Anda di halaman 1dari 18

TELAAH KASUS

VARIASI NORMAL ILMU PENYAKIT MULUT


COATED TONGUE DAN ANKYGLOSSIA

Oleh :
Qorrie Furqan Al Annuri
1210341007

Pembimbing
drg. Revi Nelonda, Sp.PM

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS ANDALAS
2020
A. DATA PASIEN
Tanggal : 28/01/2020
Nama : BTN
Usia : 27 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Wisma Buana Indah 3, Taratak Paneh, Kuranji Padang
Agama : Islam
Pekerjaan : Guru
Status : Belum Menikah
No RM : 16636

B. PEMERIKSAAN SUBJEKTIF
Pasien datang dengan keluhan adanya lapisan berwarna putih ke kuningan pada
lidah bagian belakang dan lapisan tipis dibawah lidah yang pendek pada dasar mulut.
Pasien baru menyadari adanya lapisan tebal berwarna putih kekuningan dan lapisan tipis
dibawah lidah yang pendek saat pemeriksaan ini karena keluhan (-), seperti kasar dan tebal,
rasa sakit atau perih (-). Pasien tidak merokok.

Pasien tidak memiliki riwayat penyakit sistemik, alergi obat dan makanan (-), di
rawat di Rumah Sakit (-), medical check up (-). Secara umum pasien terlihat sehat. Sesak
nafas (-), nyeri di dada (-), pusing atau mudah lelah (-), sering buang air kecil tengah malam
(-), berat badan turun drastis serta nafsu makan meningkat (-), sering haus (-), batuk lebih
dari 2 minggu (-).

Pasien belum pernah ke dokter gigi untuk memeriksakan kesehatan gigi dan mulut.
menyikat gigi 2 kali sehari ( pagi dan sore saat mandi), menggunakan obat kumur (-),
menggunakan benang gigi (-), menyikat lidah (-), riwayat sariawan berulang (-), keluhan
bau mulut (+), mengunyah 2 sisi, keluhan lain (bibir kering).

Ayah memiliki riwayat hipertensi (tidak terkontrol). Ibu, kakek, nenek, saudara
kandung,dan saudara sedarah lainnya tidak dicurigai memiliki penyakit sistemik.

Pasien merupakan seorang guru SMP IT swasata di kota Padang dan mahasiswa
S2 tahun akhir. Tidur ±5-6 jam per hari pada malam hari karena bergadang membuat tesis
akhir-akhir ini. Merokok, alkohol dan narkoba (-), hampir setiap hari makan roti (makanan
lunak) dan tidak suka makan-makanan keras, konsumsi sayur dan buah rutin (-), minum air
putih kurang (±5 gelas/hari), olahraga (sangat jarang). Lingkungan terpapar rokok (-),

C. Pemeriksaan Objektif
Pemeriksaan Ekstra Oral
Riwayat kesehatan umum pasien saat ini baik, tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 65x/menit,
pernafasan16x/menit, suhu tubuh 36,8ºC, berat badan 45 kg, dan tinggi badan 154 cm. Dari
pemeriksaan ekstraoral ditemukan limfadenopati (-), memiliki wajah simetris, konjungtiva
non-anemis, sclera non-ikterik, bukaan mulut dan TMJ normal.

Pemeriksaan Intra Oral


Mukosa labial bawah dan atas: TAK
Mukosa bukal kanan dan kiri:
Ditemukan garis putih berbentuk memanjang, batas tepi difus, single, berwarna putih dengan
lebar ±1,5 mm, dimukosa bukal sepanjang garis oklusal dari commisura ke gigi paling
posterior, tidak dapat dikerok dan tidak sakit.

Gambar 1. Mukosa bukal kanan dan kiri


Lidah Dorsal :
Terdapat selaput berwarna putih kekuningan kurang dari 2/3 posterior dorsum lidah, dapat dikerok dan
tidak sakit.
Gambar 2. Dorsal lidah

Lateral : TAK
Ventral :
Terdapat tonjolan memanjang,multiple, berwarna biru keunguan pada ventral lidah

Gambar 3. Ventral lidah

Dasar mulut :
Ditemukan frenulum lingual pendek dan tebal di dasar lidah, keluhan (sulit digerakkan ke
atas, kanan dan kiri).

Gambar 4. Dasar lidah

Palatum durum dan molle : TAK


Gingiva : TAK
Lain-lain : Mulut kering, mukosa bibir kering dan tidak lembab terdapat fissure di permukaan
bibir bawah, genangan saliva di dasar mulut sedikit dan berbuih, konsistensi saliva sedikit
kental, halitosis (+), akumulasi plak dan kalkulus pada seluruh permukaan lingual gigi rahang
bawah dan bukal gigi posterior rahang atas.

D. Pemeriksaan gigi geligi


Ditemukan karies superficial oklusal pada gigi 17, 27 dan 36. Pit fissure dalam pada gigi
14, 24, 26, 37, 44 dan 45. Fraktur elis klas 1 mesial gigi 26 serta atrisi pada gigi 13, 12,
11, 21, 22, 24, 33, 32, 31, 41, 42 dan 43. Seluruh gigi bungsu yaitu gigi 18, 28, 38 dan 48
belum erupsi.

E. DIAGNOSIS
1. Coated Tongue (CT)
Diagnosis banding : Oral Thrush ( Kandidiasis Pseudomembranosa)

No Coated Tongue Kandidiasis Pseudomembranosa


1. Gambar

2. Definisi Lapisan yang terlihat lebih tebal pada Suatu infeksi oppertuistik yang
permukaan dorsum lidah terutama disebabkan oleh pertumbuhan berlebih
bagian posterior dengan warna putih, dari spesis candida, yang paling umum
kuning hingga kecoklatan, terdiri dari yaitu Candida albican.13,14,20
sisa-sisa sel epitel yang terdeskuamasi, Pseudomembran tersebut terdiri dari
hasil metabolit sel darah, sisa makanan kumpulan hifa dan sel ragi, sel radang,
dan bakteri dimana struktur papila bakteri, sel epitel, debris makanan dan
membentuk daerah yang luas sebagai jaringan nekrotik. Insiden terjadinya
area akumulasi debris dan KP bervariasi tergantung usia dan
mikroorganisme.1,5,6,7,11,18 faktor-faktor predisposisi tertentu.13
3. Etiologi Iritasi lapisan dorsum lidah dimana Secara umum penyebab terjadinya
jaringan keratin tidak secara cepat candidiasis rongga mulut dikarenakan
terdeskuamasi menyebabkan papila ketidakseimbangan flora normal yang
filiformis mengalami hipertrofi dan menyebabkan pertumbuhan berlebih
elongasi sehingga lidah tampak spesis candida. Beberapa faktor yang
berselaput (lapisan tebal). Hal ini dapat membantu terjadinya kandidiasi oral,
mengakibatkan retensi terhadap diantaranya status imun pasien,
makanan dan pigmen.8,11 lingkungan mukosa oral dan strain dari
Candida Albican. 14
Faktor-faktor predisposisi lain, antara
lain : Ada 2 faktor resiko yang
a. Hiposalivasi dengan viskositas mempengaruhi infeksi kandidiasi oral,
tinggi, dan diet makanan lunak pada diantaranya :14
pasien tidak bergigi.8,9 1. Faktor Patogen
b. Penggunaan obat-obat lokal maupun Jamur kandida dapat melakukan
sistemik dapat menyebabkan metabolisme glukosa pada keadaan
perubahan flora normal rongga aerob dan anaerob. Sifat
mulut.1,10 hidrophobik dari jamur dan
c. Oral hygiene (plak dan kalkulus) kemampuan adhesi dengan
dimana seseorang dengan penyakit fibronetik host berperan pentik pada
periodontal cendrung memiliki insisal infeksi.
coated tongue dibanding dengan 2. Faktor host
orang dengan periodontal normal. 8,10 - Lokal
d. Gender berhubungan
a. dengan Gangguan sekresi kelenjer
kebiasaan merokok, alkohol dan saliva menyebabkan
narkoba dimana pria lebih banyak kebersihan rongga mulut
dibanding wanita.8,10 berkurang sehingga jamur dari
e. Usia (dominan pada usia tua) dimana candidi mudah berkembang.
perubahan pola b.
makan, penurunan Penggunaan gigi tiruan
saliva dan OH buruk. menyebabkan peningkatan
f. Diabetes Melitus dan gangguan infeksi kandida dalam keadaan
pencernaan.8 pH asam (rendah), O2
berkurang dan lingkugan
anaerob. Hal ini dapat
meningkatkan kemampuan
adhesi jamur.
- Sistemik
Penggunaan obat-obat
antibiotik spektrum luas dapat
menyebabakan peningkatan
proliferasi jamur kandida pada
flora lokal normal di rongga
mulut. Obat lain seperti obat
antineoplastik juga berpengaruh
pada perkembangan jamur
kandida.

Faktor resiko lain penyebab KP,


diataranya :13
- Diet tinggi karbohidrat.
- Bad habbit ( merokok, narkoba,
alkohol).
- Diabetes Melitus.
- Sindrom Cushing.
- Infeksi HIV
-
4. Gambaran Permukaan dorsum lidah yang lebih Lapisan plak berwarna putih
Klinis sering ditemukan pada bagian posterior multiple yang merupakan kumpulan
terlihat seperti berselaput dengan warna dari hifa dan sel ragi, sel radang,
putih, kecoklatan atau hitam dimana bakteri, sel epitel, debris makanan
pigmentasi tergantung pada pigmen dan jaringan nekrotik.13,14,21,22
yang masuk pada papila filiformis. - Lapisan plak dapat dibersihkan dan
Lama kelamaan jaringan keratin tidak apabila dikerok meninggalkan
secara cepat terdeskuamasi sehingga daerah sekitar yang eritema dan
mengalami hipertrofi dan elongasi berdarah.14
mengakibatkan retensi makanan dan - Gejala-gajala ringan yang dirasakan
pigmen pada kondisi flora normal yang berupa gatal dan permukaan kasar,
buruk.8,9,11 sensasi mulut terbakar atau
mengganggu fungsi pengecapan.
Biasanya bersifat asimtomatik. Tetapi Pada keadaan kronis., pasien
ada juga yang bersifat simtomatik jika
berhubungan dengan penyakit sistemik, mengeluhkan disfagia hingga nyeri
penggunaan obat tertentu, gangguan dada. 14,22
pencernaan, xerostomia, dll.11 - Diagnosis dapat ditunjang secara
mikrobiologis baik dengan kultur
Metode penentuan CT menurut bakteri atau dengan melakukan
Miyazaki et al, membagi skor pewaranaan (staining) pada daerah
berdasarkan luas area pada dorsum lidah, yang terkena.23
diantarnya : skor 0 (tidak terdapat sama
sekali pada dorsum lidah), 1 (kurang dari
1/3 dorsum lidah), 2 (kurang dari 2/3
dorsum lidah) dan 3 (lebih dari 2/3
dorsum lidah)

Lebih banyak ditemukan pada pria


dibanding wanita pada usia tua.

Beberapa mikroorganisme penyebab


CT, diantaranya :11
- Bakteri Steptococcuus Salivarius yang
merupakan steptococcus fakultatif
terbanyak pada lidah dan saliva.
- P. Gingivalisterdapat 63% pada lidah
menurut penelitian.
- Prevotella intermedia terdapat pada
rongga mulut dari usia dini dimana
terisolasi pada membran saliva, plak
subra dan subgingiva. Pada usia
dewasa muda di Indonesia 99%
terdeteksi di lidah.
- A. Actinomycetesmcomitansterdapat
pada 55% dorsum lidah dan sulkus
gingiva.
- Steptococcus mutan dan candida
albican
5. Rencana - Memberitahukan kepada pasien bahwa - Manajemen terapi yang dilakuakn
Perawatan CT merupakan variasi normal dan pada kandidiasi oral berupa
tidak berbahaya. pengobatan secara topikal dan
- Apabila pasien mengeluhkan sistemik.14 Menurut peraturan
perubahan warna dan bau mulut, pemakaian medikasi topikal pada
dianjurkan untuk melakukan sikat kandidiasis oral harus dipakai 2
lidah setelah sikat gigi. Penggunaan minggu setelha lesi hilang.23 Apabila
tongue scraper merupakan metode terapi topikal gagal dilakukan terapi
utama mencegah terbentuknya lesi sistemik. Kegagalan terapi topikal
mukosa.12 menandakan adanya keterlibatan
- Anjuran minum air putih ± 8 gelas atau penyakit sistemik.
1,5-2L per hari (tergantung berat - Agen antifungal dibagi tiga kategori
badan), konsumsi permen karet free utama yakni20:
sugar (meningkatkan aliran saliva), a. Poliene (nystatin dan amfoterisin
mengurangi kebiasaan makan roti B)
setiap hari dan konsumsi buah dan b. Inhibitor biosintesis ergosterol
sayur secara rutin setiap hari. azole (myconazole, clotrimazole,
ketokonazole, itraconazole, dan
fluconazole)
c. Agen-agen baru seperti
kaspofungin

Pembahasan Coated Tongue


Coated Tongue (CT) merupakan lapisan yang terlihat lebih tebal pada permukaan
dorsum lidah terutama sering ditemukan dibagian posterior dengan warna putih, kuning hingga
kecoklatan, terdiri dari sel epitel yang terdeskuamasi, leukosit dari poket periodontal, sel darah,
metabolisme, nutrisi dan bakteri dimana struktur papila membentuk daerah yang luas sebagai
area akumulasi debris dan mikroorganisme.1,5,6,7,11 CT ketika dapat dikerok dan tidak
menimbulkan permukaan yang eritem, tidak ada keluhan rasa terbakar pada lidah.11
Iritasi lapisan dorsum lidah dimana jaringan keratin tidak secara cepat terdeskuamasi
menyebabkan papila filiformis mengalami hipertrofi dan elongasi sehingga lidah tampak
berselaput (lapisan tebal). Hal ini dapat mengakibatkan retensi terhadap makanan dan
pigmen.8,11 Faktor-faktor lain, antara lain :
a. Hiposalivasi dengan viskositas tinggi, dan diet makanan lunak pada pasien tidak bergigi. 8,9
Makanan lunak tidak mampu menghilangkan debris dan material lain yang terbentuk pada
permukaan lidah. Hal ini juga berdampak pada penurunan kemampuan knocked off keratin.
Kondisi ini dapat menyebabkan coated tongue.14
b. Penggunaan obat-obat lokal maupun sistemik dapat menyebabkan perubahan flora normal
rongga mulut.1,10
c. Oral hygiene (plak dan kalkulus) dimana seseorang dengan penyakit periodontal cendrung
8,10
memiliki CT dibanding dengan orang dengan periodontal normal. Leukosit meningkat
pada aliran saliva pasien dengan periodontitis sehingga menumpuk di dorsum lidah.11
Penyakit periodontal yang dimiliki seseorang dimana pembentukan plak dan kalkulus
berpengaruh terhadap keseimbangan flora rongga mulut menjadi sumber utama malodour
oral (halitosis) dan cendung memiliki CT dibanding seseorang dengan periodontal normal.
c. Gender berhubungan dengan kebiasaan merokok, alkohol dan narkoba dimana pria lebih
banyak dibanding wanita.8,10
d. Usia (dominan pada usia tua) dimana perubahan pola makan, penurunan saliva dan oral
hygiene buruk. Terbentuknya CT pada lidah berhubungan dengan pertambahan usia dimana
hipotrofi papila fungiformis dan hipertrofi papila filiformis.11
e. Merokok, penyakit daibetes melitus, minum minuman beralkohol, gangguan lambung dan
saluran pencernaan, gangguan saluran pernapasan, serta demam tifoid juga dapat
menyebabkan CT. Demam tifoid dapat menyebabkan hiposalivasi pada kelenjar saliva.
Hiposalivasi ini mengakibatkan xerostomia pada rongga mulut, dimana produksi saliva
berkurang, saliva berfungsi sebagai self cleansing, hiposalivasi dapat mempermudah
terjadinya CT.11

Beberapa mikroorganisme penyebab CT, diantaranya :11


- Bakteri Steptococcuus Salivarius yang merupakan steptococcus fakultatif terbanyak pada
lidah dan saliva.
- P. Gingivalis terdapat 63% pada lidah menurut penelitian.
- Prevotella intermedia terdapat pada rongga mulut dari usia dini dimana terisolasi pada
membran saliva, plak subra dan subgingiva. Pada usia dewasa muda di Indonesia 99%
terdeteksi di lidah.
- A. Actinomycetesmcomitans terdapat pada 55% dorsum lidah dan sulkus gingiva.
- Steptococcus mutan dan candida albican.
Mikroorganisme ini membentuk 9% dari masa bakteri di lidah. Diketahui bahwa, organ lain
seperti tonsil, gigi, dan gingiva juga dapat dikolonisasi oleh bakteri yang berasal dari lidah,
terutama bagian posterior.

Metode penentuan CT ditemukan oleh beberapa ahi, diantaranya :11


a. Gross et al menggunakan indeks 0-3 mulai dari non-coated hingga coated tongue parah.
Tetapi indeks ini tidak mendeskripsikan gambaran coated tongue secara visual.
b. Bosy et al membagi lapisan dorsum coated tongue dengan pemeriksaan visul, yaitu berat,
sedang, ringan dan tidak ada.
c. Miyazaki et al, membagi skor berdasarkan luas area coated tongue pada dorsum lidah,
diantarnya : skor 0 (tidak terdapat sama sekali pada dorsum lidah), 1 (<1/3 dorsum lidah),
2 (<2/3 dorsum lidah) dan 3 (>2/3 dorsum lidah).
d. Indeks penilaian baru pada coated tongue menurut Winkel et al menyatakan dorsum lidah
dibagi menjadi 6 bagian dimana tiga pada bagian posterior dan tiga anterior. Setiap sektan
dengan tingkat keparahan CT dibagi menjadi skor 0 (tidak terdapat CT), skor 1 (ringan)
dan skor 2 (berat). Pewarnaan CT dibagi menjadi skor 0 (tidak ada pewarnaan), skor 1
(pewarnaan sedang) dan skor 2 (pewarnaan berat).
e. Terbaru dari Gomez et al memodifikasi metode dari Miyazaki et al dimana indeks lidah
dibagi menjadi 9 bagian, perubahan warna dan CT terlihat secara visual. Perubahan warna
terbagi menjadi skala 0 hingga 4 dimana 0 (pink), 1 (putih), 2 (kuning/coklat muda), 3
(coklat) dan 4 (hitam). Untuk ketebalan CT dibagi menjadi skala 0 (tidak terdapat lapisan
CT), 1 (lapisan tipis) dan 2 (lapisan tebal). Penilaian dilakukan terpisah antara perubahan
warna dan ketebalan lapisan CT dalam 1 minggu.
f. Skor area X skor ketebalan CT menurut Oho et al terbagi dari 0-6, antara lain :
Area : Skor 0 : Tidak terlihat
Skor 1 : <1/3 dorsum lidah tertutup permukaan
Skor 2 : <2/3 dorsum lidah tertutup permukaan
Skor 3 : >2/3 dorsum lidah tertutup permukaan
Ketebalan : Skor 0 : tidak ada selaput pada lidah
Skor 1 : selaput lidah tipis (papila terlihat)
Skor 2 : selaput lebih tebal (papila tidak terlihat)

Diagnosis CT dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinis pada pasien.
Pada anamnesis pasien menyadari plak putih kekuningan saat pemeriksaan. Pada pemeriksaan
objektif, lapisan putih kekuningan terlihat kurang dari 2/3 posterior dorsum lidah, dapat diseka
dan (-) sakit (+) halitosis. Menurut Oho dan Miyazaki, dkk, nilai skor CT pasien yaitu 2 dimana
CT <2/3 permukaan dorsum lidah dengan skor warna 1 (putih) menurut Gomez dkk.

Etiologi yang mungkin menyebabkan adanya CT pada pasien diantaranya :


1. Tidak pernah sikat lidah sehingga penumpukan lapisan berwarna hampir ½ dorsum lidah
bagian posterior. Oleh karena itu pembersihan lidah rutin direkomendasikan. Waktu terbaik
untuk membersihkan lidah ialah pada saat pagi hari ketika perut sedang kosong untuk
menghindari gag reflex atau resiko muntah.
2. Sering mengkonsumsi roti hampir setiap hari (diet makanan lunak) dan tidak suka makan-
makanan keras.
3. Kurang minum air putih dan makanan dengan kandungan probiotik (sayur dan buah).
4. Mukosa mulut kering, konsistensi saliva yang kental dan berbuih, kalkulus dan plak yang
banyak dengan ohis (3,5) sedang dan rkp 44,64% (sedang) serta disertai adanya periodontitis
ditandai dengan keluhan sikat gigi berdarah dibagian gigi anterior bawah serta mobilitas
gigi grade 1.
5. Ankyglossia menyebabkan sulitnya lidah membersihkan gigi dan bibir anterior sehingga
kebersihan mulut menjadi buruk karena sulitnya lidah membersihkan debris makanan pada
permukaan gigi.
Rencana Perawatan Coated Tongue
KIE: Menginformasikan kepada pasien bahwa lapisan tebal berwarna putih ke kuningan
merupakan variasi normal yaitu Coated Tongue. Dianjurkan menyikat lidah setiap sikat gigi
(lebih baik dengan scraper tongue atau bagian sikat lidah pada sikat gigi). Mengkonsumsi
sayur dan buah serta minum air putih yang cukup. Mengkonsumsi permen karet free sugar
untuk meningkatkan aliran saliva (self cleansing) pada rongga mulut serta mengurangi
kebiasaan makan roti setiap hari.

6. Ankyglossia (Tongue Tie (TT)


No Angkyglossia
1 Gambar

2 Definisi Tongue tie merupakan sisa embriologi dari jaringan membran


(frenulum) di garis tengah antara permukaan bawah lidah dan dasar
mulut yang tebal, pendek dan tidak elastik membatasi gerakan lidah
normal.4-7,15,16
3 Etiologi Anomali bawaan bervariasi dari 0,1-4,8% dimana faktor genetik dan
lingkungan memperngaruhi etiologi TT. Faktor resiko dari hipoplasia
maksila dan elongasi jaringan palatal.18 Analisis molekular
menunjukkan titik pada mutasi pada gen TBX22 dapat menyebabkan
cleft palate bersamaan dengan TT. Suatu kondisi herediter dilaporkan
dapat menjadikan TT yaitu epidermolisis bulosa (EB) dan spesifik dari
subtipe distrofik resesif. EB memiliki karakteristik blister pada
jaringan lunak yang memisahkan jaringan dengan jaringan parut.
Hasilnya. Perkembangan adesi dimana mobilitas dari lidah kerkurang
(TT). Sindrom lain yang berpengaruh diantaranya : Opizt,
orofacialdigital.17
4 Gambaran Kelainan perkembangan yang ditandai dengan frenulum lingual yang
klinis pendek, tebal, yang melekat ke dasar mulut atau ke alveolar ridge atau
memanjang ke ujung lidah. Sacara klinis pasien tidak dapat
menjulurkan lidah ke luar gigi insisvus bawah (bibir bawah), sisi kiri
kanan dan ke arah palatum. Kondisi umum saaat neonatus dan bahkan
tanpa gejala dan dapat sembuh secara spontan. Secara umum
mempengaruhi bayi yang sedang menyusui, menelan dan berbicara.17
Insiden TT dilaporkan berkisar 0,2 – 10,7% pada bayi baru lahir dan
hanya 25% dari keseluruhan kasus mengalami kesulitan menyusui di
dunia.15

Lebih sering terjadi pada pria dibandingkan wanita dengan rasio 3 :


1.20

Pembagian ankyglossia menurut Lawrance A Kotlow (Pediatric


Dentistry 1999; 30:259-62) terbagi 5 kategori, diantaranya : kategori
1 (dapat diterima secara klinis dengan lidah normal (>16mm ukuran
lidah bebas), kategori 2 (klas 1 (TT ringan) (12-16mm), kategori 3
(klas 2 (TT sedang) (8-11mm), kategori 4 (klas 3 (TT berat) ( 3-7mm)
dan kategori 5 (TT komplit) (<3mm).16

Menurut Elizabeth V Coryllos-Catherine, W Geena-Salloum pada


buku The Influence of Anatomyc and Structural Issues on Suckling
Skill 2013 halaman 204-208, TT dibagi menjadi 4 tipe, diantaranya :
tipe 1 “Simple” (perlekatan superior pada ujung lidah, perlekatan
inferior pada alveolar ridge dengan frenulum tipis dan mungkin
elastis), tipe 2 “Klasik” (2-4mm dari ujung lidah, tepat dibalik ujung
lidah, frenulum tipis dan mungkin elastis), tipe 3 “Posterior”
(pertengahan lidah. pertengahan dasar mulut, frenulum umunya lebih
tebal, ketat dan tidak elastis), dan tipe 4 ”Posterior” (sub mukosa,
dasar mulut di pangkal lidah, frenulum tebal, ketat, berkilat dan tidak
elastis). Tipe 1 dan 2 termasuk ankyglossia anterior, tipe 3 merupakan
ankyglossia posterior dan tipe 4 merupakan ankyglossia
submukosa).15

Indikasi dilakukan frenotomi ditegakkan berdasarkan penilaian


tampilan struktur dan fungsi frenulum lingual. sistem klasifikasi
menggunakan instrumen Hazelbaker’s Assessment Tool for Lingual
Frenulum Function (ATLFF). Instrument ATLFF telah teruji sebagai
alat skrining yang reliabel untuk penilaian bayi di bawah usia 3 (tiga)
bulan15
- Skor ATLFF 14 menunjukkan fungsi frenulum yang sempurna
dan tidak memerlukan tindakan frenotomi
- Skor ATLFF 11-13 masih dapat ditoleransi, apabila skor
penampilan 10
- Skor ATLFF <11 mengindikasikan kebutuhan frenotomi, apabila
konseling dan manajemen laktasi tidak berhasil menyelesaikan
masalah menyusui
- Skor tampilan frenulum <8 mendukung diagnostik ankyloglossia,
namun tidak direkomendasikan frenotomi kecuali jika bayi
mengalami kesulitan menyusu.
5 Perawatan 1. Menginformasikan kepada pasien bahwa lapisan di bawah lidah
yang pendek merupakan suatu variasi normal yang ada sejak lahir.
Faktor penyebab dihubungkan dengan genetik dan lingkungan.

2. Pada pasien tidak dianjurkan untuk melakukan frenektomi karena


sejauh ini tidak mengganggu fungsi bicara, makan dan minum.

3. Untuk meningkatkan OHIS dengan sikat lidah dan gigi, konsumsi


air putih 2 L/ hari dan sayur serta buah.

Pembahasan Angkyglossia
Diagnosa TT ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinis pada pasien. Pada
anamnesis diketahui pasien baru menyadari adanya lapisan di bawah lidah yang pendek di
dasar mulut saat pemeriksaan karena (-) sakit, tetapi (sulit mengerakkan lidah ke atas, kiri dan
kanan). TT merupakan sisa embriologi dari jaringan membran (frenulum) di garis tengah antara
permukaan bawah lidah dan dasar mulut yang tebal, pendek dan tidak elastik membatasi
gerakan lidah normal.4-7,15,16 Pada pasien TT juga dimiliki oleh ayah kandungnya (genetik).
Sampai saat ini, TT yang ada pada pasien tidak berpengaruh pada aktivitas bicara, makan atau
minum. Hanya saja pasien menyadari agak sulit menggerakkan lidah ke arah tertentu. Menurut
Coryllos dkk pasien dikategorikan memiliki TT Kelas 3 posterior. Sedangkan menurut Kotlow,
TT pada pasien termasuk Kelas 1 “ringan” (ukuran 12-16 mm lidah bebas).
Rencana perawatan
KIE : Menginformasikan kepada pasien bahwa lapisan di bawah lidah yang pendek merupakan
suatu variasi normal yang ada sejak lahir. Faktor penyebab dihubungkan dengan genetik dan
lingkungan. Pada pasien tidak dianjurkan untuk melakukan frenektomi karena sejauh ini tidak
mengganggu fungsi bicara, makan dan minum. Untuk meningkatkan OHIS, dianjurkan saat
sikat lidah (tongue scarper lebih baik) saat sikat gigi, minum air putih yang cukup dan
konsumsi sayur dan buah setiap hari.
KEPUSTAKAAN

1. Glick, Michael. Burket’s Oral Medicine. Edisi 12. India : BC Decker. 2015.
2. Langlais Robert P. Color Atlas Of Common Oral Diseases Fourth Edition. Ohio. USA.
2009.
3. Leslie DeLong, Nancy W, Burkhar. General And Oral Pathology For The Dental
Hygienist. Philadelpia. AS. 2008.
4. Leon Barnes. Surgical Pathology of the Head and Neck. 2 Ed. Vol 2. Elsevier. India.
nd

5. Lewis R.Eversole. 2002. Clinical outline of Oral Pathology : Diagnosis and Treatment. 3rd

Ed. Hamilton. 153. London.


6. A Joseph, Regezi et al. Oral Pathology: Ebook: Clinical Pathologic Correlations. 6th
Edition. Elsevier Health Science. 2012.
7. Ghom, A.G. Textbook Of Oral Medicine. Edisi 2. India: Jaypee Bothers Medical Publisher.
2010.
8. Omar Rana A, et al. Prevalence and Factors Related to Tongue Coating among a Sample
of Jordanian Royal Medical Services Dental Outpatients. JOURNAL OF THE ROYAL
MEDICAL SERVICES Vol. 22 No. Jordan. 2015.
9. Hadiati Sri. Burning Mouth Syndrome Pada Wanita Monopouse dengan Hiposalivasi,
Coated Tongue, Gangguan Pengecapan serta Penatalaksanaannya. Majalah Kedokteran
Gigi 19(1) : 82-85. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. 2012.
10. Lu Haifeng. Tongue coating microbiome data distinguish patients with pancreatic head
cancer from healthy controls. Journal of Oral Microbiology Vol 11. China. 2019.
11. Danser MM et al. Tongue coating and tongue brushing: a literature review. International
Journal Dental Hygiene 151-158. Netherland. 2003.
12. Laskaris, George. 2006. Pocket Atlas of Oral Disease 2nd Ed. New York : Thieme.
13. Akpan A, Morgan R. Oral Candidiasis Review. Upton-UK. 2002.
14. Hakim Lukaman, Ramadhian M.Ricky. Kandidiasis Oral. Majority Vol 4 No 8.
Universitas Lampung-Fakultas Kedokteran. 2015
15. Yohmi Elizabeth et al. Panduan Praktik Klinik Ikatan Dokter Anak Indonesia : Diagnosis
dan Tatalaksana Ankyglossia (Tongue Tie). 2017.
16. Bargale Seema et al. Ankyloglossia in the Infant and Young Child: A Review. India. 2014.
17. Charisi Chirsina et al. Aetiology, Diagnosis and Treatment of Ankyglossia. Balkan Journal
of Dental Medicine. 141-147. School of Dentistry, Aristotle University of Thessaloniki,
Greece. 2017.
18. Yoon A J et al. Ankyloglossia as a risk factor for maxillary hypoplasia and soft palate
elongation: A functional – morphological study. Wiley : Ortodontic and Craniofacial
Research. USA. 2017.
19. Paritusta Lindi & Budiarjo S B. Penatalaksanaan Geographic Tongue Pada Pasien Anak
Setelah Terapi Obat Antituberkulosis. MIKGI Vo 11 No 1. Universitas Indonesia. 2009.
20. Bei P M & Vaz A C. Ankyloglossia among Children of Regular and Special Schools in
Karnataka, India: A Prevalence Study. Journal of Clinical and Diagnostic Research. 2014
Jun, Vol-8(6). India. 2014.
21. Cuesta CG,Perez MGS, Bagan JV. Current Treatment of Oral Candidiasis: A Literature
Review. J Clin Exp Dent ; 6(5):e576-82. University of Valencia. 2014.
22. Hadiati Sri. Kandidiasis Pseudomembran Pada Lidah Akibat Pemakaian Obat Kumur
Heksetin Serta Pelaksanaannya. Majalah Kedokteran Gigi; 18(2): 178-181. FKG UGM.
2011.
23. Singh Arun et al. Oral Candidiasis : An Overview (Review Article). Journal of Oral and
maxillofacial Pathology Vol 18. India. 2014

Anda mungkin juga menyukai