DOSEN PENGAMPU:
Ns. Jannaim,M.Kep
DISUSUN OLEH:
Khoirahman
Yetri Muliza
TA.2019/2020
KATA PENGANTAR
Selanjutnya, melalui kata pengantar ini penulis terlebih dahulu ingin meminta maaf dan
memohon pemakluman bila mana ada kekurangan dan penulisan kurang tepat, akurat dan benar.
Penulis telah maksimal dalam menyempurnakan makalah ini, namun sebagai manusia yang tidak
luput dari kesalahan, penulis menerima setiap kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini.
Disamping itu izinkan penulis untuk menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu penulis.
Akhir kata penulis mengharapkan semoga makalah ini dapat menambah hasanah ilmu
pengetahuan serta dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..................................................................................................................ii
Daftar Isi.............................................................................................................................iii
Bab I Pendahuluan............................................................................................................iv
1. Latar Belakang.........................................................................................................iv
2. Rumusan Masalah....................................................................................................iv
3. Tujuan .....................................................................................................................iv
Bab II Pembahasan...........................................................................................................1
A. Kesimpulan..............................................................................................................21
Daftar Pustaka...................................................................................................................22
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuberkulosis Paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman
TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman menyerang Paru, tetapi dapat juga
mengenai organ tubuh lain (Dep Kes, 2003). Tuberkulosis Paru adalah penyakit infeksi pada
Paru yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis, yaitu bakteri tahan asam (Suriadi,
2001). Tuberkulosis Paru adalah infeksi penyakit menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis, suatu basil tahan asam yang ditularkan melalui udara (Asih,
2004). Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Tuberkulosis Paru adalah
penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis suatu basil tahan asam
yang menyerang parenkim paru yang dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh
darah dan dapat menular melalui udara.
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana konsep dasar medis TB Paru?
b. Bagaimana asuhan keperawatan TB Paru?
C. Tujuan
a. Agar dapat mengetahui konsep dasar penyakit TB Paru
b. Agar dapat mengetahui asuhan keperawatan TB Paru
iv
BAB II
PEMBAHASAN
Tuberkulosis Paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman
TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman menyerang Paru, tetapi dapat
juga mengenai organ tubuh lain (Dep Kes, 2003). Tuberkulosis Paru adalah penyakit
infeksi pada Paru yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis, yaitu bakteri
tahan asam (Suriadi, 2001). Tuberkulosis Paru adalah infeksi penyakit menular yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, suatu basil tahan asam yang ditularkan
melalui udara (Asih, 2004). Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
Tuberkulosis Paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis suatu basil tahan asam yang menyerang parenkim paru yang dapat
menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah dan dapat menular melalui udara.
2. Etiologi
1
kandungan oksigennya tinggi, daerah tersebut menjadi tempat yang kondusif untuk penyakit
tuberculosis.
3. Klasifikasi
1. Tuberkulosis paru.
1) TB Paru BTA Positif dengan kriteria :Dengan atau tanpa gejala klinik.
2) BTA positif: mikroskopik positif 2 kali, mikroskopik positif 1 kali didukung
biakan positif satu kali atau didukung radiologik positif 1 kali.
3) Gambaran radiologik sesuai dengan TB paru.
4) TB Paru BTA Negatif dengan kriteria :Gejala klinik dan gambaran radilogik
sesuai dengan TB Paru aktif.
5) BTA negatif, biakan negatif tetapi radiologik positif.
2. Bekas tuberkulosis paru.
1) Bakteriologik (mikroskopik dan biakan) negatif.
2) Gejala klinik tidak ada atau ada gejala sisa akibat kelainan paru.
3) Radiologik menunjukkan gambaran lesi TB inaktif, menunjukkan serial foto
yang tidak berubah.
4) Ada riwayat pengobatan OAT yang adekuat (lebih mendukung).
3. Tuberkulosis paru tersangka yang terbagi dalam :
1) TB paru tersangka yang diobati (sputum BTA negatif, tapi tandatanda lain
positif).
2) TB paru tersangka yang tidak diobati (sputum BTA negatif, tapi tanda-tanda
lain meragukan) (Suyono, et al, 2001)
4. Pathofisiologi
3
5.woc
4
6.Manifestasi Klinis
Tuberkulosis sering dijuluki “the great imitator” yaitu suatu penyakit yang
mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga memberikan gejala umum
seperti lemah dan demam. Pada sejumlah penderita gejala yang timbul tidak jelas sehingga
diabaikan bahkan kadang-kadang asimtomatik.
Gambaran klinik TB paru dapat dibagi menjadi 2 golongan, gejala respiratorik dan
gejala sistemik.
5
Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore dan malam
hari mirip demam influenza, hilang timbul dan makin lama makin panjang
serangannya sedang masa bebas serangan makin pendek.
b. Gejala sistemik lain
Gejala sistemik lain ialah keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan
serta malaise. Timbulnya gejala biasanya gradual dalam beberapa minggu-
bulan, akan tetapi penampilan akut dengan batuk, panas, sesak napas
walaupun jarang dapat juga timbul menyerupai gejala pneumonia.
7.Penatalaksanaan
1. Pengobatan
Pada tahap intensif (awal) penderita mendapat obat setiap hari dan diawasi
langsung untuk mencegah terjadinya kekebalan terhadap semua OAT. Bila pengobatan
tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, penderita menular menjadi tidak menular
dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar penderita TB Paru BTA positif menjadi
BTA negatif (konversi) pada akhir pengobatan intensif. Pada tahap lanjutan penderita
mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama.
6
Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persisten sehingga mencegah
terjadi kekambuhan. Pada anak, terutama balita yang tinggal serumah atau kontak erat
dengan penderita TB Paru BTA positif, perlu dilakukan pemeriksaan. Bila anak
mempunyai gejala seperti TB Paru maka dilakukan pemeriksaan seperti alur TB Paru
anak dan bila tidak ada gejala, sebagai pencegahan diberikan Izoniasid 5 mg per kg berat
badan perhari selama enam bulan. Pada keadaan khusus (adanya penyakit penyerta,
kehamilan, menyusui) pemberian pengobatan dapat dimodifikasi sesuai dengan kondisi
khusus tersebut (Dep.Kes, 2003) misalnya:
1) Wanita hamil: Pinsip pengobatan pada wanita hamil tidak berbeda dengan orang
dewasa. Semua jenis OAT aman untuk wanita hamil kecuali Streptomycin,
karena bersifat permanent ototoxic dan dapat menembus barier plasenta yang
akan mengakibatkan terjadinya gangguan pendengaran dan keseimbangan yang
menetap pada bayi yang dilahirkan;
2) Ibu menyusui : Pada prinsipnya pengobatan TB Paru tidak berbeda dengan
pengobatan pada umumnya. Semua jenis OAT aman untuk ibu menyusui.
Pengobatan pencegahan dengan INH diberikan kepada bayi sesuai dengan berat
badannya;
3) Wanita pengguna kontrasepsi: Rifampisin berinteraksi dengan kontrasepsi
hormonal sehingga dapat menurunkan efektifitas kontrasepsi tersebut. Penderita
TB Paru seyogyanya menggunakan kontrasepsi non hormonal;
4) Penderita TB Paru dengan kelainan hati kronik: Sebelum pengobatan TB,
penderita dianjurkan untuk pemeriksaan faal hati. Apabila SGOT dan SGPT
meningkat 3 kali, OAT harus dihentikan. Apabila peningkatannya kurang dari 3
kali, pengobatan diteruskan dengan pengawasan ketat. Penderita kelainan hati,
Pirazinamid tidak boleh diberikan;
5) Penderita TB Parudengan Hepatitis Akut: Pemberian OAT ditunda sampai
Hepatitis Akut mengalami penyembuhan. Pada keadaan dimana pengobatan TB
Paru sangat diperlukan, dapat diberikan Streptomycin dan Ethambutol maksimal
3 bulan sampai hepatitisnya menyembuh dan dilanjutkan dengan Rifampicin dan
Isoniasid selama 6 bulan;
7
6) Penderita TB Paru dengan gangguan ginjal: Dosis yang paling aman adalah 2
RHZ/6HR. apabila sangat diperlukan, Etambutol dan Streptomicin tetap dapat
diberikan dengan pengawasan fungsi ginjal;
7) PenderitaTB paru dengan Diabetes Mellitus: Dalam keadaan ini, diabetesnya
harus dikontrol. Penggunaan Rifampicin akan mengurangi efektifitas obat oral
anti diabetes sehingga dosisnya perlu ditingkatkan. Penggunaan Etambutol pada
penderita Diabetes harus diperhatikan karena mempunyai komplikasi terhadap
mata. Penggunaan OAT mempunyai beberapa efek samping diantaranya:
a. Rifampicin: tidak nafsu makan, mual, sakit perut, warna kemerahan pada
air seni, purpura dan syok (Dep.Kes, 2003), sindrom flu, hepatotoksik
(Soeparman, 1990);
b. Pirasinamid: nyeri sendi, hiperurisemia, (Soeparman, 1990);
c. INH: kesemutan sampai dengan rasa terbakar di kaki (Dep.Kes, 2003),
neuropati perifer, hepatotoksik (Soeparman, 1990);
d. Streptomisin: tuli, gangguan keseimbangan (Dep.Kes, 2003), nefrotoksik
dan gangguan Nervus VIII (Soeparman, 1990);
e. Ethambutol: gangguan penglihatan, nefrotoksik, skinrash/dermatitis
(Soeparman, 1990);
f. Etionamid: hepatotoksik, gangguan pencernaan (Soeparman, 1990).
2. Pembedahan
Dilakukan jika pengobatan tidak berhasil, yaitu dengan mengangkat jaringan paru
yang rusak, tindakan ortopedi untuk memperbaiki kelainan tulang, bronkoskopi
untuk mengangkat polip granulomatosa tuberkulosis atau untuk reseksi bagian paru
yang rusak.
3. Pencegahan
8
pengobatan, pemberian imunisasi BCG untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap
infeksi oleh basil tuberkulosis virulen.
8.Komplikasi
9
Asuhan KeperawatanTB Paru
1. Pengkajian
Nama, umur (kuman TBC menyerangsemuaumur), jeniskelamin, tempattinggal (alamat),
pekerjaan,pendidikandan status
ekonomimenengahkebawahdansanitasikesehatanyangkurangditunjangdenganpadatnyapenduduk
danpernahpunyariwayatkontakdenganpenderita TB paru yang lain.
a. KeluhanUtama
Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien mencari
pertolongan atau berobat ke rumah sakit. Biasanya pada pasien dengan effusi pleura
didapatkan keluhan berupa sesak nafas, rasa berat pada dada, nyeri pleuritik akibat iritasi
pleura yang bersifat tajam dan terlokasilir terutama pada saat batuk dan bernafas serta
batuk nonproduktif.
b. Riwayat penyakitsekarang
Meliputi keluhan atau gangguan yang sehubungan dengan penyakit yang dirasakan
saat ini. Dengan adanya sesak napas, batuk, nyeri dada, keringat malam, nafsu makan
menurun dan suhu badan meningkat mendorong penderita untuk mencaripengobatan.
c. Riwayat penyakitdahulu
Keadaan atau penyakit yang pernah diderita oleh penderita yang mungkin
sehubungan dengan tuberkulosis paru antara lain ISPA, efusi pleura serta tuberkulosis
paru yang kembaliaktif.
d. Riwayat penyakitkeluarga
Mencari diantara anggota keluarga pada tuberkulosis paru yang menderita penyakit
tersebut sehingga diteruskan penularannya.
e. Riwayatpsikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya serta
bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya.Pada
penderita yang status ekonominya menengah ke bawah dan sanitasi kesehatan yang
kurang ditunjang dengan padatnya penduduk dan pernah punya riwayat kontak dengan
penderita tuberkulosis paru yanglain.
10
2. Pola fungsikesehatan
a. Pola persepsi dan tata laksana hidupsehat
Adanya tindakan medis dan perawatan di rumah sakit mempengaruhi
perubahan persepsi tentang kesehatan, tapi kadang juga memunculkan persepsi
yang salah terhadap pemeliharaan kesehatan. Kemungkinan adanya riwayat
kebiasaan merokok, minum alkohol dan penggunaan obat-obatan bisa menjadi
faktor predisposisi timbulnyapenyakit.Pada klien dengan TB paru biasanya
tinggal didaerah yang berdesak – desakan, kurang cahaya matahari, kurang
ventilasi udara dan tinggal dirumah yangsumpek.
b. Pola nutrisi danmetabolik
Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolisme, kita perlu melakukan
pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui status nutrisi pasien,
selain juga perlu ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama di
RS pasien dengan effusi pleura akan mengalami penurunan nafsu makan akibat
dari sesak nafas dan penekanan pada struktur abdomen. Peningkatan metabolisme
akan terjadi akibat proses penyakit. pasien dengan effusi pleura keadaan
umumnyalemah.
Pada klien dengan TB paru biasanya mengeluh anoreksia, nafsu makan
menurun (Marilyn. E. Doenges, 1999).
c. Pola eliminasi
Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai kebiasaan
miksi dan defekasi sebelum dan sesudah masuk Rumah Sakit. Karena keadaan
umum pasien yang lemah, pasien akan lebih banyak bedrest sehingga akan
menimbulkan konstipasi, selain akibat pencernaan pada struktur abdomen
menyebabkan penurunan peristaltik otot-otot tractusdegestivus.
n. PemeriksaanRadiologi
Tuberkulosis paru mempunyai gambaran patologis, manifestasi dini
berupa suatu koplek kelenjar getah bening parenkim dan lesi resi TB biasanya
terdapat di apeks dan segmen posterior lobus atas paru – paru atau pada segmen
superior lobus bawah (Dr. dr. Soeparman. 1998). Hal 719). Pada fluoroskopi
maupun foto thorax PA cairan yang kurang dari 300 cc tidak bisa terlihat.
Mungkin kelainan yang tampak hanya berupa penumpukankostofrenikus.
o. Pemeriksaanlaboratorium
a) Darah
Adanya kurang darah, sel – sel darah putih serta laju endap darah
meningkat terjadi pada prosesaktif.
b) Sputum
Ditemukan adanya Basil tahan Asam (BTA) pada sputum yang
terdapat pada penderita tuberkulosis paru yang biasanya diambil pada
pagihari.
3. Diagnosa Keperawatan
No Analisa Data Diagnosa
16
pusing, pasien mengatakan sesak anoreksia, ketidakcukupan nutrisi.
napas
DO : pasien hanya ditempat tidur dan
saat beraktivitas dibantu oleh keluarga,
RR = 28 x/menit, Hb = 11,1 g/dl
3. Berikan klien
posisi semi fowler
tinggi
18
istirahat tidur aktivitas, gaya istirahat dengan mudah
tanpaterbangun hiduptingkat memerlukansedikit tidur
stress. untuk merasa segar
kembali dengan
bertambahnya usia,
waktu tidur. Total secara
umum
menurun,khususnya
tidur tahap IV dan
waktutahap meningkat.
2. Tidur akan sulit dicapai
sampai tercapairelaksasi,
lingkungan rumah
sakitdapat
2. Tingkatkan
relaksasi,
berikanlingkunga
n yang gelap atau
terang
5. Implementasi
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi mukus yang
kental, upaya batuk buruk dan edema tracheal/faringeal.
Implementasi :
a) Mengkaji fungsi pernafasan contoh bunyinafas, kecepatan, irama, dan
kelemahandan penggunaan otot bantu.
b) Mencatat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa batuk efektif,
catatkarakter,jumlah sputum, adanya hemoptisis.
c) Memberikan klien posisi semi fowler tinggi
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelemahan,
anoreksia, ketidak cukupan nutrisi.
a) Mencatat status nutrisi pasien dari penerimaan, catat turgor kulit, berat
badan dan derajat kekurangannya berat badan, riwayat mual atau
19
muntah, diare.
b) Memastikan pada diet biasa pasien yang disukai atau tidak disukai.
c) Berkolaborasi, rujuk ke ahli diet untuk menentukan komposisi diet.
c. Gangguan pola istirahat tidur berhubungan dengan sesak nafas dan batuk.
a) Mendiskusikan perbedaan individualdalam kebutuhan tidur berdasarkan
hal usia, tingkat aktivitas, gaya hiduptingkat stress.
b) Meningkatkan relaksasi, berikanlingkungan yang gelap atau terang
6. Evaluasi
S: klien mengatakan nafas sudah tidak sesak lagi,
klien mengatakan sudah ada nafsu makan,
klien mengatakan tidur sudah nyenyak
O: klien dapat mempertahankan jalan nafas dan mengeluarkan sekret tanpa bantuan,
pasien menunjukkan peningkatan berat badan dan melakukan perilaku atau
perubahan pola hidup,
pasien dapat istirahat tidur tanpa terbangun.
A: masalah teratasi sebagian
P: intervensi di hentikan
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah dipelajari tentang konsep dasar dan askep dari TB Paru kita dapat mengetahui
seperti apa penyakit TB Paru ini, bagaimana pencegahannya dan seperti apa penyebab
serta tanda dan gejalanya. Setelah itu semua di ketahui maka di berikan lah asuhan
keperawatan pada penyakit TB Paru ini yang dilalui dengan beberapa tahap dan semua
itu di lakukan untuk mengurangi dan menyembuhkan penderita penyakit ini agar tidak
banyak yang terkena penyakit inidi karenakan penyakit ini adalah penyakit menular
melalui udara dan virus pada penyakit ini ialah virus yang dapat menyebar walaupun
tanpa udara. Betapa bahaya nya penyakit ini dan proses penyembuhannya yang lama.
21
DAFTAR PUSTAKA
DepKes RI. 2002. Promosi penanggulangan TB paru. Jakarta:
22
23