungkin mulai dari mempertahankan
nilai Raport, ikut berbagai macam perlombaan dan penelitian. Aku
memang suka dengan dunia penelitian bagiku penelitian sangatlah
menarik. Sewaktu di SMA aku mengikuti Kelompok Ilmiah Remaja
(KIR) dan di tahun 2015 aku pernah di amanahi sebagai ketuanya. Di
kIR aku bisa berlatih banyak, mulai dari kepemimpinan hingga berbagai
macam penelitian. Karena ketertarikan ku akan dunia penelitian aku pun
pernah mengikuti berbagai macam perlombaan, seperti lomba KIS
(Karya Ilmiah Siswa), Lomba Riset Daerah, Lomba Kreanova,
Veterinary Olimpyad dan lain sebagai nya. Sejak SMP aku memang
menyukai pelajaran biologi itulah alasan mengapa aku sangat ingin
masuk kuliah di jurusan yang berkaitan dengan biologi. Setelah aku
mendaftarkan diri di ITB ada rasa bimbang dan cemas di hatiku. Aku
selalu berfikir bagaimana jika akhirnya aku tidak di terima di sana,
mengingat di tahun 2016 tidak ada satupun kakak kelasku yang lolos di
ITB padahal tahun-tahun sebelumnya pasti ada yang bisa masuk ITB
lewat jalur SNMPTN dan akupun mendaftar ITB melalui jalur
SNMPTN. Karena rasa cemasku, aku kemudian berfikir untuk mencari
kampus cadangan, kebetulan saat itu ada 2 kampus swasta di Jakarta
yang Sedang membuka pendaftaran jalur beasiswa. Tanpa berfikir
panjang aku langsung mendaftarkan diri ke kampus tersebut. Kampus
swasta yang pertama ada ujian tes tertulis nya dan semua nya full bahasa
inggris, sedangkan kampus swasta yang kedua hanya melakukan seleksi
melalui nilai raport. Di kedua kampus tersebut aku iseng mengambil
jurusan rumpun soshum padahal dari latar belakangku adalah siswi IPA.
Aku sebenernya sangat menyukai dunia sosial apalagi yang berkaitan
dengan ilmu komunikasi karena aku suka public speaking, alhasil di
kampus pertama aku ambil jurusan Communication dan di kampus
kedua aku mengambil jurusan Public Relation. Tidak lama setelah tes
tulis dan pengumpulan berkas nilai raport akhirnya tibalah
pengumuman, aku mendapat surat pengumuman nya melalui Pos dan
website resmi universitasnya. Dan tanpa aku sangka aku lolos kedua-
duanya. Untuk kampus yang pertama aku hanya mendapat beasiswa
90% dan kampus yang kedua Alhamdulillah aku dapat beasiswa full
100% selama 8 semester. Aku sangat lega karena sudah punya cadangan
kampus, meskipun statusnya kampus swasta tapi cukup bagus dan aku
bersyukur bisa memperoeh beasiswa 100% sehingga nanti kedepan nya
aku tidak membebani ibu.
Sejak tahun 2015 ayahku meninggal karena sakit liver. Sejak saat
itulah hanya ibuku yang mebiayaiku. Terlebih lagi aku punya satu orang
adik yang masih sekolah. Meskipun berjuang sendiri sebagai tulang
punggung keluarga ibuku tak pernah menyuruhku berhenti sekolah. Ibu
selalu mendukung pendidikanku, ibu sangat berharap aku bisa sukses
suatu saat nanti sehingga aku bisa membantu perekonomian keluarga.
Selang beberapa bulan akhirnya tibalah pengumuman SNMPTN dan aku
sangat sedih ketika melihat hasil pengumuman bahwa aku di nyatakan
gagal. Aku langsung nangis waktu itu, dengan senyuman yang
mengembang di bibirnya ibu menghampiriku seraya berkata “Allah tau
apa yang terbaik untuk hambanya’’ dengan penuh kasih sayang ibu
memeluku sembari mengelus kepalaku. Meskipun ibu terseyum tapi aku
tau di lubuk hati nya yang paling dalam ibu ikut bersedih atas
kegagalanku. Dari ibu aku belajar kuat dan tetap semangat, ibu tak
pernah sedikitpun memperlihatkan kesedihan nya padaku. Aku tau
bahwa ibu ingin aku melanjutkan kuliah di perguruan tinggi negeri saja
meskipun aku sudah punya beasiswa di kampus swasta tetapi ibu kurang
setuju. Sadar akan pentingnya ridha orangtua akhirnya akupun berusaha
mewujudkan keinginan ibu yaitu aku bisa masuk PTN. Beberapa bulan
setelah pengumuman itu aku di beri saran oleh ibu untuk mendaftar di
Universitas Diponegoro, Semarang. Ibu sangat ingin aku kuliah di
Semarang ketimbang di Bandung, sebab jarak Semarang dengan
rumahku di Pekalongan tidaklah jauh, bahkan hanya 1,5 jam saja jika
mengguakan kereta.
Jujur dari dulu aku tidak ingin kuliah di Semarang. Aku agak
trauma dengan Semarang terlebih lagi jika melewati depan RSUP Dr.
Kariadi aku bisa tiba-tiba sedih dan menangis. Sebab di rumah sakit
itulah ayahku meninggal, oleh karena itu aku tidak berkeinginan kuliah
di semarang. Meskipun begitu aku tidak boleh egois, aku sadar bahwa
aku harus tetap mengutamakan keinginan ibu, bagaimana pun
melaksanakan perintah beliau merupakan bentuk berbaktiku kepada
orangtua. Meskipun dengan berat hati akupun akhirnya mendaftarkan
diri untuk mengikuti ujian tulis UM Universitas Diponegoro untuk
menunaikan keinginan ibuku. Di Universitas Diponegoro aku
mengambil jurusan rekayasa perancangan mekanik, jurusan tersebut
memang masih asing di telinga karena merupakan jurusan baru di
Undip. Jurusan rekayasa perancangan mekanik sama seperti halnya
jurusan teknik mesin namun lebih mendalam di bidang perancangan nya.
Aku mengambil jurusan tersebut atas dasar keminatan diri sendiri dan
persetujuan dari ibu. Beberapa hari setelah ujian tulis di laksakan tibalah
saatnya pengumuman dan betapa bahagia nya ibu ku ketika melihat hasil
pengumuman bahwa aku lolos di Universitas Diponegoro. Aku jujur
waktu itu bingung harus bahagia atau sedih. Aku senang melihat ibu
sangat bahagia dengan hasil tersebut namun di sisi lain aku sedih jika
harus kuliah di Semarang karena pada dasarnya kampus impianku
adalah ITB dan aku ingin sekali berkuliah di sana. Tapi seperti
pemikiranku di awal aku tidak boleh egois aku harus mengutamakan
kebahagiaan ibu ku, ibu sudah susah payah berjuang dan berkorban demi
membesarkanku, jadi inilah saat nya aku membahagiakan beliau. Oh iya
di Undip aku memperoleh ketetapan UKT yang nominalnya tinggi
bagiku yaitu 8,5 juta. Aku sangat kasihan dengan ibu ku yang harus
membiayai pendidikanku. Tapi Alhamulillah qadarAllah aku
mendapatkan beasiswa Sarjana Muamalat sehingga bisa membantu
meringankan beban biaya pendidikanku. Alahamdulillah ya Allah.

Anda mungkin juga menyukai