Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam menaruh perhatian yang besar terhadap dunia kesehatan. kesehatan
merupakan modal utama untuk bekerja, beribadah dan melaksanakan aktivitas
lainnya. Ajaran islam yang selalu menekankan agar setiap orang memakan
makanan yang baik dan halal menunjukkan apresiasi islamterhadap kesehatan,
sebab makanan merupakan salah satu penentu sehat tidaknya seseorang.
Anjuran islam untuk bersih juga menunjukkan obsesi islam untuk
mewujudkan kesehatan masyarakat, sebab kebersihan pangkal kesehatan. Dan
kebersihan dipandang sebagai bagian dari iman. Itu sebabnya ajaran islam
sangat melarang pola hiup yang sembarangan, membuang sampah dan limbah
di sungai atau sumur yang airnya tidak mengalir dan sejenisnya. Dan islam
sangat menekankan kesucian atau thaharah, yaitu kebersihan atau kesucian
lahir dan batin. Dengan hidup bersih, maka kesehatan akan semakin terjaga,
sebab selain bersumber dari perut sendiri, penyakit sering kali berasal dari
lingkungan yang kotors
B. Rumusan dan Batasan Masalah

Berdasarkan permasalahan di atas, pemakalah menemukan satu rumasan


masalah yaitu bagaimana ajaran Agama Islam dengan kesehatan yang akan
menjadi fokus pembahasan pemakalah adalah:

1. Pandangan Agama terhadap Kesehatan


2. Peran agama dalam Keperawatan
3. Nilai agama dan kehidupan profesi keperawatan dan sosial
masyarakat
4. Hikmah kesehatan di dalam ibadah

C. Tujuan

Adapun tujuan pemakalah dalam mengkaji permasalahn di atas agar:

5. Mengetahui bagaimana Pandangan Agama terhadap Kesehatan


6. Mengetahui bagaimana Peran Agama dalam Keperawatan
7. Mengetahui nilai agama dan kehidupan profesi keperawatan dan
sosial masyarakat.
8. Mengetahui himah kesehatan di dalam Ibadah

1
BAB II

KEBERSIHAN DAN KESEHATAN DALAM ISLAM

A. Makna dan Hakikat Bersih dan Kesehatan dalam Islam

Dalil-dalil Al-Quran dan hadist tentang kebersihan dan kesehatan Dalam


sebuah hadits dari Abu Hurairah disebutkan :

ٍ ‫سالَ َم َعلَي النَظَافَ ِة َولَنْ يَد ُْخ َل ا ْل َجنَّةَ اِالَ ُك ُّل نَ ِظ ْي‬
‫ف‬ ْ ‫ستَطَ ْعتُ ْم فَاِنَ هللاَ تَ َعالَي بَنَي ا ِال‬
ْ ِ‫تَنَظَّفُ ْوا بِ ُك ِّل َما ا‬

Artinya : “Bersihkanlah segala sesuatu semampu kamu. Sesungguhnya Allah


ta’ala membangun Islam ini atas dasar kebersihan dan tidak akan masuk surga
kecuali setiap yang bersih.” (HR Ath-Thabrani).

Hadits lain menyebutkan,

  ‫ فَنَظِّفُوا أَ ْفنِيَتَ ُك ْم‬, ‫ َج َوا ٌد يُ ِح ُّب ا ْل ُجو َد‬, ‫ َك ِري ٌم يُ ِح ُّب ا ْل َك َر َم‬, َ‫ نَ ِظيفٌ يُ ِح ُّب النَّظَافَة‬, ‫ب يُ ِح ُّب الطَّيِّ َب‬
ٌ ِّ‫هَّللا َ طَي‬  َّ‫إِن‬

Artinya “Sesungguhnya Allah itu baik dan mencintai kebaikan, Bersih (suci) dan
mencintai kebersihan, Mulia dan mencintai kemuliaan, bagus dan mencintai
kebagusan, bersihkanlah rumahmu.” (H.R.Tirmidzi dari Saad).

Untuk kesegaran jasmani (kesehatan) perlu memelihara lingkungan hidup

Al-Qur’an dan hadits banyak menggunakan lafal atau kosa kata thaharah
yang mengindikasikan pada kesucian badan dari kotoran dan najis.  Dalam surat
al-Maidah: 6

‫وس ُك ْم‬ ِ ِ‫سلُوا ُو ُجو َه ُك ْم َوأَ ْي ِديَ ُك ْم إِلَى ا ْل َم َراف‬


ِ ‫ق َوا ْم َس ُحوا بِ ُر ُء‬ َّ ‫يَا أَيُّ َها الَّ ِذينَ آ َمنُوا إِ َذا قُ ْمتُ ْم إِلَى ال‬
ِ ‫صال ِة فَا ْغ‬
‫سفَ ٍر أَ ْو َجا َء أَ َح ٌد‬
َ ‫ضى أَ ْو َعلَى‬ َ ‫َوأَ ْر ُجلَ ُك ْم إِلَى ا ْل َك ْعبَ ْي ِن َوإِنْ ُك ْنتُ ْم ُجنُبًا فَاطَّهَّ ُروا َوإِنْ ُك ْنتُ ْم َم ْر‬
‫س ُحوا بِ ُو ُجو ِه ُك ْم‬ َ ‫ص ِعيدًا طَيِّبًا فَا ْم‬ َ ‫سا َء فَلَ ْم ت َِجدُوا َما ًء فَتَيَ َّم ُموا‬ َ ِّ‫ستُ ُم الن‬ْ ‫ِم ْن ُك ْم ِمنَ ا ْل َغائِ ِط أَ ْو ال َم‬
ٍ ‫م ِم ْنهُ َما يُ ِري ُد هَّللا ُ لِيَ ْج َع َل َعلَ ْي ُك ْم ِمنْ َح َر‬qْ ‫َوأَ ْي ِدي ُك‬
‫ج َولَ ِكنْ يُ ِري ُد لِيُطَ ِّه َر ُك ْم َولِيُتِ َّم نِ ْع َمتَهُ َعلَ ْي ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم‬
َ‫ش ُكرُون‬
ْ َ‫ت‬
Artinya : Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu hendak melaksanakan
shalat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku, dan sapulah
kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai kedua mata kaki. Jika kamu junub
maka mandilah. Dan jika kamu sakit atau dalam perjalana atau kembali dari

2
tempat buang air(kakus) atau menyentuh perempuan, maka jika kamu tidak
memperoleh air,maka bertayamumlah dengan debu yang baik (suci) ; usaplah
wajahmu dan tanganmu dengan (debu) itu. Allah tidak ingin menyulitkan kamu,
tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya
bagimu,agar kamu bersyukur.

Surat an-Nisa: 43:

‫سبِ ْي ٍل َح ٰتّى‬
َ ‫ي‬ ْ ‫س َك ٰارى َح ٰتّى تَ ْعلَ ُم ْوا َما تَقُ ْولُ ْونَ َواَل ُجنُبًا إِاَّل عَابِ ِر‬ ُ ‫ص ٰلةَ َوأَ ْنتُ ْم‬َّ ‫ٰيأ َ ُّي َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا اَل تَ ْق َربُوا ال‬
‫سا َء فَلَ ْم تَ ِجد ُْوا َما ًء‬ ْ ‫سفَ ٍر أَ ْو َجا َء أَ َح ٌد ِّم ْن ُك ْم ِّمنَ ا ْل َغائِ ِط أَ ْو ٰل َم‬
َ ِّ‫ستُ ُم الن‬ َ ‫ضى أَ ْو ع َٰلى‬ ٰ ‫تَ ْغت َِسلُ ْو ۗا َوإِنْ ُك ْنتُ ْم َم ْر‬
‫س ُح ْوا بِ ُو ُج ْو ِه ُك ْم َوأَ ْي ِد ْي ُك ۗ ْم إِنَّ هّٰللا َ َكانَ َعفُ ّوًا َغفُ ْو ًرا‬
َ ‫ص ِع ْيدًا طَيِّبًا فَا ْم‬
َ ‫فَتَيَ َّم ُم ْوا‬

Artinya : Wahai orang yang beriman! Janganlah kamu mendekati shalat, ketika
kamu dalam keadaan mabuk, sampai kamu sadar apa yang kamu ucapkan, dan
jangan pula (kamu hampiri masjid ketika kamu) dalam keadaan junub kecuali
sekedar melewati jalan saja, sebelum kamu mandi (mandi junub). Adapun jika
kamu sakit atau sedang dalam perjalanan atau sehabis buang air atau kamu telah
menyentuh perempuan, sedangkan kamu tidak mendapat air, maka
bertayamumlah kamu dengan debu yang baik(suci); usaplah wajahmu dan
tanganmu dengan (debu) itu. Sungguh , Allah Maha Pemaaf, Maha Pengampun.

Ayat tersebut mewajibkan wudhu dan atau mandi sebelum shalat, tampak
mengandung dua makna sekaligus, yaitu thaharah secara hissiyah-
jasmaniyah (konkrit-nyata) karena dibersihkan oleh air dan thaharah
maknawiyah(abstrak) karena dibersihkan dengan air atau tanah ketika air itu tidak
ada.

Dikatakan dua makna, “Sesungguhnya Allah adalah pengampun dan penyayang”


pada akhir surat an-Nisa:43 karena wudhu dan mandi juga shalat adalah jalan
membersihkan dosa.  Rasul berkata, artinya: “Tidak ada seorang laki-laki yang
berwudhu baik wudhunya, terus shalat dua rakaat, maka ia diampuni dosanya”
(HR.Bukhari).

Kesucian secara rohani karena dia sudah ada dalam keta’atan, istighfar dan taubat
pada Allah.  Dalam kehidupan sehari-hari suci ini diungkapkan kepada seseorang

3
yang sedang haid atau dalam keadaan junub, misalnya, orang yang sudah bersih
ْ َ‫( ” َحتّى ي‬al-Baqarah:222).
atau suci dari haid, disebut, “ َ‫طهُلرْ ن‬

B. Definisi Mandi

Mandi dalam bahasa arab di sebut dengan istilah al-ghusl (‫)ﻞﺴﻐﻟا‬. . Kata ini
memiliki makna yaitu menuangkan air ke seluruh tubuh. Sedangkan secara
istilah, para ulama menyebutkan definisinya yaitu : “ Memakai air yang suci
pada seluruh badan dengan cara tertentu dengan syarat-syarat dan rukun-
rukunya. Adapun kata Janabah dalam bahasa arab bermakna jauh dan lawan
dari dekat.

Sedangkan secara istilah fiqih, kata janabah ini menurut Al-Imam An-
Nawawi rahimahullah berarti :”Janabah secara syar’I di kaitkan dengan
seseorang yang keluar mani atau melakukan hubungan suami istri, disebut
bahwa seseorang itu junub karena dia menjauhi shalat, masjid dan membaca
Al-Quran serta di jauhkan atas hal-hal tersebut. Mandi Janabah sring juga di
sebut dengan istilah “mandi wajib”. Mandi ini merupakan tatacara ritual yang
bersifat ta’abbudi dan bertujuan menghilangkan hadats besar .

Mandi itu disyari’atkan berdasarkan firman Allah Ta’ala :

‫م ُجنُبًافَاطَّ ّه ُرا‬qْ ُ‫َواِ ْن ُك ْنت‬

“Apabila kamu junub,hendaklah bersuci.” (Al-Maidah:6)

C. Hal-hal yang mewajibkan mandi


a) Bertemunya Dua kemaluan

Yang di maksud dengan bertemunya dua kemaluan adalah kemaluan


laki laki dan kemaluan wanita. Dan istilah ini disebutkan dengan maksud
bersetubuh (jima’). Dan para ulama yang membuat batasan: dengan
lenyapnya kemaluan (masuknya) ke dalam faraj wanita, atau faraj apapun
baik faraj hewan.

Termasuk juga bila di masukkan kedalam dubur, baik dubur wanita


ataupun dubur laki-laki, baik orang dewasa atau anak kecil. Baik dalam

4
keadaan hidup ataupun dalam keadaan mati. Semuanya mewajibkan mandi,
di luar larangan perilaku itu .

Hal yang sama juga berlaku juga untuk wanita dimana bila farajnya di
masuki oleh kemaluan laki-laki, baik dewasa atau anak kecil, baik kemaluan
manusia maupun kemaluan hewan, baik dalam keadaan hidup atau dalam
keadaan mati, termasuk juga bila yang di masuki itu duburnya. Semuanya
mewajibkan mandi, di luar masalah larangan perilaku itu.

Semua yang di sebutkan di atas termasuk hal-hal yang mewajibkan


mandi, meskipun tidak sampai keluar mani. Dalilnya adalah Sabda
Rasulullah saw :

Abu Hurairah r.a : “ Bahwa Rasulullah saw. Telah bersabda : “Jika


seseorang telah berada di antara anggautanya yang empat( maksudnya kedua
tangan dan kedua kaki isterinya) lalu mencampurinya, maka wajiblah mandi,
biar keluar mani atau puun tidak.” (H.R. Ahmad dan Muslim)

b) Keluarnya air mani menyebabkan seseorang mendapat janabah, baik


dengan cara sengaja (masturbasi) atau tidak.

Dasarnya adalah sabda Rasulullah saw.

Dari Abi Said Al-Khudri ra berkata bahwa Rasulullah saw bersabda ; “


Sesungguhnya air itu (kewajiban mandi) dari sebab air (keluar sperma).
(H.R. Bukhari dan Muslim)

Namun ada sedikit perbedaan pandangan dalam hal ini di antara para
Fuqaha’. Mazhab Al-Hanafiyah, Al-Malikiyah dan Al-Hanabilah
mensyaratkan keluarnya mani itu karena syahwat atau dorongan gejolak
nafsu, baik keluar dengan sengaja atau tidak sengaja. yang penting, ada
dorongan syahwat seiirng dengan keluarnya mani. Maka barulah di
wajibkan mandi janabah. Sedangkan mazhab Asy-safi’iyah memutlakkan
keluarnya mani, baik karena syahwat ataupun karena sakit, semuanya tetap
mewajibkan mandi janabah .

5
Sedangkan air mani laki-laki itu sendiri punya ciri khas yang
membedakannya dengan wadi dan mazi :

i. Dari aromanya, air mani memiliki aroma seperti aroma a’jin


(Adonan roti). Dan seperti telur bila telah mongering.
ii. Keluarnya dengan cara memancar, Rasa lezat ketika keluar dan
setelah itu syahwat mereda.

Mani wanita.

ْ ‫ق فَ َه ْل َعلَى ا ْل َم ْرأَ ِةا ْل ُغ‬


‫ ُل‬q‫س‬ ِّ ‫ست َْحى ِمنَ ا ْل َح‬ ْ ‫س ْو َل هّللا ِ اَنَّ هّللا َ الَ َي‬ ُ ‫سلَ َمةَاَنَّ اُ َّم‬
ُ ‫سلَ ْي ٍم قَالَتْ يَا َر‬ َ ‫َعنْ ا ِّم‬
‫متفق عليه‬-‫ت ا ْل َما َء‬ ِ َ‫ااحتَلَ َمتْ ؟ قَا َل نَ َع ْم اِ َذا َرأ‬
ْ ‫اِ َذ‬.

Dari Ummu Salamah r.a :

Artinya : “ Bahwa Ummu Sulaim berkata : “Ya Rasulullah,


sesungguhnya Allah tidak malu mengenai kebenaran ! Wajibkah
perempuan itu mandi bila ia bermimpi ? “Ujar Nabi : “ Ya, bila ia
melihat air.” (H.R. Bukhari dan muslim serta lain lainnya).

Hadist ini menegaskan bahwa wanita pun mengalami keluar mani,


bukan hanya laki-laki.

Haid atau menstruasi adalah kejadian alamiyah yang wajar terjadi pada
seseorang wanita dan bersifat rutin bulanan.

Keluarnya darah haidh itu justru menunjukkan bahwa tubuh wanita itu
sehat. Dalilnyaadalah Firman Allah swt dan juga sabda Rasulullah saw
Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah : “ Haid itu adalah
kotoran.” Oleh karena itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di
waktu haid, dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci.
Apabila mereka telah sui, maka campurilah mereka itu di tempat yang di
perintahkan Allah kepadamu. Sesunggunya Allah menyukai orang –orang
yang tobat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri (Q.S Al-
Baqarah :222).

6
Sabda Rasulullah saw: “ Beliau berkata kepada Fatimah binti Abi
Hubaisy: “ Apabila datang haid itu, hendaklah engkau tinggalkan shalat,
dan apabila habis haid itu, hendaklah engkau mandi dan shalat.” (Riwayat
Bukhari)
b) Nifas, yang dinamakan nifas ialah darah yang keluar dari kemaluan
perempuan sesudah melahirkan anak.
c) Melahirkan, baik anak yang dilahrikan itu cukup umur ataupun tidak,
seperti keguguran., maka wajiba atasnya untuk melakukan mandi
janabah. Bahkan mesti saat melahirkan itu tidak ada darah yang
keluar. Artinya,meski seorang wanita tidak mengalami nifas,namun
tetap wajib atasnya untuk mandi janabah, lantaran persalinan yang di
alaminya.
Sebagian ulama mengatakan bahwa I’llat di atas wajib mandinya
wanita yang melahirkan adalah karena anak yang di lahirkan itu pada
hakikatnya adalah mani juga, meski sudah berubah menjadi manusia.
Dengan dasar itu,maka bila yang lahir bukan bayu tapi janin sekalipun.
Tetap di wajibkan mandi, lantaran janin itu pun asalnya dari mani.
d) Mati. Orang Islam yang mati, fardhu kifayah atas muslimin yang
hidup untuk memandikanmya, terkecuali orang yang mati syahid.
Sabda Rasulullah saw. Dari Ibnu ‘Abbas, Sesungguhnya Rasulullah
saw. Telah berkata tentang orang mati karena terlontar oleh untanya, kata
beliau : “Mandikan olehmu akan dia dengan air dan bidara.” (Riwayat
Bukhari dan Muslim)

D. Hal-hal yang haram dilakukan oleh orang yang junub

1) Sholat

Berdasarkan firman Allah ta’ala:

ُ ‫صاَل ةَ َوأَ ْنتُ ْم‬


‫س َكا َرى َحتَّى تَ ْعلَ ُموا َما تَقُولُونَ َواَل ُجنُبًا إِاَّل عَابِ ِري‬ َّ ‫يَا أَيُّ َها الَّ ِذينَ آ َمنُوا اَل تَ ْق َربُوا ال‬
‫سلُوا‬
ِ َ‫يل َحتَّى تَ ْغت‬ ٍ ِ ‫سب‬ َ

7
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu
dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu
ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam keadaan
junub, terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi. (QS. An-
Nisa’ 4 : 43).
Maksud kata “shalat” dalam ayat tersebut yang berkaitan dengan
junub adalah tempat shalat. Sebab, melewati jalan tidak mungkin
dilakukan dalam shalat, tetapi dilakukan di tempat shalat. Oleh karena
itu, larangan shalat bagi orang yang junub merupakan larangan yang
lebih kuat daripada larangan melewati jalan di tempat shalat (orang yang
junub hanya boleh untuk sekedar berlalu saja, bagaimana mungkin dia
bisa menetap di tempat shalat dan mengerjakannya?).
Hal ini juga berdasarkan riwayat Muslim dan yang lainnya dari Ibnu
Umar radhiyallahu ‘anhuma beliau berkata: Aku mendengar Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

‫صاَل ةٌ بِ َغ ْي ِر طُ ُهو ٍر‬


َ ‫اَل تُ ْقبَ ُل‬
“Tidak diterima shalat tanpa bersuci”.
Makna hadits ini mencakup kesucian orang yang berhadats dan orang
yang junub. Hadits ini menunjukkan haramnya shalat dari keduanya.

2) Membaca al-Qur’an

Dari Ibnu Umar beliau berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi


wasallam bersabda:

‫ش ْيئًا ِمنْ ا ْلقُ ْرآ ِن‬ ُ ُ‫اَل َي ْق َرأُ ا ْل ُجن‬


ُ ِ‫ب َوا ْل َحائ‬
َ ‫ض‬
“Orang junub dan wanita haid tidak boleh membaca sesuatu pun dari Al-
Qur`an.”(HR.Tirmidzi, Abu Dawud, dan Ibnu Majah).
Tambahan catatan dari kitab al-Majmu’ Syarh Al-Muhadzdzab karya
Imam An-Nawawi :

8
Madzhab kami adalah haram membaca al-Qur’an sedikit maupun
banyak bagi orang yang junub dan wanita yang sedang haid. Ini adalah
pendapat kebanyakan ulama’. Ini diriwayatkan dari Umar bin Al-
Khattab, Ali, dan Jabir radhiyallahu ‘anhum, juga pendapat Hasan al-
Bashri, Az-Zuhri, An-Nakha’i, Qatadah, Ahmad, dan Ishaq.

Di dalam kitabnya Sunannya, Imam At-Tirmidzi menulis :

‫ش ْيئًا ِمنْ ا ْلقُ ْرآ ِن‬


َ ‫ب‬ُ ُ‫ض َواَل ا ْل ُجن‬ ُ ِ‫سلَّ َم قَا َل اَل تَ ْق َر ْأ ا ْل َحائ‬
َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬
َ ‫عَنْ ا ْب ِن ُع َم َر عَنْ النَّبِ ِّي‬
‫ َم ِعي َل‬q ‫س‬ ِ ‫ ِدي‬q‫هُ إِاَّل ِمنْ َح‬q ُ‫يث اَل نَ ْع ِرف‬
ْ ِ‫ث إ‬ ٌ ‫يث ا ْب ِن ُع َم َر َح ِد‬ ُ ‫سى َح ِد‬ َ ‫قَا َل َوفِي ا ْلبَاب عَنْ َعلِ ٍّي قَا َل أَبُو ِعي‬
‫ا َل اَل‬qqَ‫لَّ َم ق‬q‫س‬
َ ‫ ِه َو‬q‫لَّى هَّللا ُ َعلَ ْي‬q‫ص‬
َ ‫ر عَنْ النَّبِ ِّي‬qَ q‫سى ْب ِن ُع ْقبَةَ عَنْ نَافِ ٍع عَنْ ا ْب ِن ُع َم‬ َ ‫ش عَنْ ُمو‬ ٍ ‫ْب ِن َعيَّا‬
‫لَّ َم‬q‫س‬ َ ‫ ِه َو‬q‫لَّى هَّللا ُ َعلَ ْي‬q‫ص‬َ ‫ب النَّبِ ِّي‬ِ ‫ َحا‬q‫ص‬ ْ َ‫ ِل ا ْل ِع ْل ِم ِمنْ أ‬q‫ ِر أَ ْه‬qَ‫و ُل أَ ْكث‬q
ْ qَ‫و ق‬q
َ q‫ض َو ُه‬ ُ ُ‫ َر ْأ ا ْل ُجن‬q‫تَ ْق‬
ُ ِ‫ ائ‬q‫ب َواَل ا ْل َح‬
‫ َر ْأ‬q ‫ق قَالُوا اَل تَ ْق‬َ ‫س َح‬ْ ِ‫ار ِك َوالشَّافِ ِع ِّي َوأَ ْح َم َد َوإ‬ ُ ‫َوالتَّابِ ِعينَ َو َمنْ َب ْع َد ُه ْم ِم ْث ِل‬
ِّ ‫س ْفيَانَ الثَّ ْو ِر‬
َ َ‫ي َوا ْب ِن ا ْل ُمب‬
ِ ُ‫وا لِ ْل ُجن‬q ‫ص‬
‫ب‬ ُ ‫كَ َو َر َّخ‬qqِ‫ َو َذل‬q‫ ْرفَ َونَ ْح‬q‫ ِة َوا ْل َح‬q َ‫ َرفَ اآْل ي‬q ‫ط‬ َ ‫ ْيئًا إِاَّل‬q ‫ش‬
َ ‫رآ ِن‬qْ qُ‫ب ِمنْ ا ْلق‬ ُ ُ‫ض َواَل ا ْل ُجن‬ُ ِ‫ ائ‬q‫ا ْل َح‬
‫يح َوالتَّ ْهلِي ِل‬ ِ ِ‫َوا ْل َحائ‬
ْ َّ‫ض فِي الت‬
ِ ِ‫سب‬
Dari Ibnu Umar dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau
bersabda: “Wanita haid dan orang yang junub tidak boleh membaca
sesuatu pun dari Al Qur’an.” Ia berkata; “Dalam bab ini ada juga hadits
dari Ali.” Abu Isa berkata; “Hadits Ibnu Umar, kami tidak
mengetahuinya kecuali dari hadits Isma’il bin Ayyasy, dari Musa bin
Uqbah, dari Nafi’, dari Ibnu Umar, dari Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam, beliau bersabda, “Seorang yang junub dan wanita haid tidak
boleh membaca Al Qur`an.” Ini adalah pendapat kebanyakan ahli ilmu
dari kalangan sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, tabi’in dan
orang-orang setelah mereka seperti Sufyan Ats-Tsauri, Ibnu Al-
Mubarak, Syafi’i, Ahmad dan Ishaq. Mereka mengatakan, “Wanita haid
dan orang junub tidak boleh membaca sesuatu dari Al-Qur’an, kecuali
ujung ayat, atau satu huruf, serta yang semisalnya. Namun mereka
memberi keringanan bagi orang junub dan wanita haid untuk membaca
tasbih (Subhanallah) dan tahlil (Laa Ilaaha Illalaah).”
Menurut kami, pendapat inilah yang kuat yang merupakan pendapat
kebanyakan ahli ilmu dari salafus shalih yaitu para sahabat, tabi’in dan
orang – orang setelah mereka sebagaimana dijelaskan oleh Imam an-
Nawawi dan Imam At-Tirmidzi di atas.

9
3) Menyentuh mushaf dan membawanya

َ‫سهُ إِاَّل ا ْل ُمطَهَّرُون‬


ُّ ‫اَل يَ َم‬
tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan. (QS. Al-
Waqi’ah 56 : 79).
Juga berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:

َّ ‫أَنْ اَل يَ َم‬


‫س ا ْلقُ ْرآنَ إِاَّل طَا ِه ٌر‬
“Tidak ada yang boleh menyentuh al Qur’an kecuali yang telah
bersuci.” (Daruquthni meriwayatkannya secara marfu’ dan Malik
meriwayatkannya di dalam al-Muwaththa’nya secara mursal).
4) Thawaf

Al-Hakim meriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu beliau


berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Thawaf di Baitullah itu seperti shalat, hanya saja kalian dibolehkan


berbicara. Karena itu, siapa yang berbicara dalam tawaf, berbicaralah
yang baik saja.” (HR. Al-Hakim dan beliau menshahihkannya).
Karena thawaf itu sama dengan shalat, maka orang yang junub juga
dilarang untuk thawaf sebagaimana halnya mereka terlarang untuk
shalat.

5) Diam di dalam masjid

Berdasarkan firman Allah ta’ala:

‫ابِ ِري‬qq‫ا إِاَّل َع‬qqً‫ونَ َواَل ُجنُب‬qqُ‫ارى َحتَّى تَ ْعلَ ُموا َما تَقُول‬ ُ ‫صاَل ةَ َوأَ ْنتُ ْم‬
َ ‫س َك‬ َّ ‫يَا أَيُّ َها الَّ ِذينَ آ َمنُوا اَل تَ ْق َربُوا ال‬
‫سلُوا‬
ِ َ‫يل َحتَّى تَ ْغت‬ ٍ ِ‫سب‬
َ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu
dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu
ucapkan, (jangan pula hampiri masjid) sedang kamu dalam keadaan
junub, terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi.” (QS. An-
Nisa’ 4 : 43).

10
Hal ini juga berdasarkan riwayat Abu Dawud dari Aisyah radhiyallahu
‘anha dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda:

ٍ ُ‫ض َواَل ُجن‬


‫ب‬ ْ ‫اَل أُ ِح ُّل ا ْل َم‬
ٍ ِ‫س ِج َد لِ َحائ‬
Aku tidak menghalalkan masuk Masjid untuk orang yang sedang haid
dan juga orang yang sedang junub. (HR. Abu Dawud).
Jadi yang dilarang sebenarnya adalah menetap (singgah dalam waktu
lama) dan berulang kali keluar masuk masjid, bukan sekadar masuk ke
masjid.

Hal – Hal yang diharamkan bagi orang yang berhadats (kecil) ada tiga:

1) Shalat.

Dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

َ ‫ضأ‬ َ ‫صاَل ةَ أَ َح ِد ُك ْم إِ َذا أَ ْحد‬


َّ ‫َث َحتَّى يَتَ َو‬ َ ُ ‫اَل يَ ْقبَ ُل هَّللا‬
“Allah tidak menerima shalat salah seorang diantara kalian jika
berhadas hingga ia berwudhu.’’ (HR. Bukhari dan Muslim).
2) Thawaf.
3) Menyentuh mushaf dan membawanya.

Maraji’:
al-Bugha, Dr. Musthafa Diib. At-Tadzhib fii Adillat Matan al-
Ghayah wa at-Taqrib.
E. Fardhu ( Rukun ) Mandi
1. Niat.
Orang yang di wajibkan untuk melakukan mandi wajib hendaklah
berniat (menyengaja) menghilangkan hadastnya .
2. Menghilangkan Najis.
Menghilangkan najis dari badan sesungguhnya merupakan syarat sah
mandi janabah, disyaratkan sebelumnya untuk memastikan tidak ada lagi
najis yang masih menempel di badannya. Caranya bisa dengan

11
mencucinya atau dengan mandi biasa dengan sabun atau pembersih
lainnya. Adapun bila najisnya tergolong najis berat, maka wajib
mensucikannya dulu dengan air tujuh kali dan salah satunya dengan
tanah.
3. Meratakan Air.
Seluruh badan harus rata mendapatkan air,baik kuliat maupun
rambut dan bulu, baik akarnya ataupun yang teruntai. Semua penghalang
wajib di lepas dan di hapus, seperti cat, lem, pewarna kuku atau pewarna
rambut bila bersifat menghalangi masuknya air.
F. Sunah-Sunah Mandi
Aisyah RA berkata;” Ketika mandi janabah, Nabi saw memulainya
dengan mencuci kedua tangannya, kemudian ia menumpahkan air dari tangan
kananya ke tangan kiri lalu ia mencucui kemaluannya kemudian berwudhu
seperti wudhunya orang yang shalat. Kemudian beliau mengambil air lalu
memasukkan jari-jari tangannya ke sela-sela rambutnya, dan apabila ia yakin
semua kulit kepalanya telah basah beliau menyirami kepalannya 3 kali,
kemudian beliau membershikan seluruh tubuhnya dengan air kemudian di
akhiri beliau mencuci kakinya (HR Bukhari /248 dan Muslim /316)

Dari ‘Aisyah RA dia berkata : “ Jika Rasulullah saw mandi karena


jenabah, maka beliau mencuci kedua tangan, kemudian wudhu sebagaimana
wudhu beliau untuk shalat, kemudia beliau menyela-nyela rambutnya dengan
kedua tangan beliau, hingga ketika beliau menduga air sudah sampai ke akar-
akar rambut, beliau mengguyurnya dengan air tiga kali, kemudian membasuh
seluruh tubuhnya. ‘Aisyah berkata, “Aku pernah mandi bersama Rasulullah
saw dari satu bejana, kami mencibuk dari bejana itu semuanya” (HR. Bukhari
dan Muslim).Dari kedua hadits di atas, kita bisa rinci sebagai :
1. Mencuci kedua tangan.
2. Mencuci Dua kemaluan.
3. Membersihkan Najis.
4. Berwudhu.
5. Sela-sela jari
6. Menyiram kepala

12
7. Membasahi seluruh badan (Ketika mandi dan membasahi seluruh
bagian badan,ada keharusan untu meratakannya. Jangan sampai ada
anggota badan yang tidak terbasahi air.
8. Mencuci kaki. ( Disunnahkan berwudhu di atas tanpa mencuci kaki,
tetapi di akhirkan mencuci kakinya). Dengan demikian, mandi
janabah itu juga mengandung wudhu yang sunnah. Walaupun tanpa
berwudhu sekalipun, sebenarnya mandi janabah itu sudah
mengangkat hadats besar dan kecil sekaligus.

Hal-hal yang Perlu di Perhatikan Dalam Mandi Junub :


a. Mendahulukan anggota kanan.
Mendahulukan anggota kanan dari anggota kiri seperti dalam
berwudhu’ . Hal tersebut sebagaimana di tegaskan oleh hadits dari
Aisyah ra ,ia berkata : “Rasulullah saw menyenangi untuk
mendahulukan tangan kananya dalam segala urusannya, memakai
sandal, menyisir dan bersuci.” (HR. Bukhari/584 dan Muslim /268) .
b. Tidak perlu berwudhu lagi setelah mandi .
Sebagaimana di jelaskan dalam sebuah hadits dari Aisyah ra, ia
berkata : “Rasulullah saw mandi kemudian shalat dua rakaat dan shalat
subuh, dan saya tidak melihat beliau berwudhu setelah mandi (HR. Abu
Daud, at-Tirmidzy dan Ibnu Majah)

Ada enam hal yang mewajibkan seseorang untuk melakukan mandi wajib.
Tiga hal ada pada kaum pria dan wanita sedangkan tiga hal lainnya khusus pada
kaum wanita. 3 (Tiga) hal yang ada pada kaum pria dan wanita adalah :
1) Pertemuan dua kemaluan antara laki-laki dan perempuan (jima’).
Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw
bersabda,”Apabila seseorang duduk diantara anggota tubuh perempuan
yang empat, maksudnya diantara dua tangan dan dua kakinya kemudian
menyetubuhinya maka wajib baginya mandi, baik mani itu keluar atau
tidak.” (HR. Muslim dan Ahmad).Diriwayatkan dari Aisyah ra
bahwasanya Rasulullah saw bersabda,”Apabila dua kemaluan telah

13
bertemu maka wajib baginya mandi. Aku dan Rasulullah saw pernah
melakukannya maka kami pun mandi.” (HR. Ibnu Majah)
2) Keluarnya mani.
Diriwayatkan dari Abu Sa’id berkata,”Rasulullah saw bersabda,’Mandi
diwajibkan dikarenakan keluar air mani.” (HR. Muslim) Diriwayatkan
dari Ummu Salamah bahwa Ummu Sulaim berkata,’Wahai Rasulullah
sesungguhnya Allah tidak malu tentang masalah kebenaran, apakah
wanita wajib mandi apabila dia bermimpi? Nabi saw menjawab,’Ya, jika
dia melihat air.” (HR. Bukhori Muslim dan lainnya). Dalam hal
keluarnya air mani, Sayyid Sabiq mengatakan :
1) Jika mani keluar tanpa syahwat, tetapi karena sakit atau cuaca
dingin, maka ia tidak wajib mandi.
2) Jika seseorang bermimpi namun tidak mendapatkan air mani
maka tidak wajib baginya mandi, demikian dikatakan Ibnul
Mundzir.
3) Jika seseorang dalam keadaan sadar (tidak tidur) dan
mendapatkan mani namun ia tidak ingat akan mimpinya, jika dia
menyakini bahwa itu adalah mani maka wajib baginya mandi
dikarenakan secara zhohir bahwa air mani itu telah keluar
walaupun ia lupa mimpinya. Akan tetapi jika ia ragu-ragu dan
tidak mengetahui apakah air itu mani atau bukan, maka ia juga
wajib mandi demi kehati-hatian.
4) Jika seseorang merasakan akan keluar mani saat memuncaknya
syahwat namun dia tahan kemaluannya sehingga air mani itu tidak
keluar maka tidak wajib baginya mandi.
5) Jika seseorang melihat mani pada kainnya namun tidak
mengetahui waktu keluarnya dan kebetulan sudah melaksanakan
shalat maka ia wajib mengulang shalatnya dari waktu tidurnya
terakhir.. (Fiqhus Sunnah juz I hal 64 – 66)
3) Kematian
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra bahwasanya Rasulullah saw bersabda
dalam keadaan berihram terhadap seorang yang meninggal terpelanting

14
oleh ontanya,”Mandikan dia dengan air dan daun bidara.” (HR.Bukhori
Muslim)

Sedangkan 3 (tiga) lainnya yang khusus pada kaum wanita adalah :

1) Haid.

ْ q‫وهُنَّ َحتَّ َى يَ ْط ُه‬qqُ‫ض َوالَ تَ ْق َرب‬


َ‫رن‬q ِ ‫اء ِفي ا ْل َم ِحي‬q ‫س‬ َ ِّ‫ض قُ ْل ُه َو أَ ًذى فَا ْعتَ ِزلُو ْا الن‬
ِ ‫َن ا ْل َم ِحي‬ِ ‫سأَلُونَ َك ع‬
ْ َ‫َوي‬
َ‫ط ِّه ِرين‬َ َ‫ث أَ َم َر ُك ُم هّللا ُ إِنَّ هّللا َ يُ ِح ُّب التَّ َّوابِينَ َويُ ِح ُّب ا ْل ُمت‬ُ ‫ط َّه ْرنَ َفأْتُوهُنَّ ِمنْ َح ْي‬
َ َ‫فَإ ِ َذا ت‬

Artinya : “Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah:


“Haidh itu adalah suatu kotoran”. Oleh sebab itu hendaklah kamu
menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu
mendekati mereka, sebelum mereka suci. apabila mereka telah suci,
Maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah
kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat
dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” (QS. Al Baqoroh :
222)

Sabda Rasulullah saw kepada Fatimah binti Abu Hubaisy ra


adalah,”Tinggalkan shalat selama hari-hari engkau mendapatkan haid,
lalu mandilah dan shalatlah.” (Muttafaq Alaih)

2) Nifas.
Nifas adalah seperti haidh dan mewajibkannya mandi, demikian menurut
jumhur ulama.
3) Melahirkan.
Jika seorang melahirkan dan tidak mengeluarkan darah maka terjadi
perbedaan pendapat apakah wajib baginya mandi atau tidak. Namun
Syeikh Taqiyuddin asy Syafi’i, pemilik buku “Kifayatul Akhyar”
mewajibkannya mandi.

Adapun terkait dengan pertanyaan anda, seandainya seorang istri dalam


keada’an junub setelah bersetubuh dengan suaminya lalu ia
mendapatkan haid sementara dia belum sempat mandi jinabat, maka :

15
Ibnu Qudamah mengatakan bahwa Apabila dua hal yang mewajibkan
mandi bersatu seperti haid dengan junub atau pertemuan dua kemaluan
dengan keluarnya mani lalu ia berniat keduanya dengan satu kali mandi
saja maka itu dibolehkan, demikian pendapat kebanyakan ulama,
diantaranya Atho, Abuz Zanad, Robi’ah, Malik, Syafi’i, Ishaq dan para
pemikir.

Diriwayatkan dari al Hasan dan an Nakh’i dalam pemasalahan haid dan


junub ini berpendapat hendaklah dua kali mandi. Namun bagi kami,
bahwa “Nabi saw tidaklah mandi dari selesai jima (bersetubuh) kecuali
satu kali mandi.”. Ada dua hal yang dikandung didalam hadits ini, yaitu :
bisa jadi beliau saw di banyak keadaan dari jima’nya mengeluarkan
mani—selain dari pertemuan dua kemaluan, pen—dan dikarenakan
keduanya mewajibkannya mandi maka boleh dengan sekali mandi untuk
keduanya, seperti hadats dan najis.

Jika orang itu berniat salah satunya saja atau berniat terhadap haid saja
tanpa junub maka apakah niat itu sah pula buat yang lainnya? Didalam
permasalajam ini terdapat dua pendapat :

a.Niat itu sah pula bagi yang lainnya, dikarenakan mandinya itu adalah mandi
yang benar yang diniatkan untuk mandi wajib, maka hal itu dibolehkan.
b. Niat itu hanya sah untuk apa yang dia niatkan dan tidak untuk yang tidak
dia niatkan, berdasarkan sabda Nabi saw,” Sesungguhnya amal
perbuatan tergantung dari apa yang diniatkannya.” (al Mughni juz I hal
372)

Jadi dibolehkan bagi seorang yang mendapatkan haid saat dia junub
untuk mengakhirkan mandi wajibnya hingga selesai haidnya dengan
syarat meniatkan mandinya itu untuk junub dan haid.

G.Hikmah Berwudhu dan Shalat dalam Kesehatan

16
‫س ُحو ْا‬َ ‫ق َوا ْم‬ ِ ِ‫سلُو ْا ُو ُجو َه ُك ْم َوأَ ْي ِديَ ُك ْم إِلَى ا ْل َم َراف‬ َّ ‫يَا أَيُّ َها الَّ ِذينَ آ َمنُو ْا إِ َذا قُ ْمتُ ْم إِلَى ال‬
ِ ‫صال ِة فا ْغ‬
ِ َ‫س ُك ْم َوأَ ْر ُجلَ ُك ْم إِلَى ا ْل َك ْعب‬
‫ين‬ ِ ‫بِ ُرؤُو‬
Artinya : Wahai orang-orang yang beriman, apabila kalian hendak “
mengerjakan shalat, maka cucilah wajah-wajah kalian dan tangan-
tangan kalian sampai dengan siku, dan usaplah kepala-kepala kalian
dan (cucilah) kaki-kaki kalian sampai pada kedua mata kaki.” (QS. Al-
Maidah: 6

H.Manfaat Wudhu dan Sholat Dari Segi Kesehatan Moderen


Dr. Bahar Azwar, SpB-Onk, seorang dokter spesialis bedah-onkologi
( bedah tumor ) lulusan FK UI dalam bukunya “ Ketika Dokter Memaknai
Sholat “ mampu menjabarkan makna gerakan sholat. Bagaimana sebenarnya
manfaat sholat dan gerakan-gerakannya secara medis? Selama ini sholat yang
kita lakukan lima kali sehari, sebenarnya telah memberikan investasi
kesehatan yang cukup besar bagi kehidupan kita. Mulai dari berwudlu
( bersuci ), gerakan sholat sampai dengan salam memiliki makna yang luar
biasa hebatnya baik untuk kesehatan fisik, mental bahkan keseimbangan
spiritual dan emosional. Tetapi sayang sedikit dari kita yang memahaminya.
Berikut rangkaian dan manfaat kesehatan dari rukun Islam yang kedua ini.
I. Manfaat Wudhu Secara Umum
Kulit merupakan organ yang terbesar tubuh kita yang fungsi utamanya
membungkus tubuh serta melindungi tubuh dari berbagai ancaman kuman,
racun, radiasi juga mengatur suhu tubuh, fungsi ekskresi ( tempat pembuangan
zat-zat yang tak berguna melalui pori-pori ) dan media komunikasi antar sel
syaraf untuk rangsang nyeri, panas, sentuhan secara tekanan. Begitu besar
fungsi kulit maka kestabilannya ditentukan oleh pH (derajat keasaman) dan
kelembaban.
Bersuci merupakan salah satu metode menjaga kestabilan tersebut
khususnya kelembaban kulit. Kalau kulit sering kering akan sangat berbahaya
bagi kesehatan kulit terutama mudah terinfeksi kuman. Dengan bersuci berarti
terjadinya proses peremajaan dan pencucian kulit, selaput lendir, dan juga
lubang-lubang tubuh yang berhubungan dengan dunia luar (pori kulit, rongga

17
mulut, hidung, telinga). Seperti kita ketahui kulit merupakan tempat
berkembangnya banya kuman dan flora normal, diantaranya Staphylococcus
epidermis, Staphylococcus aureus, Streptococcus pyogenes, Mycobacterium
sp (penyakit TBC kulit). Begitu juga dengan rongga hidung terdapat kuman
Streptococcus pneumonia (penyakit pneumoni paru), Neisseria sp,
Hemophilus sp.
Seorang ahli bedah diwajibkan membasuh kedua belah tangan setiap kali
melakukan operasi sebagai proses sterilisasi dari kuman. Cara ini baru dikenal
abad ke-20,sebagaimana kita tahu jepang membutuhkan 100 tahun untuk
membiasakan cuci tangan, kapanye2 cuci tangan juga sedang gencar2nya di
media massa, padahal umat Islam sudah membudayakan sejak abad ke-14
yang lalu.
J. Keutamaan Berkumur – kumur.
Dari Humran budak Utsman bin Affan dia berkata:
ُ‫ت ثُ َّم أَد َْخ َل يَ ِمينَه‬
ٍ ‫سلَ ُه َما ثَاَل َث َم َّرا‬ َ ‫ضو ٍء فَأ َ ْف َر َغ َعلَى يَ َد ْي ِه ِمنْ إِنَائِ ِه فَ َغ‬ُ ‫َأنَّهُ َرأَى ُع ْث َمانَ بْنَ َعفَّانَ َدعَا ِب َو‬
َ ‫س َل َو ْج َههُ ثَاَل ثًا َويَ َد ْي ِه إِلَى ا ْل ِم ْرفَقَ ْي ِن َثاَل ثًا ثُ َّم َم‬
‫س َح‬ َ ‫ستَ ْنثَ َر ثُ َّم َغ‬
ْ ‫ق َوا‬َ ‫ش‬َ ‫ستَ ْن‬
ْ ‫ض َوا‬
َ ‫ض َم‬ ْ ‫ضو ِء ثُ َّم تَ َم‬
ُ ‫فِي ا ْل َو‬
‫ضوئِي َه َذا َوقَا َل‬ ُ ‫ضأ ُ نَ ْح َو ُو‬ َّ ‫سلَّ َم َيتَ َو‬ َ ‫س َل ُك َّل ِر ْج ٍل ثَاَل ثًا ثُ َّم قَا َل َرأَيْتُ النَّبِ َّي‬
َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬ ِ ‫ِب َر ْأ‬
َ ‫س ِه ثُ َّم َغ‬
‫سهُ َغفَ َر هَّللا ُ لَهُ َما تَقَ َّد َم ِمنْ َذ ْنبِ ِه‬ َ ‫ِّث فِي ِه َما نَ ْف‬ َ ‫ضوئِي َه َذا ثُ َّم‬
ُ ‫صلَّى َر ْك َعتَ ْي ِن اَل يُ َحد‬ ُ ‫ضأ َ نَ ْح َو ُو‬ َّ ‫َمنْ تَ َو‬

“Bahwa dia melihat Utsman bin Affan minta untuk diambilkan air wudlu.
Lalu beliau menuang bejana itu pada kedua tangannya, lalu dia mencuci kedua
tangannya tersebut hingga tiga kali.
Kemudian beliau memasukkan tangan kanannya ke dalam air wudlunya,
kemudian berkumur, menghirup air ke dalam hidung, dan mengeluarkannya.
Kemudian beliau mencuci mukanya tiga kali, mencuci kedua tangannya
hingga ke siku sebanyak tiga kali. Kemudian beliau mengusap kepalanya lalu
mencuci setiap kakinya tiga kali. Setelah itu beliau berkata, “Aku telah
melihat Nabi -shallallahu ‘alaihi wasallam- berwudhu seperti wudhuku ini,
kemudian beliau bersabda, “Barangsiapa yang berwudhu seperti wudhuku ini,
kemudian dia shalat dua rakaat, dan tidak menyibukkan hatinya dalam kedua
rakaat itu, maka Allah akan mengampuni dosanya yang telah lalu.” (HR. Al-
Bukhari no. 164 dan Muslim no. 226)

18
Dari Abdullah bin Zaid ketika beliau memperagakan sifat wudhunya Nabi
-shallallahu ‘alaihi wasallam:

‫ستَ ْنثَ َر ثَاَل َث‬


ْ ‫ق َوا‬ َ ‫ش‬ َ ‫ستَ ْن‬
ْ ‫ض َوا‬ َ ‫ض َم‬ ْ ‫س َل يَ َد ْي ِه ثَاَل ثًا ثُ َّم أَد َْخ َل يَ َدهُ فِي الت َّْو ِر فَ َم‬ َ ‫فَأ َ ْكفَأ َ َعلَى يَ ِد ِه ِمنْ الت َّْو ِر فَ َغ‬
ُ ‫سه‬َ ‫س َح َر ْأ‬ َ ‫س َل َي َد ْي ِه َم َّرتَ ْي ِن إِلَى ا ْل ِم ْرفَقَ ْي ِن ثُ َّم أَد َْخ َل يَ َدهُ فَ َم‬
َ ‫س َل َو ْج َههُ ثَاَل ثًا ثُ َّم َغ‬َ ‫ت ثُ َّم أَد َْخ َل َي َدهُ فَ َغ‬
ٍ ‫َغ َرفَا‬
ِ ‫فَأ َ ْقبَ َل بِ ِه َما َوأَ ْدبَ َر َم َّرةً َو‬
َ ‫اح َدةً ثُ َّم َغ‬
‫س َل ِر ْجلَ ْي ِه إِلَى ا ْل َك ْعبَ ْي ِن‬

“Dia menuangkan air dari gayung ke telapak tangannya lalu mencucinya tiga
kali. Kemudian dia memasukkan tangannya ke dalam gayung, lalu berkumur-
kumur, memasukkan air ke hidung, dan mengeluarkannya kembali dengan
tiga kali cidukan. Kemudian dia memasukkan tangannya ke dalam gayung,
lalu membasuh mukanya tiga kali. Kemudian dia membasuh kedua tangannya
dua kali sampai ke siku.
Kemudian memasukkan tangannya ke dalam gayung, lalu mengusap
kepalanya dengan tangan; mulai dari bagian depan ke belakang dan
menariknya kembali sebanyak satu kali. Lalu dia mencuci kedua kakinya
hingga mata kaki.” (HR. Al-Bukhari no. 186 dan Muslim no. 235)
Berkumur –kumur berarti membersihkan rongga mulut dari penularan
penyakit.
Sisa makanan sering mengendap atau tersangkut di antara sela gigi yang jika
tidak dibersihkan ( dengan berkumur-kumur atau menggosok gigi) akhirnya
akan menjadi mediasi pertumbuhan kuman. Dengan berkumur-kumur secara
benar dan dilakukan lima kali sehari berarti tanpa kita sadari dapat mencegah
dari infeksi gigi dan mulut. 
Penelitian modern membuktikan bahwa berkumur dapat menjaga mulut dan
tenggorokan dari radang dan menjaga gusi dari luka. Berkumur juga dapat
menjaga dan membersihkan gigi dengan menghilangkan sisa-sisa makanan
yang terdapat di sela-sela gigi setelah makan. Manfaat berkumur lainnya yg
juga penting adalah menguatkan sebagian otot-otot wajah dan menjaga
kesegarannya.Berkumur merupakan latihan penting yang diakui oleh pakar
dalam bidang olahraga, karena berkumur jika dilakukan dengan

19
menggerakkan otot-otot wajah dengan baik dapat menjadikan jiwa seseorang
tenang. 
ISTINSYAQ
Istinsyaq berarti menghirup air dengan lubang hidung, melalui rongga hidung
sampai ke tenggorokan bagian hidung (nasofaring). Fungsinya untuk mensucikan
selaput dan lendir hidung yang tercemar oleh udara kotor dan juga kuman.Selama
ini kita ketahui selaput dan lendir hidung merupakan basis pertahanan pertama
pernapasan. Dengan istinsyaq mudah-mudahan kuman infeksi saluran pernapasan
akut (ISPA) dapat dicegah.Penelitian ilmu modern yang dilakukan oleh tim
kedokteran Universitas Aleksandria membuktikan bahwa kebanyakan orang yg
berwudhu secara kontinyu, maka hidung mereka bersih dan bebas dari debu,
bakteri dan mikroba. Tidak diragukan lagi bahwa lubang hidung merupakan
tempat yg rentan dihinggapi mikroba dan virus, tetapi dengan membasuh hidung
secara kontinyu den melakukan istinsyaq (memasukan dan mengeluarkan air ke
dan dari hidung di saat berwudhu), maka lubang hidung menjadi bersih dan
terbebas dari radang dan bakteri, dan ini mencerminkan kesehatan tubuh secara
keseluruhan. Proses ini dapat menjaga manusia akan bahaya pemindahan mikroba
dari hidung ke anggota tubuh yg lain
1) Membasuh Wajah dan Kedua Telapak Tangan
Membasuh wajah dan kedua telapak tangan sampai ke siku memiliki
manfaat yang sangat besar dalam menghilangkan debu dan mikroba, lebih
dari membasuh hidung. Membasuh wajah dan kedua telapak tangan sanpai
ke siku juga daat menghilangkan keringat dan permukaan kulit dan
membersihkan kulit dari lemak yg dipartisi oleh kelenjar kulit, dan ini
biasanya menjadi tempat yg ideal untuk berkembang biaknya bakteri.
Begitu pula dengan pembersihan telinga sampai dengan pensucian kaki
beserta telapak kaki yang tak kalah pentingnya untuk mencegah berbagai
infeksi cacing yang masih menjadi masalah terbesar di negara kita

2) Membasuh Kedua Telapak Kaki


Membasuh kedua telapak kaki dengan memijat secara baik danpat
mendatangkan perasaan tenang dan nyaman, karena telapak kaki

20
merupakan cerminan seluruh perangkat tubuh. Orang yang berwudhu
seakan-akan memijat seluruh tubuhnya satu-persatu, padahal ia hanya
membasuh kedua telapak kakinya dengan air dan memijatnya dengan baik.
Ini merupakan salah satu rahasia timbulnya perasaan tenang dan nyaman
yang dirasakan oleh seorang muslim setelah berwudhu.

3) Wudhu dan Aliran Darah Perifer 


Dalam hadits riwayat empat Imam (Imam Abu Hanifah, Imam Malik,
Imam Syafi’i, Imam Ahmad Hambali)  diterangkan.“Sempurnakanlah dalam
berwudhu dan gosoklah sela – sela jari kalian...” perintah ini secara medis
sangat bermakna. Mengapa sela – sela jari yang disebut?, ternyata di bagian
itulah berjalan serabut saraf, arteri, vena, dan pembuluh limfe. Penggosokan
daerah sela – sela jari itu sudah barang tentu memperlancar..aliran darah
perifer (terminal) yang menjamin pasokan makanan dan oksigen. Kita tahu
berapa banyak pasien yang mengalami sumbatan aliran darah dan berakibat
pembusukan jari – jari. Tidak jarang diantara mereka harus menjalani
amputasi..elain itu, serabut saraf juga secara langsung distimulasi oleh
perbuatan kita menggosok sela – sela jari. Ujung jari sampai telapak tangan
adalah bagian yang paling sensitif, karena paling banyak mengandung simpul
reseptor saraf. Tiam 1 cm2 kulit di daerah itu, terdapat 120 – 230 ujung
sarafperaba.

4) Titik – titik penting terdapat di Anggota Wudhu


Kita dapat memahami bahwa anggota wudhu yang dibasuh adalah bagian –
bagian tubuh yang biasanya banyak bersentuhan dengan dunia luar. Bagian –
bagian tersebut umumnya tidak tertutup pakaian, bahakan memang menjadi
alat kontak tubuh kita dengan lingkungan, sehingga paling banyak mengalami
kontaminasi (kotoran), dan oleh karena secara logis paling perlu dibasuh.
Inilah aspek higine dalam ritual wudhu. Disisi lain, daerah ujung lengan (siku
ke bawah) dan ujung tungkai (lutut kebawah) terdapat titik – titik penting
dalam akupuntur. Seluruh organ bagian dalam memiliki lima buah titik
penting apabila dilakukan stimulasi akam memperbaikifungsinya. Beberapa
gangguan fungsi organ juga bisa dinormalkan dengan cara menstimulasi titik –

21
titik penting tersebut. Nabi Muhammad bersabda "  “berwudhu dan gosoklah
sela – sela jari kalian...” Perintah ini secara medis sangat bermakna. Mengapa
sela – sela jari yang disebut?, ternyata di bagian itulah berjalan serabut saraf,
arteri, vena, dan pembuluh limfe. Penggosokan daerah sela – sela jari itu
sudah barang tentu memperlancar aliran darah perifer (terminal) yang
menjamin pasokan makanan dan oksigen. Kita tahu berapa banyak pasien
yang mengalami sumbatan aliran darah dan berakibat pembusukan jari – jari.
Tidak jarang diantara mereka harus menjalani amputasi.
Selain itu, serabut saraf juga secara langsung distimulasi oleh perbuatan kita
menggosok sela – sela jari. Ujung jari sampai telapak tangan adalah bagian
yang paling sensitif, karena paling banyak mengandung simpul reseptor saraf.
Tiam 1 cm2 kulit di daerah itu, terdapat 120 – 230 ujung saraf peraba.

5.Akupuntur Telinga
Akupuntur telinga berkembang menjadi suatu cabang spesialis kedokteran di
China. Menurut ilmu akupuntur telinga adalah representasi dari tubuh
manusia. Bentuk telinga serupa dengan bentuk tubuh saat masih berupa janin
yang meringkuk dalam rahim ibu. Kepalanya adalah bagian sering dipasan
anting. Daerah lubang adalah rongga tubuh tempat tersimpanya organ – organ
dalam. Melakukan stimulasi seperti wudhu akan berpengaruh baik terhadap
fungsi organ dalam. Adapun lingkaran luar menggambarkan punggung.
Pemijatannya juga seakan – akan melakukan stimulasi daerah punggung dan
ruas – ruas tulang belakang.
lmu Brain Gym juga menjelaskan gerakan pasang telinga. Caranya, telinga
digosok – gosok sendiri dengan lembut, hingga timbul warna kemerahan dan
dirasakan dengan sensasi yang lebih hangat. Metode ini menambah
konsentrasi dan daya serap belajar anak di sekolah. Akibatnya prestasi juga
meningkat. Sebaiknya anak – anak diajari untuk melakukan ini secara sadar,
saat memulai belajar, baik di sekolah maupun dirumah

22
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah pemakalah menguraikan isi pembahasan tentang kaitan ajaran Agama


Islam dengan kesehatan,maka pemakalah menyimpulkan bahwa :

1) Pandangan Agama terhadap Kesehatan


2) Peran Agama dalam keperawatan
3) Nilai agama dan kehidupan profesi keperawatan dan social masyarakat
4) Hikmah Kesehatan di dalam Ibadah

B. Kritik dan saran

Pemakalah menyadari bahwa penjelasan di atas masih terdapat kekurangan,


baik dari segi isi maupun dari segi penulisan. Maka dari itu, di harapkan kepada
pembaca kritik dan saran sebagai masukan yang membangun demi perbaikan
makalah ini selanjutnya.

23
DAFTAR PUSTAKAAN

1. https://smartjayamakassar.wordpress.com/2012/06/05/makalah-agama-islam-
kesehatan-dalam-perspektif-islam/
2. https://ebooks-islam.fuwafuwa.info/
3. http://nurulmakrifat.blogspot.co.id/2014/09/download-epustaka-islami

Batam,.. September 2017

Dosen pengampu,

Mata Kuliah Agama


Islam

24
Ahmad Saefulloh,M.Pd

25

Anda mungkin juga menyukai