Anda di halaman 1dari 5

TUGAS MINGGU KE-2 SEMINAR PROPOSAL SKRIPSI

NAMA ANISA NUR AFDHILA


NIM 12204173250
TOPIK PENELITIAN - Metakognisi merupakan kesadaran tentang kognisi, dan
(topic penelitian minimal harus dapat pengaturan kognisi seseorang.
menjawab beberapa pertaanyaan berikut: - Saya masih penasaran apakah memang benar kalau
- Apa yang membuat topic penelitian ini metakognisi berperan dalam meningkatkan kemampuan belajar
menarik bagi saya? dan memecahkan masalah, dan walaupun sudah ada beberapa
- Apakah saya penasaran dengan hasil penelitian yang membuktikan bahwa metakognisi dapat
temuan dari penelitian ini? Atau justru meningkatkan hasil belajar.
hasilnya sudah jelas? - Dengan adanya penelitian ini sehingga dapat mencari strategi
- Apa pentingnya topik penelitian ini bagi yang cocok dalam berhasilnya proses pembelajaran.
saya? - Sangat penting, karena dengan penelitian ini para guru dan
- Apakah topik ini sangat urgent/penting sekolah dapat mencari strategi yang cocok dan dapat
untuk diteliti? Apa pentingnya? meningkatkan kualitas hasil belajar siswa.
- Apakah penelitian dengan topik ini akan - Sangat menarik
menarik untuk dibaca orang lain? - Dengan adanya penelitian ini, maka masyarakat luas akan
- Apa sumbangsih penelitian dengan topik berusaha untuk memikirkan bagaimana cara meningkatkan
ini kepada masyarakat luas/ pendidikan/ metakognisinya sehingga hasil proses pembelajaranpun juga
dunia? akan meningkat.
JUDUL SEMENTARA KEMAMPUAN METAKOGNITIF SISWA DALAM PEMBELAJARAN
MATEMATIKA
ARGUMEN UTAMA Dengan adanya penelitian tentang metakognisi ini maka akan
(tuliskan alasan kuat Anda mengapa topic diharapkan dapat meningkatkan kemampuan belajar dan
tersebut anda pilih. Bisa dengan memecahkan masalah. Karena pelibatan metakognisi dalam belajar
memanfaatkan rangkuman jawaban- dan memecahkan masalah dapat didorong melalui pemanfaatan
jawaban pertanyaan di atas) masalah matematika yang menantang, yang salah satu diantaranya
berupa masalah matematika kontekstual.
ARGUMEN PENDUKUNG 1. Muhammad Amin Fauzi, PENINGKATAN KEMAMPUAN KONEKSI
- (tuliskan jurnal-jurnal penelitian terbaru MATEMATIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA DENGAN
(maks. 10 tahun terakhir) yang PENDEKATAN PEMBELAJARAN METAKOGNITIF DI SEKOLAH
membahas topic yang berkaitan dengan MENENGAH PERTAMA, UNY Journal
topic yang Anda pilih (bukan persis, tapi Inti hasil penelitian : Secara keseluruhan terdapat perbedaan
BERKAITAN dan MENDUKUNG topic rata-rata kemampuan koneksi matematis ketiga kelompok
yang anda pilih)) pembelajaran (PPMG, PPMK, dan PB) dan masing-masing
- (tuliskan dalam bentuk list (daftar): terjadi peningkatannya. Perbedaan peningkatan KKM lebih
nama pengarang, judul artikel, tahun disebabkan oleh perbedaan pendekatan pembelajaran yang
artikel dimuat di jurnal, nama jurnal, dan digunakan dan perbedaan level sekolah. Perbedaan
inti hasil penelitiannya) peningkatan kemampuan koneksi matematis disebabkan oleh
- (tuliskan minimal 5 jurnal dalam negri perbedaan pendekatan pembelajaran yang digunakan bukan
dan 5 jurnal internasional) karena kemampuan awal matematika siswa. Interaksi antara
pendekatan pembelajaran dengan level sekolah memberikan
pengaruh secara bersama-sama yang signifikan terhadap
perbedaan peningkatan KBS. Perbedaan peningkatan KBS
disebabkan oleh perbedaan pendekatan pembelajaran yang
digunakan bukan karena KAM siswa.

2. Muhammad Romli, STRATEGI MEMBANGUN METAKOGNISI


SISWA SMA DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA.
Inti hasil penelitian : Strategi guru untuk meningkatkan
metakognitif siswa dalam pembelajaran matematika dapat
dilakukan sebagai berikut: a. Memilih sebuah strategi
metakognitif yang sesuai dengan keterampilan matematika
(misal, memahami konsep). b. Mengecek pemahaman siswa.
Pastikan mereka mehamami strategi tersebut dan bagaimana
menggunakannya. c. Memberi cukup kesempatan bagi siswa
untuk mempraktekkan strategi tersebut. d. Memberi waktu
untuk mengoreksi umpan balik dan memodelkan kembali
strategi tersebut sesuai kebutuhan. e. Menyediakan lembaran
petunjuk bagi siswa untuk memulai sendiri menggunakan
strategi tersebut. f. Memberi penguatan bagi siswa yang
mampu menggunakan strategi tersebut secara tepat.
3. Mustamin Anggo, PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA
KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
METAKOGNISI SISWA, 2011, Edumatica.
Inti hasil penelitian : Pada pemecahan masalah matematika
kontekstual, subjek melaksanakan proses metakognisi yang
sangat dinamis pada semua tahap pemecahan masalah.
Dinamika tersebut menunjukkan pelibatan kesadaran dan
pengaturan berpikir yang baik dilakukan oleh subjek. Pada
semua tahap pemecahan masalah, terlaksana beragam aktivitas
metakognisi berbeda yang menunjang usaha subjek dalam
memecahkan masalah. Keadaan tersebut muncul salah satunya
berkaitan dengan tuntutan dari masalah yang mesti dipecahkan
dengan melibatkan kesadaran dan pengaturan berpikir subjek.
Hal ini telah tampak sejak subjek berusaha memahami masalah
yang hendak dipecahkan. Pada masalah kontekstual yang
disajikan, subjek sesungguhnya telah memiliki pengetahuan
informal yang cukup, tetapi untuk dapat memecahkannya,
subjek perlu menterjemahkan konteks masalah kedalam model
matematika agar dapat dipecahkan menggunakan prosedur
matematika formal. Pada tahap ini pelibatan aktivitas
metakognisi cukup menonjol.
4. Mustamin Anggo, PELIBATAN METAKOGNISI DALAM
PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA, 2011, Edumatica.
Inti hasil penelitian : Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
aktivitas metakognisi yang terlaksana ketika subjek
memecahkan masalah menunjukkan keragaman yang
bervariasi. Keragaman tersebut diantaranya terjadi ketika
subjek memecahkan masalah matematika yang relatif
menantang, baik yang disajikan dalam bentuk masalah
matematika formal maupun bentuk masalah matematika
kontekstual. Sifat menantang dari masalah yang dipecahkan
cukup baik dalam mendorong subjek mengoptimalkan kembali
proses kognisi dan metakognisinya. Pada jenis masalah
matematika formal dan kontekstual, diketahui bahwa ketika
menghadapi suatu masalah matematika yang cukup
menantang, subjek melakukan aktivitas metakognisi yang lebih
beragam dan lebih dinamis. Keadaan ini ternyata sangat
berbeda dengan ketika subjek memecahkan masalah yang
bersifat rutin, atau masalah yang terlalu mudah, atau masalah
yang terlalu sulit. Bila dibandingkan antara kedua jenis masalah
yang dipecahkan, tampak bahwa penggunaan masalah
matematika kontekstual cukup baik dalam melatih siswa
melibatkan aktivitas metakognisinya.
5. Srini M. Iskandar, PENDEKATAN KETERAMPILAN METAKOGNITIF
DALAM PEMBELAJARAN SAINS DI KELAS, 2014, Erudio.
Inti hasil penelitian : Keterampilan metakognitif bila diterapkan
dalam pembelajaran ternyata memberikan dampak positif,
terutama di dalam hasil belajar. Hal ini disebabkan karena
keterampilan metakognitif merupakan cara bagi siswa untuk
menata kembali cara berpikirnya, yaitu dengan meninjau
kembali tujuan, bagaimana cara mencapai tujuan, bagaimana
mengatasi kendala, dan mengevaluasi. Dalam meningkatkan
hasil belajar siswa, guru perlu memperhatikan faktor strategi
metakognitif yang dimiliki siswa, beserta komponen-
komponen yang mempengaruhi terhadap munculnya strategi
metakognitif siswa. Siswa yang strategi metakognitifnya
kurang/rendah, perlu diperhatikan untuk diperbaiki agar
strategi metakognitifnya dapat lebih baik/tinggi. Temuan dalam
penelitian ini menunjukkan bahwa strategi metakognitif
berpengaruh terhadap keterampilan berpikir tingkat tinggi
siswa.
6. M Havenga, THE ROLE OF METACOGNITIVE SKIILS IN SOLVING
OBJECT-ORIENTED PROGRAMMING PROBLEMS: A CASE STUDY,
The Journal for Transdisciplinary Research in Southern Africa,
2015.
Inti hasil penelitian : Penelitian ini digunakan untuk mengetahui
apakah siswa menggunakan keterampilan metakognitif saat
memecahkan masalah pemrograman berorientasi objek, hasil
tersebut menunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam
memahami masalah berorientasi objek. Selain itu, sebagian
peserta mengalami permasalahan dengan control
metakognitifnya selama semua step dalam pengembangan
program. Penulis mendalilkan bahwa titik kontrol kritis
metakognitif sebagai mekanisme untuk mengelola dan
memfasilitasi semua pemikiran yang terlibat dalam proses
pengembangan berorientasi objek. Tujuannya adalah untuk
mengajarkan kepada siswa bagaimana mengelola proses
berpikir mereka sendiri untuk keberhasilan mereka dalam
menyelesaikan tugas dan mencegah kehilangan control. Sangat
penting bahwa dosen mendukung siswa dalam penerapan
MCCP selama pemrograman untuk mengarahkan proses dan
kegiatan berpikir mereka sendiri.
7. Hanna Brycz, Pawel Kleka, Agnieszka Fanslau, Aleksandra
Pilarska, METACOGNITIVE SELF AND MOTIVATION TO SEEK
DIAGNOSTIC INFORMATION ABOUT THE SELF: A LONGITUDINAL
STUDY, Frontiers in Education, 2019.
Inti hasil penelitian : Penelitian ini menguji hubungan antara
metakognitif diri dan keinginan untuk mendapat informasi
tentang diagnosis diri secara bersamaan dan prospektif. Hasil
yang diperoleh menunjukkan bahwa MCS terkait
secarasignifikan dan ppositif untuk SDMS, baik secara
bersamaan maupun prospektif. Temuan ini sejalan dengan
penelitin sebelumnya yaitu hubungan antara metakognitif diri
dan informasi tentang diagnosis diri. Dalam studi eksperimental
yang lalu, MSC ditemukan efektif dalam menjelaskan perbedaan
antar individu dalam mencari informasi diagnostic diri ketika
dihadapkan dengan umpan-balik negative. Studi saat ini
memperluas temuan ini dan menyediakan bukti bahwa
keduanya berhubungan positif.
8. Mary Jarrat Smith, AN EXPLORATION OF METACOGNITION AND
ITS EFFECT ON MATHEMATICAL PERFORMANCE IN
DIFFERENTIAL EQUATIONS, 2013, Journal of the Scholarship of
Teaching and Learning.
Inti Hasil Penelitian : Tingkat metakognitif untuk dua kelas
persamaan diferensial yang dipelajari siswa. Dua kelas tersebut
dikombinasikan untuk memahami tingkat metakognitif siswa
ketika mereka mulai mempelajari persamaan diferensial. Kelas
tersebut dipertimbangkan untuk menentukan apakah skor
metakognitif dapat memprediksi kinerja program. Skor
metakognisi dipecah menjadi tiga sub-intervensi untuk
menunjukkan metakognisi rendah, sedang, dan tinggi. Sebagian
siswa berada di sub interval moderat untuk semua kategori,
lebih dari 40% siswa berada di subinterval tinggi untuk
metakognisi procedural, dan hamper 40% siswa berada di
kategori metakognisi bersyarat. Tidak ada perbedaan signifikan
yang ditemukan dalam skor metakognitif. Dengan analisis yang
dilakukan, tidak ada bukti yang muncul yang menunjukkan
mengapa kelas memiliki skor metakognitif yang berbeda. Jelas
dari temuan diatas akan sulit untuk memprediksi kinerja khusus
siswa, yang diukur dengan nilai dalam kursus, dengan
mempertimbangkan skor mereka di metakognisi deklaratif,
procedural, dan kondisional.
9. Tadhg E. Maclntyre, Eric R. Igou, Mark J. Campbell, Aida P.
Moran, James Matthews, METACOGNITION AND ACTION: A
NEW PATHWAY TO UNDERSTANDING SOCIAL AND COGNITIVE
ASPECTS OF EXPERTISE IN SPORT, Frontiers In Psychology, 2014.
Inti hasil penelitian : Proses metakognitif adalah bagian dari
inventarisasi pemikiran manusia. Dengan demikian, mereka
berfungsi sebagai sumber daya untuk menyusun pemikiran dan
mengatur perilaku. Dalam domain olahraga, melatih atlet untuk
memulai, mengembangkan dan terlibat dalam metakognisi
dapat melengkapi strategi, kepercayaan, dan pemahaman diri
untuk unggul dalam olahraga. Dengan demikian, konstruk
metakognisi memiliki potensi untuk menjadi batu loncatan
untuk penelitian keahlian olahraga.
10. Kit S. Double, Damian P. Birney, REACTIVITY TO MEASURES OF
METACOGNITION, 2019, Fronties In Psychology.
Inti Hasil Penelitian : langkah-langkah pelaporan diri sering
digunakan untuk menilai efektivitas kemampuan metakognitif
individu. Penelitian reaktivitas telah memberikan wawasan
ketika peserta membuat perbedaan pperingkat metakognitif
dan fakta bahwa penilaian diri metakognitif tidak secara alami
didapatkan. Penelitian lebih lanjut diperlukan bukan hanya
untuk memberi tahu para peneliti tentang bagaimana mereka
dapat meminimalkan reaktivitas, tetapi untuk mengeksplorasi
lebih jauh apa yang bias dikatakan oleh reaktivitas kepada
proses dan kesadaran metakognitif kita.

Anda mungkin juga menyukai