Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Puji Syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan limpahan
rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Tugas rutin yang berjudul “Pengantar
Pendidikan Pancasila”

Ucapan terimah kasih kami ucapkan kepada Dosen Pengampuh mata kuliah Pendidikan
Pancasila yang telah memberi bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan makalah ini.

Dalam makalah ini saya menyadari masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu saya
mengharapkan saran dan kritik guna memperbaiki makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat khususnya bagi penyusun dan para pembaca pada umumnya.

Medan, 29 Agustus 2019

Penulis

1
DAFTAR ISI

2
BAB I

PENGANTAR PENDIDIKAN PANCASILA

A. PENDIDIKAN TENTANG PANCASILA

Di dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,


tercantum pengertian pendidikan sebagai berikut: 

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana


belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
pontensi dirinya sehingga memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan oleh
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Depdiknas, 2003: 20). 

Dengan kata lain, yang dimaksud dengan pendidikan adalah proses


pengembangan potensi, kemampuan, dan kepribadian peserta didik yang dilakukan
dengan usaha sadar dan terencana dengan tujuan agar dapat bermanfaat bagi
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Selanjutnya, pengertian pendidikan
pancasila tentu akan merujuk pada pengertian pendidikan dan pengertian pancasila
sebagaimana yang masing-masing telah diuraikan di atas. Dalam ungkapan
sederhana, pengertian pendidikan pancasila adalah “Pendidikan tentang Pancasila”.
Kalimat itulah yang dapat kami cerna sebagaimana dijelaskan dalam sejumlah
literatur. 

Pendidikan tentang pancasila merupakan salah satu cara untuk menanamkan


pribadi yang bermoral dan berwawasan luas dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Oleh karena itu, pendidikan tentang pancasila perlu diberikan disetiap
jenjang pendidikan mulai dari tingkat dasar, menengah hingga perguruan tinggi. 

Maman Rachman (1999: 324) menyatakan bahwa : Pendidikan tentang


pancasila memegang peranan penting dalam membentuk kepribadian mahasiswa di
perguruan tinggi. Setelah lulus dari perguruan tinggi, diharapkan mereka tidak
sekedar berkembang daya intelektualnya saja namun juga sikap dan perilakunya.
Sikap dan perilakunya itu diharapkan menjadi dasar keilmuan yang dimilikinya agar
bermanfaat pada diri, keluarga, dan masyarakat. 

3
Untuk merealisasikan tujuan tersebut, maka pendidik dalam hal ini dosen
tidak hanya mentransfer ilmu pengetahuan saja, tetapi juga memberikan
pemahaman akan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila sehingga diharapkan
mahasiswa memiliki kepercayaan terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam
pancasila sehingga dapat digunakannya dalam prektek kehidupannya sehari-hari.
Hal tersebut sebagaimana dikemukakan the journal of education: “a teacher not
only shows and cultivates Pancasila as a cognitive concept and knowledge as well
as a normative norm, but also builds and shows the moral message and value as
well as soul and spirit of Pancasila. As a result, Pancasila can be personalized as the
student’s value and belief system and speed the motivation to bring the system into
the student’s behavior in life”. (Sunarti Rudi, 1999: 376) 

Pendidikan tentang pancasila sebagai pendidikan kebangsaan berangkat dari


keyakinan bahwa pancasila sebagai dasar negara, falsafah negara Indonesia tetap
mengandung nilai dasar yang relevan dengan proses kehidupan dan perkembangan
dalam berbangsa dan bernegara. Pancasila memiliki landasan eksistensial yang
kokoh, baik secara filosofis, yuridis, maupun sosiologis. 

Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada


pasal 3 berbunyi: “…berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan
bertanggungjawab” dijadikan dasar dalam menetapkan kurikulum pendidikan di
perguruan tinggi. 

Mengacu pada Undang-undang tersebut maka kurikulum pendidikan tinggi


wajib memuat Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan dan Bahasa yang
kemudian diejawantahkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan yang menetapkan kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan Tinggi yang wajib memuat mata kuliah Pendidikan Agama, Pendidikan
Kewarganegaraan dan Bahasa Indonesia serta Bahasa Inggris. 

B. KEBIJAKAN NASIONAL PEMBANGUNAN KARAKTER BANGSA

Sekitar tahun 2010, digemakan kembali tentang pentingnya pembangunan bangsa dan
karakter. Apa hubungan karakter dengan pendidikan Pancasila ini? Dalam buku Bahan

4
Pelatihan Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa (2010) dinyatakan bahwa
salah satu sumber bagi nilai-nilai karakter yang dikembangkan adalah Pancasila. Sumber yang
lain adalah agama, budaya, dan tujuan nasional. Dinyatakan bahwa, “Nilai-nilsi luhur bangsa
sebagai isi pendidikan karakter bersumberkan dari agama, pandangan hidup atau ideology
bangsa Indonesia, budaya dan nilai-nilai yang terumuskan dalam tujuan pendidikan Nasional”
(2010:7)

Selanjutnya, Pancaila sebagai sumber pendidikan karakter dikemukakan sebagai berikut

“Negara Kesatuan Republik Indonesia ditegakkan atas prinsip-prinsip kehidupan


kebangsaan dan kenegaraan yang disebut Pancasila. Pancasila terdapat pada pembukaan UUD
1945 dan dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-pasal yang terdapat dalam UUD 1945. Artinya,
nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila menjadi nilai-nilai yang mengatur kehidupan politik,
hukum, ekonomi, kemasyarakatan, budaya, dan seni. Pendidikan budaya dan karakter bangsa
bertujuan mempersiapkan peserta didik menjadi warga Negara yang lebih baik, yaitu warga
Negara yang memiliki kemampuan, kemauan, dan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupannya sebagai warga Negara” (2010:8)

Apa sajakah karakter yang hendak dikembangkan dalam pendidikan karakter di


Indonesia? Dari keempat sumber nilai karakter dan budaya bangsa tersebut, terindentifikasi
sejumlah karakter sebagai nilai kebajikan, yakni relius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras,
mandiri, kreatif, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai
prestasi, bersahabat/ komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial,
dan tanggung jawab.

C. TUJUAN PEMBANGUNA KARAKTER BANGSA

Adapun tujuan pembangunan karakter bangsa bertujuan untuk membina dan


mengembangkan karakter warga Negara sehingga mampu mewujudkan masyarakat dan
Berketuhanan Yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, berjiwa persatuan
Indonesia, berjiwa kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan, serta keadilan sosial bagi seluruh rakyar Indonesia (2010:4)

Oleh karena karakter bangsa adalah berdasar nilai-nilai Pncasila, makna Pancasila jelas
menjadi sumber bagi pendidikan karakter di Indonesia. Pancasila merupakan landasan utama

5
pendidikan karakter bangsa. Sebagai landasan, Pancasila merupakan rujukan, acuan, dan
sekaligus tujuan dalam pembangunan karkter bangsa. Dalam konteks yang bersifat substansial,
pembangunan karkter bangsa memiliki makna memnangun manusia dan bangsa Indonesia yang
berkarakter Pancasila.

D. STRATEGI PEMBANGUNAN KARAKTER BANGSA

Lalu bagaimana strategi pembangunan karkter bangsa itu? Pembangunan karakter bangsa
dilakukan melalui strategi sosialisasi, pendidikan, pemberdayaan, pembudayaan, dan kerja sama.
Strategi pendidikan dilakukan dalam konteks makro dan mikro.

Di manakah pendidikan Pancasila berperan dalam pendidikan karakter bangsa


sebagaimana rumusan di atas? Pendidikan Pancasila perlu dilihat dalam tiga tataran: pendidikan
Pancasila sebagai kemasan kurikuler, pendidikan Pancasila sebagai proses pembelajaran, dan
pendidikan Pancasila upaya sistematis proses nation’s and character building(Udin S.
Winataputra, 2008)

Sebagai proses pembelajaran, pendidikan Pancasila hendaknya terintegrasi pada semua


mata pelajaran dan/ atau mata kuliah. Bahwa pembelajaran suatu mata kuliah atau mata pelajaran
bukan hanya aspek pembelajaran suatu mata kuliah atau mata pelajaran bukan hanya aspek
pengetahuan, tetapi juga pengembangan nilai-nilai karakter siswa atau mahasiswa.

E. LANDASAN POKOK PENDIDIKAN PANCASILA

Landasan pendidikan Pancasila membicarakan adakah dasar-dasar pembenar yang dapat


diterima dan dipertanggungjawabkan secara ilmiah akademik bahwa Pendidikan Pancasila
memang layak diberikan di jenjang pendidikan tinggi karena memiliki dasar atau landasan
historis, kultural, filosofis, dan yuridis sebagai berikut:

1. Landasan Historis

Secara historis, Pancasila dirumuskan dengan tujuan untuk digunakan sebagai


dasar Negara Indonesia Merdeka. Dasar yang dimaksud adalah dasar filsafat Negara atau
asas kerohanian Negara. Pancasila yang akan dijadikan dasar falsafah Negara, dalam
proses perumusan berasal dari nilai-nilai pandangan hidup masyarakat Indonesia yang
dituangkan dan dikembangkan menjadi pandangan hidup bangsa. Selanjutnya pandanga

6
hidup bangsa dituangkan dan dikembangkan menjadi pandangan hidup Negara atau
dasar Negara.

2. Landasan Kultural
Pancasila yang ditetapkan sebagai dasar filsafat Negara Indonesia, nilai-nilainya
merupakan nilai-nilai yangbtelah lama jhidup dan diamalkan oleh bangsa Indonesia.
Nilai- nilai Pancasila yang lima itu, secara sadar atau tidak telah dimiliki oleh bangsa
Indonesia sesuai dengan konteks latar belakang suku dan budayanya.
3. Landasan Filosofis
Secara intrinsik nilai-nilai Pancaila berwujud dan bersifat fiosofis, dan secara praktis
nili-nili tersebut berupa pandangan hidup (filsafat hidup) bangsa Indonesia. Nilai-nilai
(tata nilai) itu tidak lain adalah merupakan kebulatan ajaran tentang berbagai
segi/bidang kehidupan suatu masyarakat/ bangsa, dalam hal ini bangsa Indonesia.
F. KERANGKA KONSEPTUAL PENDIDIKAN PANCASILA

Kerangka konseptual, termasuk nilai, teknik dan metode, yang disepakati dan digunakan
oleh suatu komunitas dalam memahami atau mempersepsi segala sesuatu. fungsi utama
paradigma adalah sebagai acuan dalam mengarahkan tindakan, baik tindakan sehari-hari maupun
tindakan ilmiah. Sebagai acuan, maka lingkup suatu paradigma mencakup berbagai asumsi dasar
yang berkaitan dengan aspek ontologis, epistemologis dan metodologis. Dengan kata lain,
paradigma dapat diartikan sebagai cara berpikir atau cara memahami gejala dan fenomena
semesta yang dianut oleh sekelompok masyarakat.

G. SUBSTANSI KAJIAN PENDIDIKAN PANCASILA

Substansi kajian mata kuliah Pendidikan Pancasila meliputi berikut ini:

1. Tujuan dan fugsi pendidikan Pancasila dalam pengembangan kemepuan utuh sarjana atau
professional.
2. Dinamika pancasila secara historis, dan merefleksikan fungsi dan kedudukan penting
Pancasila dalam perkembangan Indonesia mendatang
3. Peraturan perundang-undangan dan kebijakan Negara baik yang bersifatpraktis-pragmatis
maupun jangka panjang dalam prespektif Pancasila sebagai dasar Negara

H. VISI DAN MISI PENDIDIKAN PANCASILA

7
Visi :
            Visi Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi yaitu menjadi sumber nilai dan
pedoman penyelenggaraan program studi dalam mengantarkan mahasiswa
mengembangkan kepribadiannya selaku warganegara yang Pancasila. Jadi Dari visi
Pendidikan Pancasila tersebut dapat dijelaskan lebih detailnya bahwa pancasila sebagai
sumber nilai dijadikan landasan pokok,landasan fundamental bagi penyelenggaraan
Negara Indonesia. Seperti pada hakikatnya visi merupakan rangkaian kalimat yang
menyatakan cita-cita atau impian dari seorang individu atau mahasiswa yang ingin
dicapai di masa depan. Atau dapat dikatakan bahwa visi merupakan pernyataan ‘want to
be’ dari seorang individu atau mahasiswa.

Misi :
Misi Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi yaitu membantu mahasiswa agar mampu
mewujudkan nilai-nilai dasar Pancasila serta kesadaran berbangsa, bernegara dalam menerapkan
ilmunya secara bertanggung jawab terhadap kemanusiaan.
Jadi Misi dalam pendidikan pancasila ialah:
1. Mewujudkan nilai dasar Nilai dasar yang dimaksud disini ialah nilai – nilai pancasila.
Yaitu nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai keraktayan dan nilai
keadilan.
2. Menumbuhkan kesadaran Dengan kita mengetahui nilai- nilai pancasila tersebut, kita bisa
menjaga perbuatan sehari- hari kita. Dari nilai tersebut pula kita akan sadar dalam
berperilaku.
3. Menumbuhkan sikap dan perilaku Dengan adanya pendidikan pancasila bisa terwujud
sikap dan perilaku yang mengamalkan nilai- nilai pancasila.
4. Menumbuhkan tanggung jawab moral, IPTEK dan seni Dengan adanya pendidikan
pancasila bisa terwujud nilai dasar, kesadaran, sikap dan perilaku berdasar pancasila.

I. MENGGALI SUMBER HISTORIS, SOSIOLOGIS, POLITIK PENDIDIKAN


PANCASILA.

1. Sumber Historis Pendidikan Pancasila  

8
Dilihat dari sisi historisnya, Pancasila tidak lahir secara mendadak pada tahun 1945,
melainkan telah melalui proses panjang, dimatangkan oleh sejarah perjuangan bangsa kita
sendiri, dengan melihat pengalaman-pengalaman bangsa lain, dengan diilhami oleh gagasan
besar dunia, dengan tetap berakar pada kepribadian dan gagasan-gagasan besar bangsa kita
sendiri .

Nilai-nilai essensial yang terkandung dalam Pancasila yaitu : Ketuhanan, Kemanusiaan,


Persatuan, Kerakyatan serta Keadilan dalam kenyataannya secara objektif telah dimiliki bangsa
Indonesia sejak zaman dahulu kala sebelum mendirikan Negara. Proses terbentuknya negara dan
bangsa Indonesia melalui suatu proses sejarah yang cukup panjang yaitu sejak zaman kerajaan-
kerajan.

2. Sumber Sosiologis Pendidikan Pancasila

Sosiologi dipahami sebagai ilmu tentang kehidupan antarmanusia. Di dalamnya


mengkaji, antara lain latar belakang, susunan dan pola kehidupan sosial dari berbagai golongan
dan kelompok masyarakat, disamping juga mengkaji masalah-masalah sosial, perubahan dan
pembaharuan dalam masyarakat. Nilai-nilai kenegaraan dan kemasyarakatan yang terkandung
dalam sila-sila Pancasila bukan hanya hasil konseptual seseorang saja, melainkan juga hasil
karya besar bangsa Indonesia sendiri, yang diangkat dari nilai-nilai kultural yang dimiliki oleh
bangsa Indonesia sendiri melalui proses refleksi filosofis para pendiri negara (Kaelan, 2000: 13).

3. Sumber Politik Pendidikan Pancasila

Etika politik harus direalisasikan oleh setiap individu yang ikut terlibat secara konkrit
dalam pelaksanaan pemerintahan negara. Para pejabat eksekutif, legislatif,  yudikatif, para
pelaksana dan penegak hukum harus menyadari bahwa legitimasi hukum dan legitimasi
demokratis juga harus berdasarkan pada legitimasi moral. Nilai-nilai Pancasila mutlak harus
dimiliki oleh setiap penguasa yang berkuasa mengatur pemerintahan, agar tidak menyebabkan
berbagai penyimpangan seperti yang sering terjadi dewasa ini. Seperti tindak pidana korupsi,
kolusi dan nepotisme, penyuapan, pembunuhan, terorisme, dan penyalahgunaan narkotika
sampai perselingkuhan dikalangan elit politik yang menjadi momok masyarakat.

9
Dalam penerapan etika politik Pancasila di Indonesia tentunya mempunyai beberapa kendala-
kendala, yaitu :

a. Etika politik terjebak menjadi sebuah ideologi sendiri. Ketika seseorang mengkritik
sebuah ideologi, ia pasti akan mencari kelemahan-kelemahan dan kekurangannya, baik
secara konseptual maupun praksis. Hingga muncul sebuah keyakinan bahwa etika politik
menjadi satu-satunya cara yang efektif dan efisien dalam mengkritik ideologi, sehingga
etika politik menjadi sebuah ideologi tersendiri.
b. Pancasila merupakan sebuah sistem filsafat yang lebih lengkap disbanding etika politik
Pancasila, sehingga kritik apa pun yang ditujukan kepada Pancasila oleh etika politik
Pancasila tidak mungkin berangkat dari Pancasila sendiri karena kritik itu tidak akan
membuahkan apa-apa.

Namun demikian, bukan berarti etika politik Pancasila tidak mampu menjadi alat atau cara
menelaah sebuah Pancasila. Kendala pertama dapat diatasi dengan cara membuka lebar-lebar
pintu etika politik Pancasila terhadap kritik dan koreksi dari manapun, sehingga ia tidak terjebak
pada lingkaran itu. Kendala kedua dapat diatasi dengan menunjukkan kritik kepada tingkatan
praksis Pancasila terlebih dahulu, kemudian secara bertahap merunut kepada pemahaman yang
lebih umum hingga ontologi Pancasila menggunakan prinsip-prinsip norma moral. 

J. DINAMIKA DAN TANTANGAN PENDIDIKAN PANCASILA

Penetapan Pancasila sebagai dasar negara itu memberikan pengertian bahwa negara
Indonesia adalah Negara Pancasila. Hal itu mengandung arti bahwa negara harus tunduk
kepadanya, membela dan melaksanakannya dalam seluruh perundang-undangan. menurut Ernest
Renan: kehendak untuk bersatu (le desir d’etre ensemble) dan memahami Pancasila dari
sejarahnya dapat diketahui bahwa Pancasila merupakan sebuah kompromi dan konsensus
nasional karena memuat nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh semua golongan dan lapisan
masyarakat Indonesia. . Penetapan Pancasila sebagai dasar negara tak hendak menghapuskan
perbedaan (indifferentism), tetapi merangkum semuanya dalam satu semboyan empiris khas
Indonesia yang dinyatakan dalam seloka “Bhinneka Tunggal Ika”. Maka Pancasila merupakan
intelligent choice karena mengatasi keanekaragaman dalam masyarakat Indonesia dengan tetap
toleran terhadap adanya perbedaan

10
Masih ada sederet fakta empiris yang menunjukkan betapa Pancasila sebagai dasar
negara Republik Indonesia kini tak lebih bagaikan macan kertas. Nilai-nilai ekonomi kerakyatan,
misalnya, sudah mulai ditinggalkan pelan-pelan digantikan sistem ekonomi pro-”kapital”. Pasar-
pasar tradisional digusur digantikan dengan supermarket. Semuanya dilakukan seolah-olah
sebagai hal wajar dan tidak memiliki dampak jangka panjang Akibatnya, rakyat mulai
kehilangan mata pencarian di satu sisi dan di sisi lain bangsa ini mulai kehilangan daya kritisnya
karena bekerja dalam bidang apa pun berada di bawah tekanan global. Nasib buruh semakin
ternistakan karena keserakahan juragannya dan kebijakan pemerintah yang membiarkan praktik
outsourcing yang kerap tak manusiawi.

Tantangan dari dalam di antaranya berupa berbagai gerakan separatis yang hendak
memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Apa yang terjadi di Aceh,
Maluku, dan Papua merupakan sebagian contoh di dalamnya. Penanganan yang tidak tepat dan
tegas dalam menghadapi gerakan-gerakan tersebut akan menjadi ancaman serius bagi tetap
eksisnya keutuhan Bangsa Indonesia dan pancasila.

K. ESENSI DAN URGENSI PENDIDIKAN PANCASILA

Pancasila sebagai dasar negara berperan sebagai pedoman bagi bangsa Indonesia
yangmenuntun kita dalam bersikap. Penerapan esensi Pancasila sebagai ideologi negara
meliputihal-hal sebagai berikut:a.Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, diwujudkan dalam bentuk
semangat toleransiantarumat beragama.b.Sila Kemanuasiaan Yang Adil dan Beradab,
diwujudkan penghargaan terhadappelaksanaan Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia.c.Sila
Persatuan Indonesia, diwujudkan dalam mendahulukan kepentingan bangsa dannegara daripada
kepentingan kelompok atau golongan, termasuk partai.d.Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh
Hikmat Kebijaksanaan dalamPermusyawaratan/Perwakilan, diwujudkan dalam mendahulukan
pengambilankeputusan berdasarkan musyawarah daripada voting.e.Sila Keadilan Sosial bagi
Seluruh Rakyat Indonesia, diwujudkan dalam bentukmemperkaya diri atau kelompok karena
penyalahgunaan kekuasaan itulah yangmenjadi faktor pemicu terjadinya korupsi.

11
12

Anda mungkin juga menyukai