Oleh :
Lusy Octavia Saputri
130121160502
Pembimbing :
Dr. Indriasari, Sp.An-KIC
POSTER I
Abstrak
ii
ANESTHESIA MANAGEMENT OF
DIAPHRAGMATIC HERNIA DURING PREGNANCY UNDERGOING
LAPAROTOMY CLOSURE OF THE HERNIA DEFECT
Abstract
iii
BAB I
PENDAHULUAN
adalah penyebab tersering pada neonatus sekitar 1 dari 22.000 kelahiran. 2 Gejala
klinis yang timbul pertama kali pada usia dewasa sangat jarang terjadi dan
biasanya komplikasi akibat kehamilan lebih jarang terjadi. Terdapat 44 kasus yang
pada sisi kanan, 18% pada sisi kiri, dan 14% kasus bilateral. Dan lebih sering
ditemukan pada wanita (17:5) dibandingkan pria. Hernia diafragmatica pada sisi
kanan lebih sering ditemukan pada pasien tanpa gejala (incidental hernia),
sedangkan hernia diafragmatica pada sisi kiri lebih sering ditemukan pada pasien
yang memiliki gejala pada kasus ini sekitar 80-90% dari semua kasus.4,5
1
2
kasus hernia diafragmatica asimptomatik pada dewasa, sampai saat ini masih
belum dapat diketahui, dan terutama pada wanita gejala tidak akan timbul hingga
seringkali terlambat dana menyebabkan tingginya angka mortalitas pada kasis ini.7
efek massa dari organ intra torakal yang menyebabkan terganggunya sistem
curah jantung sehingga perlu akses intravena dengan ukuran besar untuk resusitasi
cairan. Monitoring invasif dengan arterial line dan tekanan vena sentral
Kasus ini termasuk kasus yang jarang ditemukan sehingga penulis tertarik untuk
melaporkannya.
BAB II
DESKRIPSI KASUS
gawat darurat dengan keadaan sesak nafas sejak 3 hari sebelum masuk rumah
sakit dan makin memberat dalam 1 hari terakhir. Keluhan utama disertai dengan
tidak bisa flatus dan sulit buang air besar sejak 1 miggu. Dari anamnesis lanjutan
diketahui pasien tidak memiliki penyakit penyerta lain seperti hipertensi, diabetes,
kelainan jantung, asma, atau alergi. Aktivitas sehari-hari dalam batas normal,
pasien bekerja sebagai karyawati sebuah perusahaan. Pasien saat ini sedang hamil
usia 25 minggu. Riwayat trauma disangkal oleh pasien dan pasien belum pernah
namun pasien tidak dapat berbaring datar, hanya bisa setengah duduk. Tekanan
darah 139/94 mmHg, respirasi 32-34x/menit cepat dan dangkal, suara jantung
didapatkan reguler dengan laju nadi 120-130 kali per menit. Suara paru kanan
lebih keras dari kiri, tidak ditemukan suara ronki ataupun wheezing, ditemukan
bising usus di lapang paru kiri. Pada pemeriksaan abdomen ditemukan abdomen
sebesar usia kehamilan 8 bulan. Gerakan janin masih dirasakan olah pasien.
adanya hipokalemia (K 2,7 mEq/L) dan hasil lainnya dalam batas normal,
3
4
dengan KCL 25 mEq. Pasien puasa cukup dan sudah terpasang NGT, kemudian
dilakukan informed consent mengenai keadaan pasien dan bayi, risiko operasi dan
anestesi. Pasien dan keluarga setuju dan diputuskan untuk dibawa ke ruang
operasi.
oksimetri. Tekanan darah menunjukkan 130/88 mmHg, denyut jantung 125 kali
per menit dengan irama sinus, pernapasasan 30 kali per menit, serta saturasi
pemeriksaan denyut jantung janin sebelum induksi oleh tim Obstetri dan
120 mg, dan dilakukan sellick maneuver kemudian diberikan pelumpuh otot
5
Rocuronium 60 mg, kemudian dilakukan intubasi dengan ett non kingking no 6,5.
Kemudian diberikan fentanyl 100 mcg saat menjelang insisi. Setelah stadium
ppada diafragma.
58-74 mmHg. Denyut jantung stabil antara 95–110 x/menit dan saturasi oksigen
antara 98– 99%, gambaran EKG normal sinus rhytme. Cairan diberikan selama
operasi RL dengan kebutuhan 120 cc/jam, jumlah perdarahan ±350 ml, dengan
(TAP) block pada pasien sebagai salah satu analgetik pasca operasi. Setelah itu
pasien kami lakukan awake ekstubasi lalu diberikan oksigen dengan nasal kanul.
dan tanda vital stabil, NRS 1-2 didaerah bawah epigastrik, Namun pasien
sehingga diputuskan untuk diberikan ketorolac 30mg i.v. Kemudian setelah 5 jam
dilakukan pemantauan denyut jantung janin oleh TS-obgyn. Dan konsisi janin
dalam batas normal. Kemudian pasien dipulangkan hari ke-4 pasca operasi.
PEMBAHASAN
dada melalui suatu lubang pada diafragma. Hernia diafragmatika pada kehamilan
dibagi menjadi 3 kategori, Hiatal atau acaquired hernia, kongenital hernia dan
traumatic hernia.9 Hiatal hernia 6x lebih sering terjadi dibandingkan dua jenis
hernia yang lain dan biasanya terjadi akibat peningkatan tekanan intraabdomen
selama trimester kedua atau ketiga kehamilan (18% pada multipara dan 5% terjadi
selama kehamilan.11
merobek lapisan diafragma.12 Pada pasien yang tidak hamil, 90% kasus hernia ini
terjadi pada sisi kiri, karena hepar melindungi sisi kanan diafragma. 13 Sebanyak
tiga puluh dua kasus hernia diafragmatika traumatik dan hernia diafragmatika
kehamilan dan pembesaran uterus akibat kehamilan pada trimester ke-2. Semakin
tua usia kehamilan maka uterus juga akan semakin membesar. Hal ini dapat
7
menyebabkan penikatan sejumlah isi rongga abdomen mendesak ke rongga dada.
Semua faktor ini dapat menyebabkan suatu defek yang dapat menimbulkan gejala
dan organ visera abdomen berisiko untuk terjadinya herniasi dan torsio atau
sebelum kelahiran karena berisiko tinggi terjadi ruptur diafragma spontan selama
kehamilan.15
ibu hamil berkisar antara 42%-58%.14,15 Mortalitas dan morbiditas janin yang
delivery.16
Pada pasien ini terjadinya hernia baru saat kejadian ini, tidak ada riwayat
kejadian hernia sebelumnya. Tidak ada riwayat trauma atau perubahan tekanan
intra abdomen yang tiba-tiba pada pasien ini, selain itu pada pasien tidak
memiliki keluhan yang sama selama ini. Masih diperlukan penelusuran lebih
lanjut untuk mengetahui penyebab hernia pada pasien ini sehingga kemungkinan
pada kasus ini disebabkan karena hiatal atau acquired hernia yang diperoleh
8
Hernia diafragmatika memiliki angka mortalitas yang tinggi. Nitrous oxide
tahun 1980 karena dipercaya bahwa reduksi hernia akan meningkatkan status
pendekatan invasif, namun pada pasien ini tidak dilakukan karena kondisi pasien
stabil (kardiovaskular tidak terganggu oleh efek massa dari viscera intra thorakal),
Perdarahan yang terjadi dipantau dengan jumlah kasa yang digunakan dan
cairan durante operasi 120 cc/jam dan pengganti perdarahan ±350 cc diberikan
monitoring dan penggantian elektrolit yang tepat, pencegahan aspirasi dan kontrol
9
sequence induction (RSI) atau awake intubation (pada prediksi kesulitan intubasi)
tanpa ventilasi bag dan mask dapat dilakukan untuk mencegah overdistensi perut
dan herniasi melewati midline. Pada pasien ini sudah terpasang NGT, sehingga
mencegah difusi kedalam lumen usus sehingga pengembangan usus intra thorax
dan intra abdomen dapat dicegah. Pada sebagian besar kasus, kombinasi
pelumpuh otot dan oksigen-opioid akan menjadi optimal. Obat anestesi yang
dibawah 40 mmHg and PaO2 di atas 100 mm Hg), dalam hal ini pulse oximetry
etCO2 membantu dalam memantau kadar CO2 yang dikeluarkan pada saat
ekspirasi.11
aliran balik vena dan kolaps pada bagian bawah paru sehingga harus diperhatikan
posisi pasien agar tidak terjadi kompresi pada paru akibat dilatasi dari organ
Selama proses anestesi berlangsung, harus diberikan low tidal volume dan
low airway pressure sampai dipastikan organ intraabdomen yang berada di rongga
10
thorax dapat dibebaskan. Sehingga paru yang tertekan akibat organ intraabdomen
surgery masih kontroversial dan tidak selalu dapat dilakukan. Misalnya, selama
Belum ada penelitian tertulis yang menyatakan bahwa FHR dibutuhkan pada non-
obstetric surgical procedure pada pasien hamil.19 Pada beberapa kasus, obat-
obatan anestesi tidak memberikan perubahan pada jumlah denyut jantung janin, 20
masih dapat berlangsung hingga 90 menit pasca pulih dari anestesia yang
(CTG) pada usia kehamilan diatas 32 minggu. Apabila kehamilan masih dibawah
32 minggu masih belum dapat dilakukan karena kontraksi masih belum efektif.
intraoperasi.
11
BAB IV
KESIMPULAN
ventilasi dan stabilitas hemodinamik dapat menghasilkan outcome yang baik pada
paru.
Anestesi pada kasus ini memerlukan peralatan yang khusus dan monitor
yang ketat, serta persiapan yang lebih hati-hati. Poin-poin yang penting adalah
manajemen jalan napas yang tepat dengan kontrol ventilasi durante operasi,
post operasi perlu mendapat penanganan yang adekuat karena resiko mortalitas
mekanik jika diperlukan. Pemantauan secara klinis dengan penunjang analisa gas
darah dan radiologi serial dilakukan untuk menilai perkembangan fungsi respirasi
pasca operasi.
12
DAFTAR PUSTAKA
1. Genc MR, Clancy TE, Ferzoco SJ, Norwitz E (2003) Maternal congenital
diaphragmatic hernia complicating pregnancy. Obstet Gynecol 102: 1194-
1196.
2. Palanivelu C, Rangarajan M, Maheshkumaar GS, Parthasarathi R (2008)
Laparoscopic mesh repair of a Bochdalek diaphragmatic hernia with acute
gastric volvulus in a pregnant patient. Singapore Med J 49: e26-28.
3. Mullins ME, Stein J, Saini SS, Mueller PR (2001) Prevalence of incidental
Bochdalek’s hernia in a large adult population. AJR Am J Roentgenol 177:
363-366.
4. Toorians AW, Drost-Driessen MA, Snellen JP, Smeets RW (1992) Acute
hernia of Bochdalek during pregnancy. Hyperemesis for the first time in a
third pregnancy? Acta Obstet Gynecol Scand 71: 547-549.
5. Senkyrik M, Lata J, Husová L, Díte P, Husa P, et al. (2003) Unusual
Bochdalek
hernia in puerperium. Hepatogastroenterology 50: 1449-1451.
6. Rodríguez-Hermosa JI, Pujadas M, Ruiz B, Girones J, Roig J, Fort E. et
al. (2004) Hernia diafragmática de Bochdalek en el adulto. Bochdalek
diaphragmatic hernia in adult. Cir Esp 76: 191-194.
7. Barbetakis N, Efstathiou A, Vassiliadis M, Xenikakis T, Fessatidis I
(2006) Bochdaleck’s hernia complicating pregnancy: case report. World J
Gastroenterol 12: 2469-2471.
8. Bianchi E, Mancini P, Vito SD, Pompili E, Taurone S, Guerrisi I, dkk.
Congenital asymptomatic diaphragmatic hernia in adults: a case series. J Med
Case Reports. 2013(7):125.
9. Kurzel RB, Naunheim KS. Repair of symptomatic diaphrag- matic hernia
during nreznancv. Obstet Gvnecol1988:71:869-71.
10. Rigler LG, Eneboe r”B: ThYe incidence of hiatus hernia in pregnant women
and its significance. J Thorac Surg 1935;4:262-8.
11. Toorians AWFT, Drost-Drienssen MA, Snellen JP, Smeets RWMC. Acute
hernia of bochdalek during pregnancy: hy- peremesis for the first time in a
third pregnancy? Acta Obstet Gynecol Stand 1992;71:547-9.
12. Pavne TH. Yellin AE. Traumatic diauhraematic hernia. Arch Su;g
1682;117:18-24.
13. Dudley AG, Teaford H, Gatewood TS. Delayed traumatic rup- ture of the
diaphagm in pregnancy. Obstet Gynecol 1979; 53(Suppl):25s-7s.
14. Dumont M. Hernie diaphragmatique et grossesse. J Gynecol Obstet Biol
Reprod 1990;19:395-9.
15. Dave KS, Bekassy SM, Wooler GH, Ionescu I. Spontaneous rupture of the
diaphragm during delivery. Br J Surg 1973;60: 666-8.
16. Craddocck DR, Hall TI. Straneulated dianhrazmatic hernia com- plicating
pregnancy.‘Br J Suyg 1968;55:g59-6.
13
17. Lobb TR, Butlin GR. Anaesthesia and traumatic diaphragmatic hernia. Can
Anaesth Sot J 1974;21:173-80
18. Loehning RW, Takaori M, Safar P. Circulatory collapse from anesthesia for
diaphragmatic hernia. Arch Surg 1965;90:109-13.
19. Horrigan TJ, Villarreal R, Weinstein L. Are obstetrical personnel required for
intraoperative fetal monitoring during nonobstetric surgery? J Perinatol 1999;
19: 124±6
20. Katz JD, Hook R, Barash PG. Fetal heart rate monitoring in pregnant patients
undergoing surgery. Am J Obstet Gynecol 1976; 125: 267±9
21. Fedorkow DM, Stewart TJ, Parboosingh J. Fetal heart rate changes associated
with general anesthesia. Am J Perinatol 1989; 6: 287±8
22. Liu PL, Warren TM, Ostheimer GW, Weiss JB, Liu LM. Foetal monitoring in
parturients undergoing surgery unrelated to pregnancy. Can Anaesth Soc J
1985; 32: 525±32
.
14