PENDAHULUAN
Di Indonesia setiap 30 detik satu orang tertular Tuberkulosis atau TBC, dan rata-rata 13 orang
meninggal setiap satu jam. Saat ini Indonesia menjadi negara dengan beban TBC tertinggi ketiga
di dunia. Namun penderita TBC masih menghadapi tantangan untuk mendapatkan pengobatan
dan perawatan.
Kasus baru TBC mencapai 842.000 pertahun dan ini diperkirakan baru mencapai 46 persen dari
total kasus yang diperkirakan. adalah kasus baru TBC masih menjadi tantangan. "Penemuan
kasusnya hingga saat ini belum menggembirakan, penemukan kasus TBC sehingga perlu
melibatkan semua pemangku kepentingan tetap dilakukan di semua wilayah di Indonesia. Dubes
AS Pertegas Kemitraan dengan Indonesia untuk Berantas TBC Pada kesempatan yang sama,
Duta Besar Amerika untuk Indonesia Joseph R. Donovan mengingatkan, meski dapat dicegah
dan disembuhkan, TBC masih menjadi 10 penyakit mematikan di dunia. Dubes Donovan
mengatakan, Amerika telah bermitra dengan Indonesia selama 20 tahun dalam memerangi TBC
dan telah memberikan manfaat lebih dari 700.000 penderita TBC di Indonesia. Pemerintah
Amerika berkomitmen untuk terus membantu Indonesia khususnya menuju bebas TBC tahun
2030.
Pencegahan Penyakit TBC
Ada baiknya bagi seorang yang sehat menghindari kontak bicara pada jarak yang dekat dengan
penderita TBC. Atau Anda bisa menggunakan masker, namun hal ini masih tetap rentan. Bila
penderita TBC batuk atau bersin, sebaiknya orang yang sehat menutup mulut. Satu hal yang
perlu diperhatikan, yaitu arah angin. Jangan sampai angin berhembus mengarah ke orang yang
sehat setelah sebelumnya melalui orang yang menderita TBC. Bukan mencegah arah anginnya,
namun kita yang harus menghindari angin tersebut yang bisa merupakan angin karena alam atau
angin karena kipas angin dll. Ingat, bakteri TBC bisa terbawa oleh angin.
Jemur tempat tidur penderita TBC di panas matahari langsung, ini untuk menghindari hidupnya
bakteri di tempat tidur tersebut. Pada bayi, jangan pernah melewatkan imunisasi BCG, ini
penting untuk mencegah dari terserangnya penyakit TBC di kemudian hari.
Dari semua hal-hal diatas, daya tahan tubuh orang yang sehat sangat berperan dalam mencegah
penularan TBC. Karena rasanya sulit untuk menghindari terhirupnya bakteri TBC di saat tinggal
serumah dengan penderita TBC. Bila seseorang itu memiliki daya tahan tubuh yang kuat,
walaupun bakteri TBC masuk, sistem pertahanan tubuhnya akan memusnahkannya. Apa saja
yang harus dilakukan untuk memiliki daya tahan tubuh yang kuat ini? Tidak lain adalah rajin
berolahraga, konsumsi cukup makanan yang seimbang, terapkan pola hidup sehat seperti tidur
yang cukup dan tidak merokok
sumber medkes.com
KERANGKA ACUAN KEGIATAN (TERM OF REFERENCE)
PENJARINGAN SUSPECT
Pendahuluan
Penjaringan suspek adalah upaya untuk menjaring pasien-pasien yang di curigaimenderita
tuberculosa (suspek pasien TB), yang di lakukan promosi secara aktifoleh petugas kesehatan
bersama masyarakat
II.
Latar Belakang
Penemuan pasien merupakan langkah pertama dalamkegiatan tata laksana pasienTB. Penemuan
dan penyembuhan pasien TB menular secara bermakna akandapat menurunkan angka kesakitan
dan kematian akibat TB serta sekaligusmerupakan kegiatan pencegahan penularan TB yang
paling efektif dimasyarakat.Keikutsertaan pasien merupakan salah satu faktor penting
dalamupaya pengendalian TB
III.
Tujuan
Untuk mendapatkan kasus TB melalui serangkaian kegiatan mulai dari penjaringan terhadap
suspek TB, pemeriksaan fisik dan laboratorium,menentukan diagnosis dan menentukan
klasifikasi penyakit dan tipe pasien TB.
IV.
KEGIATAN POKOK DALAM PERINCIAN KEGIATAN
1.
Anamnesa pasien2.
Pemeriksaan fisik3.
Pemeriksaan laboratorium
KERANGKA ACUAN PENJARINGAN SUSPEK
TUBERKULOSISA . P E N D A H U L U A N
Program P2P merupakan salah satu dari 5 upaya kesehatan masyarakatesensial yang
memberi perhatian khusus pada
pencegahan dan pengendalianp e n y a k i t . S a l a h s a t u s a s a r a n p r o g r a m P 2 P a d a l a
h m e n g a t a s i p e r m a s a l a h a n penyakit menular langsung yaitu penyakit Tuberkulosis.
B.
LATAR BELAKANG
Dalam rangka mengurangi permasalahan pencegahan dan
penanggulanganp e n y a k i t m e n u l a r t e r u t a m a p e n y a k i
t T B P a r u , P u s k e s m a s D o r o 1 menyelanggarakan kegiatan
penjaringan suspek TB . Di ilayah !ecamatan Doro 1diperkirakan ada "1 pasien TB
BT# positi$ tiap tahun, tetapi pada tahun 2%1" hanya12 penderita TB BT# Positi$ yang
ditemukan, atau hanya 2& '. Permasalahanselanjutnya adalah masih adanya kasus TB yang
belum terlaporkan. (ntuk itu perludilaksanakan kegiatan penjaringan kasus TB dimasyarakat.
C.TUJUAN UMUM DAN KHUSUS
#. Tujuan umum(ntuk penyampaian in$ormasi mengenai penyakit TB dan
penemuansuspek tuberkulosisB. Tujuan khusus
1.
)emberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai penyakit TB
2.
)enyarankan kepada masyarakat untuk mau memeriksakan dahaknya
3.
) e n y a r a n k a n k e p a d a m a s y a r a k a t u n t u k m e m a n $ a a t k a n p e l a y a n a n kesehatan di
Puskesmas
D.KEGIATAN
1.Penyuluhan kesehatan mengenai tuberkulosis2.Pengambilan dahak suspek
tuberkulosis* . P e m e r i k s a a n d a h a k d i l a b o r a t o r i u m
PEMERINTAHAN KABUPATEN ACEH TIMUR
DINAS KESEHATAN
UPT. PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT
IDI TIMUR
Jln. Banda Aceh-Medan Km 385 Snb. Teungoh Snb. Muku Idi Timur
KERANGKA ACUAN KEGIATANPENEMUAN SUSPEK TB PARU DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS IDI TIMURTAHUN 2018I.
Pendahuluan
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kumantuberkulosis(TB)
yang dikenal dengan nama
Mycobacterium Tuberculosis
. Sebagian besarkuman TB menyerang paru tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.TB
Sampai dengan saat ini masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakatdidunia
walaupun upaya pengendalian dengan strategi DOTS(Directly Observed Treatment,Shortcourse
Chemoteraphy) telah diterapkan di banyak Negara sejak tahun 1995.Ditambah Koinfeksi TB
sering terjadi pada Orang Dengan HIV AIDS (ODHA) yangmemiliki kemungkinan 30 kali lebih
beresiko sakit TB dengan orang yang tidak terinfeksi HIV.Lebih dari 25% kematian pada ODHA
disebabkan oleh TB
.
II.
Latar Belakang
Dalam upaya pengendalian TB, dibutuhkan adanya tatalaksana pasien TB yang
meliputi penemuan pasien TB, diagnosis dan klasifiksi,
serta pengobatan pasien TB yang dapat menjadiacuan bagi pengelola program TB dalam
menjalankan tugasnya secara baik dan benar sesuaidengan pedoman nasional pengendalian
tuberkulosis.
III.
Tujuan
Tujuan dari tatalaksana pasien TB adalah untuk menurunkan angka kesakitan dankematian
akibat TB serta sekaligus pencegahan penularan TB.
IV.
Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan
1.
Penemuan Pasien TB
Penjaringan terhadap terduga pasien
Pemeriksaan fisik, tanda dan gejala TB
Pemeriksaan dahak di labolatorium (SPS)2.
Diagnosis TB
Pemeriksaan Bakteriologis
Menentukan klasifikasi tipe pasien TB berdasarkan hasil pemeriksaan bakteriologis, pemeriksaan
klinis dan pemeriksaan penunjang(foto toraks).3.
Pengobatan
Tahap Awal.Pemberian obat setiap hari untuk meminimalisir jumlah kuman yang ada didalam
tubuh.
Tahap LanjutanPemberian obat 3 x seminggu untuk membunuh sisa kuman yang masih
adadalam tubuh
Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin efektifitasobat dan
mengurangi efek samping
OAT diberikan dalam bentuk KDT ( Kombinasi Dosis Tepat ) yaitu paduandalam bentuk kaplet
dan tablet yang isinya terdiri dari klombinasi beberapa jenisobat dengan dosis tertentu4.
Tes Cepat HIV Pada Pasien TB
Pemberian konseling pada pasien TB tentang pentingnya tes cepat HIV
Pemberian rujukan tes cepat HIV ke labolatorium
Jika hasil tes positif HIV, maka dirujuk ke unit HIV.
V.
Cara Pelaksanaan Kegiatan
1.
Penemuan Pasien TB
Dokter poli umum menemukan pasien terduga TB dengan gejala sebagai berikut :Gejala utama :
batuk 2 minggu atau lebih dengan atau tanpa gejala tambahandahak disertai darah, sesak, berat
badan menurun, berkeringat malam haritanpa kegiatan fisik, demam lebih dari 1 bulan.
Dokter merujuk pasien terduga TB ke pengelola TB dengan rujukan internal
Mencatat dalam register Suspek TB (form.TB.06)
Membuatkan formulir permohonan ke laboratorium untuk pemeriksaandahak(Form TB.05).
Berikan 3 pot sputum SPS (Sewaktu, Pagi, Sewaktu) dan diajarkan
pengambilandahak yang produktif.
Pengambilan dahak sewaktu (dahak-1) dilakukan ditempat yang terbuka dibawacahaya sinar
matahari.
Klien membawa dahak ke Ruang Laboratorium selanjutnya, esoknya kembali membawa pot
sputum yang berisi dahak pagi hari (dahak ke-2) ke laboratorium puskesmas
Pengambilan dahak ke-3 (sewaktu) dilakukan di puskesmas saat klien menyetordahak ke-2.
Pengambilan hasil pemeriksaan sputum diinformasikan oleh petugaslaboratorium.2.
Diagnosis TB
Klien mengambil hasil pemeriksaan sputum dari labolatorium. (TB. 05)
Jika hasil pemeriksaan BTA SPS minimal 1 dari uji dahak (+) maka ditetapkansebagai pasien
TB.
Jika hasi uji BTA SPS semuanya (-) maka perlu pemeriksaan klinis dan penunjang (foto thoraks)
Jika hasil pemeriksaan klinis dan penunjang mendukung TB maka di diagnosisTB BTA Neg(-)
Rotgen (+)
Klien dibuatkan kartu pengobatan pasien (TB 01)
Klien dibuatkan Kartu Identitas Pasien. (TB 02)
Klien di register di TB 03 Faskes3.
Pengobatan4.
Pasien diberi penjelasan sesuai dengan hasil pemeriksaan dahak di TB 05 atauTB 09 jika pasien
tersebut rujukan dari faskes lain.5.
Untuk pasien dengan hasil BTA(+) atau BTA(-) Rotgen(+) dan ekstra paru,diberikan pengobatan
dengan OAT kategori I sesuai dengan berat badan pasien.Dengan dosis pemberian sesuai tabel
sebagai berikut :Tabel 01. pemberian obat TB paru sesuai BB pasienBerat BadanTahap Awal
tiap hari selama56 hari RHZE(150/75/400/275)Tahap Lanjutan 3 kali semingguselama 16
minggu RH (150/150)30-37 kg38-54 kg55-70 kg>71 kg2 tablet 4 KDT3 tablet 4 KDT4 tablet 4
KDT5 tablet 4 KDT2 tablet 2 KDT3 tablet 2 KDT4 tablet 2 KDT5 tablet 2 KDTSetelah
pengobatan tahap awal pada akhir bulan ke II, dilakukan pemeriksaanBTA, bila hasil negative
dilanjutkan tahap lanjutan, dan bila hasil pemeriksaanBTA positif dilanjutkan tahap lanjutan dan
diperiksa bulan ke III.Kemudian diperiksa dahak ulang pada akhir bulan ke V, bila hasil
negativedilanjutkan pengobatannya, dan dilakukan pemeriksaan ulang pada bulan ke VIatau
akhir pengobatan.
Untuk pasien dengan kategori II adalah pasien yang gagal pengobatan/kambuh :Kategori 2:
2(HRZE)S / (HRZE) / 5(HR)3E3
Pasien yang berumur 60 tahun ke atas, dosis maksimal untuk streptomisin adalah500 mg tanpa
memperhatikan berat badan
Untuk wanita hamil, lihat pengobatan TB dalam keadaan khusus
Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan menambahkan aquabidestsebanyak 3,7
mL sehingga menjadi 4 mL (1 mL = 250 mg)Bila hasil pemeriksaan pada bulan ke VI negative
dan pada awal pengobatan positif pasien dinyatakan sembuh.Dan bila pada akhir pengobatan
hasil negative dan pada awal pengobatannegative dengan rotgen positif pasien dikatakan
pengobatan lengkap.6.
Tes Cepat HIV Pada Pasien TB
Petugas TB menjelaskan pentingnya melakukan tes HIV
Petugas TB menganjurkan untuk melakukan tes HIV
Petugas mengisi form TIPK(Tes HIV atas Inisiasi Petugas Kesehatan)
Petugas membuat rujukan ke labolatorium untuk tes HIV
Bila hasil positif, petugas memberikan rujukan ke Unit HIV untuk berkolaborasiTB-HIV
VI.
Sasaran
1.
Semua pasien yang berkunjung di puskesmas
2.
Pasien yang menjadi suspek
3.
Pasien dengan hasil BTA(+), BTA(-)Ro(+), Ekstra Paru
4.
Pasien gagal pengobatan/ kambuh
5.
Semua pasien penderita TB
VII.
Jadwal Kegiatan
Setiap hari kerja (Senin-Jumat)
KERANGKA ACUAN
PROGRAM P2 TB PARU UPTD UNIT PUSKESMAS
MANATAHAN
TAHUN 201
6
A.
LATAR BELAKANG
Mycobacterium Tuberculosa telah menginfeksi Sepertiga penduduk dunia
,pada tahun 1993,WHO mencanangkan
kedaruratan Global
penyakit TBC ,karena
pada sebagian Besar Negara di dunia ,penyakit TBC tidak terkendali .Ini disebabkan
banyaknyan penderita yang tidak berhasil disembuhkan ,Terutama penderita menular (
BTA Positif )
Sejak tahun 1995 program pemberantasan tuberculosis Paru telah dilaksanakan
dengan strategi DOTS (
Directly observed treatment,Shotcourse Chemotherapi
) yang
direkomendasi oleh WHO .kemudian Berkembang seiring dengan Pembentukan
GERDUNAS TBC,maka pemberantasan penyakit Tuberculosis paru Berubah menjadi
Program penanggulanagan Tuberculosis .
Penanggulanagan dengan strategi DOTS dapat memberikan angka
kesembuhan yang tinggi .Bank dunia menyatakan strategi DOTS merupakan strategi
kesehatan yan
Cost –Effectife
Penykit TBC merupakan masalah utama kesehatan masyarakat di Indonesia :
1.
Pada tahun 1995,hasil survey kesehatan rumah tangga 9SKRT ) menunjukan
bahwa penyakit TBC merupakan penyebab kematian nomor 3 ( tiga ) setelah
penyakit cardiovascular dan saluran pernafasana pada semua kelompok usia
dan nomor satu (1) dari golongan penyakit infeksi
2.
Pada tahun 1999,WHO memperkirakan setiap tahu terjadi 583.000 kasus baru
TBC dengan kematian TBC sekitar 140.000.Secara kasar diperkirakan setiap
100.000penduduk Indonesia terdapat 130 penderita baru TBC paru BTA
Positif (tahun 2005 = 115 BTA Positif )
3.
Penyakit TBC menyerang sebagian Besra kelompok usia kerja.program
penanggulangan TBC dengan strategi DOTS belum dapat menjangkau seluruh
puskesmas .
4.
Pengobatan yang Tidak Teratur Di masa lalu ,diduga telah menimbulkan
kekebalan ganda kuman TBC terhadap Obat anti Tuberculosis ( OAT ) atau
Multi drug resistenc ( (MDR)
Dasar kebijaksanaan Program Tb paru
1.
Evaluasi Program TBC yang dilaksanakan bersama oleh Indonesia dan WHO
pada april 1994 (
Indonesia –WHO Joint on national TB program )
2.
Lokakarya national Program p2 TBC pada September 1994
3.
Dokumen perencanaan ( Plan Of action ) pada Bulan September 1994
4.
Rekomendasi “Komite nasional penanggulangan TBC paru “ ( KOMNAS –
TBC 9 september 1996)
5.
Gerdunas –TBC ( Gerakan terpadu nasional penanggulangan Tuberculosis) 24
maret 1999
B.
TUJUAN
1.
Tujuan jangka panjang
Menurunkan angka kesakitan dan angka kematian penyakit TBc dengan cara
memutuskan rantai penularan,sehingga penyakit TBC tidak lagi merupakan
masalah kesehatan masyarakat Indonesia
2.
Tujuan jangka pendek
Tercapainya angka kesembuhan Minimal 85 % dari semua penderita baru
BTA positif yang ditemukan
Tercapainya Cakupan penemuan penderita secara bertahap Sehingga pada
tahun 2005 dapat mencapai 70 % dari perkiraan semua penderita baru
BTA Positif
C.
SASARAN
Penderita batuk lebih dari 2 minggu
D.
KEBIJAKAN DAN STRATEGI
1.
Kebijakan
Untuk mencapai tujuan tersbut ,ditetapkan kebijakan Operasional sebagai
berikut :
a.
Penanggulangan TBC di Indonesia dilaksanakan Dengan desentralisasai
sesuai kebijaksanaan Departemen kesehatan
b.
Penanggulanagan TBc dilaksanakan oleh Seluruh Unit pelayanan
kesehatan (UPK ) <meliputi Puskesmas ,Rumah sakit dan swasta ,BP$4
serta Praktek dokter Swasta ( PDS ) dengan melibatkan peran serta
masyarakat secara paripurna
c.
Dalam rangka menyukseskan pelaksanaan penanggulangan TBC,prioritas
ditujuak Terhadap Peningkatan Mutu pelayanan ,penggunaan obat yang
rasional dan paduan Obat yang sesuai dengan strategi DOTS
d.
Target Program dalam .
2.
Strategi
Paradigma sehat
Meningkatkan penyuluhan untuk menemukan kontak sedini mungkin
.serta meningkatkan cakupan program
Promosi Kesehatan dalam rangka meningkatkan perilaku hidup sehat
Perbaikan perumahan serta peningkatan status gizi ,pada kondisi tertentu
Strategi DOTS ,Sesuai rekomendasi WHO
Komitmen Politis dari pada Pengambil keputusan ,termasuk dukungan
dana
Diagnosis TBC dengan pemeriksaan dahak secara microscopis
Pengobatan dengan paduan Obat Anti Tuberculosis(OAT) jangka pendek
dengan pengawasan langsung pengawas menelan Obat (PMO)
Kesinambungan Persediaan Obat jangka pendek dengan Mutu terjamin
Pencatatan dan pelaporan secara baku untuk memudahkan pemantauan
dan evaluasi program penanggulangan TBC
Peningkatan Mutu Pelayanan
Pelatihan seluruh tenaga pelaksana
Ketepatan diagnosis TBC dengan pemeriksaan dahak secara Microskopis
Kualitas laboratorium yang diawasi melalui pemeriksaan uji silang ( Cross
Check)
Untuk menjaga kualitas pemeriksaan laboratorium ,Dibentuklah
KPP( kelompok Puskesmas pelaksana) terdiri dari 1 PRM ( puskesmas
Rujukan mikroskopis )dan beberapa PS ( Puskesmas satelit ).Untuk
daerah dengn geografis sulit di bentuk PPM ( Puskesmas pelaksana
mandiri )
Ketersdiaan OAT bagi semua penderita TBC yang Ditemukan
Pengawasa n Kualitas OAT dilandaskan secara berkala dan terus menrus
Pengembangan program dilakukan secara bertahap di seluruh UPK
Peningkatan kerjasama dengan semua Pihak melalui kegiatan advokasi
,diseminasi informasi dengan memperhatikan peran masing-masing
Kegiatan penelitian dan pengembangan dilaksanakan dengan melibatkan semua
unsure terkait
Memperhatikan Komitmen nasional
E.
KEGIATAN
a.
Tatalaksana Pasien TB
Penemuan tersangka TB
Diagnosis
Pengobatan
b.
Managemen Program
Perencanaan
Pelaksanaan
Pencatatan dan pelaporan
Pelatihan
Bimbingan tehnik
Pemantapan Mutu Laboratorium
Pengelolaan logistic
Pemantauan dan evaluasi
c.
Kegiatan penunjang
Promosi
Kemitraan
Penelitian
d.
Kolaborasi TB/HIV
Membentuk mekanisme kolaborasi
Menurunkan Beban TB pada ODHA
Menurunkan beban HIV pada pasien TB
F.
MEKANISME PENYELENGGARAAN
e.
Tatalaksana Pasien TB
Penemuan tersangka TB: Lewat paoyandu lansia,Pojok batuk ,polindes
Diagnosis
: menggunakan fasilitas Rontgen yang sudah ada
Pengobatan : dilayani setiap hari di ruang Obat
f.
Managemen Program
Perencanaan : tiap awal Bulan untk penemuan suspek
Pelaksanaan
Pencatatan dan pelaporan : tribulanan
Pelatihan : Usulan kegiatan untuk Pelatihan kader p2 TB paru
Pemantauan dan evaluasi
Dengan Kontak tracing
G.
MONITORING DAN EVALUASI
1.
Pemantauan /Monitoring
Pemantauan di Program P2 TB paru :
Memantau keteraturan Minum obat
Mengunakan indicator sederhana
Dengan memberdayakan Masyarakat sebagi PMO
Teratur dantepat waktu
Memantau cakupan Suspek tiap desa
2.
Evaluasi
Evaluasi Terhadap Ketepatan Minum Obat
Evaluasi Akhir pengobatan
Evaluasi menjelang akhir pengobatan
Evlauasi terhadap kesmbuhan penderita
H.
PEMBIAYAAN
A.
Memberikan Peluang kepada masyarakat dan swasta unntuk memberikan
dukungan dana untuk penyelenggaraan Progam P2TB paru
B.
Sumber pembiayaan bersala dari APBN,APBD,dan sumber lain yang sah
I.
PENUTUP
Pelaksanaan Program TB akan lebih berhasil Dengan Kerjasama yang baik
antar lintas Program ,Lintas Sektor .Semoga kerangka acuan ini bisa digunakan
sebagai pedoman untuk Pelaksanaanprogram P2 TB par di Puskesmas
Manatahan