Anda di halaman 1dari 4

UJIAN AKHIR SEMESTER

TEORI BELAJAR S2 (OPEN BOOK)

NAMA : MUHAMMAD SYAHRU AHMAD S


NIM : 19070795028
PRODI : S2 PENDIDIKAN SAINS

1. The essence of constructivist theory is the idea learners must individually discover and transform
complex information if they are to make it their own (Slavin, 2006, p.243)
a. Teori konstruktivist menekankan bahwa seorang pembelajar (siswa) harus menemukan dan
mengubah informasi yang rumit dengan membandingkan informasi tersebut dengan konsepsi
yang ada pada diri siswa dan melakukan penyesuaian konsepsi dengan situasi atau informasi
yang baru. Menurut Piaget perubahan kognisi hanya terjadi ketika konsepsi sebelumnya
mengalami proses ketidak seimbangan (disequilibrium) antara apa yang dipahami (skema
sebelumya) dengan apa yang ditemukan (informasi baru/kompleks). Jika siswa mengalami
keadaan disequilibrium pada dasarnya siswa tersebut akan mencoba menguranginya dengan
berfokus pada stimulus yang penyebab disequilibrium dan mengembangkan skema baru atau
menyesuaikan skema lama hingga equilibrium pulih kembali. Pembelajaran bergantung pada
proses ini (Slavin, 2019)
b. Menurut Slavin (2019) ada empat prinsip Vygotsky terhadap pendekatan konstruktivist:
1) Pembelajaran Sosial
Vygostsky menekakna hakikat social pada pembelajaran, menurutnya siswa belajar melalui
interaksi bersama orang dewasa (guru) dan teman sebaya yang lebih mampu. Pada
pembelajaran kooperatif siswa dihadapkan pada proses pemikiran teman sebayanya;
metode ini bukan hanya membuat hasil pembelajaran tersedia bagi semua siswa tetapi juga
membuat proes pemikiran siswa lainnya dapat diakses bagi semua siswa.
2) Zona Perkembangan Proksimal
Zona perkembagan proksimal merupakan tingkat perkembangan diri seseorang yang
berada satu tingkat dari zona perkembangannya sekarang. Tugas pada zona perkembangan
proksimal adaalah pekerjaan yang belum dapat dikerjakan seorang anak sendirian tetapi
dapat dikerjakan dengan teman yang lebih kompeten atau orang dewasa (guru).
3) Pemagangan Kognisi
Proses yangdigunakan pembelajar untuk secara bertahap memperoleh keahlian melalui
interaksi dengan ahli baik orang dewasa (guru) atau teman sebaya yang lebih kompoten.
4) Pembelajaran Termediasi
Siswa hendaknya diberikan tugas yang rumit, sulit dan realistis kemudian diberikan cukup
bantuan untuk menyelesaikan tugas tersebut. Prinsip ini mendukung pembelajaran
berbasis proyek di ruang kelas, simulasi penjajakan komunitas, dan tugas otentik lainnya.

2. Self-regulated learners are one who have knowledge of effective learning strategies and how and
when to use them. Further, self-regulated learners are motivated by learning it self, …and they are
able to stick to a long-term task until it is done (Slavin, 2006, p.248).
a. Learning strategi merupakan metode yang efektif yang dilakukan pembelajar untuk
membentuk kembali informasi yang telah dipelajari, bukan hanya dengan membaca kembali
atau menandai tanpa sadar memilih informasi yang penting untuk ditandai. Contoh:
- Membuat peta konsep. Dalam pembuatan peta konsep siswa mengidentifikasi gagasan
utama kemudian dibuatkan diagram yang menunjukkan keterhubungan antar konsep.
- Membuat catatan. Dalam membuat catatan diperlukan keputusan tentang apa yang harus
ditulis
- Meringkas. Dalam meringkas siswa mampu menulis kalimat singkat yang mewakili gagasan
utama informasi yang sedang dibaca.

b. Motivated by learning it self adalah kondisi dimana siswa yang sangat termotivasi mempelajari
sesuatu kemungkinan dengan sadar mengorganisasikan pembelajarannya, melaksanakan
rencana pembelajarannya, dan mengingat informasi yang mereka peroleh. Contoh seorang
siswa yang mempunyai motivasi yang tinggi untuk membaca lebih mungkin membaca sendiri
dan menggunakan strategi pemahaman yang efektif.

3. a. Karakteristik dari STAD, Jigsaw, dan Group Investigation


1) STAD (Student Team Achievemnt Division)
Guru yang menggunakan STAD menyajikan informasi baru kepada siswa secara rutin, baik
melalui presentasi verbal maupun teks, siswa dalam kelas dibagi menjadi kelompok
heterogen. Saling membantu dengan berbagai metode belajar dan prosedur penilaian
(Arends, 2013).
2) Jigsaw
Dalam Model Jigsaw, setiap anggota tim bertanggung jawab menguasai sebagaian materi
belajar dan kemudian mengajarkan bagian tersebut kepada anggota tim lain (Arends, 2013).
3) Grup Investigation
Dalam Group Investigation siswa tidak hanya bekerja bersama dalam tetapi juga
merencanakan topik yang akan dipelajari serta prosedur penyelidikan yang digunakan
(Arends, 2013).
Perbandingan dari ketiga pembelajaran kooperatif tersebut disajikan dalam bentuk table berikut
Karakteristik ditinjau STAD Jigsaw Grup Investigation
dari aspek
Tujuan Kognitif Pengetahuan Pengetahuan Pengetahuan
akademik faktual konseptual factual, akademik konseptual
dan akademik dan keterampilan
inkuri
Tujuan Sosial Kerja kelompok dan Kerja kelompok dan Kerja sama dan kerja
kerja sama kerja sama kompleks
Pemilihan topik Biasanya guru Biasanya guru Guru dan/atau siswa
pembelajaran
Tugas Utama Siswa bisa Siswa menyelidiki Siswa mengerjakan
menggunakan materi dalam inkuiri kompleks
lembar kerja dan kelompok ahli;
saling membantu membantu anggota
untuk menguasai kelompok asal
materi pembelajaranmempelajari materi
Penilaian Tes mingguan Bervariasi-bisa tes Proyekdan laporan
mingguan yang diselesaikan;
bisa ujian esai
Pengenalan Surat kabar dan Newsletter dan Presentasi tertulis
publisitas lainnya publisitas lainnya dan oral
(Arends, 2013).
b. Judul Artikel:
Model Pembelajaran Problem Solving dengan Mind Mapping Terhadap Kemampuan Berpikir
Kritis Siswa
Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui apakah model pembelajaran problem solving
dengan mind mapping berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas VII SMP N 6
Temanggun. Kemampuan berpikir kritis pada penelitian tersebut meliputi nilai tes kemampuan
berpikir kritis siswa, peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa persentase setiap indikator
kemampuan berpikir kritis, uji perbedaan dua rerata kemampuan berpikir kritis siswa, nilai
ketuntasan klasikal siswa. Pembelajaran yang diterapkan pada penelitian tersebut disetting
dengan diskusi problem solving secara kelompok dalam rangka usaha pemecahan masalah,
siswa mampu membangun pengetahuan secara bersama-sama, melalui kerja kelompok
memungkinkan siswa dapat mengungkapkan gagasan, mendengarkan pendapat teman, dan
bersama-sama meningkatkan kemampuan berpikirnya dengan tujuan terpecahkannya masalah
yang ada. Lebih tingginya kemampuan berpikir kritis maupun peningkatan kemampuan berpikir
kritis pada kelas eksperimen juga dikarenakan siswa kelas eksperimen diberikan tugas untuk
membuat mind mapping, melalui teknik mencatat tersebut siswa mampu mengembangkan
pikiran, meningkatkan daya ingat, serta membantu siswa dalam mengkontruksi kembali
informasi yang telah mereka dapatkan ketika dilakukan pembelajaran karena informasi disusun
secara bercabang dari tema utama dengan menyertakan gambar, simbol, warna, dan huruf
untuk menyampaikan ide-ide mereka.
Simpulan dari penelitian tersebut adalah model pembelajaran problem solving dengan mind
mapping berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas VII SMP Negeri 6
Temanggung. Penerapan model pembelajaran problem solving dengan mind mapping dapat
mengembangkan kemampuan berpikir kritissiswa kelas VII G pada pembelajaran materi
ekosistem di SMP Negeri 6 Temanggung. Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa pada
kelas eksperimen lebih besar dibandingkan kelas control [ CITATION Ris12 \l 1033 ]

4. a. Teori atribusi merupakan bagian dari teori motivasi yang berfokus pad acara orang menjelaskan
penyebab keberhasilan dan kegagalan dirinya. Asumsi utama teori atribusi adalah seorang akan
berupaya mempertahankan citra diri yang positif. Dalam kasus Astrid, Astrid mungkin akan
menghubungkan keberhasilan yang diperolehnya dengan upaya yang telah dia lakukan atau dengan
kemampuan yang dimilikinya bukan karena Astrid sedang beruntung atau seleksi masuk perguruan
tinggi memiliki soal yang mudah.
b. 4 prinsip yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan motivasi berprestasi:
1) Mengekspresikan harapan yang jelas
Siswa perlu mengetahui dengan tepat apa yang mereka harus lakukan, bagaimana mereka
akan dinilai dana pa konsekuensi yang akan mereka dapatkan dari kegiatan mereka.
2) Memberikan umpan balik yang jelas
Umpan balik harus jelas dan spesifik agar bias menjadi motivasi eksternal yang efektif
3) Memberikan umpan balik segera
Jika siswa berhasil menyelesaikan tugasnya dengan baik maka perlu diberikan umpan balik
segera agar siswa tau apa yang dilakukannya baik begitupun sebaliknya
4) Memberika umpan balik secara berulang-ulang
Umpan balik secara berulang-ulang akan memberikan motivasi kepada siswa karena
menimbulkan kesenangan dan kepuasan.

Referensi
Arends, R. I. (2013). Belajar untuk Mengajar Edisi 9 Buku 2 Terjemahan Bahasa Indonesia. Jakarta:
Penerbit Salemba Humatika.

Ristiasari, T., Priyono, B., & Sukesih , S. (2012). MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DENGAN
MIND MAPPING. Unnes Journal of Biology Education, 34-41.

Slavin, R. E. (2019). Psikologi Pendidikan: Teori dan Praktik Jilid 1 Edisi Kesepuluh Edisi Bahasa Indonesia.
Jakarta: PT. Indeks.

Slavin, R. E. (2019). Psikologi Pendidikan: Teori dan Praktik Jilid 2 Edisi Kesepuluh Edisi Bahasa Indonesia.
Jakarta: PT. Indeks.

Anda mungkin juga menyukai