NIM 12204173250 TOPIK PENELITIAN - Metakognisi merupakan kesadaran tentang kognisi, dan (topic penelitian minimal harus dapat pengaturan kognisi seseorang. menjawab beberapa pertaanyaan berikut: - Saya masih penasaran apakah memang benar kalau - Apa yang membuat topic penelitian ini metakognisi berperan dalam meningkatkan kemampuan belajar menarik bagi saya? dan memecahkan masalah, dan walaupun sudah ada beberapa - Apakah saya penasaran dengan hasil penelitian yang membuktikan bahwa metakognisi dapat temuan dari penelitian ini? Atau justru meningkatkan hasil belajar. hasilnya sudah jelas? - Dengan adanya penelitian ini sehingga dapat mencari strategi - Apa pentingnya topik penelitian ini bagi yang cocok dalam berhasilnya proses pembelajaran. saya? - Sangat penting, karena dengan penelitian ini para guru dan - Apakah topik ini sangat urgent/penting sekolah dapat mencari strategi yang cocok dan dapat untuk diteliti? Apa pentingnya? meningkatkan kualitas hasil belajar siswa. - Apakah penelitian dengan topik ini akan - Sangat menarik menarik untuk dibaca orang lain? - Dengan adanya penelitian ini, maka masyarakat luas akan - Apa sumbangsih penelitian dengan topik berusaha untuk memikirkan bagaimana cara meningkatkan ini kepada masyarakat luas/ pendidikan/ metakognisinya sehingga hasil proses pembelajaranpun juga dunia? akan meningkat. JUDUL SEMENTARA KEMAMPUAN METAKOGNITIF SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA ARGUMEN UTAMA Dengan adanya penelitian tentang metakognisi ini maka akan (tuliskan alasan kuat Anda mengapa topic diharapkan dapat meningkatkan kemampuan belajar dan tersebut anda pilih. Bisa dengan memecahkan masalah. Karena pelibatan metakognisi dalam belajar memanfaatkan rangkuman jawaban- dan memecahkan masalah dapat didorong melalui pemanfaatan jawaban pertanyaan di atas) masalah matematika yang menantang, yang salah satu diantaranya berupa masalah matematika kontekstual. ARGUMEN PENDUKUNG 1. Muhammad Amin Fauzi, PENINGKATAN KEMAMPUAN KONEKSI - (tuliskan jurnal-jurnal penelitian terbaru MATEMATIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA DENGAN (maks. 10 tahun terakhir) yang PENDEKATAN PEMBELAJARAN METAKOGNITIF DI SEKOLAH membahas topic yang berkaitan dengan MENENGAH PERTAMA, UNY Journal topic yang Anda pilih (bukan persis, tapi Inti hasil penelitian : Secara keseluruhan terdapat perbedaan BERKAITAN dan MENDUKUNG topic rata-rata kemampuan koneksi matematis ketiga kelompok yang anda pilih)) pembelajaran (PPMG, PPMK, dan PB) dan masing-masing - (tuliskan dalam bentuk list (daftar): terjadi peningkatannya. Perbedaan peningkatan KKM lebih nama pengarang, judul artikel, tahun disebabkan oleh perbedaan pendekatan pembelajaran yang artikel dimuat di jurnal, nama jurnal, dan digunakan dan perbedaan level sekolah. Perbedaan inti hasil penelitiannya) peningkatan kemampuan koneksi matematis disebabkan oleh - (tuliskan minimal 5 jurnal dalam negri perbedaan pendekatan pembelajaran yang digunakan bukan dan 5 jurnal internasional) karena kemampuan awal matematika siswa. Interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan level sekolah memberikan pengaruh secara bersama-sama yang signifikan terhadap perbedaan peningkatan KBS. Perbedaan peningkatan KBS disebabkan oleh perbedaan pendekatan pembelajaran yang digunakan bukan karena KAM siswa.
2. Muhammad Romli, STRATEGI MEMBANGUN METAKOGNISI
SISWA SMA DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA. Inti hasil penelitian : Strategi guru untuk meningkatkan metakognitif siswa dalam pembelajaran matematika dapat dilakukan sebagai berikut: a. Memilih sebuah strategi metakognitif yang sesuai dengan keterampilan matematika (misal, memahami konsep). b. Mengecek pemahaman siswa. Pastikan mereka mehamami strategi tersebut dan bagaimana menggunakannya. c. Memberi cukup kesempatan bagi siswa untuk mempraktekkan strategi tersebut. d. Memberi waktu untuk mengoreksi umpan balik dan memodelkan kembali strategi tersebut sesuai kebutuhan. e. Menyediakan lembaran petunjuk bagi siswa untuk memulai sendiri menggunakan strategi tersebut. f. Memberi penguatan bagi siswa yang mampu menggunakan strategi tersebut secara tepat. 3. Mustamin Anggo, PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN METAKOGNISI SISWA, 2011, Edumatica. Inti hasil penelitian : Pada pemecahan masalah matematika kontekstual, subjek melaksanakan proses metakognisi yang sangat dinamis pada semua tahap pemecahan masalah. Dinamika tersebut menunjukkan pelibatan kesadaran dan pengaturan berpikir yang baik dilakukan oleh subjek. Pada semua tahap pemecahan masalah, terlaksana beragam aktivitas metakognisi berbeda yang menunjang usaha subjek dalam memecahkan masalah. Keadaan tersebut muncul salah satunya berkaitan dengan tuntutan dari masalah yang mesti dipecahkan dengan melibatkan kesadaran dan pengaturan berpikir subjek. Hal ini telah tampak sejak subjek berusaha memahami masalah yang hendak dipecahkan. Pada masalah kontekstual yang disajikan, subjek sesungguhnya telah memiliki pengetahuan informal yang cukup, tetapi untuk dapat memecahkannya, subjek perlu menterjemahkan konteks masalah kedalam model matematika agar dapat dipecahkan menggunakan prosedur matematika formal. Pada tahap ini pelibatan aktivitas metakognisi cukup menonjol. 4. Mustamin Anggo, PELIBATAN METAKOGNISI DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA, 2011, Edumatica. Inti hasil penelitian : Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aktivitas metakognisi yang terlaksana ketika subjek memecahkan masalah menunjukkan keragaman yang bervariasi. Keragaman tersebut diantaranya terjadi ketika subjek memecahkan masalah matematika yang relatif menantang, baik yang disajikan dalam bentuk masalah matematika formal maupun bentuk masalah matematika kontekstual. Sifat menantang dari masalah yang dipecahkan cukup baik dalam mendorong subjek mengoptimalkan kembali proses kognisi dan metakognisinya. Pada jenis masalah matematika formal dan kontekstual, diketahui bahwa ketika menghadapi suatu masalah matematika yang cukup menantang, subjek melakukan aktivitas metakognisi yang lebih beragam dan lebih dinamis. Keadaan ini ternyata sangat berbeda dengan ketika subjek memecahkan masalah yang bersifat rutin, atau masalah yang terlalu mudah, atau masalah yang terlalu sulit. Bila dibandingkan antara kedua jenis masalah yang dipecahkan, tampak bahwa penggunaan masalah matematika kontekstual cukup baik dalam melatih siswa melibatkan aktivitas metakognisinya. 5. Srini M. Iskandar, PENDEKATAN KETERAMPILAN METAKOGNITIF DALAM PEMBELAJARAN SAINS DI KELAS, 2014, Erudio. Inti hasil penelitian : Keterampilan metakognitif bila diterapkan dalam pembelajaran ternyata memberikan dampak positif, terutama di dalam hasil belajar. Hal ini disebabkan karena keterampilan metakognitif merupakan cara bagi siswa untuk menata kembali cara berpikirnya, yaitu dengan meninjau kembali tujuan, bagaimana cara mencapai tujuan, bagaimana mengatasi kendala, dan mengevaluasi. Dalam meningkatkan hasil belajar siswa, guru perlu memperhatikan faktor strategi metakognitif yang dimiliki siswa, beserta komponen- komponen yang mempengaruhi terhadap munculnya strategi metakognitif siswa. Siswa yang strategi metakognitifnya kurang/rendah, perlu diperhatikan untuk diperbaiki agar strategi metakognitifnya dapat lebih baik/tinggi. Temuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa strategi metakognitif berpengaruh terhadap keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa. 6. M Havenga, THE ROLE OF METACOGNITIVE SKIILS IN SOLVING OBJECT-ORIENTED PROGRAMMING PROBLEMS: A CASE STUDY, The Journal for Transdisciplinary Research in Southern Africa, 2015. Inti hasil penelitian : Penelitian ini digunakan untuk mengetahui apakah siswa menggunakan keterampilan metakognitif saat memecahkan masalah pemrograman berorientasi objek, hasil tersebut menunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam memahami masalah berorientasi objek. Selain itu, sebagian peserta mengalami permasalahan dengan control metakognitifnya selama semua step dalam pengembangan program. Penulis mendalilkan bahwa titik kontrol kritis metakognitif sebagai mekanisme untuk mengelola dan memfasilitasi semua pemikiran yang terlibat dalam proses pengembangan berorientasi objek. Tujuannya adalah untuk mengajarkan kepada siswa bagaimana mengelola proses berpikir mereka sendiri untuk keberhasilan mereka dalam menyelesaikan tugas dan mencegah kehilangan control. Sangat penting bahwa dosen mendukung siswa dalam penerapan MCCP selama pemrograman untuk mengarahkan proses dan kegiatan berpikir mereka sendiri. 7. Hanna Brycz, Pawel Kleka, Agnieszka Fanslau, Aleksandra Pilarska, METACOGNITIVE SELF AND MOTIVATION TO SEEK DIAGNOSTIC INFORMATION ABOUT THE SELF: A LONGITUDINAL STUDY, Frontiers in Education, 2019. Inti hasil penelitian : Penelitian ini menguji hubungan antara metakognitif diri dan keinginan untuk mendapat informasi tentang diagnosis diri secara bersamaan dan prospektif. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa MCS terkait secarasignifikan dan ppositif untuk SDMS, baik secara bersamaan maupun prospektif. Temuan ini sejalan dengan penelitin sebelumnya yaitu hubungan antara metakognitif diri dan informasi tentang diagnosis diri. Dalam studi eksperimental yang lalu, MSC ditemukan efektif dalam menjelaskan perbedaan antar individu dalam mencari informasi diagnostic diri ketika dihadapkan dengan umpan-balik negative. Studi saat ini memperluas temuan ini dan menyediakan bukti bahwa keduanya berhubungan positif. 8. Mary Jarrat Smith, AN EXPLORATION OF METACOGNITION AND ITS EFFECT ON MATHEMATICAL PERFORMANCE IN DIFFERENTIAL EQUATIONS, 2013, Journal of the Scholarship of Teaching and Learning. Inti Hasil Penelitian : Tingkat metakognitif untuk dua kelas persamaan diferensial yang dipelajari siswa. Dua kelas tersebut dikombinasikan untuk memahami tingkat metakognitif siswa ketika mereka mulai mempelajari persamaan diferensial. Kelas tersebut dipertimbangkan untuk menentukan apakah skor metakognitif dapat memprediksi kinerja program. Skor metakognisi dipecah menjadi tiga sub-intervensi untuk menunjukkan metakognisi rendah, sedang, dan tinggi. Sebagian siswa berada di sub interval moderat untuk semua kategori, lebih dari 40% siswa berada di subinterval tinggi untuk metakognisi procedural, dan hamper 40% siswa berada di kategori metakognisi bersyarat. Tidak ada perbedaan signifikan yang ditemukan dalam skor metakognitif. Dengan analisis yang dilakukan, tidak ada bukti yang muncul yang menunjukkan mengapa kelas memiliki skor metakognitif yang berbeda. Jelas dari temuan diatas akan sulit untuk memprediksi kinerja khusus siswa, yang diukur dengan nilai dalam kursus, dengan mempertimbangkan skor mereka di metakognisi deklaratif, procedural, dan kondisional. 9. Tadhg E. Maclntyre, Eric R. Igou, Mark J. Campbell, Aida P. Moran, James Matthews, METACOGNITION AND ACTION: A NEW PATHWAY TO UNDERSTANDING SOCIAL AND COGNITIVE ASPECTS OF EXPERTISE IN SPORT, Frontiers In Psychology, 2014. Inti hasil penelitian : Proses metakognitif adalah bagian dari inventarisasi pemikiran manusia. Dengan demikian, mereka berfungsi sebagai sumber daya untuk menyusun pemikiran dan mengatur perilaku. Dalam domain olahraga, melatih atlet untuk memulai, mengembangkan dan terlibat dalam metakognisi dapat melengkapi strategi, kepercayaan, dan pemahaman diri untuk unggul dalam olahraga. Dengan demikian, konstruk metakognisi memiliki potensi untuk menjadi batu loncatan untuk penelitian keahlian olahraga. 10. Kit S. Double, Damian P. Birney, REACTIVITY TO MEASURES OF METACOGNITION, 2019, Fronties In Psychology. Inti Hasil Penelitian : langkah-langkah pelaporan diri sering digunakan untuk menilai efektivitas kemampuan metakognitif individu. Penelitian reaktivitas telah memberikan wawasan ketika peserta membuat perbedaan pperingkat metakognitif dan fakta bahwa penilaian diri metakognitif tidak secara alami didapatkan. Penelitian lebih lanjut diperlukan bukan hanya untuk memberi tahu para peneliti tentang bagaimana mereka dapat meminimalkan reaktivitas, tetapi untuk mengeksplorasi lebih jauh apa yang bias dikatakan oleh reaktivitas kepada proses dan kesadaran metakognitif kita.