Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLIK SEKUNDER

PERCOBAAN I
ANTOSIANIN

OLEH :

NAMA : ANTON
STAMBUK : F1D2 18 022
KELOMPOK : III (TIGA)
ASISTEN PEMBIMBING : SENDRY YOSALINA

PROGRAM STUDI BIOTEKNOLOGI


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Metabolit sekunder merupakan senyawa yang dihasilkan atau

disintesis oleh sel dimana senyawa ini merupakan hasil metabolisme yang

dikeluarkan tanaman. Metabolit sekunder yang diproduksi oleh berbagai

organisme memang tidak memiliki peran yang cukup signifikan terhadap

kelangsungan hidup organisme penghasilnya, namun senyawa metabolit

sekunder tersebut memiliki potensi untuk dimanfaatkan oleh manusia.

Berbagai aktivitas biologis dari senyawa metabolit sekunder diantaranya

sebagai antikanker, antibakteri, antioksidan dan antifungsi. Senyawa metabolit

sekunder salah satunya yaitu senyawa flavonoid berupa antosianin.

Antosianin merupakan salah satu senyawa hasil metabolisme sekunder

yang paling melimpah jumlahnya dan dikenal sebagai senyawa metabolit.

Antosianin ini tergolong ke dalam senyawa flavonoid dan merupakan salah

satu senyawa flavonoid yang memiliki warna. Antosianin umumnya akan

mengikat beberapa molekul gula seperti glukosa, galaktosa, fruktosa dan

arabinosa serta beberapa jenis gula disakarida dan polisakarida lainnya.

Antosianin banyak dimanfaatkan sebagai antioksidan, antikarsinogenik,

antikanker dan dapat pula digunakan sebagai indikator pH. Antosianin juga

dapat digunakan untuk meningkatkan nilai gizi pada sautu makanan.

Antosianin dapat ditemukan pada tumbuhan tingkat tinggi sebagai

senyawa yang memberikan pigmen warna berupa warna oranye, merah, ungu,

kuning dan hitam, sehingga dengan adanya warna tersebut dapat menarik

perhatian serangga untuk menghampiri tumbuhan tersebut dan membantunya


dalam proses penyerbukan. Antosianin yang terdapat pada tumbuhan memiliki

karakteristik yang berbeda-beda untuk setiap jenis tumbuhan, dimana

perbedaan ini didasarkan atas struktur kerangka antosianidin yang memiliki

gugus samping yang membentuk sebuah struktur kimia dengan nama dan jenis

tertentu. Mengingat banyaknya manfaat antosianin bagi makhluk hidup serta

banyaknya jenis antosianin yang terkandung dalam tumbuhan dengan kadar

yang berbeda-beda, maka perlu untuk dilakukan proses isolasi sehingga

mendapatkan antosianin murni yang dapat digunakan bagi kebutuhan

manusia.

Sifat dan warna antosianin di dalam jaringan dipengaruhi oleh

beberapa faktor seperti jumlah pigmen, letak dan jumlah gugus hidroksi dan

metoksi, kopigmentasi dan pH. Warna antosianin berubah dengan berubahnya

pH, dimana pada pH tinggi antosianin akan berwarna biru, kemudian akan

berubah menjadi warna violet dan akhirnya berwarna merah pada pH rendah.

Konsentrasi pigmen yang tinggi di dalam jaringan akan menyebabkan warna

merah, konsentrasi sedang menyebabkan warna jingga hingga ungu dan

konsentrasi rendah menyebabkan warna biru. Jumlah gugus hidroksi yang

dominan menyebabkan warna cenderung biru dalam hal ini relatif tidak stabil,

sedangkan jumlah gugus metoksi yang dominan dibandingkan gugus hidroksi

pada struktur antosianidin menyebabkan warna cenderung merah dan relatif

lebih stabil. Warna yang diberikan oleh senyawa antosianin ini

mengindikasikan kadar antosianin yang terbentuk akibat ikatan rangkap yang


terkonjugasi yang panjang sehingga mampu menyerap cahaya pada rentang

cahaya tampak (Hayati dkk., 2012).

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana cara mengisolasi antosinani dari tumbuhan?

2. Bagaimana perbandingan kadar antosianin dari berbagai jenis tumbuhan?

C. Tujuan Praktikum

Tujuan yang ingin dicapat dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana cara mengisolasi antosinani dari tumbuhan.

2. Untuk mengetahui bagaimana perbandingan kadar antosianin dari berbagai

jenis tumbuhan.

D. Manfaat Praktikum

Manfaat yang ingin diperoleh dalam praktikum ini adalah sebagai

berikut:

1. Dapat mengetahui bagaimana cara mengisolasi antosinani dari tumbuhan.

2. Dapat mengetahui bagaimana perbandingan kadar antosianin dari berbagai

jenis tumbuhan
II. TINAJUAN PUSTAKA

A. Metabolit Sekunder

Metabolit sekunder merupakan senyawa tidak esensial yang disintesis

oleh tmbuhan, hewan dan mikroba melalui proses biosintesis yang digunakan

untuk menunjang kehidupan namun tidak vital, artinya apabila senyawa

tersebut tidak terkandung dalam suatu organisme maka tidak akan

menimbulkan dampak yang signifikan, seperti halnya glukosa, protein dan

lemak. Senyawa metabolit tidak terlibat langsung dalam proses metabolisme,

senyawa ini diproduksi dalam jumlah yang relatif sedikit dan tidak terus

menerus untuk mempertahankan diri dari habitatnya. Senyawa metabolit

dalam tumbuhan dapat berperan sebagai penarik serangga penyerbuk,

pelindung dari stress lingkungan dan sebagai zat pengatur tumbuh serta

sebagai agen untuk bersaing dengan tanaman lain (alelopati). Senyawa

metabolit sekunder diproduksi melalui jalur biosintesa karbohidrat dan

protein, yaitu jalur asam malonat asetat, jalur asam mevalonat asetat dan jalur

asam shikimat. Jenis senyawa metabolit sekunder sangat beragam, salah

satunya yaitu senyawa golongan flavonoid berupa antosianin (Saifudin, 2014).

B. Antosianin

Antosianin merupakan pigmen yang tergolong senyawa flavonoid dan

mengandung dua cincin benzena yang dihubungkan oleh tiga atom karbon dan

dirapatkan oleh satu atom oksigen sehingga terbentuk cincin diantara dua

benzena. Antosianin merupakan senyawa kation flavium, yang tergolong ke


dalam turunan benzopiran. Struktur utama turunan benzopiran ditandai dengan

adanya dua cincin aromatik benzena (C6H6) yang dihubungkan dengan tiga

atom karbon dan satu atom O yang membentuk cincin. Antosianin merupakan

pigmen warna alami yang dapat menghasilkan warna ungu, biru, violet,

magenta dan kuning. Pigmen Antosianin yang termasuk golongan flavonoid

larut dalam air sebab flavonoid merupakan senyawa polar dengan gugus

hidroksil atau gula sehingga mudah larut dalam pelarut polar dan air.

Flavonoid khususnya dalam bentuk glikosida akan mengalami dekomposisi

oleh enzim jika dalam keadaan segar atau kering. Flavonoid yang bersifat

kurang polar seperti isoflavon, flavanom, flavontermetilasi dan flavonol dapat

diekstraksi menggunakan pelarut dengan polaritas rendah, seperti kloroform

dan eter (Suliartini dkk., 2011).

C. Sifat dan Sturktur Kimia Antosianin

Berdasarkan tingkat kepolarannya dalam pelarut universal, antosianin

dalam tumbuhan dikenal sebagai antosianidin yang berbentuk aglikon dan

antosianin dalam bentuk glikon berupa gula, diikat secara glikosidik

membentuk ester dengan monosakarida dalam hal ini berupa glukosa,

galaktosa, ramnosa dan pentosa, dengan kata lain dapat dikatakan adanya

proses hidrolisis pada reaksi esterifikasi sebuah antosianidin yang berbentuk

glikon dengan satu atau lebih glikon yang berupa gugus gula dapat

membentuk antosianin. Pigmen antosiani bersifat stabil dalam pH asam yaitu

sekitar 1-4. Antosianin merupakan senyaawa yang bersifat amfoter dimana

memiliki kemampuan untuk bereaksi dengan asam maupun basa, dalam media
asam antosianin akan berwarna merah dan berubah menjadi ungu dan biru

ketika media bertambah basa. Perubahan warna terjadi karena perubahan

kondisi lingkungan in tergantung dari gugus yang terikat pada struktur dasar

dari posisi ikatannya (Fitria dkk., 2016).

D. Sumber Antosianin

Antosianin terdapat dalam vakuola sel bagian tanaman. Vakuola

adalah organel sitoplasmik yang berisikan air, serta dibatasi oleh membran

yang identik dengan membran tanaman. Pigmen antosianin banyak ditemukan

pada mahkota bunga sesuai dengan namanya anthos yang dalam bahasa latin

berarti bunga. Antosianin dapat ditemukan pada jenis bunga mawar, kana,

kembang sepatu, rosella, gladiol, turi dan bunga lain yang menampilkan warna

merah muda, merah tua, keunguan hingga biru. Antosianin juga dapat

ditemukan pada beberapa organ tumbuhan yaitu umbi, daun hingga buah

seperti ubi jalar ungu, lobak, kol ungu, daun bayam merah keunguan, buah

arbei, anggur dan kulit buah naga. Antosiain dapat ditemukan dalam ekstrak

air tumbuhan, bahkan senyawa yang hanya larut sedikit di dalam air,

kepolarannya memadai untuk diekstraksi oleh metanol, etanol atau aseton,

yang juga sering digunakan untuk ekstraksi flavonoid (Santoso dan Estiasih,

2014).

E. Manfaat Antosianin

Antosianin merupakan suatu molekul yang bersifat sebagai molekul

antioksidan, yaitu merupakan zat yang anti terhadap zat lain yang bekerja
sebagai oksidan. Antioksidan mempunyai peran penting dalam membantu

mencegah kerusakan sel-sel akibat adanya radikal bebas. Antosianin yang

merupakan senyawa golongan flavonoid memiliki kemampuan mentransfer

sebuah elektron atau sebuah atom hidrogen ke senyawa radikal bebas dengan

menghentikan tahap awal reaksi, selain itu juga dapat menghelat logam baik

dalam bentuk glukosida, dalam hal ini mengandung rantai samping glukosa

atau dalam bentuk bebas yang disebut aglikon, sehingga antosianin dapat

menghambat peroksidasi lipid dan menekan kerusakan jaringan akibat radikal

bebas. Antosianin tidak hanya berperan dalam menyumbangkan warna alami

pada makanan, minuman, obat-obatan dan kosmetik, tetapi antosianin juga

dapat berperan sebagai antihipertensi, pencegah gangguan fungsi hati, jantung

koroner, kanker dan penyakit degeneratif (Fendri dkk., 2018).


III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilakukan pada hari Kamis, 12 Maret 2020, pukul 10.00-

12.00 WITA dan bertempat di Laboratorium Biologi Unit Botami, Jurusan

Biologi, Fakultas Matermatika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Halu

Oleo.

B. Alat Praktikum

Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada Tabel

1.

Tabel 1. Alat dan Kegunaan


No. Nama Alat Kegunaan
1 2 3
1. Timbangan analitik Untuk menimbang sampel
2. Lumpang dan alu Untuk menghaluskan sampel
3. Pipet Tetes Untuk mengambil larutan
4. Tabung reaksi Untuk menyimpan larutan ekstraksi
5. Sentrifugasi Untuk memisahkan komponen sampel berdasarkan
berat
6. Corong Untuk membantu memindahkan larutan
7. Spektrofotometer Untuk menghitung nilai absorbansi larutan
8. Alat tulis Untuk mencatat hasil pengamatan
9. Kamera Untuk mendokumentasikan hasil pengamatan

C. Bahan Praktikum

Bahan yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 2

Tabel 2. Nama Bahan dan Kegunaan


No Nama Bahan Kegunaan
1 2 3
1. Buah Naga (Hylocereus polyrhizus) Sebagai bahan pengamatan
2. Manggis (Garcinia mangostana) Sebagai bahan pengamatan
3. Terong Ungu (Solanum melongena) Sebagai bahan pengamatan
4. Ubi Jalar Ungu (Ipomea batatas) Sebagai bahan pengamatan
Tabel 2. Lanjutan
1 2 3
5. Kersen (Muntingia calabura) Sebagai bahan pengamatan
6. Asam asetat 25% Sebagai larutan ekstraksi
7. Kertas whatman 41 Sebagai penyaring sampel
8. Tissue Sebagai pembersih alat
9. Kertas Label Sebagai penanda sampel

D. Prosedur Kerja

Prosedur kerja dalam praktikum ini yaitu sebagai berikut:

1. Menimbang sebanyak 2 gr sampel.

2. Menggerusnya dengan ½ bagian dari total larutan asam asetat 25% (20

ml).

3. Memindahkan ke dalam tabung reaksi dan menambahkannya dengan sisa

larutan asam asetat 25% (½ bagian).

4. Mensentrigugasi hasil yang diperoleh selama 10 menit dengan 3500 rpm

dan dilakukan penyaringan dengan menggunakan kertas whatman 41.

5. Menghitung kadar antosianin dengan cara filtrat hasil pengekstrakan yang

dianalisis dengan spektrofotometer pada absorbandi 510 nm.

A V
Total kadar antosianin ( % )− × MW × DF × ×100 %
ε×L Wt

Ket :
A : Absorbansi sampel.
Ε : Absortivitas molar Sianidin-3-glukosida (26.900 L/ mol.cm).
L : Lebar kuvet (1 cm).
MW : Berat molekul sianidin-3-glukosida (449,2 g/mol).
DF : Faktor pengencer.
V : Volume akhir dan volume ekstrak pigmen (L).
Wt : Berat bahan awal (gr).
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan dalam praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil Pengamatan


Berat Nilai Kadar
N
Jenis tanaman awal absorbansi antosianin
o
(Wt) (A) (%)
1 2 3 4 5
1. Buah Naga (Hylocereus polyrhizus) 2 gr 0,319 0,079
2. Manggis (Garcinia mangostana) 2 gr 0,296 0,074
3. Terong Ungu (Solanum melongena) 2 gr 0,342 0,085
4. Ubi Jalar Ungu (Ipomea batatas) 2 gr 0,253 0,063
5. Kersen (Muntingia calabura) 2 gr 0,158 0,039

B. Analisis Data

Analisis data total kadar antosianin terhadap sampel adalah sebagai

berikut:

Total kadar antosianin ubi jalar ungu (%):

(% ) = A ×MW×DF×
V
×100%
ε×L Wt
= 0,253 0,015
×449,2×20× ×100%
26900 × 1 2
= 9,405.10-6 × 449,2× 20 ×0,0075 ×100 %
= 0,063

C. Pembahasan

Isolasi merupakan proses pemisahan zat dari komponen molekul kompleks

sehingga menghasilkan zat murni. Isolasi antosianin merupakan suatu proses

memisahkan senyawa antosianin dari senyawa kompleks lain yang terdapat dalam

tumbuhan sehingga menghasilkan senyawa antosianin murni. Metode yang dapat

digunakan untuk mengisolasi antosianin dengan menggunakan metode ekstraksi

dengan cara penggerusan. Ekstraksi merupakan proses pengeluaran suatu zat


dengan menambahkan bahan ekstraksi dimana hanya zat yang diekstrak yang

dapat larut dalam bahan ekstraksi. Pemisahan ini terjadi akibat adanya perbedaan

sifat antara larutan dan pelarut. Senyawa pengekstrak yang baik didapatkan jika

bahan pengekstrak memiliki kepolaran yang sama dengan bahan pengekstrak.

Senyawa non polar hanya dapat larut dengan baik dengan senyawa non polar

seperti eter, kloroform, benzenn etanol dan metanol, sedangkan senyawa polar

hanya dapat larut dengan baik dalam senyawa polar seperti air. Senyawa bioaktif

yang diekstrak akan larut dalam pelarut karena adanya kesesuaian atau kesamaan

polaritas yang disebut like disolves like. Umumnya senyawa organik termasuk ke

dalam senyawa non polar. Senyawa-senyawa organik menggabungkan atomnya

dengan membagi secara bersamaan elektron-elektron dari atomnya sehingga

membentuk ikatan kovalen (Saati dkk., 2016).

Pelarut yang biasanya digunakan untuk mengekstrak antosianin yaitu alkohol

dalam hal ini etanol, metanol, amil alkohol, isopropanol, aseton dan air atau

aquades yang dikombinasikan dengan asam seperti asam klorida, asam asetat,

asam format atau asam askorbat. Antosianin umumnya lebih stabil pada larutan

asam apabila dibandingkan dengan larutan netral atau alkali. Ekstraksi flavonoid

dengan menggunakan pelarut berupa etanol menghasilkan daya antioksidatif lebih

tinggi dibandingkan dengan air dan metanol (Choiriyah, 2017).

Pigmen warna antosianin mempunyai absorbandi maksimal pada

kisaran panjang gelombang 480-528 nm dan antosianin ditampakkan oleh

panjang gelombang dari absorbansi maksimal spektrum pada 525 nm. Masing-
masing jenis antosianin memiliki absorbansi maksimal pada panjang

gelombang tertentu. Penggunaan pelarut universal seperti etanol misalnya,

menyebabkan jenis antosianin memiliki panjang gelombang yang berbeda-

beda berupa pelagordinin berkisar antara 498-513 nm, sianidin pada 514-523

nm, delfinidin 534 nm dan malvidin 543 nm (

DAFTAR PUSTAKA

Choiriyah, N.A., 2017, Ekstraksi Senyawa Antosianin dan FenolikRosella Ungu


dengan Variasi Pelarut, Darusallam Nutrition Journal, 1(1): 16-21

Fendri, S.T.J., Martinus, B.A. dan Haryanti, M.D., 2018, Pengaruh pH dan Suhu
terhadap Antosianin dari Ekstrak Kulit Ubi Jalar Ungu (Ipomea
batatas L.), Jurnal Publikasi Kimia, 2(2): 33-41

Fitria, A., Amri,A. dan Fadli, A., 2016, Pembuatan Prototip Dye Sensitized Solar
Cell (DSSC) Menggunakan Dye Ekstrak Buah Senduduk (Melastoma
Malabathricum L.) dengan Variasi Fraksi Pelarut dan Lama
Perendaman Coting TiO2, Jurnal Fakultas Teknik, 3(1): 1-9
Hayati, E.K., Budi, U.S. dan Hermawan, R., 2012, Konsentrasi Total Senyawa
Antosianin Ekstrak Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) :
Pengaruh Temperatur dan pH, Jurnal Kimia, 6(2): 138-147

Saati, E.A., Asiyah, R. dan Ariesandy, M., 2016, Pigmen Antosianin: Identifikasi
dan Manfaatnya bagi Industri Makanan dan Farmasi, Universitas
Muhammadiyah Malang: Malang

Santoso, W.E.A. dan Estiasih, E., 2014, Kopigmentasi Ubi Jalar (Ipomea batatas
Var Ayamurasaki) dengan Kopigmen Na-Kaseinat dan Protein Whey
serta Stabilitasnya terhadap Pemanasan, Jurnal Pangan dan
Agroindustri, 2(4): 121-127

Suliartini, N.W.S., Sadimantara, G.R., Wijayanto, T. dan Muhidin., 2011,


Pengujian Kadar Antosianin Padi Gogo Beras Merah Hasil Koleksi
Plasma Nutfah Sulawesi Tenggara, Jurnal Agroculture, 4(2): 43-48

Wulandari, A., Sunarti, T.C., Fahma, F. dan Noor, E., 2019, Karakteristik
Mikrokapsul Antosianin Ubi Jalar Ungu dengan Teknik Spray Drying,
Jurnal Teknologi Industri Pertanian, 29(1): 34-44

Anda mungkin juga menyukai