Anda di halaman 1dari 5

V.

Kesimpulan

F: Feasible Penelitian dilaksanakan dengan melihat sumber daya dan kemampuan yang
disesuaikan untuk menyelesaikan masalah penelitian. Dalam hal ini peneliti
melakukan penelitian dengan menggunakan design penelitian cross sectional
study, instrumen kuesioner dengan menggunakan teknik sampling, subjek
penelitian adalah wanita, Oktaviani and Sulis (2016) wanita merupakan
makhluk yang identik dengan keindahan, dimana wanita selalu ingin untuk
tampil cantik dan sempurna agar menjadi pusat perhatian oleh orang
sekitarnya, remaja usia 18-21 tahun Yusuf (2010) merupakan usia peralihan
dari dunia remaja ke dunia dewasa yang menggunakan pelembap krim
wajah.
I: Interesting Kosmetik ilegal sangat banyak beredar selama tahun 2018 BPOM RI
menemukan 112 miliar rupiah kosmetik ilegal dan Hasil laporan PMAS
sebanyak 113 item kosmetik merupakan produk yang tidak terdaftar di
BPOM RI. Kurangnya pengetahuan tentang produk kosmetik wajah baik dan
aman menjadikan orang tetap menggunakan krim pemutih, namun tidak
sedikit mengetahui bahaya pemakaian krim pemutih justru tetap
menggunakannya untuk mempercantik diri dalam waktu singkat tanpa
memikirkan efek samping dan bahaya yang timbul terhadap kesehatan
N: Novelty Penelitian sebelumnya Lisnawati et.all (2016) membahas mengenai persepsi
remaja tentang kosmetik untuk menujang penampilan/merawat kulit dan
remaja belum mengetahui bahan berbahaya pada kosmetik dan menganggap
jika menggunakan kosmetik dengan tidak berlebihan tidak masalah.
Tingginya keinginan memiliki kulit putih membuat seseorang mengabaikan
informasi yang utuh tentang kosmetika. Penelitian Oktaviani and Sulis (2016)
Motivasi dalam diri remaja untuk menjaga penampilan, motivasi dari anggota
keluarga dan teman serta pengaruh media massa menjadi faktor remaja
terhadap penggunaan krim wajah. Walaupun mahasiswa memiliki
pengetahuan tinggi tentang kosmetik tetapi tidak di dukung oleh bagaimana
mahasiswa merespon informasi. Penelitian Damanik et.all (2011) Body
image digambarkan dengan konsep cantik yang dipahami dapat memberi
kepuasan terhadap keadaan fisik. Impian kuat remaja terlihat sempurna
mempengaruhi sikap dan perilaku remaja dalam memilih dan menggunakan
kosmetik.
Dengan data penelitian tersebut penelitian memiliki topik yang membedakan
dengan variabel penelitian sebelumnya yang meneliti mengenai tingkat
pengetahuan dan persepsi. Peneliti selanjutnya ingin mengetahui apakah ada
“Hubungan antara body image dengan perilaku dalam memilih dan
menggunakan pelembab krim wajah pada remaja”.
E: Ethical Penelitian ini dilaksanakan dengan melampirkan infomed consent reponden
berhak untuk ikut berpartisipasi atau tidak untuk menghormati hartat dan
martabat responden, menjaga kerahasiaan/ privasi responden dengan
mencantumkan nama inisial, tidak diketahui oranglain dan hasil dijelaskan
dalam bentuk agregat, responden dijinkan untuk menarik diri apabila
responden sudah menandatangani infomed consent tetapi setelah itu menolak
untuk ikut berpartisipasi dan tidak menimbulkan dampak negatif pada
responden dalam bentuk apapun.
R: Relevan Penelitian ini berguna untuk mengetahui apakah terdapat hubungan/tidak
antara body image dengan penggunaan pelembab krim wajah sehingga dapat
ditindak lanjuti untuk meningkatkan body image remaja sehingga remaja
lebih selektif dalam memilih produk pelembap krim wajah.
DAFTAR PUSTAKA

Lisnawati, D. (2016). Tingkat Pengetahuan Dan Persepsi Bahaya Kosmetika Yang


Mengandung Bahan Pemutih Di SMK Negeri 4 Yogyakarta.Jurnal Media Farmasi,
13(01).
Oktaviani, A. D. (2016). Faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Krim Pemutih

Wajah (Studi Pada Mahasiswa S1 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Airlangga Angkatan 2012-2015) (Doctoral dissertation, Universitas Airlangga).

Ningsih, A. (2016). Pengaruh Pengetahuan Kosmetika dan Persepsi Mahasiswa Tata Rias

Terhadap Keputusan Pembelian Produk BB Cream Untuk Penampilan Diri. Jurnal


Tata Rias, 5(01).

Damanik, B. T., Etnawati, K., & Padmawati, R. S. (2011). Persepsi remaja putri di Kota

Ambon tentang risiko terpapar kosmetik berbahaya dan perilakunya dalam memilih

dan menggunakan kosmetik. Berita Kedokteran Masyarakat, 27(1), 1.

Sari, R. N. A., & Estri, S. A. T. S. (2016). Hubungan Tingkat Pendidikan dan Status

Pekerjaan terhadap Pemilihan Kosmetik Pencerah Kulit pada Wanita. Mutiara


Medika: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan, 12(3), 170-176.
b. Kesimpulan tabel sintesis

Selama tahun 2018 BPOM RI menemukan 112 miliar rupiah kosmetik ilegal, bahan
dilarang atau bahan berbahaya. Hasil laporan PMAS (Post Marketing Alert System) yang di
laporkan oleh negara lain sebanyak 113 item kosmetik merupakan produk yang tidak
terdaftar di BPOM RI. Banyak pilihan produk kosmetik agar wanita lebih cantik salah
satunya krim pemutih wajah. Krim pemutih adalah campuran bahan kimia atau bahan lainya
dengan khasiat untuk memutihkan kulit atau memucatkan noda hitam pada kulit. Penelitian
Susanti and Silvia (2017) menyatakan terdapat kadar merkuri tinggi pada krim pemutih tidak
bermerek 2.307,9928 ppm melebihi ambang ketentuan BPOM >1mg/L (2014) merkuri dapat
menyebabkan kerusakan pada area tubuh khususnya wajah jika terlalu lama terpapar dapat
terjadi kerusakan sel yang akan menjadi kanker kulit. Penelitian Darmanik, Etnawati, and
Padmawati (2011) menyatakan usia remaja memiliki kecenderungan untuk mencoba hal baru,
seperti tingginya keinginan untuk memiliki wajah mulus, bersih, kulit putih, efek yang cepat
dan harga yang murah sering menyebabkan orang tidak memperdulikan informasi, termasuk
dalam penggunan krim pemutih wajah, remaja putri mempersepsikan cantik harus memiliki
identitas seperti model yang dapat meningkatkan rasa percaya diri dan meningkatkan citra
diri yang menyebabkan remaja putri lebih konsumtif terhadap kosmetik untuk merombak
penampilan wajah. Penelitian Oktaviani and Lilis (2016) menyatakan remaja menggunakan
kosmetik karena adanya dorongan dalam dirinya untuk menjaga penampilannya, adanya
dorongan dari anggota keluarga atau teman yang menggunakan krim pemutih wajah, atau
terpengaruh oleh media massa yang selalu membuat tertarik, remaja sering kali mengabaikan
informasi dan salah persepsi seperti menganggap terjadinya pengelupasan kulit atau iritasi
kulit merupakan cara kerja dari kosmetik sedangkan pengelupasan kulit secara tidak wajar
terus-menerus tanpa disertai pemberian nutrisi yang baik bagi sel, sehingga permukaan kulit
tampak putih pucat, Merkuri (Hg) masuk melalui pori- pori kulit dan terhubung dengan
pembuluh darah akhirnya dapat menyebabkan gangguan syaraf, ginjal, serta organ tubuh
lainnya. Penelitian Lisnawati, Wijayanti and Puspitasari (2016) menyatakan hampir 50%
wanita menggunakan krim pemutih selama tiga tahun yang menyebabkan ketergantungan bila
dihentikan akan timbul jerawat, bintik merah, iritasi serta rasa gatal. Penelitian Ningsih and
Nurlaela (2016) menyatakan meskipun memiliki pengetahuan yang cukup harus didukung
bagaimana mereka merespon segala informasi yang didapatkan remaja hanya mengetahui
bahan berbahaya merkuri dan hidroquinon padahal masih banyak bahan berbahaya seperti
asam retinoat, bahan pewarna, K3, K10 dan lain-lain. Tingginya perilaku konsumtif dalam
pembelian produk kosmetik disebabkan karena remaja putri mulai memandang tidak realistis
dengan tidak menilai dirinya apa adanya, tidak menghargai apa yang dimilikinya,
keluarganya, dan orang lain seperti keadaan yang sebenarnya sehingga menimbulkan
perasaan tidak puas dan rasa kecewa karena impian remaja putri untuk memiliki kulit putih
dan halus mempengaruhi sikap dan perilaku remaja dalam memilih dan menggunakan produk
kosmetik. Penelitian Lisnawati et.all (2016) menyatakan persepsi tentang bahaya kosmetika
dilatarbelakangi oleh faktor pengalaman, usia, kepribadian. Penelitian Ningsih and Nurlaela
(2016) menyatakan bagi wanita mode dan trend baru yang sangat mempengaruhi penampilan
dan sering menjadi perhatian salah satunya kulit, kulit putih dan cantik, remaja memperoleh
informasi tentang kosmetik dari teman, internet, perpustakaan sekolah, iklan di TV dan lebel
kemasan. Pengetahuan kosmetika dan persepsi secara simultan berpengaruh pada keputusan
pembelian produk BB cream untuk penampilan diri. Penelitian Darmanik et.all (2011)
menyatakan faktor risiko remaja putri yaitu kurangnya pengetahuan tentang kosmetik dan
ketidaktahuan terhadap tindakan pencegahan dan karena banyaknya/ terjadi peningkatan
jumlah kosmetik berbahaya. Kurangnya pengetahuan tentang produk kosmetik wajah baik
dan aman menjadikan orang tetap menggunakan krim pemutih, namun tidak sedikit yang
mengetahui bahaya pemakaian krim pemutih yang mengandung merkuri justru tetap
menggunakannya untuk mempercantik diri dalam waktu yang singkat tanpa memikirkan efek
samping dan bahaya yang ditimbulkan terhadap kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai