Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Kontrasepsi


1. Pengertian Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah
atau melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel
telur yang matang dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan.
Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya
kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang
dengan sel spermisida (Sukarni & Wahyu, 2013).
Kontrasepsi yaitu pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel
sperma (konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang
telah di buahi kedinding rahim (Mulyani & Rinawati, 2013)
Menurut sarwono (2006) di kutip dalam ekawati (2010)
kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan.
Upaya tersebut dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat
permanen. Penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu variabel
yang mempengaruhi fertilitas.
Menurut mochtar (1998) di kutip dalam fienalia (2012)
kontrasepsi adalah cara untuk mencegah terjadinya konsepsi dengan
alat atau obat-obatan.

2. Konsep Dasar Kontrasepsi Suntik


a. Pengertian Kontrasepsi Suntik
Menurut Siswosudarmo (2000) di kutip dalam ekawati (2010)
Kontrasepsi suntik adalah kontrasepsi yang di berikan dengan
cara di suntikkan secara intramuskuler di daerah otot pantat
(gluteus maximus).

5
6

Suntikan KB adalah suatu cairan berisi zat untuk mencegah


kehamilan selama jangka waktu tertentu (antara 1 – 3 bulan)
Ramadhan (2008).
b. Jeni- Jenis Kontrasepsi Suntik
1). Suntik Kombinasi (1 bulan)
Kontrasepsi suntik bulanan merupakan metode suntikan yang
pemberiannya tiap bulan dengan jalan penyuntikan secara intra
muskular sebagai usaha pencegahan kehamilan berupa
hormon progesteron dan estrogen pada wanita usia subur.
Penggunaan kontrasepsi suntik mempengaruhi hipofisis yaitu
menurunkan kadar FSH dan LH sehingga perkembangan dan
kematangan folikel de graaf tidak terjadi.
a). Cara kerja kontrasepsi suntik 1 bulan :
(a). Mencegah ovulasi
Kadar progestin tinggi sehingga menghambat lonjakan
luteinizing hormone (LH) secara efektif sehingga tidak
terjadi ovulasi. Kadar follicle-stimulating hormone (FSH)
dan LH menurun dan tidak terjadi lonjakan LH (LH
Surge). Menghambat perkembangan folikel dan
mencegah ovulasi. Progestogen menurunkan frekuensi
pelepasan (FSH) dan (LH) .
(b). Lendir serviks menjadi kental dan sedikit, mengalami
penebalan mukus serviks yang mengganggu penetrasi
sperma. Perubahan - perubahan siklus yang normal
pada lendir serviks.Secret dari serviks tetap dalam
keadaan di bawah pengaruh progesteron hingga
menyulitkan penetrasi spermatozoa.
(c). Membuat endometrium menjadi kurang layak/baik untuk
implantasi dari ovum yang telah di buahi, yaitu
mempengaruhi perubahan-perubahan menjelang
stadium sekresi, yang diperlukan sebagai persiapan
7

endometrium untuk memungkinkan nidasi dari ovum


yang telah di buahi.
(d). Mungkin mempengaruhi kecepatan transpor ovum di
dalam tuba fallopi atau memberikan perubahan
terhadap kecepatan transportasi ovum (telur) melalui
tuba (Siregar,2010).
b). Efektifitas kontrasepsi suntik 1 bulan:
Kontrasepsi suntik 1 bulan sangat efektif (0,1-0,4 kehamilan
per 100 perempuan) selama tahun pertama penggunaan.
c). Keuntungan kontrasepsi suntik 1 bulan :
kontrasepsi suntik 1 bulan kombinasi estrogen-progesteron
menghasilkan keunggulan pola perdarahan menstruasi
yang lebih teratur, dengan setiap bulan terjadi episode
perdarahan sekitar 15 hari setelah penyuntikan (Glasier &
Gebbie 2005) begitu pula pernyataan yang di kutip dalam
Mediskus (2015) bahwa efek samping Kontrasepsi suntik 1
bulan secara umum wanita akan tetap memiliki siklus
menstruasi normal setelah pemberian kontrasepsi suntik 1
bulan namun dapat juga terjadi gangguan menstruasi
seperti lebih lambat atau lebih cepat, amenore, spotting
atau ngeflek, dan perdarahan yang lebih lama dan berat.
risiko terhadap kesehatan kecil, tidak berpengaruh pada
hubungan suami istri, tidak diperlukan pemeriksaan dalam,
jangka panjang,pasien tidak perlu menyimpan obat suntik,
pemberian aman,efektif dan relati mudah.
d). Kerugian Kontrasepsi Suntik 1 bulan :
Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan, dan keluhan
seperti ini akan hilang setelah suntikan kedua atau ketiga,
ketergantungan pasien terhadapan pelayanan kesehatan,
karena pasien harus kembali setiap 30 hari untuk
kunjungan ulang, dapat terjadi perubahan berat
8

badan,dapat terjadi efek samping yang serius seperti


serangan jantung, stroke, bekuan darah pada paru atau
otak dan kemungkinan timbulnya tumor hati, tidak
menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular
seksual (IMS), hepatitis B Virus atau infeksi virus HIV,
pemulihan kesuburan kemungkinan terlambat setelah
penghentian pemakaian KB suntik 1 bulan.
e). Indikasi Kontrasepsi Suntik 1 bulan:
usia reproduksi, telah memiliki anak ataupun belum
memiliki anak, ingin mendapatkan kontrasepsi dengan
efektifitas yang tinggi, menyusui ASI pascapersalinan > 6
bulan, pascapersalinan dan tidak menyusui, anemia, sering
lupa menggunakan pil kontrasepsi.
f). Kontraindikasi :
Hamil atau di duga hamil, menyusui dibawah 6 minggu
pascapersalinan, penyakit hati akut, umur di atas 35 tahun,
ibu yang mempunyai riwayat jantung, stroke, atau dengan
tekanan darah tinggi (>180/110 mmHg), ibu yang
mempunyai riwayat trombo emboli atau dengan kencing
manis > 20 tahun, keganasan pada payudara.
g). Waktu pemberian kontrasepsi suntik 1 bulan :
(a). Suntikan pertama dapat diberikan dalam waktu 7 hari
siklus haid. Tidak diperlukan kontrasepsi tambahan
(b). Bila suntikan pertama diberikan setelah hari ke 7 siklus
haid, ibu tidak boleh melakukan hubungan seksual
selama 7 hari atau menggunakan kontrasepsi lain untuk
7 hari.
(c). Bila ibu tidak haid suntikan pertama dapat diberikan
setiap saat,asal saja dapat dipastikan ibu tersebut tidak
hamil. Ibu tidak boleh melakukan hubungan seksual
9

selama 7 hari atau menggunakan kondom selama 7


hari dari suntikan pertama.
(c). Bila ibu pasca persalinan 6 bulan, menyusui serta
belum haid, suntikan pertama dapat di berikan asal
dipastikan tidak hamil.
(d) Bila pasca persalinan > 6 bulan, dan menyusui, serta
telah mendapat haid, maka suntikan pertama diberikan
pada siklus haid hari 1 dan 7.
(e). Bila pasca persalinan < 6 bulan dan menyusui ibu tidak
boleh diberikan suntikan kombinasi.
(f). Bila pasca persalinan 3 minggu dan tidak menyusui,
suntikan kombinasi dapat diberikan
(g.) Ibu pasca keguguran, suntikan kombinasi dapat
diberikan dalam waktu 7 hari.

2). Suntik Triwulan atau Progestin ( 3 bulan)


Menurut BKKBN (2002) dikutip dalam Mulyani & Rinawati
(2013) Suntik tribulan merupakan metode kontrasepsi yang
diberikan secara intramuscular setiap tiga bulan. Keluarga
berencana suntik merupakan metode kontrasepsi efektif yaitu
metode yang dalam penggunaannya mempunyai efektifitas
atau tingkat kelangsungan pemakaian relatif lebih tinggi serta
angka kegagalan relatif lebih rendah bila dibandingkan
dengan alat kontrasepsi.
a). Cara kerja
(a). Mencegah ovulasi
Kadar progestin tinggi sehingga menghambat lonjakan
luteinizing hormone (LH) secara efektif sehingga tidak
terjadi ovulasi. Kadar follicle-stimulating hormone (FSH)
dan LH menurun dan tidak terjadi lonjakan LH (LH
Surge). Menghambat perkembangan folikel dan
10

mencegah ovulasi. Progestogen menurunkan frekuensi


pelepasan (FSH) dan (LH) .
(b). Lendir serviks menjadi kental dan sedikit, mengalami
penebalan mukus serviks yang mengganggu penetrasi
sperma. Perubahan - perubahan siklus yang normal
pada lendir serviks.Secret dari serviks tetap dalam
keadaan di bawah pengaruh progesteron hingga
menyulitkan penetrasi spermatozoa.
(c). Membuat endometrium menjadi kurang layak/baik untuk
implantasi dari ovum yang telah di buahi, yaitu
mempengaruhi perubahan-perubahan menjelang
stadium sekresi, yang diperlukan sebagai persiapan
endometrium untuk memungkinkan nidasi dari ovum
yang telah di buahi.
(d). Mungkin mempengaruhi kecepatan transpor ovum di
dalam tuba fallopi atau memberikan perubahan
terhadap kecepatan transportasi ovum (telur) melalui
tuba (Siregar,2010).
b). Efektifitas kontrasepsi suntik triwulan :
Menurut Hartanto (2003) di kutip dalam Mulyani & Rinawati
(2013) efektifitas kontrasepsi suntik triwulan sangat tinggi,
angka kegagalan kurang dari 1%. World Healt Organization
(WHO) telah melakukan penelitian pada DMPA (Depo
Medroxy Progesteron acetat) dengan dosis standar dengan
angka kegagalan 0,7% , asal penyuntikan dilakukan secara
teratur sesuai jadwal yang telah di tentukan.
c). Keuntungan kontrasepsi suntik triwulan :
sederhana pemakaiannya, cocok untuk ibu-ibu yang
menyusui anak, tidak berdampak serius terhadap penyakit
gangguan pembekuan darah dan jantung karena tidak
mengandung hormon estrogen, dapat mencegah kanker
11

endometrium, kehamilan ektopik serta beberapa penyebab


penyakit akibat radang panggul, menurunkan krisis anemia
bulan sabit karena menunjukkan adanya suatu
penghambatan pembentukan sabit in vivo dengan
perbaikan hematologik selama terapi.
d). Kerugian kontrasepsi suntik triwulan :
Dikutip dalam dechacare (2009) menyatakan pada suntikan
3 bulan, karena kandungan hormon yang lebih besar
dibandingkan suntikan 1 bulan, sering mengakibatkan
terhentinya siklus menstruasi yang biasanya terjadi setiap
bulan.Kontrasepsi suntik tiga bulan atau DMPA memiliki
dua efek samping utama yang mempengaruhi semua
wanita yang menerima suntikan DMPA, perubahan
menstruasi dan tertunda untuk kembali subur. Perubahan
menstruasi yang dialami wanita yang menggunakan DMPA
dimulai dalam bentuk perdarahan yang tidak teratur yang
tak dapat di prediksi dan bercak darah yang berlangsung
selama tujuh hari atau perdarahan hebat selama beberapa
bulan pertama penggunaan Depo-Provera. Semua kejadian
ini secara bertahap menjadi lebih jarang dengan durasi
lebih pendek sampai klien mengalami amenorea. Lima
puluh persen klien mengalami amenorea setelah satu tahun
menggunakan Depo-provera. Pada penggunaan lebih dari
satu tahun, tiga perempat pengguna DMPA mengalami
amenorea. Efek samping awal yang tidak terprediksi
membuat klien menjadi ragu.beberapa klien merasa takut
bahwa bila mereka tidak mengalami menstruasi, maka hal
tersebut pertanda kehamilan atau penyakit. Efek samping
lain bagi beberapa wanita ialah kenaikan berat badan,
selain itu terjadi penurunan densitas mineral tulang yang
berkaitan dengan penggunaan DMPA, yang berpotensi
12

mengalami peningkatan resiko osteoporosis setelah


menopause. Kendati demikian, bukti-bukti yang ada
mengindikasikan bahwa penurunan densitas mineral tulang
ini akan kembali ke keadaan semula dalam satu atau dua
tahun setelah penghentian penggunaan DMPA dan tidak
ada efek jangka panjang (Varney, dkk, 2007).
e). Indikasi kontrasepsi suntik triwulan :
Ibu usia reproduksi (20-35 tahun), ibu pascapersalinan, ibu
pascakeguguran, ibu yang tidak dapat menggunakan
kontrasepsi yang mengandumg estrogen, nulipara dan
yang telah mempunyai anak banyak serta belum bersedia
untuk tubektomi, ibu yang sering lupa menggunakan
kontrasepsi pil, ibu yang tidak memiliki riwayat darah tinggi,
ibu yang sedang menyusui.
f). Kontraindikasi
Ibu hamil atau dicurigai hamil, ibu yang menderita kanker
payudara atau riwayat kanker payudara, diabetes melitus
yang disertai komplikasi, perdarahan pervaginam yang
belum jelas
g). Waktu pemberian kontrasepsi suntik triwulan :
(a). Mulai hari pertama sampai hari ke -7 siklus haid
(b). Bila suntikan pertama di berikan setelah hari ke-7 siklus
haid dan pasien tidak hamil. Pasien tidak boleh
melakukan hubungan seksual untuk 7 hari lamanya
atau penggunaan metode kontrasepsi yang lain selama
masa 7 hari.
(c). Jika pasien pasca persalinan > 6 bulan, menyusui serta
belum haid suntikan pertama dapat diberikan asal saja
dipastikan ibu tidak hamil.
(d). Bila pasca persalinan 3 minggu dan tidk menyusui
suntikan kombinasi dapat diberikan.
13

(e). Ibu pasca keguguran suntikan progestin dapat di


berikan.
B. Tinjauan Tentang Menstruasi
1. pengertian menstruasi
Menurut Bobak (2004) dikutip dalam Sukarni & Wahyu (2013)
Menstruasi Adalah Perdarahan periodik pada uterus yang di mulai
sekitar 14 hari setelah ovulasi. Menstruasi adalah perdarahan vagina
secara berkala akibat terlepasnya lapisan endometrium uterus.
Menstruasi adalah masa perdarahan yang terjadi pada
perempuan secara rutin setiap bulan selama masa suburnya kecuali
apabila terjadi kehamilan (Laila, 2011).
Menstruasi merupakan suatu proses pembersihan rahim
terhadap pembuluh darah, kelenjar-kelenjar dan sel-sel yang tidak
terpakai karena tidak ada pembuahan (Sibagariang, dkk, 2010).
Menstruasi adalah proses yang alamiah yang terjadi pada
perempuan .menstruasi merupakan perdarahan yang teratur dari
uterus sebagai tanda bahwa organ kandungan telah berfungsi
matang (Kusmiran 2011).

2. Pola Menstruasi
Pola menstruasi merupakan rangkaian proses menstruasi yang
meliputi siklus menstruasi, lama perdarahan menstruasi, dan
banyaknya perdarahan menstruasi. Siklus menstruasi merupakan
waktu sejak hari pertama menstruasi sampai datangnya menstruasi
periode berikutnya, siklus menstruasi pada wanita normalnya 21-35
hari dan hanya 10-15% yang memiliki siklus menstruasi 28 hari.
sedangkan panjang siklus menstruasi adalah jarak antara tanggal
mulainya menstruasi yang lalu dan mulainya menstruasi berikutnya
dengan lama menstruasi 3-5 hari, dan ada yang 7-8 hari. Sedangkan
banyaknya perdarahan adalah banyaknya darah yang hilang pada
wanita normal selama satu periode menstruasi yang telah di tentukan
14

oleh beberapa kelompok peneliti yaitu 25-60 ml, dan jika di ukur
dengan penggunaan pembalut normalnya setiap hari ganti pembalut
2-5 kali (Nurisnaeni,2010).
3. Fase-Fase dalam Siklus Menstruasi
a. Fase Menstruasi atau deskuamasi
Fase ini, endometrium terlepas dari dinding uterus dengan di
sertai perdarahan dan lapisan yang masih utuh hanya stratum
basale. Fase ini berlangsung selama 3-4 hari.
b. Fase pasca menstruasi atau fase regenerasi
Pada fase ini terjadi penyembuhan luka akibat terlepasnya
endometrium. Kondisi ini mulai sejak fase menstruasi terjadi dan
berlangsung ± 4 hari.
c. Fase Intermenstum atau fase proliferasi
Fase ini berlangsung dari hari ke 5 sampai hari ke 14 dari siklus
menstruasi. Dimana pada fase ini setelah luka sembuh akan
terjadi penebalan pada endometrium dengan ketebalan ± 3,5 mm.
Fase ini terdiri dari :
1).Fase proliferasi dini, terjadi pada hari ke-4 sampai hari ke-7.
Fase ini dapat dikenali dari epitel permukaan yang tipis dan
adanya regenerasi epitel.
2) Fase proliferasi madya, fase ini terjadi pada hari ke-8 sampai
hari ke-10. Fase ini mempunyai bentuk transisi dan dapat
dikenali dari epitel permukaan yang berbentuk torak yang tinggi.
3). Fase proliferasi akhir, fase ini berlangsung antara hari ke-11
sampai hari ke-14. Fase ini dapat dikenal dari permukaan yang
tidak rata dan dijumpai banyaknya mitosis.
d. Fase Pramenstruasi atau Fase Sekresi
Fase ini berlangsung dari hari ke-14 sampai hari ke-28. Fase ini
terbagi menjadi dua tahap yaitu :
1) Fase sekresi dini, pada fase ini endometrium lebih tipis dari
fase sebelumnya karena kehilangan cairan.
15

2) Fase sekresi lanjut , menurut hanafiah (1997) dikutip dalam


Sukarni & Wahyu (2013) pada fase ini kelenjar dalam
endometrium berkembang dan menjadi berkelok-kelok dan
sekresi mulai mengeluarkan getah yang mengandung glikogen
dan lemak. Akhir masa ini, stroma endometrium berubah
kearah sel-sel, desidua, terutama yang ada disekitar pembuluh-
pembuluh arterial keadaan ini memudah kan terjadinya nidasi.
4. Mekanisme Siklus Menstruasi
Pada setiap siklus haid FSH di keluarkan oleh lobus anterior
hipofisis yang menyebabkan beberapa folikel primer berkembang
dalam ovarium. Folikel primer berkembang menjadi folikel de graaf
yang membuat estrogen, estrogen menekan FSH sehingga lobus
anterior hipofisis mengeluarkan hormon gonadotropin yang kedua
yaitu LH (luitenizing hormone). Produksi FSH dan LH dipengaruhi
oleh RH (Relasing Hormone) yang disalurkan dari hipotalamus ke
hipofisis. Dibawah pengaruh RH folikel de graaf semakin lama
semakin matang dan makin banyak mengeluarkan likuor folikuli yang
mengandung estrogen. Estrogen mempunyai pengaruh terhadap
endometrium menyebabkan endometrium tumbuh (menebal) yang
disebut masa proliferasi. Dibawah pengaruh LH Folikel de Graaf
menjadi lebih matang, mendekati permukaan ovarium, dan kemudian
terjadi ovulasi. Setelah ovulasi terjadi, terbentuklah korpus rubrum
(berwarna merah) yang akan menjadi korpus luteum ( berwarna
kuning). Korpus luteum menghasilkan hormon progesteron, hormon
progesteron mempunyai pengaruh terhadap endometrium yang telah
berproliferasi menyebabkan kelenjar-kelenjarnya berkeluk-keluk dan
bersekresi (masa sekresi). Bila tidak ada pembuahan, korpus luteum
berdegenerasi yang menyebabkan kadar estrogen dan progesteron
menurun, sehingga terjadi degenerasi serta perdarahan dan
pelepasan endometrium yang nekrotik yang disebut masa
menstruasi. Dan bilamana ada pembuahan dalam masa ovulasi maka
16

korpus luteum dipertahankan dan berkembang menjadi korpus


luteum graviditatis.

5. Faktor Resiko yang Mempengaruhi Siklus Menstruasi


a. Gangguan Endokrin
Adanya penyakit-penyakit endokrin seperti diabetes, hipotiroid,
serta hipertiroid yang berhubungan dengan gangguan menstruasi.
Prevalensi amenorrhea dan oligomenorrhea lebih tinggi pada
pasien diabetes. Penyakit polycistic ovarium berhubungan dengan
obesitas, resistensi insulin, dan oligimenorrhea. Amenorrhea dan
oligimenorrhea pada wanita dengan penyakit polycistic ovarium
berhubungan dengan intensivitas hormon insulin dan menjadikan
wanita tersebut obesitas. Hipertiroid berhubungan dengan
oligomenorrhea dan lebih lanjut menjadi amenorrhea. Hipotiroid
berhubungan polymenorrhea dan menorraghia.
b. Berat Badan
Berat badan dan perubahan berat badan memengaruhi fungsi
menstruasi. Penurunan berat badan akut dan sedang
menyebabkan gangguan pada fungsi ovarium,tergantung derajat
tekanan pada ovarium dan lamanya penurunan berat badan.
Kondisi patologis seperti berat badan yang kurang/kurus dan
anoreksia nervosa yang menyebabkan penurunan berat
badanyang berat dapat menimbulkan amenorrhea.
c. Stres
Stres menyebabkan perubahan sistemik dalam tubuh, khususnya
sistem persyarafan dalam hipotalamus melalui perubahan
prolaktin atau endogenous opiat yang dapat memengaruhi elevasi
kortisol basal dan menurunkan hormon lutein (LH) yang
menyebabkan amenorrhea.
d. Diet
17

Diet dapat memengaruhi fungsi menstruasi. Vegetarian


berhubungan dengan anovulasi, penurunan hormon pituitari, fase
folikel yang pendek, tidak normalnya siklus menstruasi (kurang
dari 10 kali pertahun). Diet rendah lemak berhubungan dengan
panjangnya siklus menstruasi dan periode perdarahan. Diet
rendah kalori seperti daging merah dan rendah lemak
berhubungan dengan amenorrhea (Kusmiran 2011).

6. Gangguan pola menstruasi


Menurut Prawirohardjo (2008) dikutip dalam jurnal digilib (2012)
Gangguan siklus haid disebabkan ketidakseimbangan FSH atau LH
sehingga kadar estrogen dan progesteron tidak normal. Biasanya
gangguan menstruasi yang sering terjadi adalah siklus menstruasi
tidak teratur atau jarang dan perdarahan yang lama atau abnormal,
termasuk akibat sampingan yang ditimbulkannya seperti nyeri perut,
pusing, mual atau muntah. Adapun gangguan pola menstruasi yang
dapat di golongkan menjadi 3 macam yaitu :
a. Gangguan pola menstruasi berdasarkan siklus terdiri dari 3 jenis
menurut Kusmiran (2011):
1). Polimenorea
Pada polimenorea siklus menstruasi lebih pendek dari biasa
(kurang dari 21 hari). Polimenorea dapat disebabkan oleh
gangguan hormonal yang mengakibatkan gangguan ovulasi,
atau menjadi pendeknya masa luteal. penyebab, lain adalah
kongesti ovarium karena peradangan,endometriosis, dan
sebagainya.
2). Oligomenorrhea
Oligomenorrhea adalah tidak adanya menstruasi untuk jarak
interval yang pendek atau tidak normalnya jarak waktu
menstruasi yaitu jarak siklus menstruasi 35-90 hari.
3). Amenorrhea
18

Amenorrhea adalah keadaan dimana tidak adanya menstruasi


selama enam bulan atau selama tiga kali tidak menstruasi
sepanjang siklus menstruasi sebulamnya. Amenorea dibagi
menjadi dua yaitu amenorrhea primer dan sekunder. Disebut
amenorrhea primer karena terjadi pada wanita berumur 16
tahun ketas yang belum pernah mendapat menstruasi sama
sekali sedangkan pada amenorrhea sekunder penderita pernah
mendapatkan menstruasi tetapi kemudian tidak mendapat
menstruasi lagi.
b. Gangguan pola menstruasi berdasarkan banyaknya perdarahan
menstruasi terdiri dari 2 jenis yaitu :
1). Hipomenorea
Hipomenorea adalah perdarahan haid yang lebih pendek dan
atau kurang dari biasa. Hipomenorea disebabkan oleh karena
kesuburan endometrium kurang akibat dari kurang gizi,
penyakit menahun maupun gangguan hormonal. Adanya
hipomenorea ini tidak mengganggu fertilitas.
2). Hipermenorea( menoragia )
Menurut sarwono, (2002) dikutip dalam Mitajayani (2009)
Hipermenorea adalah perdarahan haid yang lebih banyak dari
normal, atau lebih lama dari normal (lebih dari 8 hari) dengan
kehilangan darah lebih dari 80-100 ml. Penyebab kelainan ini
antara lain gangguan hormon estrogen yang akan
menyebabkan pertumbuhan endometrium. Akibatnya terjadi
peluruhan jaringan endometrium abnormal dan sekali-kali akan
menyebabkan perdarahan yang memanjang dan peluruhan
yang tidak teratur. Penyebab lain yaitu anovulusi yaitu
kegagalan pelepasan ovarium atau produksi telur yang matang
menyebabkan 90% dari perdarahan uterus yang tidak normal.
Anovulasi menyebabkan pola menstruasi yang bervariasi,
19

perdarahan yang lebih berat, atau yang lebih ringan dari


biasanya.
c. Gangguan pola menstruasi berdasarkan lama perdarahan terdiri
dari 2 jenis yaitu :
1). Menoragi (memanjang) jika lama haid lebih 7 hari
2). Brakimenore (memendek) jika lama haid kurang dari 3 hari
(Pradana, 2013)

C. Hubungan kontrasepsi suntik dengan menstruasi

Kontrasepsi suntik adalah salah satu kontraspsi hormonal yang


di berikan dengan cara di suntikkan secara intramuskuler di daerah otot
pantat (gluteus maximus) Siswosudarmo (2000) di kutip dalam ekawati
(2010). yang dibuat untuk membatasi fungsi dari ovarium sehingga
mencegah proses ovulasi, tidak terjadi kehamilan dan tidak ada siklus
menstruasi. Dimana pada dasarnya kontrasepsi suntik 1 bulan berisi
hormon progesteron dan estrogen dan sedangkan kontrasepsi suntik 3
bulan berisi hormon progrestin sehinggga seseorang yang mengunakan
kontrasepsi suntik kadar hormon progesteron dan estrogen dalam
tubuhnya meninggkat sehingga tidak terjadi proses menstruasi, karena
mestrusi itu terjadi akibat dari kadar hormon tersebut di dalam darah
mengalami penurunan. Turunnya kadar estrogen dan progesterone
secara mendadak berakibat lepasnya ovum dan robeknya endometrium
yang menebal, Robek dan hancurnya endometrium menyebabkan
tipisnya dinding rahim sehingga terjadilah menstruasi.( Indryawati 2007) .

Anda mungkin juga menyukai