Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

........

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Kritis

Disusun oleh :

PROGRAM SARJANA KEPERAWATAN

STIKES KHARISMA KARAWANG

Jln. Pangkal Perjuangan Km 1 By Pass Karawang 41316

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat serta
karunia-Nya dapat menyelesaikan penyusunan Makalah tentang “....” ini sebagai
salah satu wujud pengabdian kami kepada institusi dan sebagai sarana untuk
tercapainya Visi dan Misi STIKes Kharisma Karawang yang bertujuan kepada Visi
dan Misi STIKes Kharisma Karawang.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan
datang.

Akhir kata semoga Allah SWT senantiasa memberikan kemudahan dan


kecukupan dalam menjalankan tugas kita semua. Sekian, mohon maaf dan terima
kasih.

Karawang, Maret 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................... i

Daftar Isi.......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan ............................................................................... 2

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Pengendalian Infeksi Nososkomial Di Intensive Care Unit (ICU).


B. Faktor-Faktor Yang Mempermudah Terjadinya Infeksi Nosokomial
..............................................................................................................
C. Sumber Infeksi Nosokomial...............................................................
D. Strategi Pencegahan Dan Penanganan Infeksi Nosokomial...........
E. Transportasi Pada Pasien Kritis.......................................................
F. Sterilisasi dan Desinfeksi....................................................................

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan .........................................................................................28
B. Saran ...................................................................................................28

Daftar Pustaka ...............................................................................................29

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infeksi nosokomial merupakan salah satu penyebab meningkatnya angka
kesakitan (morbidity) dan angka kematian (mortality) di rumah sakit. Infeksi
nosokomial dapat menjadi masalah kesehatan baru, baik di negara berkembang
maupun di negara maju. Oleh karena itu rumah sakit dituntut untuk dapat
memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang sudah
ditentukan dan harus diterapkan oleh semua kalangan petugas kesehatan.

Infeksi yang muncul selama seseorang tersebut dirawat dirumah sakit dan mulai
menunjukkan suatu gejala selama seseorang itu dirawat atau setelah selesai
dirawat disebut infeksi nosokomial.

Infeksi nosokomial merupakan masalah serius bagi rumah sakit. Kerugian yang
ditimbulkan sangat membebani rumah sakit dan pasien. Pencegahan
dan pengendalian infeksi nosokomial merupakan upaya penting dalam
meningkatkan mutu pelayanan medis rumah sakit

Program pengendalian infeksi ini dapat dikelompokan dalam tiga kelompok yaitu
tindakan opersional, tindakan organisasi, dan tindakan structural. Tindakan
operasional mencakup kewaspadaan standar dan kewaspadaan berdasarkan
penularan/transmisi.

5-10% pasien rawat inap mendapat infeksi nosokomial. 3% pasien meninggal


akibat infeksi nosokomial meskipun angka kematian bervariasi untuk sumber
sepsisnya. Penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahvva akibat infeksi
nosokomial, lama perawatan bertambah rata-rata empat hari dan biaya perawatan

1
meningkat. ICU yang mempunyai 2-7% dari tempat tidur rumah sakit, tetapi
angka kejadian infeksi nosokomialnya 30 - 40%.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat di rumuskan bagaimana pencegahan dan
pengendalian infeksi nosokomial di ruang ICU (intensive care unit).

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mempelajari makalah ini, diharapkan pembaca mampu mengetahui
tentang pencegahan infeksi nosokomial di ruang icu.
2. Tujuan Khusus

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengendalian Infeksi Nososkomial di Intensive Care Unit


Infeksi nosokomial atau infeksi di dapat di rumah sakit berkembang sebagai
akibat dari masuknya pasien ke rumah sakit. Hal ini sangat berhubungan dengan
mortalitas dan morbiditas dan menyangkut biaya perawatan. Infeksi sering
berhubungan dengan organisme yang resisten atau menjadi resisten terhadap
antibiotik. Adapun prinsip diagnose infeksi nosokomial menurut Centre for
Disease Control adalah:
1. Ditemukan adanya infeksi lokal yang dilihat dari pemeriksaan klinik dan hasil
laboratorium dan tes diagnosa yang lain.
2. Dokter mendiagnose infeksi dengan melihat langsung pada luka operasi,
endoscopi dan prosedur diagnostik lain.
3. Didapatkan infeksi di rumah sakit dalam masa inkubasi, tetapi kejadian
infeksi setelah pulang dari rumah sakit.

B. Faktor-Faktor Yang Mempermudah Terjadinya Infeksi Nosokomial


Banyak penelitian klinis menunjukkan bahwa ada 4 konsep dasar yang
berpengaruh terhadap kejadian infeksi.
1. Flora Endogen
Organisme yang merupakan flora normal pada beberapa organ dapat menjadi
penyebab infeksi ketika ada perantara seperti pasien dengan endotrakheal
tube, tusukan intravena atau kateter urine.
2. Faktor Rumah Sakit
Rumah sakit menjadi reservoir bagi organisme patogen yang meliputi adanya
pasien yang parah, staf rumah sakit yang menularkan organisme antar
pasien, penggunaan antibiotik spektrum luas dan penggunaan alat-alat untuk
monitor atau pengobatan pada pasien.

3
Semua faktor ini meningkatkan pertumbuhan dan penyebaran organisme di
rumah sakit dan diantara pasien dengan pasien.
3. Faktor Pasien
Beberapa faktor intrinsik dapat mendukung terjadinya infeksi, seperti usia tua,
pasien dengan gangguan yang kronis, luka terkontaminasi, pengobatan steroid
atau obat-obat immunosupresif dan perawatan di rumah sakit yang lama.
4. Resistensi Antibiotik
Resisten terhadap satu atau lebih antibiotik senng menyebabkan organisme
tersebut memmbulkan infeksi. Penggunaan antibiotik berspektrum luas akan
menambah masalah. Obat ini membabat flora normal dalam saluran gastro
intestinal, pharing, dan saluran kencing dan kemudian diikuti pertumbuhan
vang berlebihan dengan ikatan yang lebih resisten.

C. Sumber Infeksi Nosokomial


Beberapa hal yang dapat menjadi sumber kejadian infeksi nosokomial meliputi:
1. Tindakan Invansif
Tindakan invansif adalah suatu tindakan menusukkan alat-alat kesehatan ke
dalam tubuh pasien, sehingga memungkinkan mikro organisme masuk ke
dalam tubuh. Tindakan invansif sangat banyak jemsnya, khususnya di ICU,
dimana pasien sering menggunakan bermacam-macam selang sekaligus, atau
mengalami beberapa tindakan seperti:
a. Suntikan fungsi (vena, lumbat, perikardial, pleura, suprapubik, arteri, dll)
b. Pemasangan alat (kontrasepsi, katheter urine, katheter jantung, intravena,
arteri pipa endotrakheal, nasogaster, drain, dll).
c. Tindakan bronkoskopi, angiografi, dll.

2. Tindakan Invasif Operasi


Tindakan operasi ini membutuhkan sayatan pada tubuh pasien, sehingga
micro organisme. dapat masuk ke dalam tubuh. Infeksi luka operasi
menunjukkan 20 - 25 % dari semua infeksi nosokomial. Mikro organisme

4
biasanya berasal dan flora pasien itu sendiri, tetapi dapat juga dari
kontammasi alat cairan yang digunakan atau juga dari para petugas yang ada

3. Tindakan Non Invasif


Tindakan ini menggunakan alat-alat kesehatan tanpa memasukkan ke dalam
tubuh pasien, telapi dapal menyebabkan micro organisme masi:k atau menular
kepada orang lain. Dan semua komponen yang terlibat dan berada disekitar
pasien dirawat dapat merupakan sumber infeksi. Hal ini meliputi:
a. Prosedur tindakan dari petugas yang tidak baik/aseptic.
b. Alat, bahan atau cairan yang terkontaminasi.
c. Ruangan yang tidak memenuhi syarat, terutama dilihat dari sudut
mikrobiologis.
d. Ketidaktahuan/ketidakmautahuan petugas terhadap tindakan aseptik.
e. Jumlah dan perilaku pengunjung.

D. Strategi Pencegahan Dan Penanganan Infeksi Nosokomial


Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam upaya pengendalian infeksi
nosokomial adalah sebagai berikut:
1. Hyegiene Perseorangan dan Cuci Tangan
Hyegiene perseorangan membantu seseorang menjadi bersih dan nyaman.
Bertujuan untuk mencegah infeksi, mempertahankan integritas jaringan dan
mempertahankan relaksasi. Hyegiene perseorangan ini meliputi : kebersihan
kulit, kuku, mata, mulut, hidung, teiinga, rambut dan daerah perineal.

Cuci tangan secara khusus telah dipromosikan untuk mengurangi penularan


infeksi sejak ± 15 tahun VII. Cuci tangan yang benar dari petugas dapat
menurunkan 25 -30% kejadian infeksi nosokomial. Untuk cuci tangan ini
dipergunakan :
a. Air mengalir
b. Sabun atau desinfeksi (savlon, aquaous chlorhexidine)

5
c. Handuk atau tisue disposable
d. Tindakan rutin atau tindakan khusus seperti persiapan operasi

Adapun prosedumya adalah :


a. Gosokkan telapak tangan kanan dengan telapak tangan kin.
b. Gosokkan telapak tangan kanan diatas punggung tclapak tangan kiri dun
sebaliknya.
c. Gosokkan telapak tangan kanan dengan telapak tangan kin dengan jari-jari
disilang.
d. Punggung jari berhadapan dengan telapak tangan Jari saling terkunci.
e. Putar dan gosok jempol tangan kanan dengan tangan kiri dan sebaliknya.
f. Putar dan gosok ujung jari-jari dan lempol tangan kanan, kedepan dan
kebelakang pada permukaan telapak tangan kiri dan sebaliknya. Untuk
tindakan operasi lakukan tindakan tersebut dalam 2 menit, keringkan.

2. Tim Pengendalian Infeksi


Tim pengendalian infeksi rumah sakit bertujuan untuk meminimalkan resiko
infeksi pada pasien dan petugas. Tim ini bertugas untuk :
a. Mengumpulkan data tentang angka infeksi.
b. Memonitor penggunaan antibiotik dan pola sensivitasnya.
c. Menyediakan feedback pada pemakai, seperti petugas yang ada di rumah
sakit.
d. Memonitor pelaksanaan berbagai tmdakan/prosedur di rumah sakit.
e. Mengembangkan kebijakan dan protokol yang dapat menurunkan angka
infeksi.
f. Menetapkan prosedur desmfeksi dan sterilisasi.
g. Memonitor pengelolaan sampan dan limb ah rumah sakit.
h. Mengembangkan prosedur pengelolaan sampah medis.

6
Mencegah infeksi melalui:

a. Mempromosikan cuci tangan yang efektif.


b. Menetapkan petunjuk untuk mencegah infeksi-infeksi tertentu.
c. Menetapkan prosedur isolasi atau penampungan infeksi.
d. Mensupervisi petugas kesehatan tennasuk tentang vaksinasinya.

3. Dekontaminasi Selektif Saluran Gastro Intestinal


Pertumbuhan bakteri yang cepat pada saluran pencernaan sebagai hasil
pemberian obat-obatan penghambat asam lambung dapat membawa pada
infeksi pneumonia dan multi organ distress syndrom. Bakteri tersebut dapat
membenmk kolonisasi di oroparing. Sejumlah penehtian membuktikan bahwa
dekontaminasi selektif saluran pencernaan dapat memutuskan lingkaran
kolonisasi infeksi.

Pada pasien diberikan antibiotik oral, seperti : polimixin, tobramycin,


Gentamycin, Neomycin, Nistatin atau amphotericin. Preparat ini aktif
melawan bacteri gram negatif atau jamur disaluran Gastro intestinal.

4. Isolasi
Isolasi adalah usaha pencegahan atau penyebaran kuman patogen dari sumber
infeksi (pasien, petugas, pengunjung, karier) kepada orang lain. Jenis isolasi
yang dilakukan sesuai patogenitas kuman dan cara penularan atau
penyebarannya.

5. Pengelolaan Ruangan dan Lingkungan


Ruangan dan lingkungan harus dijaga kebersihan, kelembaban, penyinaran
dan ventilasinya. Juga periu dilakukan monitoring angka kuman ruangan dan
jenis mikrobia secara periodik, terutama ruang operasi, ICU, ruang bayi
beresiko.

7
6. Pengelolaan Sampah
Diruangan harus tersedia tempat sampah yang dibedakan antara sampah biasa
(tidak terkontaminasi) dengan sampah yang terkontaminasi, juga sampah
medis seperti ; spuit, Jarum, dan benda tajam lamnya harus disediakan. Dan
pengelolaannya pun harus dibedakan antara masing-masing Jenis sampah
tersebut.

7. Memakai Alat-Alat Perlindungan


Petugas dapat menggunakan alat-alat proteksi diri seperti : pakaian khusus,
sarung tangan, masker, dll, terutama bila berhubungan dengan kasus-Kasus
infeksi yang menular.

8. Pencegahan Infeksi yang Berkaitan Dengan Tindakan Invasif


Beberapa tindakan invasif- terutama di ICU, dapat menjadi sumber terjadinya
infeksi. Infeksi yang dilaporkan paling banyak, mengenai saluran kencing,
saluran pemafasan bawah dan luka operasi.
a. Infeksi Saluran Kencing
Infeksi saluran kencing merupakan 40% kejadian dari seluruh infeksi
nosokomial. Infeksi ini terjadi paling senng karena pemakaian kateter
urine. Organisme bisa masuk ke kandung kencing melalui lumen kateter
(intra luminal) maupun sisi luar keteter (ekstra luminal). Pyuria dan
bakteri uria dapat terjadi pada wanita, orang tua, dan pasien dengan sakit
parah.
Untuk pencegahan dan penanganannya adalah :
1) Pemasangan kateter urine harus dengan indikasi pasti seperti
inkonentia urine dan segera dilepas setelah memungkinkan.
2) Insersi kateter harus dengan tehnik aseptic
3) Sambungan ke urine bag harus rapat dan kuat.
4) Sampel untuk pemeriksaan laboratorium harus dengan cara dan
alat steril.

8
5) Perawatan harus baik, dengan menggunakan antiseptik dan tidak boleh
sampai terjadi obstruksi.

b. Infeksi Saluran Pemafasan Bawah


Pneumonia adalah penyebab umum kematian di rumah sakit dan
merupakan 15% dan semua infeksi nosokomial.
Faktor yang mempermudah kejadian pneumonia antara lain :
 Intubasi dan trakheostomi
 Perawatan di ICU

Untuk pencegahan dan penanganannya.:

1) Keadaan dan prosedur yang dapat meningkatkan resiko aspirasi harus


diperhatikan, misalriya pasien tidak sadar.
2) Pemasangan pipa endotrakheal secara aseptik.
3) Sirkuit ventilator diganti setiap 24 - 48 jam.
4) Penghisapan lendir dari endotrakheal atau trakheostomi harus dengan
prinsip aseptik.
5) Pemberian antibiotik sesuai hasil kultur.
6) Tinggikan bagian kepala dari tempat tidur 30°

c. Infeksi Luka Operasi


Untuk pencegahan infeksi luka operasi adalah dengan :
1) Tindakan Umum
 Petugas harus memperhatikan kesehatan dan personal hygiene
dirinya.
 Menerapkan tehnik operasi yang benar.
 Bekerja sesuai dengan prinsip aseptik dan antiseptik, Mengikuti
peraturan dan tata tertib yang berlaku.
 Mempertahankan kesterilan alat, lingkungan, dll.

9
 Menjaga petugas dengan infeksi yang aktif untuk diluar ruang
operasi.
2) Penggunaan antibiotik profilaksis antibiotik profilaktik diberikan
dengan indikasi yang tepat, baik single dose maupun yang kontinyu.

d. Infeksi karena alat-alat introvaskuler


Alat intravaskuler sudah umum di rumah sakil, khususnya di ICU, dimana
pasien sering menggunakan beberapa alat sekaligus. Alat-alat ini
memungkinkan masuknya mikro organisme ke dalam sirkulasi dan
meningkatkan kemungkinan terjadi baktcriemia dan septicemia.
Kompliksi yang lain adalah plebitis dan infeksi uiidokaidilis.
Faktor resiko terjadinya bacteriemia karena alat-alat intravaskuler adalah:
 Kulit yang mengelupas
 Neutropenia
 Usia kurang dari satu tahun atau lebih dari 60 tahun.
 Penyakit dasar yang parah.
 Terapi steroid atau immunosupresi
 Adanya infeksi

Usaha-usaha penccgahan infeksi:

1) Tindakan Umum :
 Cuci tangan secara adekuat.
 Disinteksi kulit dengan benar.
 Insersi dilakukan dengan prinsip aseptik.
 Insersi dan pengelolaannya dilakukan oleh tim intravena.
 Fiksasi yang kuat untuk mencegah perubahan posisi.
 Selang-selang harus tertutup rapat.
 Dilakukan dressing secara steril ditempat tusukan.

10
 Monitor tempat tusukan setiap hari.
2) Tindakan Khusus:
 Kateter vena perifer : kateter diputar-putar setiap 48 - 72 jam.
 Kateter vena sentral dan kateter arteri pulmonal
- Preparasi tempat tusukan secara adekuat.
- Insersi dengan prinsip aseptik.
- Monitor tempat tusukan.
 Kateter arteri:
- Ganti selang setelah 96 jam.

- Gunakan tehnik aseptik untuk memasang dome dan selang-


selang.

- Hindari stopcock yang tidak perlu.

3) Tehnik-tehnik yang tidak memberikan keuntungan :


 Antispetik krim untuk tempat tusukan.
 Sering mengganti dressing.
 Rutin memflush kateter vena sentral.

E. Transportasi Pada Pasien Kritis


Transportasi pasien atau memindahkan pasien dari salu tempat ke tempat lain
seringkali diperlukan, namun perlu diingat bahwa pasien dengan sakit yang kritis
tidak mempunyai atau hanya mempunyai sedikit cadangan fisiologik. Sehingga
pemindahan pasien kritis dapat menimbulkan problem yang besar. Alasan itulah
maka pemindahan pasien kritis memerlukan perencanaan yang cermat serta
pengawasan yang ketat.

Pedoman Transportasi Pasien Kritis

11
1. Pemindahan pasien kritis dengan aman didasarkan atas 5 pedoman, yaitu :
a. Perencanaan
Perencanaan harus ditetapkan sebagai protokol dan dibuat sejelas
mungkin. Perawatan selama pemindahan harus sebanding dengan
perawalan selama di ruangan. Waktu pemindahan harus ditetapkan.
Termasuk rule perjalanan yang akan dilcwati. Komunikasi antar petugas
untuk koordinasi mempunyai peranan penting. Perencanaan yang salalu
akan menyebabkan memperpanjang perjalanan pemindahan.

b. Sumber daya manusia


Jumlah tenaga, keterampilan skill petugas liarus dipertimbangkan sesuai
dengan kondisi pasien yang dipindahkan. Tim transportasi merupakan
kombinasi dari dokter, perawat dan profesi lain yang terkait. Setiap
anggota tim harus familiar terhadap peralatan yang digunakan,
mempunyai kemampuan serta berpengalaman mengenai dan mengatasi
masalah, seperti kemampuan untuk pembebasan jalan nafas, ventilasi,
resusitasi ataupun undakan kedaruratan lain. Di dalam tim harus ada
pembagian tugas yang jelas, sehingga memudahkan prosedur.

c. Peralatan
Peralatan selama pemindahan harus tetap berfungsi sampai tempat tujuan.
Peralatan liarus mudah penggnnaannya, dan tidak dibenarkan peralatan
diletakkan pada pasien atau dibawa oleh petugas. Peralatan yang dibawa
disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi pasien. Monitor EKG, denyut
nadi dan tensi diperlukan oleh setiap pasien (kecuali pada pemindahan
pasien dalam proses penyembuhan ke bangsal perawatan biasa).

Monitor respirasi, oksi metri, alat defebrilasi dan suction liarus disediakan
pada pasien yang tergantung pada ventilator atau pasien yang tidak stabil.

12
Ventilator portable akan memberikan ventilasi yang lebih konsisten
dibandingkan dengan kantong Resusilator manual.

Monitor tekanan darah otomatis non invasif dan pompa infus sangat
dibutulikan. Kotak emergency kit jangan berisi obal-obat emergency
analgetik, sedatif, pelumpuh otot dan intubasi set sangat membantu untuk
mengatasi masalah-masalah darurat yang mungkin terjadi selama
tindakan transportasi pasien. Peralatan yang menggunakan arus listrik
harus tetap berfungsi. Selama perjalanan, bila perlu membawa baterai
cadangan.

Peralatan yang terpasang pada pasien seperti drainage, USD, iiifus line
alau cup line, catheter harus dipaslikan dalam keadaan ainan selama
perjalanan. Semua peralatan tersebut liarus siap pakai dan diperiksa secara
teratur

Peralatan secara umum yang diperlukan antara lain tempat tidur atau
brancard yang aman selama perjalanan, kotak medis dengan berat di
bawah 40 kg. Peralatan undik proteksi petugas seperti sarung tangan,
masker, dan sebagainya.

Apabila menggunakan peralatan elektronikaa harus dilengkapi dengan


baterai cadangan untuk 2 kali perhitungan. Alat komunikasi jarak jauh.
Peralatan selngkapnya dapat dilihat pada lampiran.

d. Prosedur
Tim transport harus terbebas dari tugas lain. Petugas penerima selalu siap
sebelum pemindahan dimulai. Waktu kedatangan diketahui dengan jelas.
Sebelum berangkat alal-alat siap, perbaikan pasien dapat dilakukan
misalnya, pemberian sedatif, mengganti cairan infus, transfusi yang habis,

13
memasukan obat-obat motorik telah masuk ke dalam infus, dan
sebagainya. Pemberian transport tidak boleh mengabaikan pengobatan dan
perawatan dasar pasien.
e. Lintasan
Tempat tidur atau brancard, peralatan dan petugas dapat melewati seluruh
rute perjalanan. Jika tempat tidur tidak dapat melewati rute misalnya pintu
atau lift gunakan brancard. (Kelemahan brancard tidak cukup membawa
alat yang dibutuhkan). Hindari trauma pada pasien atau petugas selama
memindahkan pasien.

Lift harus digunakan selain pengunjung atau wartawan sebelum


memindahkan pasien sehingga tidak menghambat perjalanan. Gerakan dan
gelaran yang kasar harus diminimalkan. Status pasien diperiksa setiap
interval tertentu. Segala pembalian keadaan pasien atau kondisi kritis yang
mungkin terjadi dicatat.

Pemindahan pasien dapat menggunakan tempat tidur dengan catatan


tempat tidur beserta petugas dapat masuk lift dan dengan aman dapat
melewati seluruh rute.

F. Sterilisasi dan Desinfeksi


Sterilisasi dilakukan untuk membunuh atau memisahkan semua mikroorganisme.
Sedangkan teknik sterilisasi antara lain sterilisasi dengan pemanasan, baik
pemanasan basah dengan autoclave dan pemanasan kering dengan pemijaran dan
udara panas.

Berbeda dengan sterilisasi, desinfeksi merupakan suatu proses kimiawi atau fisika
dimana bahan patogenik atau mikroba penyebab penyakit dihancurkan dengan
suatu desinfektan dan antiseptik. Sedangkan desinfektan adalah zat yang bebas
dari infeksi yang umumnya berupa zat kimia yang dapat membunuh kuman

14
penyakit atau mikroorganisme berbahaya, menginaktifkan virus. Sementara
pengertian antiseptik merupakan zat yang dapat membunuh atau menghambat
pertumbuhan mikroorganisme dalam jaringan hidup.

Terkait dengan proses diatas, menurut Pedoman Penanggulangan SARS Nasional


(2003), terdapat juga pengertian dekontaminasiyaitu satu tahap perlakuan yang
harus dilakukan sebelum instrumen dikirim ke bagian sterilsasi. Langkah
dekontaminasi berupa prosesing alat dan sarung tangan yang kotor (telah kontak
dengan darah atau cairan tubuh), untuk dilakukan proses perendaman dalam
larutan klorin 0.5 % selama 10 menit. Tindakan ini akan mematikan berbagai
virus sehingga aman untuk ditangani oleh petugas pencuci. Sterilisasi atau
desinfeksi tingkat tinggi dilakukan setelah dekontaminasi dan pencucian selesai
dilakukan

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Infeksi nosokomial atau infeksi di dapat di rumah sakit berkembang sebagai
akibat dari masuknya pasien ke rumah sakit. Hal ini sangat berhubungan dengan
mortalitas dan morbiditas dan menyangkut biaya perawatan. Infeksi sering
berhubungan dengan organisme yang resisten atau menjadi resisten terhadap
antibiotik. Sedangkan untuk mencegah infeksi, juga perlu melaksanakan pemeliharaan
peralatan perawatan dan kedokteran dengan cara membersihkan, mendesinfeksi atau
mensterilkan serta menyimpannya.

B. Saran

16
DAFTAR PUSTAKA
Salawati, Liza.(2012).Pengendalian Infeksi Nosokomial Di Ruang Intensive Care
Unit Rumah Sakit. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala Volume 12 Nomor 1
https://independent.academia.edu/SufYaneMail. Diakses pada tanggal 16 maret
2020 pukul 12.00 WIB
Darmadi. 2008. Infeksi Nosokomial Problematika dan Pengendaliannya.Salemba
Medika. Jakarta.
CDC NNIS. 2004. National Nosocomial Infections Sureillance (NNIS) system report.
www.cdc.gov/nhsn/PDFs/datastat/NNIS2004.pdf.

17

Anda mungkin juga menyukai