........
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Kritis
Disusun oleh :
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat serta
karunia-Nya dapat menyelesaikan penyusunan Makalah tentang “....” ini sebagai
salah satu wujud pengabdian kami kepada institusi dan sebagai sarana untuk
tercapainya Visi dan Misi STIKes Kharisma Karawang yang bertujuan kepada Visi
dan Misi STIKes Kharisma Karawang.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................... i
Daftar Isi.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan ............................................................................... 2
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan .........................................................................................28
B. Saran ...................................................................................................28
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi nosokomial merupakan salah satu penyebab meningkatnya angka
kesakitan (morbidity) dan angka kematian (mortality) di rumah sakit. Infeksi
nosokomial dapat menjadi masalah kesehatan baru, baik di negara berkembang
maupun di negara maju. Oleh karena itu rumah sakit dituntut untuk dapat
memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang sudah
ditentukan dan harus diterapkan oleh semua kalangan petugas kesehatan.
Infeksi yang muncul selama seseorang tersebut dirawat dirumah sakit dan mulai
menunjukkan suatu gejala selama seseorang itu dirawat atau setelah selesai
dirawat disebut infeksi nosokomial.
Infeksi nosokomial merupakan masalah serius bagi rumah sakit. Kerugian yang
ditimbulkan sangat membebani rumah sakit dan pasien. Pencegahan
dan pengendalian infeksi nosokomial merupakan upaya penting dalam
meningkatkan mutu pelayanan medis rumah sakit
Program pengendalian infeksi ini dapat dikelompokan dalam tiga kelompok yaitu
tindakan opersional, tindakan organisasi, dan tindakan structural. Tindakan
operasional mencakup kewaspadaan standar dan kewaspadaan berdasarkan
penularan/transmisi.
1
meningkat. ICU yang mempunyai 2-7% dari tempat tidur rumah sakit, tetapi
angka kejadian infeksi nosokomialnya 30 - 40%.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat di rumuskan bagaimana pencegahan dan
pengendalian infeksi nosokomial di ruang ICU (intensive care unit).
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mempelajari makalah ini, diharapkan pembaca mampu mengetahui
tentang pencegahan infeksi nosokomial di ruang icu.
2. Tujuan Khusus
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
3
Semua faktor ini meningkatkan pertumbuhan dan penyebaran organisme di
rumah sakit dan diantara pasien dengan pasien.
3. Faktor Pasien
Beberapa faktor intrinsik dapat mendukung terjadinya infeksi, seperti usia tua,
pasien dengan gangguan yang kronis, luka terkontaminasi, pengobatan steroid
atau obat-obat immunosupresif dan perawatan di rumah sakit yang lama.
4. Resistensi Antibiotik
Resisten terhadap satu atau lebih antibiotik senng menyebabkan organisme
tersebut memmbulkan infeksi. Penggunaan antibiotik berspektrum luas akan
menambah masalah. Obat ini membabat flora normal dalam saluran gastro
intestinal, pharing, dan saluran kencing dan kemudian diikuti pertumbuhan
vang berlebihan dengan ikatan yang lebih resisten.
4
biasanya berasal dan flora pasien itu sendiri, tetapi dapat juga dari
kontammasi alat cairan yang digunakan atau juga dari para petugas yang ada
5
c. Handuk atau tisue disposable
d. Tindakan rutin atau tindakan khusus seperti persiapan operasi
6
Mencegah infeksi melalui:
4. Isolasi
Isolasi adalah usaha pencegahan atau penyebaran kuman patogen dari sumber
infeksi (pasien, petugas, pengunjung, karier) kepada orang lain. Jenis isolasi
yang dilakukan sesuai patogenitas kuman dan cara penularan atau
penyebarannya.
7
6. Pengelolaan Sampah
Diruangan harus tersedia tempat sampah yang dibedakan antara sampah biasa
(tidak terkontaminasi) dengan sampah yang terkontaminasi, juga sampah
medis seperti ; spuit, Jarum, dan benda tajam lamnya harus disediakan. Dan
pengelolaannya pun harus dibedakan antara masing-masing Jenis sampah
tersebut.
8
5) Perawatan harus baik, dengan menggunakan antiseptik dan tidak boleh
sampai terjadi obstruksi.
9
Menjaga petugas dengan infeksi yang aktif untuk diluar ruang
operasi.
2) Penggunaan antibiotik profilaksis antibiotik profilaktik diberikan
dengan indikasi yang tepat, baik single dose maupun yang kontinyu.
1) Tindakan Umum :
Cuci tangan secara adekuat.
Disinteksi kulit dengan benar.
Insersi dilakukan dengan prinsip aseptik.
Insersi dan pengelolaannya dilakukan oleh tim intravena.
Fiksasi yang kuat untuk mencegah perubahan posisi.
Selang-selang harus tertutup rapat.
Dilakukan dressing secara steril ditempat tusukan.
10
Monitor tempat tusukan setiap hari.
2) Tindakan Khusus:
Kateter vena perifer : kateter diputar-putar setiap 48 - 72 jam.
Kateter vena sentral dan kateter arteri pulmonal
- Preparasi tempat tusukan secara adekuat.
- Insersi dengan prinsip aseptik.
- Monitor tempat tusukan.
Kateter arteri:
- Ganti selang setelah 96 jam.
11
1. Pemindahan pasien kritis dengan aman didasarkan atas 5 pedoman, yaitu :
a. Perencanaan
Perencanaan harus ditetapkan sebagai protokol dan dibuat sejelas
mungkin. Perawatan selama pemindahan harus sebanding dengan
perawalan selama di ruangan. Waktu pemindahan harus ditetapkan.
Termasuk rule perjalanan yang akan dilcwati. Komunikasi antar petugas
untuk koordinasi mempunyai peranan penting. Perencanaan yang salalu
akan menyebabkan memperpanjang perjalanan pemindahan.
c. Peralatan
Peralatan selama pemindahan harus tetap berfungsi sampai tempat tujuan.
Peralatan liarus mudah penggnnaannya, dan tidak dibenarkan peralatan
diletakkan pada pasien atau dibawa oleh petugas. Peralatan yang dibawa
disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi pasien. Monitor EKG, denyut
nadi dan tensi diperlukan oleh setiap pasien (kecuali pada pemindahan
pasien dalam proses penyembuhan ke bangsal perawatan biasa).
Monitor respirasi, oksi metri, alat defebrilasi dan suction liarus disediakan
pada pasien yang tergantung pada ventilator atau pasien yang tidak stabil.
12
Ventilator portable akan memberikan ventilasi yang lebih konsisten
dibandingkan dengan kantong Resusilator manual.
Monitor tekanan darah otomatis non invasif dan pompa infus sangat
dibutulikan. Kotak emergency kit jangan berisi obal-obat emergency
analgetik, sedatif, pelumpuh otot dan intubasi set sangat membantu untuk
mengatasi masalah-masalah darurat yang mungkin terjadi selama
tindakan transportasi pasien. Peralatan yang menggunakan arus listrik
harus tetap berfungsi. Selama perjalanan, bila perlu membawa baterai
cadangan.
Peralatan yang terpasang pada pasien seperti drainage, USD, iiifus line
alau cup line, catheter harus dipaslikan dalam keadaan ainan selama
perjalanan. Semua peralatan tersebut liarus siap pakai dan diperiksa secara
teratur
Peralatan secara umum yang diperlukan antara lain tempat tidur atau
brancard yang aman selama perjalanan, kotak medis dengan berat di
bawah 40 kg. Peralatan undik proteksi petugas seperti sarung tangan,
masker, dan sebagainya.
d. Prosedur
Tim transport harus terbebas dari tugas lain. Petugas penerima selalu siap
sebelum pemindahan dimulai. Waktu kedatangan diketahui dengan jelas.
Sebelum berangkat alal-alat siap, perbaikan pasien dapat dilakukan
misalnya, pemberian sedatif, mengganti cairan infus, transfusi yang habis,
13
memasukan obat-obat motorik telah masuk ke dalam infus, dan
sebagainya. Pemberian transport tidak boleh mengabaikan pengobatan dan
perawatan dasar pasien.
e. Lintasan
Tempat tidur atau brancard, peralatan dan petugas dapat melewati seluruh
rute perjalanan. Jika tempat tidur tidak dapat melewati rute misalnya pintu
atau lift gunakan brancard. (Kelemahan brancard tidak cukup membawa
alat yang dibutuhkan). Hindari trauma pada pasien atau petugas selama
memindahkan pasien.
Berbeda dengan sterilisasi, desinfeksi merupakan suatu proses kimiawi atau fisika
dimana bahan patogenik atau mikroba penyebab penyakit dihancurkan dengan
suatu desinfektan dan antiseptik. Sedangkan desinfektan adalah zat yang bebas
dari infeksi yang umumnya berupa zat kimia yang dapat membunuh kuman
14
penyakit atau mikroorganisme berbahaya, menginaktifkan virus. Sementara
pengertian antiseptik merupakan zat yang dapat membunuh atau menghambat
pertumbuhan mikroorganisme dalam jaringan hidup.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Infeksi nosokomial atau infeksi di dapat di rumah sakit berkembang sebagai
akibat dari masuknya pasien ke rumah sakit. Hal ini sangat berhubungan dengan
mortalitas dan morbiditas dan menyangkut biaya perawatan. Infeksi sering
berhubungan dengan organisme yang resisten atau menjadi resisten terhadap
antibiotik. Sedangkan untuk mencegah infeksi, juga perlu melaksanakan pemeliharaan
peralatan perawatan dan kedokteran dengan cara membersihkan, mendesinfeksi atau
mensterilkan serta menyimpannya.
B. Saran
16
DAFTAR PUSTAKA
Salawati, Liza.(2012).Pengendalian Infeksi Nosokomial Di Ruang Intensive Care
Unit Rumah Sakit. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala Volume 12 Nomor 1
https://independent.academia.edu/SufYaneMail. Diakses pada tanggal 16 maret
2020 pukul 12.00 WIB
Darmadi. 2008. Infeksi Nosokomial Problematika dan Pengendaliannya.Salemba
Medika. Jakarta.
CDC NNIS. 2004. National Nosocomial Infections Sureillance (NNIS) system report.
www.cdc.gov/nhsn/PDFs/datastat/NNIS2004.pdf.
17