Anda di halaman 1dari 29

ANBAB V

POKOK KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP

5.1 KONDISI AWAL


5.1.1.a Komponen Kualitas Air Laut dan Udara
Iklim
Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt Fergusson, wilayah ini termasuk
pada tipe
iklim A dan B, Musim hujan terjadi bulan September sampai
Februari dan musim kemarau terjadi bulan Maret sampai Agustus.,
hujan rata-rata 170 mm – 217 mm/tahun, dengan suhu 25,70 - 28,78
dengan kelembaban rata-rata 85.5%

Tabel-5.1
Suhu, Kelembaban dan Curah Hujan Wilayah Kabupaten Aceh Selatan
Penyinaran
Hujan Suhu Kec.Angin
Bulan Matahari Kelembaban
(mm) (0C) (mil/hari)
(%)
Januari 187.62 25.87 67.20 83.23 83.50
Februari 189.93 28.83 63.20 72.49 82.90
Maret 210.83 28.43 71.10 72.78 81.60
April 223.21 29.94 71.40 62.60 81.40
Mei 243.83 30.87 68.90 69.15 80.40
Juni 394.00 30.90 66.20 69.67 80.20
Juli 170.00 30.85 64.70 70.53 79.30
Agustus 179.02 29.88 58.20 72.04 80.60
September 180.83 29.91 55.80 66.87 82.90
Oktober 201.83 28.20 56.70 70.12 84.50
Nopember 216.49 25.70 55.10 59.62 85.50
Desember 211.08 25.98 49.50 76.11 85.20
Rerata 217.39 28.78 62.33 70.43 83.30
Maksimum 394.00 30.90 71.40 83.23 85.50
Minimum 170.00 25.70 49.50 59.62 79.30

Fisiografi
Fisiografi Kecamatan Labuhan Haji cukup bervariasi mulai dari datar,
berombak,
bergelombang, berbukit hingga pengunungan didominasi oleh dataran
litosol dan podzolik merah kuning, penyebaran morfologi yang
terbentuk atas topografi :
 Dataran (0-8%) dengan luas 464.15 Ha terdiri dari dataran pantai,
rawa dan dataran litosol yang merupakan lokasi pelabuhan
penyeberangan

68
 Dataran Berombak (8% - 15%) mempunyai 146.69 Ha berada pada
jalur jalan nasional Meulaboh – Tapaktuan sedangkan berbukit
curam (25%-40%) dengan luas 3,417.22 Ha dan
 Dataran pengunungan/terjal (>40%) dengan luas 1,591.77 Ha,
terletak di bagian Utara Kabupaten Aceh Selatan.

Geologi dan Jenis Tanah


Kondisi geologi terdiri dari beberapa jenis batuan yang sebagian besar
terdiri dari batuan sedimen dengan lapisan horizontal seluas 490.882
Ha dan hampir tersebar merata di beberapa kecamatan yaitu :
 Batuan endapan baru dan endapan jaman quarter seluas 23.263 Ha
yang penyebarannya hampir di semua desa di Kecamatan Labuhan
Haji.
 Batuan sedimen terlipat seluas 3.580 Ha terdapat di bagian utara
Kecamatan Labuhan Haji dan Timur
Jenis tanah di Kabupaten Aceh Selatan adalah sebagai berikut:
 Podzolik merah kuning
Jenis tanah ini terbentuk pada tipe iklim basah tanpa bulan kering,
terletak pada topografi bergelombang sampai berbukit-bukit pada
elevasi 10-100 m dpl, salumnya agak tebal (1-2 m) dengan warna
merah hingga kuning. Reaksi tanah sangat masam (pH 3,45,0) dan
sangat peka terhadap erosi, mempunyai tingkat kesuburan rendah.
 Latosol
Tanah ini terletak pada iklim basah dengan bulan kering kurang
dari 3 bulan. Terletak pada topografi bergelombang. Salumnya
dalam (1,5-10 m) dengan warna merah coklat hingga kuning.
Reaksi tanah masam sampai agak masam (pH 4,5-6,5) dan
kepekaan terhadap erosi kecil.

Hidrologi dan Kualitas Air


Keadaan hidrologi di wilayah pengembangan akan cukup besar
pengaruhnya terhadap penetapan fungsi kegiatan yang akan
dialokasikan. Cakupan hidrologi di wilayah Kecamatan Labuhan Haji
mempunyai potensi sumber daya air yang cukup besar, hal ini terlihat
dari adanya sungai Krueng Baro Kecamatan Manggeng ± 2,5 km dari
Desa Pasar Lama. Aset sumber daya air merupakan air permukaan
yang tidak mengalir, seperti danau, waduk, embung dan situ, aset
sumber daya air yang ada adalah berupa Danau Laut Bangko terletak

69
di Kecamatan Kota Bahagia seluas 131,50 Ha, dengan potensi lebih
kurang 3.945.000 m3

Kualitas Air
Parameter kualitas air di perairan Labuhan Haji , antara lain : suhu
(temperatur), kecerahan, salinitas, pH, konduktivitas dan DO, dimana
untuk tiap-tiap parameter diukur pada 3 kedalaman (0,2d; 0,4d dan
0,6d). Untuk analisa kualitas air selengkapnya dapat dilihat pada
pembahasan sebagai berikut :

Suhu (Temperatur)
Suhu atau temperatur perairan Labuhan Haji berkisar antara 29,5ºC -
30°C. Sebaran suhu tersebut berkisa perkiraan normal berkisar 25,6°C
-32,3°C, ha ini dipengaruhi oleh perbedaan kedalaman perairan
sehingga terjadi distribusi temperatur.
Kecerahan
Kecerahan merupakan ukuran sejauh mana penetrasi cahaya matahari
masuk ke perairan, nilai kecerahan di perairan Labuhan Haji berkisar
3,5-5 m dengan rata-rata 4 m, kecerahan sangat dipengaruhi oleh
curah hujan yang tinggi akan menyebabkan terjadinya tubulensi dan
membawa lumpur-lumpur yang berasal dari darat masuk ke laut
melalui aliran sungai/alur, sehingga perairan menjadi keruh, KMLH
(2003) menetapkan nilai kecerahan > 3 sangat baik.

Salinitas
Nilai salinitas di perairan Labuhan Haji berkisar antara 21,6 – 22,3
ppt, salinitas disini jauh lebih rendah dari pada salinitas pada
umunya berkisar 30-35 ppt, untuk daerah pesisir nilai salinitas
berkisar 32-34 ppt, sedangkan laut terbuka berkisar 33-37ppt dengan
rata-rata 35 ppt

Derajat Keasaman (pH)


pH merupakan tingkat keasaman air laut, atau besarnya konsentrasi
ion H dalam air besaran nilai pH sangat mempengaruhi daya
produktivitas perairan yang berkisar antara 7,4 – 8,1, variasinya nilai
pH disebabkan proses-proses kimia dan biologis yang menghasikan
senyawa-senyawa kimia baik bersifat asam maupun alkalis, Nilai pH
dalam perairan laut normal berkisar 8,0 – 8,5 dan perairan laut
Indonesia pH air laut permukaan berkisar 7,0-8,5 dan MNLH

70
menetapkan nilai ambang batas pH berkisar 6,5-8,5 dengan katagori
baik.

Konduktivitas
Perairan Labuhan Haji memiliki persebaran konduktivitas berkisar
antara 48 – 50 mmho/cm. Dan paling rendah adalah di daerah yang
menuju hulu alur/sungai, yaitu berkisar antara 38 – 40 mmho/cm,
yang paling dominan mempengaruhi perubahan konduktivitas adalah
temperatur, selain itu ada pula pengaruh dari salinitas.
DO
Kadar DO tertinggi adalah 7,52 mg/liter pada suhu 29,9° C. Sedangkan
kadar DO terendah adalah 7,29 mg/liter pada suhu 31,9°C.
5.1.b Komponen Lingkungan dan Biologi
Tanaman yang tumbuhan di sempadan pantai perairan labuhan haji
merupakan secara umum tumbuh daerah tropis yaitu :

Kelapa (cocos nucifera) adalah anggota tunggal dalam marga Cocos dari
suku aren-arenan atau Arecaceae. Tumbuhan ini dimanfaatkan hampir
semua bagiannya oleh masyarakat di sekitar pantai, sehingga dianggap
sebagai tumbuhan serbaguna, Tumbuhan ini diperkirakan berasal dari
pesisir Samudera Hindia di sisi Asia, namun kini telah menyebar luas
di seluruh pantai tropika dunia. Secara alami tumbuh di pantai
Labuhan Haji dan pohonnya mencapai ketinggian 30 m. Tumbuhan ini
dapat tumbuh hingga ketinggian 1.000 m dari permukaan laut, namun
seiring dengan meningkatnya ketinggian, ia akan mengalami
pelambatan pertumbuhan.

Cemara laut adalah salah satu jenis cemara dari golongan Casuarina,
tumbuhan ini memiliki sebutan lain yaitu Australian pine dan beach
she-oak. Secara umum pohon ini berbentuk kurus dan banyak
ditemukan di sepanjang pinggir pantai Labuhan Haji. Tumbuhan ini
masih berkerabat dekat dengan cemara sumatera dan cemara gunung.
Cemara laut merupakan tanamah jenis pohon berumah satu dengan
percabangan halus, dan pepagan berwarna coklat-keabu-abuan muda.
Bagian batangnya yang masih muda bertekstur halus sedangkan
batang yang tua bertekstur kasar, tebal, dan beralur. Daun cemara
laut mereduksi menjadi seperti lidi yang berruas-ruas dan berjumlah
7—8 tiap-tiap ruas.

71
Komponen Biologi
Pengambilan sampel untuk biota air dilakukan oleh Tim Survey Kajian
Amdal Reklamasi Tapaktuan pada tahun 2010, adapun data sebaran
Fitoplankton
Tabel-5.2
Sebaran Fitoplankton pada Stasiun Pengambilan Sampel

Lokasi Pengamatan (titik)


Organisme
1 2 4 5 6
CYANOPHYCEAE:
Trichodesmium sp. 6.667 26.668 114.288 85.716 228.576
BACILLARIOPHYCEA
E:
Pleurosigme sp. 6.667 53.336 - 28.572 14.286
Cyclotella sp. 6.667 26.668 - - -
Coscinodiscus sp. 33.335 106.672 14.286 42.858 57.144
Biddulphia sp. 6.667 26.668 - 14.286 28.572
Bacillaria sp. - 186.676 - - 14.286
Thallassiothrix sp. - 160.008 14.286 - -
Melosira sp. - 106.672 - - -
Navicula sp. - 53.336 57.144 14.286 57.144
Chaetoceros sp. - - 14.286 14.286 71.43

Rhizosolenia sp. - - 14.286 - 57.144


Amphora sp. - - 14.286 - -
Astelorampra sp. - - - - 14.286
Nitzschia sp. - - - 14.286 142.86
Sreptotheca sp. - - - - 14.286
Bacteriastrum sp. - 26.668 - - -
Lauderia sp. - - - - -
Ditylum sp. - - - - -
Cocconeis sp. - - - - -
Amphiprora sp. - - - 14.286 -
DINOPHYCEAE:
Peridinium sp. 53.336 453.56 357.15 328.578 85.716
9.667.15 51.495.90 10.200.20 6.800.13 3.442.92
Ceratium sp.
0 8 4 6 6
Goniodoma sp. 26.668 53.336 14.286 14.286 14.286
Prorocentrum sp. - 80.004 28.572 14.286 14.286
Dyctyocha sp. - - 28.572 14.286 14.286
Dinophysis sp. - - - - -
Jumlah Taksa 8 14 12 13 16
9.807.15 52.855.97 10.871.64 7.400.14 4.271.51
Kelimpahan (sel/m3)
7 6 6 8 4
Indeks Keragaman 0,10 0,17 0,33 0,42 0,93
Indeks Keseragaman 0,05 0,01 0,13 0,16 0,34
Indeks Dominasi 0,97 0,95 0,88 0,85 0,65

Sumber : Kajian Amdal Reklamasi Pantai Tapaktuan, 2010

72
Tabel 5.3
Struktur Komunitas makrozoobenthos di setiap stasiun pengamatan
Stasiun Pengamatan
Organisme
1 2 4 5 6
POLICHAETA:
Ophelina sp. 50 - 400 - 150
Glycera sp. 50 - 50 50 -
Scolopsos sp. - - 50 50 200
Prionospio sp. - - - - 600
Lumbrinensis sp. - - 100 100 50
Maldane sp. - - 100 50 100
Paraonis sp. - - - 50 -
Terebellides sp. - - 200 50 150
Eusyllis sp. - - - 50 -
Scaliberegma sp. - - 50 100 250
Onuphis sp. - - 150 - -
Notomastus sp. - 50 150 - -
Heteromastus sp. - - 50 - -
Cirratulus sp. - - 50 - 100
Magelona sp - - 50 - -
Goniada sp. - - 50 - -
Pista sp. - - 50 - -
Nereis sp. - - - - 150
Nephty sp. - - - - 100
Pectiniara sp. - - - - 100
Potamilla sp. - - - - 50
Phyllodocea sp. - - - - -
Pholoe sp. - - - - -
Scolecolepis sp. - - - - -
Laetmonice sp. - - - - -
Aglaophamus sp - - - - -
Nicolea sp - - - - -
Aricidea sp. - - - - -
Marphysa sp. - - - - -
Sternaspis sp. - - - - -
NUMERTINA:
Tubulanus sp. - - - - -
CRUSTACEA :
Ptilanthura sp. - - 50 200 100
Heterotanais sp. - - - - 50
Ampelisca sp. - - - - 350
Diastylis sp. - - - - 50
Pasiphaea sp. - - - - 50
Alpheus sp. 50 - 50 - -
Rhitopsnopeus sp. - - 50 - -
Squilla sp. - - 50 - -
Pinnotheres sp. - - 50 - -
SIPUNCULA :
Golfingia sp. - - - - -
Asphidosiphon sp. 50 - - - -
PELECYPODA :
Tellina sp. - - - 50 -
Dosinia sp. - - - 100 -
ECHINODERMATA:
Amphioplus sp. - - 50 - -
Ophiura sp. - - - - -
Thyone sp. - - - - -
GASTROPODA :
Nassarius sp. - - - - -
Jumlah Taksa 4 1 20 11 17
Kelimpahan (sel/m3) 200 50 1.8 850 2.6
Indeks Keragaman 2,00 - 3,91 3,65 3,65
Indeks Keseragaman 1 - 0,90 0,89 0,89
Indeks Dominasi 0,25 1,00 0,09 0,11 0,11

Sumber : Kajian Amdal Reklamasi Tapaktuan, 2010


5.1.c Komponen Sosial Ekonomi Budaya
Secara faktual, struktur ekonomi Kabupaten Aceh Selatan memang
masih bertumpu pada sektor pertanian dalam menggerakkan roda
ekonomi daerah, selain itu sektor pendukung ekonomi yang dominan
dalam perekonomian Kabupaten Aceh Selatan adalah sektor jasa-jasa,

73
sektor perdagangan, hotel dan restoran. Peranan ketiga sektor ini tidak
tergeser dan komkomposisinya pun tidak mengalami perubahan berarti.
Sektor pertanian dan pertambangan (Sektor Primer) sebagi penyumbang
terbesar dalam pembentukan PDRB Kabupaten Aceh Selatan pada
kurun waktu 2011 – 2014, diikuti sektor jasa dan sektor perdagangan,
hotel dan restoran (Sektor Tersier). Tingkat perekonomian daerah masih
sangat rentan, hal ini disebabkan oleh berbagai faktor internal maupun
eksternal daerah.

Faktor internal daerah: perilaku perekonomian yang masih bertumpu


pada sektor agraris dan sebagian besar tenaga kerja bekerja pada
sektor ini, padahal sektor ini sangat peka terhadap perubahan jenis
tanah dan kedalaman efektif, topografi, cuaca, dan bencana alam.
Produksi pertanian berupa bahan mentah yang belum diproses menjadi
bahan setengah jadi sehingga tidak memberikan nilai tambah bagi
perekonomian daerah. Di samping itu, investasi pengelolaan potensi-
potensi pertambangan belum optimal, belum ada energi penggerak
industri kecil dan menengah. Sarana dan prasarana jalan sebagai urat
nadi ekonomi daerah juga masih belum lancar.

Faktor eksternal daerah: Komoditi unggulan yang dipasarkan ke luar


daerah. Akan mengakibatkan pola permintaan dan harga dan distribusi
ditentukan oleh pelaku-pelaku bisnis dari luar daerah. Proses produksi
hasil-hasil pertanian menjadi bahan jadi dilakukan di luar daerah.
Bahan-bahan bangunan non lokal dipasok dari luar daerah,
menyebabkan ongkos bangunan menjadi lebih mahal.
Persebaran dan asal penduduk asli Aceh Selatan dari mana asalnya
tidak pernah diketahui secara pasti. menurut legenda di masyarakat di
Aceh Selatan ada makhluk yang di sebut dengan Manteu. Ciri-ciri
makhluk ini mirip dengan manusia tanpa busana dengan tubuh
ditutupi bulu tebal. Makhluk ini memiliki bentuk tubuh kecil. Besar
kemungkinan makhluk ini adalah penghuni tua wilayah Aceh Selatan
dan merupakan suku terasing yang menghuni rimba Aceh Selatan
sampai ke pelosok Aceh Tenggara. Sumber lain menyatakan bahwa suku
Manteu ini memeluk agama Islam dan menetap di hutan belantara
hampir ke perbatasan Aceh Tengah dan Aceh Tenggara.
Pola pelapisan sosial ini berubah seiring dengan perkembangan zaman
seiring dengan masyarakat telah memperoleh pendidikan dan sistem

74
yang berlaku dalam masyarakat bukan pelapisan sosial tertutup
sehingga masyarakat dapat dengan mudah untuk mengubah status
sosial mereka. Golongan yang berada diatas adalah mereka yang patut
untuk dijadikan sebagai pemimpin dan pemikiran berdasarkan
keturunan tetapi tidak mampu memegang amanat yang diembannya
ditakutkan oleh masyarakat akan membawa kehancuran bagi Bentuk
kesatuan hidup masyarakat terkecil bagi penduduk aneuk jamee
disebut kampung. Tiap kampung ditandai dengan sebuah surau atau
meunasah, jika disitu tidak terdapat mesjid. Surau menjadi sarana
beribadah disamping sebagai pusat kegiatan kampung seperti tempat
bermusyawarah dan penyelesaian masalah yang dihadapi oleh kampung
tersebut.
Fasilitas kesehatan merupakan penunjang dalam kehidupan
masyarakat, demikian juga dengan Kecamatan Labuhan Haji
mempunyai sarana dan prasarana yang memadai untuk menunjang
tingkat kesehatan masyarakatnya. Dari semua fasilitas yang ada hanya
dokter spesialis yang belum ada di daerah tersebut. Fasilitas kesehatan
puskesmas dibagi 5 puskesmas pembantu, 1 puskesmas dan untuk
membantu fasilitas yang ada dibantu dengan 28 perawat dan 25 bidan
yang tersebar di seluruh desa.

5.2 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING DAN PENANGANAN DAMPAK


A. Prakiraan Dampak Lingkungan di Lokasi Kegiatan
i) Tahap Pra Konstruksi
Pada tahap prakonstruksi ada 1 komponen lingkungan yang
diperkirakan akan terkena dampak dan penting yaitu komponen
sosekbud, dampak yang diperkirakan timbul pada masa akan datang
adalah keresahan masyarakat terkait dengan relokasi sebagian
pertokoan penduduk yang ada dalam rencana daerah pengembangan
pelabuhan.

ii) Tahap Konstruksi


Rekuitmen Tenaga Kerja
Kesempatan kerja akan terbuka sebelum dilakukan pekerjaan
konstruksi yaitu sebagai tenaga atau pekerja proyek konstruksi
pemanjangan dermaga, normalisasi alur pelayaran, pembangunan
kolam pelabuhan dan pembangunan sisi darat pelabuhan. Dampak
lain yang akan timbul adalah peningkatan pendapatan masyarakat

75
yaitu bagi penyedia warung makan, minum dan kebutuhan sehari-
hari para pekerja proyek selama kegiatan konstruksi berlangsung.

Mobilisasi Peralatan dan Material Konstruksi


Kegiatan ini diperkirakan akan menimbulkan dampak pada
penurunan kualitas udara dan kerusakan sarana prasarana
transportasi terutama akses jalan.

Normalisasi (Pengerukan) Alur Pelayaran


Kegiatan ini diperkirakan akan menimbulkan dampak positif
terhadap batimetri alur pelayaran yaitu peningkatan kedalaman
yang memungkinkan kapal-kapal yang mempunyai tonase besar
untuk dapat melewati alur pelayaran masuk dan berlabuh di
pelabuhan. Dampak negatif yang diperkirakan muncul adalah
penurunan kualitas perairan terutama berupa peningkatan material
padatan tersuspensi, terganggunya alur pelayaran, hilangnya
komunitas benthik, dan gangguan terhadap aktivitas organisme
perairan seperti organisme plankton dan nekton.

Pemindahan Material Hasil Kerukan Alur Pelayaran


Kegiatan pemindahan material kerukan alur pelayaran diperkirakan
menimbulkan dampak negatif terhadap kelancaran lalu lintas di alur
pelayaran. Selain itu pasir dan lumpur yang dimungkinkan akan
terjadi selama proses pemindahan material dan menyebabkan
peningkatan kekeruhan perairan dan berdampak negatif terhadap
organisme perairan.

Penimbunan Hasil Kerukan Alur Pelayaran (Reklamasi)


Kegiatan ini diperkirakan akan berdampak terhadap perubahan
topografi daerah timbunan dan biologi tanah lokasi penimbunan
akibat kegiatan penimbunan material hasil kerukan.

Pengerukan Lokasi Kolam Pelabuhan


Kegiatan ini diperkirakan akan menimbulkan dampak positif penting
terhadap nilai tataguna lahan dan alur pelayaran. Dampak negatif
yang diperkirakan muncul adalah penurunan kualitas perairan
terutama berupa peningkatan material padatan tersuspensi,
terganggunya alur pelayaran, hilangnya komuniatas benthik dan
gangguan terhadap aktivitas organisme perairan seperti organisme
plankton dan nekton

76
Pemadatan Tanah
Pemadatan tanah didaerah pengembangan pelabuhan berdampak
pada perubahan tata guna lahan dan tata ruang. Kondisi sekarang
ini, mempunyai tata guna lahan dari lahan perkebunan dan lahan
reklamasi yang akan berubah peruntukannya menjadi zona fasilitas
penunjang. Dampak yang lain yang diperkirakan timbul adalah
peningkatan kebisingan dan penurunan kualitas udara akibat
operasionalisasi alat pemadat.

Peningkatan Trestle dan Dermaga


Dampak positif yang diperkirakan timbul yaitu meningkatnya
kapasitas sandar, berlabuh dan bongkar muat yang berpengaruh
terhadap sosial ekonomi masyarakat. Sedangkan dampak negatif
yang diperkirakan adalah terganggunya akitivitas kepelabuhan
termasuk kapal nelayan, terganggunya alur pelayaran, penurunan
kualitas air akibat peningkatan kadar padatan tersuspensi
(kekeruhan).

iii) Tahap Pasca Konstruksi


 Pengoperasian Kolam Pelabuhan
Selama pengoperasian dermaga dan kolam pelabuhan
diperkirakan akan
menimbulkan dampak postif dan negatif terhadap lingkungan
hidup.

Dampak Terhadap Kualitas Udara dan Kebisingan


Dampak terhadap penurunan kualitas udara diperkirakan akan
muncul berasal dari gas buang mesin-mesin kapal sedangkan
dampak terhadap peningkatan kebisingan terjadi juga berasal dari
mesin kapal.

Dampak Terhadap Kualitas Air


Kolam pelabuhan digunakan untuk parkir/ tambat kapal, selama
parkir ABK melakukan aktivitas seperti membersihkan kapal dan
bongkar muat serta akomodasi untuk persiapan berangkat
kembali, limbah buangan berpotensi mencemari lingkungan
perairan di sekitar kolam yang berasal dari air buangan kapal
berupa ballast, air cucian dek dan limbah yang mengandung
minyak yang tidak sengaja terbuang ke laut. Air buangan ini

77
berdampak negative terhadap kualitas air laut di sekitar kolam
tambat.

Dampak Terhadap Komponen Sosekbud


 Terciptanya peluang usaha baru seperti penjaga kapal,
pengatur parkir kapal, penyedia jasa penginapan bagi ABK.
 Peningkatan pendapatan masyarakat diperkirakan akan timbul
yaitu berasal dari aktivitas sebagai pekerja di kapal, penyedia
warung makan dan minum selama kegiatan operasional
berlangsung
 Operasionalisasi dermaga dan kolam pelabuhan yang dapat
digunakan untuk berlabuh kapal yang bertonase besar secara
psikologis, maupun ekonomis akan mendorong dari luar
daerah yang selama ini mungkin kesulitan masuk ke
pelabuhan karena masalah tonase.
 Dampak terhadap persepsi masyarakat terhadap
operasionalisasi dermaga dan kolam pelabuhan dapat positif
atau negatif. Terbukanya kesempatan kerja dan usaha dalam
pelaksanaan kegiatan operasional bagi masyarakat sekitar
proyek menumbuhkan dampak positif bagi persepsi
masyarakat. Sedangkan persepsi negatif terjadi jika aktifitas
operasional memberikan kerugian bagi masyarakat, seperti
meningkatnya kerawanan/ menurunnya tingkat keamanan.
 Dampak terhadap Pendapatan Asli Daerah
 Operasional dermaga dan kolam tambat labuh kapal di
Labuhan Haji akan memberikan kontribusi bagi Pendapatan
Asli Daerah (PAD) melalui : Retribusi tambat, Retribusi
pedagang dan Retribusi pajak-pajak

 Pemeliharaan Kolam Pelabuhan


Pekerjaan pemeliharaan kolam pelabuhan merupakan
pemeliharaan kedalaman kolam yang dilakukan dengan cara
pengerukan. Pengerukan dilakukan apabila sedimentasi yang
terjadi telah menyebabkan penurunan kedalam kolam pelabuhan
sehingga mengganggu aktivitas tambat kapal.
 Aktivitas Bongkar Muat Kapal
Aktivitas bongkar muat kapal di dermaga dan sekitar kolam labuh
akan menghasilkan sampah baik padat maupun cair. Keberadaan

78
sampah ini akan berdampak terhadap komponen kesehatan dan
estetika, selain itu juga menghasilkan bau tidak sedap.
Sedangkan sampah cair dapat masuk ke perairan berpotensial
menimbulkan pengotoran dan pencemaran air.

B. Analisa Evaluasi Dampak Lingkungan di Lokasi Kegiatan


Evaluasi dampak dilakukan dengan metode formal dan informal,
evaluasi dilakukan berdasarkan hasil analisa prakiraan dampak untuk
kegiatan di pelabuhan.
i) Tahap Pra Konstruksi
Dampak yang diperkirakan timbul adalah keresahan masyarakat,
dari hasil survey dan wawancara dengan masyarakat tentang
rencana pengembangan pelabuhan pada masa akan datang,
keresahan masyarakat muncul terkait dengan relokasi sebagian
pertokoan untuk perlebaran jalan akses masuk ke pelabuhan dan
beberapa pemukiman penduduk yang ada dalam rencana
pengembangan pelabuhan (Dampak bersifat penting, persebaran
dampak luas, tidak terbalikan).

ii) Tahap Konstruksi


Rekuitmen tenaga kerja
Kesempatan kerja akan terbuka sebelum dilakukan pekerjaan
konstruksi yaitu sebagai tenaga atau pekerja proyek. Dampak lain
yang timbul adalah meningkatnya pendapatan masyarakat yaitu
bagi penyedia warung makan, minum dan kebutuhan sehari-hari
para pekerja proyek selama kegiatan konstruksi berlangsung.
Dampak rekuitment tenaga kerja untuk kegiatan konstruksi
berlangsung selama kegiatan konstruksi, sedangkan dampak positif
terhadap warung makan, minum dan penyediaan kebutuhan
sehari-hari berlangsung tidak hanya pada tahap konstruksi tetapi
pada tahap pasca konstruksi. (Dampak kegiatan ini bersifat lokal
dan penting).

Mobilisasi Peralatan dan Material Konstruksi


Rencana kegiatan ini diperkirakan menimbulkan dampak pada
penurunan kualitas udara dan kerusakan sarana prasarana
transportasi terutama jalan akses menuju lokasi kegiatan. Karena
sumber dampak penurunan kualitas udara berasal dari aktivitas

79
mesin kendaraan, maka dampak hanya berlangsung pada siang
hari dan selama masa konstruksi. Karena material konstruksi
berasal dari tempat yang jauh dari lokasi kegiatan, selain dampak
lokal juga berdampak pada masyarakat diluar wilayah kegiatan.
(Dampak bersifat penting, lokal, dan terbalikan).

Normalisasi (Pengerukan) Alur Pelayaran


Rencana kegiatan ini diperkirakan akan menimbulkan dampak
positif terhadap bathimetri alur pelayaran yaitu dengan
meningkatnya kedalaman sehingga dapat melewati alur pelayaran
masuk dan berlabuh di pelabuhan. Dampak negative yang
diperkirakan adalah penurunan kualitas perairan terutama berupa
peningkatan material padatan ter-suspensi serta terganggunya alur
pelayaran, hilangnya komunitas benthik, dan gangguan terhadap
aktivitas organisme perairan lain seperti organisme plankton dan
nekton dan masyarakat sekitar termasuk nelayan yang berada
disekitarnya serta pekerja kapal. Terganggunya alur pelayaran juga
bepotensi menimbulkan resiko kecelakaan kapal, persengketaan.
(Dampak positif bersifat penting, lokal, sedangkan dampak negatif
bersifat penting, lokal, kekeruhan dapat mengalami persebaran
yang dipengaruhi oleh arus).

Pemindahan Material Hasil Kerukan Alur Pelayaran


Kegiatan pemindahan material kerukan alur pelayaran diperkirakan
menimbulkan dampak negatif terhadap kelancaran lalu lintas di
alur pelayaran. Selain itu ceceran pasir dan karang akan terjadi
selama proses pemindahan material, sehingga menyebabkan
peningkatan kekeruhan perairan dan berdampak negatif terhadap
organisme perairan. (Dampak bersifat penting, lokal, dapat
mengalami persebaran mengikuti arah arus)

Penimbunan Hasil Kerukan Alur Pelayaran (Reklamasi)


Rencana kegiatan diperkirakan akan berdampak terhadap
perubahan topografi pada lokasi timbunan dan biologi tanah akibat
kegiatan penimbunan material hasil kerukan pada lokasi zona
pengembangan daerah perairan, karena material kerukan adalah
berupa pasir dan bercampur dengan batu karang maka mempunyai
potensi untuk terbawa aliran air atau run off pada saat musim
hujan dan kembali menuju ke laut sehingga menimbulkan

80
penurunan kualitas air dan sedimentasi perairan (Dampak bersifat
penting, lokal, tidak terbalikan)

Pengerukan Lokasi Kolam Pelabuhan


Kegiatan ini diperkirakan akan menimbulkan dampak positif
penting terhadap nilai tata guna lahan dan alur pelayaran.
Sedangkan dampak negatif terhadap penurunan kualitas udara dan
kebisingan bersifat penting karena lokasi kegiatan berdekatan
dengan kawasan pemukiman, sehingga jumlah manusia yang
terkena dampak cukup banyak (Dampak positif bersifat penting,
lokal, tidak terbalikan, lokal, tidak terbalikan)

Pemadatan Tanah
Pemadatan tanah didaerah pengembangan pelabuhan berdampak
pada perubahan tataguna lahan dan tata ruang. Kondisi sekarang
ini (existing) lokasi ini mempunyai tataguna lahan sebagai lahan
perkebunan akan berubah peruntukannya menjadi area
pengembangan. Dampak yang lain yang diperkirakan timbul adalah
peningkatan kebisingan dan penurunan kualitas udara akibat
operasionalisasi alat pemadat (Dampak positif bersifat penting, lokal,
tidak terbalikan Dampak negatif berupa penurunan kualitas udara
dan kebisingan bersifat tidak penting, lokal, dampak berlangsung
terbatas (selama pemadatan) dan berlangsung pada siang hari
selama 8 jam perhari).

Peningkatan Trestle dan Dermaga


Dampak yang diduga akan timbul akibat kegiatan peningkatan
dermaga pelabuhan adalah dampak positif yang diperkirakan
timbul dari kegiatan dan berpengaruh terhadap aktivitas sosial
ekonomi masyarakat. Dampak negatif yang akan timbul adalah
terganggunya akitivitas pelabuhan termasuk pelabuhan perikanan,
terganggunya alur pelayaran, penurunan kualitas air akibat
peningkatan kadar padatan ter-suspensi (kekeruhan), peningkatan
kebisingan dan getaran yang berasal dari aktivitas pemasangan
tiang pancang. (Dampak postif bersifat penting, lokal dan dapat
menyebar karena terkait dengan pelaku ekonomi perikanan.
Dampak negatif bersifat penting, lokal, dampak berlangsung
terbatas pada tahap konstruksi)

81
iii) Tahap Pasca Konstruksi
Pengoperasian Kolam Pelabuhan
Selama pengoperasian dermaga dan kolam pelabuhan diperkirakan
akan menimbulkan dampak postif dan negatif terhadap lingkungan
hidup.

Dampak Terhadap Kualitas Udara dan Kebisingan


Dampak terhadap penurunan kualitas udara diperkirakan akan
muncul berasal dari gas buang mesin-mesin kapal sedangkan
dampak terhadap peningkatan kebisingan berasal dari mesin kapal.
Penumpang yang akan terkena dampak dan semua pelaku aktivitas
dipelabuhan (pekerja kapal, dan pengunjung pelabuhan lainnya),
masyarakat yang bermukim disekitar pelabuhan (Dampak bersifat
penting, lokal, tidak tebalikan)
Dampak Terhadap Kualitas Air
Kolam pelabuhan digunakan untuk parkir/ tambat kapal setelah
melakukan perjalanan melakukan aktivitas pembersihan kapal, dan
bongkar muat serta akomodasi untuk persiapan melaut kembali.
Kapal tersebut berpotensi mencemari lingkungan perairan di sekitar
kolam yang berasal dari air buangan kapal berupa ballast, air
cucian dek dan limbah yang mengandung minyak dan tidak
sengaja terbuang ke laut. Air buangan ini berdampak negative
terhadap kualitas air lau. Dalam kondisi ekstrim, apabila terjadi
kecelakaan berupa tabrakan kapal, maka minyak yang di dalam
kapal serta bahan bakar yang diangkut dapat mencemari perairan.
(Dampak bersifat penting, lokal, dapat mengalami persebaran karena
adanya arus, dapat mengalami akumulasi)

Dampak Terhadap Komponen Sosekbud


 Terciptanya peluang usaha baru seperti penjaga kapal, pengatur
parkir kapal, penyedia jasa penginapan bagi ABK. (Dampak
bersifat penting, lokal)
 Peningkatan pendapatan masyarakat juga diperkirakan akan
timbul yaitu berasal dari aktivitas sebagai pekerja di kapal,
penyedia warung makan dan minum selama kegiatan
operasional berlangsung (Dampak bersifat penting, lokal )
 Operasionalisasi dermaga dan kolam pelabuhan yang dapat
digunakan untuk berlabuh kapal yang bertonase besar secara

82
psikologis, maupun ekonomis akan meningkatnya jumlah
penumpang, barang dan kenderaan apabila tidak dikelola
dengan baik akan menimbulkan masalah terhadap keamanan
maupun kenyamanan dari masyarakat setempat (Dampak
bersifat penting, lokal).
 Dampak terhadap persepsi masyarakat terhadap
operasionalisasi dermaga dan kolam pelabuhan dapat postif
atau negatif. Terbukanya kesempatan kerja dan usaha dalam
pelaksanaan kegiatan operasional bagi masyarakat sekitar
proyek menumbuhkan dampak positif bagi persepsi
masyarakat. Sedangkan persepsi negatif terjadi jika aktifitas
operasional memberikan kerugian bagi masyarakat, seperti
meningkatnya kerawanan/ menurunnya tingkat keamanan
(Dampak positif bersifat penting, lokal dan dapat menyebar
terkait dengan pemanfaatan ekonomi. Dampak negative bersifat
penting, lokal, terbalikan )
 Dampak terhadap Pendapatan Asli Daerah melalui : retribusi
tambat, retribusi pedagang dan retribusi pajak-pajak (Dampak
positif bersifat penting, regional)

Pemeliharaan Kolam Pelabuhan


Pekerjaan pemeliharaan kolam pelabuhan terutama adalah
pemeliharaan kedalaman kolam dilakukan dengan cara
pengerukan. Pengerukan dilakukan apabila sedimentasi yang
terjadi telah menyebabkan penurunan kedalam kolam, sehingga
mengganggu aktivitas tambat kapal dan membutuhkan kedalaman
yang tinggi. Dampak negative yang diduga timbul dari kegiatan ini
adalah pengerukan kolam adalah kebutuhan biaya pengerukan
yang sangat tinggi (Dampak bersifat postif penting, local, terbalikan.
Dampak negative bersifat penting, local, terbalikan).
Aktivitas Bongkar Muat Kapal
Aktivitas bongkar muat kapal dan masyarakat di dermaga dan
sekitar kolam pelabuhan akan menghasilkan sampah baik padat
maupun cair. Keberadaan sampah sampah ini akan berdampak
terhadap komponen kesehatan dan estetika, selain itu juga
bepotensi menghasilkan bau tidak sedap, sedangkan sampah cair
dapat masuk ke perairan dan menimbulkan pengotoran dan
pencemaran air (Dampak bersifat negative penting, lokal, terbalikan.

83
Dampak komponen lingkungan yang terkena dampak meliputi
kualitas air, estetika, kenyamanan, dan kesehatan)

C. Rencana Pengelolaan Lingkungan


Penyusunan rencana pengelolaan lingkungan (RPL) berdasarkan hasil
evaluasi dampak penting yang mengacu kepada :
 Undang Undang Republik Indonesia No. 23 tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup
 Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1999 tentang Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan
 Keputusan Kepala Bapedal No 09 tahun 2000 tentang Pedoman
Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
 Keputusan Kepala Bapedal No 105 tahun 1997 tentang
Pedoman Pemantauan Pelaksanaan RKL dan RPL

Dampak penting yang dikelola


Pembuatan kolam pelabuhan dan peningkatan dermaga pelabuhan
mempengaruhi komponen lingkungan, demikian sebaliknya.
Berdasarkan hasil penilaian tidak seluruh komponen kegiatan yang
diperkirakan menimbulkan dampak terhadap lingkungan yang dapat
dikatagorikan sebagai dampak penting.

Pendekatan Pengelolaan Lingkungan


Pendekatan pengelolaan dampak lingkungan dilakukan dengan
pendekatan teknis,
pendekatan ekonomi, pendekatan institusional.

Ruang lingkup RKL


Ruang lingkup RKL kegiatan meliputi pengelolaan dampak positif dan
dampak negatif penting yang terjadi selama kegiatan prakonstruksi,
konstruksi dan pasca konstruksi.

Tahap Rencana Pengolaan Lingkungan


i) Tahap Pra Konstruksi
Keresahan masyarakat
Jenis dampak
Keresahan yang diperkirakan pada jangka panjang yaitu terkait
dengan adanya relokasi pertokoan dan sebagian permukiman
untuk perlebaran dan peningkatan jalan akses ke pelabuhan.

84
Rencana Pengelolaan
Memberikan alokasi area yang cukup disekitar jalan akses dan
ketersediaan lahan baru, pendekatan ini selanjutnya
disosialisasikan bahwa pentingnya peningkatan jalan akses akan
tercipta struktur ruang yang memadai untuk kepentingan
pengunjung dengan sendirinya akan menambah daya tarik
pengguna,

ii) Tahap Konstruksi


 Rekuitmen tenaga kerja
Jenis Dampak
 Terbukanya kesempatan kerja yaitu sebagai tenaga atau
pekerja proyek konstruksi peningkatan dermaga,
normalisasi alur pelayaran dan pembangunan kolam
pelabuhan serta pembangunan sisi darat pelabuhan.
 Peningkatan pendapatan masyarakat yaitu bagi penyedia
warung makan, minum dan kebutuhan sehari-hari para
pekerja proyek selama kegiatan konstruksi berlangsung.

Rencana Pengelolaan
 Mengutamakan tenaga kerja lokal dan koordinasi dengan
pihak kecamatan dan desa untuk penerimaan tenaga kerja
yang sesuai dengan persyaratan dan permintaan pihak
pelaksana proyek, jika dimungkinkan melakukan pelatihan
guna mendapatkan kompetensi yang disyaratkan
 Upaya untuk meningkatkan dampak positif bagi
penyedia warung kebutuhan hidup para pekerja proyek
adalah dengan memberikan bantuan modal.

 Mobilisasi peralatan dan material konstruksi


Jenis Dampak
 Penurunan kualitas udara
 Kerusakan jalan akses menuju lokasi kegiatan.

Rencana Pengelolaan
 Pengaturan jenis kendaraan proyek sesuai dengan kapasitas
jalan.

85
 Perbaikan kembali prasarana umum (jalan, saluran) yang
rusak akibat pelaksanaan proyek dan koordinasi dengan
Instansi/ Dinas terkait (DPU)

 Normalisasi (Pengerukan) alur pelayaran


Jenis Dampak
 Peningkatan kedalaman sehingga kapal dapat melewati alur
pelayaran dan berlabuh di pelabuhan.
 Dampak negatif yang diperkirakan muncul adalah
penurunan kualitas perairan terutama berupa peningkatan
material padatan ter-suspensi
 Terganggunya alur pelayaran dan menimbulkan resiko
kecelakaan kapal, persengketaan antar awak kapal
khususnya para nelayan yang memanfaatkan alur tersebut.
Rencana Pengelolaan
 Dampak positif dikelola dengan pendekatan teknologi untuk
mencegah terjadinya pendangkalan akibat sedimentasi
 Pengelolaan dampak dilakukan dengan pendekatan
teknologi yaitu memilih alat pengeruk ramah lingkungan.
 Perlu dilakukan pengaturan pemasangan rambu-rambu
petunjuk jalan atau papan peringatan mengenai kegiatan
proyek. Pendekatan membuat jadwal keluar masuk kapal ke
pelabuhan terkait dengan jadwal pelaksanaan pengerukan,
sehingga pengerukan dilakukan pada saat lalulintas kapal
sepi

 Pemindahan material hasil kerukan alur pelayaran


Jenis Dampak
 Gangguan kelancaran lalu lintas di alur pelayaran.
 Terjadinya tumpahan/ceceran pasir selama pemindahan
material sehingga menyebabkan kekeruhan perairan dan
berdampak negatif organisme perairan.

Rencana Pengelolaan
 Untuk mengurangi gangguan alur pelayaran saat
kegiatan konstruksi maka diperlukan pengaturan
pemasangan rambu-rambu petunjuk jalan atau papan

86
peringatan mengenai kegiatan proyek., pendekatan
membuat jadwal keluar masuk kapal ke pelabuhan.
 Pengelolaan dampak dilakukan dengan pendekatan
teknologi yaitu memilih alat pengeruk sedimen yang
ramah lingkungan dan tidak memberikan dampak
tumpahan/ceceran sedimen yang paling kecil

 Pengerukan lokasi kolam pelabuhan


Jenis dampak
 Rencana kegiatan ini diperkirakan akan menimbulkan
dampak positif penting terhadap nilai tata guna lahan dan
alur pelayaran.

Rencana Pengelolaan
 Optimalisasi perubahan tata guna lahan sesuai masterplan.
 Perlu dilakukan upaya untuk mencegah terjadinya
pendangkalan akibat sedimentasi padatan yang berasal dari
aliran sungai
 Pengerjaan dilakukan menggunakan peralatan yang tidak
boros bahan bakar, pekerjaan dilakukan hanya pada siang
hari.

 Pemadatan tanah
Jenis Dampak
 Perubahan tata guna lahan dan tata ruang.
 Peningkatan kebisingan dan penurunan kualitas udara
akibat operasional alat pemadat.

Rencana Pengelolaan
 Optimalisasi perubahan fungsi dan tata ruang sesuai master
plan pengembangan pelabuhan penyeberangan.
 Pekerjaan dilakukan siang hari, untuk mencegah debu
dilakukan penyiraman.

 Peningkatan Trestle dan Dermaga


Jenis Dampak
 Terganggunya akitivitas kepelabuhan bongkar/mua dan ,
terganggunya alur pelayaran

87
 Penurunan kualitas air akibat kadar padatan ter-
suspensi.
 Peningkatan kebisingan dan getaran yang berasal
dari aktivitas pemasangan tiang pancang.

Rencana Pengelolaan
 Pengaturan aktivitas pelabuhan oleh petugas, sehingga tidak
terjadi gangguan pada operasional kapal.
 Pemasangan tiang pancang dilakukan sesuai
menggunakan peralatan yang ramah lingkungan.
 Untuk mengurangi getaran saat kegiatan konstruksi maka
perlu dilakukan peralatan pemancangan tiang kedap suara.

iii) Tahap Pasca Konstruksi


 Pengoperasian Kolam Pelabuhan
Selama pengoperasian dermaga dan kolam pelabuhan
diperkirakan akan menimbulkan dampak postif dan negatif
terhadap lingkungan hidup.

Dampak Terhadap Komponen Fisik-Kimia


Jenis Dampak
 Penurunan kualitas udara dan peningkatan kebisingan
Dampak terhadap penurunan kualitas udara dan kebisingan
muncul berasal dari gas buang mesin-mesin kapal. Dengan
meningkatnya kapal yang berlabuh di pelabuhan akan
meningkat intensitas dampak yang dihasilkan.

 Penurunan kualitas air


Kolam pelabuhan digunakan untuk parkir dan tambat kapal
serta melakukan aktivitas seperti pembersihan kapal dan
bongkar muat akomodasi untuk persiapan untuk berangkat
kembali selama bertambat berpotensi mencemari
lingkungan perairan di sekitar kolam yang berasal dari air
buangan dari kapal berupa ballast, air cucian dek dan
limbah yang mengandung minyak yang tidak sengaja
terbuang.

Rencana Pengelolaan
Minimalisir pembuangan limbah ke lokasi kolam tambat
dan penyediaan pembangunan instalasi pengolahan air limbah.

88
Dampak terhadap komponen sosekbud
 Terciptanya peluang usaha baru seperti penjaga kapal,
pengatur parkir kapal, penyedia jasa penginapan bagi ABK.
 Peningkatan pendapatan masyarakat juga diperkirakan
akan timbul yaitu berasal dari aktivitas sebagai pekerja di
kapal, penyedia warung makan dan minum selama kegiatan
operasional berlangsung
 Operasionalisasi dermaga dan kolam pelabuhan untuk
berlabuh kapal secara psikologis, maupun ekonomis .
Peningkatan jumlah penumpang, barang dan kenderaan,
apabila tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan
masalah terhadap keamanan maupun kenyamanan.

Dampak terhadap persepsi masyarakat terhadap


operasionalisasi dermaga dan kolam pelabuhan dapat postif atau
negatif. Terbukanya kesempatan kerja dan usaha dalam
pelaksanaan kegiatan operasional bagi masyarakat sekitar
proyek menumbuhkan dampak positif bagi persepsi masyarakat.
Sedangkan persepsi negatif terjadi jika aktifitas operasional
memberikan kerugian bagi masyarakat
 Dampak terhadap Pendapatan Asli Daerah
Operasional dermaga dan kolam tambat labuh kapal akan
memberikan kontribusi bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD)
melalui :
- Retribusi tambat
- Retribusi pedagang
- Retribusi pajak-pajak

Rencana Pengelolaan
 Untuk penjaga kapal, petugas parkir diperoleh lebih
mengutamakan tenaga kerja lokal dan koordinasi dengan
pihak desa untuk penerimaan tenaga kerja yang sesuai
dengan persyaratan dan permintaan pihak pelaksana proyek,
diadakan pelatihan guna mendapatkan kompetensi yang
disyaratkan.
 Penataan dan pembinaan terhadap kegiatan ekonomi informal
dengan tujuan peningkatan ketertiban, kualitas dan
pendapatan. Penambahan personil tenaga satuan pengamanan

89
pelabuhan dan pembinaan secara berkala terhadap tenaga
kemanan pelabuhan guna peningkatan keahlian dan
pelayanan.
 Mengizinkan masyarakat setempat dibawah pembinaan pihak
pengelola pelabuhan untuk melakukan aktivitas ekonomi di
kawasan pelabuhan sesuai dengan tataruang pelabuhan.

 Pemeliharaan Kolam Pelabuhan


Pekerjaan pemeliharaan kolam pelabuhan dengan cara
pengerukan dilakukan apabila terjadi sedimentasi.

Jenis Dampak
Dampak negatif yang timbul dari kegiatan pemeliharaan kolam
pelabuhan melalui kegiatan pengerukan kolam adalah kebutuhan
biaya pengerukan yang sangat tinggi.
Rencana Pengelolaan
Dibuat kolam pengendapan di bagian yang tidak terkena dampak
dan menggunakan peralatan pengerukan sesuai dengan kondisi
yang ada secara rutin dan berkala.

 Aktivitas Bongkar Muat Kapal


Jenis Dampak
Aktivitas bongkar muat kapal nelayan dan masyarakat di dermaga
dan sekitar kolam pelabuhan akan menghasilkan sampah baik
padat maupun cair. Keberadaan sampah-sampah ini akan
berdampak terhadap komponen kesehatan dan estetika, selain itu
juga potensial untuk menghasilkan bau tidak sedap. Sedangkan
sampah cair dapat masuk ke perairan dan potensial menimbulkan
pengotoran dan pencemaran air.

Rencana Pengelolaan
 Minimalisasi dan pemilahan sampah di lokasi dermaga
dan kolam pelabuhan.
 Pembuatan dan pemeliharaan saluran air untuk
menampung dan mengalirkan air limbah ke instalasi
pengolahan air limbah
 Penyediaan kontiner sampah/TPS yang mencukupi pada
tempat tertentu di sepanjang dermaga dan kolam pelabuhan.

90
D. Rencana Pengendalian Lingkungan
Pengendalian dampak dilakukan dalam upaya mencegah terjadinya
dampak dan memperkecil dampak kegiatan terhadap komponen
lingkungan. Oleh karena itu pengendalian dampak ditujukan terhadap
dampak negatif. Pendekatan pengendalian dampak dilakukan dengan
pendekatan ekonomi, teknologi dan institutional.
i) Tahap Pra Konstruksi
Dampak penting yang diperkirakan timbul pada tahap konstruksi
adalah :
 Keresahan masyarakat
Keresahan ini diperkirakan akan muncul terkait dengan adanya
relokasi pertokoan dan beberapa permukiman yang
diperuntukan untuk peningkatan dan perlebaran jalan akses
masuk ke pelabuhan serta lahan pengembangan pelabuhan
jangka panjang.

 Pengendalian Dampak
Perlu dilakukan sosialisasi dan pertemuan dengan pihak
kelurahan, tokoh masyarakat, pemuda dan stakeholder lainnya,
sehingga fungsi pelabuhan penyeberangan mempunyai daya
tarik baik dari segi teknis dan ekonomis.
ii) Tahap Konstruksi
 Mobilisasi peralatan (alat berat) dan material konstruksi
Jenis Dampak
 Penurunan kualitas udara dan kebisingan.
 Kerusakan jalan akses menuju lokasi kegiatan.

Pengendalian Dampak
 Dampak terhadap penurunan kualitas udara bersumber dari
mesin-mesin alat transportasi oleh aktivitas pembakaran bahan
bakar minyak. Pengendalian dampak dapat dilakukan dengan
penggunaan alat-alat trasnportasi yang telah lolos uji emisi,
sehingga ada jaminan bahwa emisi gas buang yang dihasilkan
sesuai dengan baku mutu dan penurunan kualitas udara dapat
terjadi karena debu, pengendalian dampak dapat dilakukan
dengan cara menyiram jalan
 Jalan akses menuju lokasi proyek dari jalan utama adalah jalan
dengan kualitas yang tidak disyaratkan untuk dilewati

91
kendaraan-kendaraan berat, untuk mengendalikan dampak
kerusakan jalan serta berdampak pada terganggunya aktivitas
transportasi masyarakat dapat dilakukan dengan 2 alternatif
yaitu :
- Sebelum proyek fisik pengembangan pelabuhan
dilakukan terlebih dahulu pembangunan infrastruktur
termasuk diantaranya adalah jalan akses ke lokasi
pelabuhan dengan kualitas jalan yang memungkinkan
untuk dapat dilewati oleh kendaraan kelas berat.
- Alternatif ke dua adalah pembangunan jalan akses ke lokasi
dikendalikan dengan cara perbaikan langsung terhadap
bagian jalan yang rusak.

 Normalisasi (Pengerukan) Alur Pelayaran


Jenis Dampak
 Penurunan kualitas perairan terutama peningkatan material
ter-suspensi
 Terganggunya alur pelayaran juga potensial menimbulkan
resiko kecelakaan kapal, persengketaan antar awak kapal
khususnya para nelayan.
Pengendalian Dampak
 Pengendalian dampak yang dapat dilakukan untuk
mengendalikan penurunan kualtas air akibat material padatan
yaitu pemilihan alat keruk yang disesuaikan dengan kharakter
dasar perairan (ramah lingkungan)
 Pengendalian resiko lingkungan yang terjadi akibat aktivitas
pengerukan alur pelayaran dapat dikendalikan secara teknis
melalui petugas pengaturan lalulintas kapal dari dan ke
pelabuhan, selama bongkar muat kapal di dermaga dan
dilakukan penjadwalan kegiatan pengerukan,.

 Pemindahan material hasil kerukan alur pelayaran


Jenis Dampak
 Gangguan kelancaran lalu lintas di alur pelayaran.
 Ceceran pasir yang dimungkinkan akan terjadi selama proses
pemindahan material urukan akan menyebabkan peningkatan
kekeruhan perairan dan berdampak negatif terhadap organisme
perairan.

92
Pengendalian Dampak
 Untuk mengurangi gangguan alur pelayaran saat kegiatan
konstruksi, dilakukan pengaturan pemasangan rambu petunjuk
jalan atau papan peringatan, membuat jadwal keluar masuk
kapal ke pelabuhan, sehingga kegiatan pengerukan dilakukan
saat lalulintas kapal sepi
 Pengendalian dampak dengan pendekatan teknologi dengan
peralatan yang sesuai dengan kondisi lingkungan setempat.

 Penimbunan hasil kerukan alur pelayaran


Jenis Dampak
Material kerukan adalah berupa pasir dan sebagian batu karang
maka mempunyai potensi untuk terbawa aliran air atau run off pada
saat musim hujan kembali menuju ke laut sehingga menimbulkan
penurunan kualitas air dan sedimentasi.

Pengendalian Dampak
Pembuatan talud sementara untuk menahan pasir dan sebagian
batu karang.

 Pengerukan Lokasi Kolam Pelabuhan


Jenis dampak
Penurunan kualitas udara termasuk peningkatan kebisingan

Pengendalian
Sumber dampak adalah pembakaran bahan bakar minyak oleh
mesin-mesin dalam pekerjaan pembuatan kolam labuh,
pengendalian dampak terhadap lingkungan secara efektif dilakukan
terhadap sumbernya. Pendekatan yang dilakukan adalah melalui
penggunaan peralatan yang tidak boros bahan bakar serta lolos uji
emisi

 Pemadatan tanah
Jenis Dampak
Peningkatan kebisingan dan penurunan kualitas udara akibat
operasionalisasi alat pemadat (alat berat).

Pengendalian Dampak
 Pekerjaan dilakukan pada siang hari, untuk mencegah debu
dapat dilakukan penyiraman.

93
 Sumber dampak adalah pembakaran bahan bakar minyak alat
berat yang terlibat dalam pekerjaan pemadatan lahan
reklamasi. Pendekatan yang dilakukan adalah penggunaan
peralatan yang tidak boros bahan bakar serta telah lolos uji
emisi.

 Peningkatan Trestle dan Dermaga


Jenis Dampak
 Terganggunya akitivitas bongkar muat dan alur pelayaran
serta peningkatan kebisingan dan getaran yang berasal dari
aktivitas pemasangan tiang pancang.

Pengendalian Dampak
 Kegiatan konstruksi peningkatan trestle dan dermaga
dikendalikan melalui pengaturan aktivitas pelabuhan oleh
petugas sehingga aktivitas bongkar muat dapat berjalan
dengan tertib.
 Dampak getaran dikendalikan melalui upaya mengurangi
getaran saat kegiatan konstruksi dengan melakukan
pengaturan pemasangan alat pancang yang sesuai agar
dampak dapat diminimalisir

ii) Tahap Pasca Konstruksi


 Pengoperasian Kolam Pelabuhan
Selama pengoperasian dermaga dan kolam pelabuhan
diperkirakan akan menimbulkan dampak postif dan negatif
terhadap lingkungan hidup.
Dampak Terhadap Komponen Fisik-Kimia
Jenis Dampak
 Penurunan Kualitas Udara dan Peningkatan Kebisingan
Dampak terhadap penurunan kualitas udara dan kebisingan
muncul berasal dari gas buang mesin-mesin kapal, dengan
meningkatnya jumlah penumpang, barang dan kenderaan
akan meningkat pula intensitas dampak yang dihasilkan.

Pengendalian Dampak
Karena sumber dampak berasal aktivitas mesin kapal, maka
pengendalian yang efektif adalah melalui pembuatan peraturan
yang melarang kapal-kapal menghidupkan mesin dalam kondisi
tertambat, berlabuh atau tidak melakukan pelayaran.

94
Jenis Dampak
 Penurunan Kualitas Air
Kolam pelabuhan digunakan untuk parkir dan tambat kapal,
selama parkir ABK dan pekerja kapal melakukan aktivitas
pembersihan kapal dan bongkar muat akomodasi untuk
persiapan melaut kembali dan berpotensi mencemari
lingkungan perairan di sekitar kolam yang berasal dari air
buangan dari kapal berupa ballast, air cucian dek dan limbah
yang mengandung minyak yang terbuang ke laut dan
berdampak negative terhadap kualitas air laut.

Pengendalian Dampak
 Membuat peraturan pelarangan membuang limbah kapal
termasuk air balas.
 Menyediakan areal pembuangan limbah kapal dilokasi kolam
pelabuhan
 Membuat saluran pembuangan limbah dan dialirkan ke
instalasi pengolahan limbah,

 Pemeliharaan Kolam Pelabuhan


Pekerjaan pemeliharaan kolam labuh terutama kedalaman
dilakukan pengerukan apabila sedimentasi telah menyebabkan
pedangkalan kedalam kolam pelabuhan.

Jenis Dampak
Kebutuhan biaya pengerukan yang sangat tinggi.

Pengendalian Dampak
Dibuat kolam pengendapan sebelum masuk ke area kolam
pelabuhan dan dilakukan pengerukan sediment di kolam
pengendapan secara rutin/berkala.

 Aktivitas Bongkar Muat Kapal


Jenis Dampak
Aktivitas bongkar muat kapal dan masyarakat di dermaga dan
sekitar kolam pelabuhan akan menghasilkan sampah baik
padat maupun cair. Keberadaan sampah ini akan berdampak
terhadap komponen kesehatan dan estetika, selain itu juga
potensial untuk menghasilkan bau tidak sedap. Sedangkan

95
sampah cair dapat masuk ke perairan dan potensial menimbulkan
pengotoran dan pencemaran air.

Pengendalian Dampak
Pengedalian dampak lingkungan yang disebabkan oleh produksi
sampah dapat dilakuan secara teknis dan nonteknis.
 Secara teknis dilakukan dengan penyediaan kontiner sampah
di sepanjang dermaga dan kolam pelabuhan. Sedangkan untuk
limbah cair pembuatan saluran pembuangan limbah yang
selanjutnya dialirkan keinstalasi pengolaha limbah.
 Secara nonteknis dilakukan dengan pelaksanaan peraturan
dan sanksi pelarangan membuang sampah baik padat
maupun cair secara sembarangan.

GUBERNUR ACEH

ZAINI ABDULLAH

96

Anda mungkin juga menyukai