Anda di halaman 1dari 4

MENGAJAR MEMBACA PADA BAYI DAN BALITA

By: Leny Eko Prihasti. S.Psi., Psikolog.

PENDAHULUAN
Di negara-negara maju, marak diadakannya program gemar membaca. Khususnya Indonesia turut ambil bagian dalam
bidang yang satu ini. Pasalnya masih banyak masyarakat kita yang buta huruf, kurang dalam minat membaca, dan tidak
tahu membaca.

Makassar merupakan kota yang tidak mau ketinggalan untuk dapat memajukan kotanya sebagai kota yang “gemar
membaca”. Program ini merupakan program yang bukan hanya keinginan Pemerintah Daerah semata melainkan perlu
adanya dukungan di berbagai pihak khususnya masyarakat kota Makassar.

Banyak cara yang telah dilakukan agar masyarakat kota makassar gemar membaca, diantaranya adalah dengan
pencanangan Program Makassar Gemar Membaca oleh Walikota Makassar. Untuk itu, PT Mizan dan Rumah Sekolah
Cendekia ikut berusaha untuk dapat mewujudkan program tersebut dengan menyelenggarakan Seminar dan Workshop
“Mengajar Membaca pada Bayi dan Balita”. Hal ini tentu saja disambut baik oleh sebagian masyarakat yang sadar akan
pentingnya memberikan pengajaran lebih awal pada bayi dan balita mereka.

Perlu disadari bahwa keluarga mempunyai kontribusi terbesar dalam mewujudkan anak kelak menjadi pembaca yang
baik. Kontribusi tersebut dapat berupa pemberian dukungan yang dibutuhkan oleh anak. Adapun dukungan yang
diperlukan oleh anak dari orangtuanya dapat berupa: membacakan suatu cerita untuknya, membantu mengerjakan
pekerjaan rumah, mengajari kata setiap harinya, dan mendukung segala kegiatan anak, baik di dalam maupun di luar
sekolah.

Selain bentuk dukungan di atas, mengembangkan kemampuan anak membaca juga merupakan faktor terpenting bagi
anak. Membaca merupakan hal terpenting mendasar dari semua kesuksesan belajar. Membaca tidak hanya menjadikan
anak pintar di Sekolah tetapi juga untuk menyiapkan hidup mereka dimasa mendatang menjadi anak yang tumbuh sehat
dan bahagia.

APA ITU MEMBACA


Pada dasarnya kita harus tahu dulu apa itu membaca menurut pemahaman kita. Ada dua pemahaman:
1. Membaca adalah mengenal alfabet, kata dan tanda baca.
Artinya pengenalan awal pada anak langsung dengan alfabet, tanpa adanya symbol atau gambar yang
menyertai. Bila alfabet telah tahu seluruhnya barulah belajar kata dan pada akhirnya juga mengenal tanda
baca.

A B C D dst.
2. Membaca adalah mengenal symbol, gambar dan kata tanpa tahu alfabet dan tanda baca.
Artinya pengenalan awal melalui symbol atau gambar yang dihubungkan dengan kata, seperti misalnya :

IKAN
Dari dua pemahaman diatas, yang mana yang cocok untuk anak kita. Artinya yang sesuai dengan usia dan tahap
perkembangannya. Karena yang tahu tentang anak kita adalah kita sendiri, sehingga pemberian perlakuan apapun
terhadap anak kita, hanya orangtua/ pengasuh anak yang tahu.
Sehingga mengajar membaca pada bayi dan balita lebih bersifat santai, fleksibel serta menyenangkan.
Belajar dapat diterima oleh anak tatkala anak sebagai penerima materi dalam keadaan senang. Segala bentuk situasi
yang tidak menyenangkan membuat si anak enggan, ogah-ogahan, cepat bosan , lelah dan segudang permasalahan yang
muncul akibat ambisi ortu yang tidak pada tempatnya.
Sebenarnya sejak lahir setiap anak sudah menjadi pembaca. Hal ini dapat dilihat pada saat pertama kali bayi
memperhatikan dan mendengarkan suara orangtuanya serta suara-suara di sekitarnya. Seperti misalnya: pada saat
orangtua berbicara dengannya, atau bersenandung untuknya secara otomatis bayi akan merespon semua suara yang
masuk. Disamping itu, ketika orangtua berbicara dengan bayi juga berusaha membuat bayi paham apa yang ingin
disampaikan dengan mengatur kecepatan suara, intonasi suara, dan bahkan dengan mimik atau gerak. Bila tahap
“membaca” suara, mimik dan gerak orangtua serta lingkungan sekitar telah dilalui, kemudian anak akan belajar
menirukan suara, gerak, mimik, serta merespon semua pengetahuan itu sesuai dengan kemampuannya. Sementara, pada
tahap ini orangtua juga belajar mendengarkan dan berusaha mengerti apa yang dimaksud sang bayi dengan mencoba
menjawab atau kembali merespon apa yang dibicarakan oleh anaknya. Tanpa disadari, kemampuan orangtua dalam
mendengarkan ini juga “dipelajari” kembali oleh anaknya. Secara otomatis, anak lalu kembali belajar mendengarkan,
menjawab dan merespon apa yang dilakukan oleh orangtua. Siklus saling belajar ini akan berlangsung terus menuju
tingkatan komunikasi yang lebih banyak menggunakan bahasa lisan ketimbang bahasa isyarat.
Hal tersebut diatas merupakan dasar-dasar tindakan mengajari si anak menjadi pembaca yang baik.

TAHAPAN-TAHAPAN DALAM BELAJAR MEMBACA


Ada beberapa tahap dalam mengajari anak untuk membaca yaitu :
1. Berbicara.
Pada tahapan ini diharapkan orangtua senantiasa berbicara pada anak, karena dengan berbicara orangtua telah
membantu anak untuk mengembangkan kemampuan berbahasa, dan membuatnya mengerti apa yang ingin
dikatakannya. Bicaralah dengan bahasa yang mudah dan ajaklah anak anda bermain.
Berbicara dengan anak seharusnya menjadi agenda utama dalam kegiatan harian orangtua. Semakin muda
usia anak semakin baik pula dampak yang dihasilkan dan semakin banyak pula kosakata yang dapat
dipergunakan agar anak dapat mengerti apa yang sedang dibicarakan. Namun berbicara dengan anak juga
melihat kondisi dari anak, jangan ada kata PEMAKSAAN ketika suasana hati anak tidak mendukung.
Bagaimanapun kegiatan belajar berbicara harus pada situasi yang menyenangkan bagi anak.
Ketika usia anak masih bayi dan balita, diharapkan orangtua sesering mungkin berbicara pada anak. Berbicara
dapat dilakukan saat memandikan anak, mengenakan pakaian dll. Pembicaraan dapat dilakukan dengan
memberitahu warna baju yang sedang dikenakan, mengajari berdo’a ketika mengenakan pakaian, mengatakan
lauk yang sedang dimakan, menanyakan mata, hidung, dll dengan pengulangan.
Menurut sebuah penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat, pada usia 2 tahun, umumnya anak sudah
memahami 100-150 kata, tetapi hanya dapat mengungkapkannya kurang lebih 50 kata. Karenanya agar anak
dapat berbicara dengan lancar, anak harus diberi stimulasi dengan sesering mungkin mengajaknya berbicara
dalam bahasa yang baik dan benar (bukan bahasa bayi). Selain itu anak juga harus diberi kesempatan untuk
mengatakan apa yang diinginkannya, dan bukan hanya dengan menggunakan bahasa isyarat (misalnya hanya
menunjuk benda yang diinginkan tanpa berkata). Apabila anak hanya memberikan isyarat dengan menunjuk
tempat minum pada saat ingin minum, orangtua dapat mengatakan “ dede mau minum ya?”, agar anak dapat
merekam bahwa yang dia inginkan dapat diucapkan dengan kata-kata yang barusan orangtua ucapkan. Apabila
kondisi ini rutin dilakukan orangtua terhadap anaknya, Insya Allah anak akan termotivasi untuk dapat berbicara
dengan baik dan benar.

2. Mendengar.
Para Ilmuwan sepakat bahwa otak lebih dahulu merespon semua yang didengar. Menurut mereka, bayi lebih
banyak merespon apa yang didengar ketimbang merespon apa yang mereka lihat. Dengan kondisi yang
demikian, orangtua dapat memaksimalkan kesempatan ini untuk mengajarkan “sesuatu” kepada bayi-bayi
mereka.
Pada mulanya, semua bayi berusaha menirukan semua suara yang mereka dengar. Mereka juga “membaca”
mimik wajah dan gerakan orangtua, karenanya sangat diperlukan mengajaknya berbicara, menyanyi,
tersenyum, dan membuat gerakan-gerakan yang membuat dia senang.
Mendengarkan orangtua berbicara adalah langkah pertama bagi bayi untuk membuatnya menjadi seorang
pembaca. Karena itu, pembicaraan orangtua sangat berarti dalam membantu bayi mengenal bahasa dan
sekaligus mengajarkannya untuk berkata-kata. Kegiatan ini dapat bervariasi tergantung kreativitas orangtua,
misalnya tidak melulu mengenalkan kata dengan berbicara tetapi dapat pula bernyanyi melantunkan kata
ataupun alfabet.
Kegiatan ini bukan hanya berlangsung pada saat bayi dan balita saja melainkan ketika seorang anak tumbuh
besar, orangtua juga harus tetap selalu berbicara dengannya. Orangtua dapat bertanya tentang apa yang
sudah dilakukan oleh anak, apa masalahnya hari ini, apa yang membuatnya senang, dan banyak hal yang
dapat dibicarakan dengan anak.
Banyak hal yang dapat diperbuat oleh orangtua pada anaknya, apapun yang dilakukan oleh orangtua bersama
anak, berusahalah untuk SABAR mendengarkan semua celoteh, pertanyaan demikian pula dengan jawaban-
jawaban dari anak dan upayakan untuk tidak mencela. Belajar memberikan penghargaan terhadap sekecil
apapun usaha yang dilakukan oleh anak. Dengan demikian orang tua dapat menumbuhkan minat belajar yang
tinggi pada anaknya.

3. Membaca.
Pada tahap ini dapat memulai dengan memilih buku yang sesuai dengan usia anak. Buku khusus bayi adalah
buku yang penuh dengan gambar warna-warni, lembut, dan menarik perhatian bayi. Bentuk buku untuk bayi
biasanya tebal (sehingga tidak mudah koyak), tak mengandung racun (sehingga aman bila digigit atau
dmasukkan kedalam mulut), dan tidak memiliki sudut runcing yang mungkin dapat melukai kulit lembut bayi.
Demikian pula untuk anak usia 1-3 tahun akan berbeda bentuk bukunya dengan 3-4 tahun demikian pula
dengan 5-6 tahun.
Orangtua dalam hal ini juga dapat membuat kartu kata sendiri dengan memanfaatkan kardus yang tebal
dengan ukuran tertentu orangtua dapat membuat kata, baik kata benda, perbuatan, dll. Dengan jenis tulisan
dan warna yang berbeda, hal ini dilakukan agar kemampuan penglihatan anak itu dapat berkembang dan
berangsur-angsur dapat menangkap bacaan yang sedang disajikan untuk otaknya.
Contoh :

ibu ayah tangan kaki

Orangtua dapat membuat kata sebanyak-banyaknya dan dapat menyajikan/ memperkenalkan setiap hari pada
anak 5 buah kata dengan pengulangan. Suatu misal: kartu yang bertuliskan “ibu”, katakan pada anak anda
dengan jelas, ini bacaannya “ibu”. Kemudian tunjukkan kartu bertuliskan “ayah”, dan katakan, “ini bacaannya
“ayah”. Demikian seterusnya hingga 5 kata, berilah penghargaan pada anak anda dengan mencium atau
memeluk. Memberikan pelajaran membaca pada anak harus dengan perasaan senang, sabar dan ikhlas.
Usahakan untuk tidak terlalu lama cukup 3 sampai 5 menit buatlah anak untuk bermain sambil belajar sehingga
terkesan anak tidak dipaksakan. Usahakan tidak ada sogokan (pemberian uang, kue-kue) dalam belajar. Untuk
anak balita dapat dilibatkan dalam membuat kata,maupun alfabet, dan hasilnya dapat ditempel ataupun
disimpan pada tempat tertentu sehingga tanpa sadar orangtua sudah mengajarkan pada anak segala sesuatu
tidak harus dibeli dan dapat memanfaatkan bahan disekitar kita.
Apabila setiap orangtua konsisten melakukan hal tersebut diatas setiap harinya, Insya Allah akan membuahkan
hasil yang baik.

4. Menulis.
Pada tahap ini, berikan kepercayaan anak untuk memegang alat tulis, usahakan orangtua tetap mendampingi
selama masa coret-coret berlangsung. Kalau perlu orangtua dapat mengajarkan pada anak cara memegang
alat tulis dan dapat secara bersama-sama menggerakkan tangan untuk membuat suatu huruf, gambar, atau
mewarnai. Kegiatan ini akan membuat anak senang. Dapat pula mengajarkan anak untuk menuliskan namanya
sendiri, nama orangtuanya, nama saudara-saudaranya, yang tentu saja dengan bimbingan dari orangtua.
Kegiatan ini dapat dilakukan sebelum anak memiliki kemampuan membaca dan menulis seperti orangtuanya.

Keempat tahap tersebut sangat penting peranannya, karena setiap kegiatan akan mendukung dan menyeimbangkan
kegiatan yang lainnya, dan dapat dilakukan secara bersamaan sesuai kondisi usia dan kemampuan anak.
Namun pada dasarnya setiap orangtua mampu melakukan dan berperan pada tiap tahapan asalkan punya waktu yang
cukup pada anak. Pada umumnya kita selaku orangtua kurang meluangkan waktu pada anak atau bahasa mudahnya “toh
ada sekolah yang mengurusi pendidikan, kami orang tua hanya menyiapkan dananya saja”. Masih banyak komentar-
komentar, yang seolah-olah tugas orangtua hanyalah menyiapkan materi dan tidak punya waktu untuk berdekatan
dengan anak. Padahal tanpa disadari ketika orang tua punya waktu untuk bersama anak satu jam saja dalam satu hari
tetapi konsisten, Insya Allah banyak manfaat yang didapat. Antara lain: orang tua semakin dekat dengan anak demikian
sebaliknya, anak tidak perlu mencari figur di tempat lain karena di rumah sudah ada orangtua yang senantiasa siap
membantu anak dalam menghadapi masalah-masalah.

MERANGSANG MINAT BACA


Banyak yang dapat dilakukan oleh orangtua untuk dapat merangsang minat baca pada anaknya. Namun demikian, tetap
saja diperlukan kesabaran ketika bersentuhan dengan anak. Bukan hanya SABAR tetapi KONSISTEN dan jangan
pernah ada kata LELAH dan BOSAN ketika bersentuhan dengan anak.

Dibawah ini hal-hal kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan untuk merangsang minat baca pada anak, semua dapat
disesuaikan dengan tingkat usia dan kemampuan anak.
1. Menyediakan sarana, seperti buku dan alat tulis untuk kebutuhan si kecil.
2. Menawarkan buku mana yang ingin dibacakan oleh mama.
3. Orangtua juga turut membaca sehingga membaca bukan sekedar menu bagi anak melainkan orangtua juga.
4. Usahakan orangtua dapat memberikan penjelasan tentang buku apa yang sedang di baca, ketika ia ingin
mengetahuinya serta jangan hambat rasa ingin tahu anak untuk melihat dan mengetahui buku yang sedang
orangtua baca.
5. Membawa anak ke toko buku, perpustakaan, sehingga anak merasa bahwa banyak orang menyukai buku dan
gemar membaca.
6. Bila UlangTahun dapat dihadiahkan buku.
7. Membaca bersama, bercerita bersama, hingga terkesan membaca bukanlah suatu hal yang sukar dan
menakutkan.
8. Usahakan metode yang dilakukan oleh orangtua tidak bersifat menyakiti dan memaksakan. Buatlah belajar
membaca seperti ketika mereka bermain.
9. Boleh sesekali diadalah lomba didalam rumah seperti misalnya menebak kartu yang dipegang oleh mama, atau
menebak gambar yang dipegang oleh mama dan lain-lain.
10. Kalau anak suka bersajak biarkan saja, agar menambah kosakata yang ada. Demikian pula dengan bernyayi.
11. Belajar melalui cd, tv, komputer juga dapat dilakukan
12. Mengisi liburan dengan membaca. Dan masih banyak cara untuk merangsang minat baca pada anak.

SARAN-SARAN
 Orangtua dapat membuat buku harian kemajuan anak dalam belajar membaca.
 Belajarlah untuk KONSISTEN dalam menentukan setiap perlakukan pada anak.
 Orangtua yang mengenal anaknya dengan baik, karena warna apapun yang ingin digoreskan dalam kehidupan
anak adalah murni hak orangtua.
 Bagi orangtua yang mempunyai anak berusia 6 Minggu sampai 1 Tahun, apakah anda sudah menyiapkan
tempat yang nyaman ketika akan membacakan suatu cerita, dan apakah anak anda menyukainya? Sudahkah
anda mengenalkan kata demi kata pada buku yang anda bacakan?, Bagaimana cara anda membacakan cerita
(posisi buku) diperlihatkan tidak pada anak? Atau hanya anda yang tahu isi buku beserta gambar yang ada.
Bagaimana dengan intonasi suara anda, jelaskah, monotonkah, hal ini sangat diperlukan guna variasi sehingga
anak ketika mendengar kita bercerita dapat membayangkan isi cerita dengan baik. Bagaimana posisi anak
anda, jauh dari anda (di dalam Box) atau dekat dengan anda, atau berada di pangkuan anda, masing-masing
posisi menunjukkan seberapa dekat anda dengan anak anda. Yang penting pada usia ini adalah anak menyukai
kegiatan membaca buku. Dan tak kalah penting adalah kedekatan anda dengan anak, manfaatkanlah kegiatan
ini sebagai media pengenalan bunyi dengan gambar, seperti misalnya orangtua mengatakan ini gambar kuda,
sembari orangtua menunjukkan pada gambar kuda.
 Bagi orangtua yang mempunyai anak usia 1-3 Tahun, selain hal tersebut diatas apakah buku yang anda
bacakan disukai oleh anak anda (jangan sampai bosan), apakah anda memberikan kesempatan pada anak
anda untuk belajar membaca sendiri dan memberikan kesempatan pada anak untuk lebih bebas
mengembangkan ide pada tema buku yang anda bacakan. Apakah saudara sudah mengenalkan sejumlah huruf
pada buku yang anda bacakan dan apakah anak anda menikmati buku yang sedang dibaca.
 Bagi orangtua yang mempunyai anak usia 3-5 Tahun, selain hal tersebut di atas apakah anda sudah
membantunya mengidentifikasikan suara dan huruf serta mencocokkan keduanya?, apakah anda sudah
membantunya untuk mengidentifikasi beberapa kata? Apakah anda memberikan kesempatan pada anak anda
untuk mengembangkan dan membaca ulang isi cerita pada bukunya? Dan apakah anda memberikan peluang
untuk anak anda membacakan suatu cerita, dengan menggunakan gambar-gambar atau foto-fotonya agar
tersaji lebih menarik.
 Persiapkan diri anda untuk dapat memberikan waktu luang setiap harinya, gunakan waktu luang tersebut
dengan sebaiknya.

PENUTUP
Besar harapan kami mewakili penyelenggara, agar orangtua dapat mengaplikasikan apa yang telah diketahui kepada
keluarga dan kerabat, agar apa yang menjadi harapan bersama untuk menjadikan Makassar sebagai kota yang gemar
membaca, bukanlah mimpi kosong belaka. Impian tersebut dapat menjadi kenyataan bila disetiap keluarga melakukan
dan mencoba untuk meluangkan waktu memberikan perhatian pada anak-anak agar gemar membaca, sehingga kedepan
tidak lagi didapati generasi muda harapan bangsa yang buta huruf. Mohon maaf bila terdapat kekurangan dalam
penyampaian maupun penyajian, berharap berkah dari ALLAh SWT agar kita tidak termasuk orang-orang yang MERUGI,
karena tidak memanfaatkan WAKTU dengan sebaik-baiknya. Amin.

Anda mungkin juga menyukai