Anda di halaman 1dari 5

3.

Virus
A. Pendahuluan
Virus (dari bahasa latin artinya racun), merupakan agensia infeksius yang berbeda
dari mikroorganisme lain karena ukuran yang kecil atau partikel dan bersifat parasit obligat
intraseluler, yaitu membutuhkan host untuk multiplikasi. Penemuan virus oleh Adolf Mayer
(1886) yaitu menemukan penyakit mosaic tobacco yang disebabkan TMV (Tobacco Mosatic
Virus) dan Dmitri Iwanoski (1892) yang mampu mengisolasi penyebab mosaik tembakau
tersebut.
Menurut Sylvia T Pratiwi dalam buku Mikrobiologi Farmasi, beliau menjelaskan
bahwasannya Virus merupakan kesatuan yang mengandung asam nukleat DNA atau RNA,
mengandung protein selubung (coat protein). Kadang – kadang virus tertutup oleh envelope
dari lipid, protein, dan karbohidrat yang mengelilingi asam nukleat virus. Virus
bermultiplikasi di dalam sel hidup dengan menggunakan mesin penyintesis dari sel inang.

B. Sifat Umum virus

1. Tidak mempunyai organisasi sel biasa


2. Mengandung salah satu jenis asam nukleat yaitu DNA atau RNA
3. Mengandung pembungkus protein(protein coat) yang dapat berikatan dengan protein, lipid
atau karbohidrat menyelubungi asam nukleat
4. Multipikasi dalam sel hiduo karena tidak mempunyai enzim yang dipakai untuk sintesa
protein dan pembentukan atp sehingga bersifat parasit obligat intraseluler
5. Dapat mensintesa struktur khusus yang mampu memindahkan asam nukleat virus pada sel
lain.
6. Resisten terhadap antibiotika tetapi sensitif terhadap interferon (Agnes Sri, 2015)

C. Ukuran Virus
Virus berukuran lebih kecil dari bakteri, namun beberapa berukuran besar, yaitu virus
Vaccinia (atau hampir sama dengan Mycoplasma), Rickettsia, dan Chlamydia. Ukuran virus
bervariasi antara 20 - 14.000 nm. (Agnes Sri, 2015)

D. Struktur Virus
Partikel ekstraseluler disebut virion, sebagai partikel lengkap, mampu berkembang,
sebagai partikel virus yang tersusun dari asam nukleat dan diselubungi oleh pembungkus
protein berfungsi untuk melindungi dari lingkungan dan sebagai sarana transmisi dari saru
host ke host yang lain (Agnes Sri, 2015).
Partikel virus tersusun oleh :
1. Asam Nukleat
2. Kapsid dan Pembungkus
Virion merupakan partikel virus yang lengkap, sempurna, dan telah berkembang penuh serta
bersifat infeksius. Virion tersusun atas asam nukleat yang dikelilingi oleh protein selubung
yang melindunginya dari lingkungan sekelilingnya. Selain itu, virion dilengkapi dengan
peralatan untuk transmisi dari satu sel inang ke sel inang yang lain.
Kapsid adalah susunan protein yang mengelilingi asam nukleat virus. Struktur kapsid sangat
ditentukan oleh asam nukleat virus. Kapsid tersusun atas subunit-subunit protein yang disebut
kapsomer (Sylvia T, 2010)

Contoh Gambar Struktur Virus diambil dari : Buku Mikrobiologi Farmasi, 2009
E. Morfologi
Dalam buku Mikrobiologi Kesehatan, virus dapat diklasifikasikan berdasarkan
perbedaan tipe morfologi khususnya bentuk kapsid yaitu :
1. Helical virus
Bentuk batang panjang, kaku, atau fleksibel. Asam nukleat terdapat dalam ruangan kapsid
silindris yang membentuk heliks. Contoh : virus rabies, virus Ebola Hemorrhagic Fever.
2. Polyhedral virus
Kapsid mempunyai bentuk icsahedron, polyhedron dengan 20 sisi segitiga dan 12 sudut.
Kapsomer tiap sisi membentuk segitiga equilateral. Contoh : virus bentuk icosahedron
yaitu adenovirus, virus polio
3. Enveloped virus
Memiliki selubung pembungkus dan berbentuk spheris kasar. Pada virus helical dan
polyhedral diselubungi pembungkus dan disebut enveloped helical or enveloped
polyhedral viruses. Contoh : virus Herpes Simplex
4. Complex virus
Virus yang mempunyai struktur kompleks sehingga disebut compelx virus. Contoh virus
bakteri atau Bakteriofage.
Contoh Gambar
Bakteriofage T. diambil dari : Buku Mikrobiologi Farmasi, 2009.
F. Klasifikasi Virus
Klasifikasi awal dilihat berdasarkan contoh gejala penyebab penyakit sistem
pernapasan. Pada kenyataannya, suatu virus dapat menyebabkan lebih dari satu penyakit
tergantung jaringan yang terinfeksi. Pada tahun 1966, virologist menyusun taksonomi virus
berdasarkan The International Commitee on the Taxonomy of Viruses (ICTV) dan
menggolongkan virus dalam familia berdasarkan tipe asam nukleat, strategi replikasi atau
morfologi (Agnes Sri, 2015)
Pemberian akhiran –virus digunakan sebagai nama genus, -viridae sebagai nama
familia, dan nama ordo dengan akhiran –ales.
Contoh :
1. Coronavirus dan virus arteritis dalam ordo Nidovirales
2. Virus dengan satu negatif strand RNA dalam ordo Mononegavirales.
3. Dalam penggunaan formal, nama familia dan genus digunakan sebagai berikut : Familia
Herpesviridae, genus Simplexvirus, Human Herpes Virus 2
Oleh karena itu, species virus dinyatakan sebagai nama umu diskriptif, contoh virus HIV
(Human Immunodeficiency Virus) dengan sub species jika ada, sebagai jumlah, contoh
HIV-1.

G. Isolasi, Kultivasi dan Identifikasi Virus


Virus tidak dapat bermultiplikasi di luar sel host, sehingga sulit untuk deteksi
perhitungan dan identifikasinya. Virus membutuhkan sel hidup sebagai medium
pertumbuhan. Jika menggunakan tumbuhan atau hewan, umumnya sulit dan mahal serta virus
patogen hanya tumbuh pada primata, jika pada manusia sebagai host dapat menimbulkan
komplikasi. Oleh karena itu sering digunakan sel bakteri sebagai host karena lebih mudah
ditumbuhkan kultur bakteri (Agnes Sri, 2015)
Untuk menumbuhkan virus di laboratorium dapat dilakukan melalui tiga metode,
yaitu in vivo yang merupakan metode inokulasi virus pada hewan hidup (mencit, tikus,
kelinci); in ovo yang merupakan metode inokulasi virus pada telur berembrio; dan in vitro
yang merupakan metode inokulasi virus pada kultur sel atau kultur jaringan. Telur berembrio
ini sangat berarti dalam inokulasi virus karena pada telur embrio tertunas (TET) ini dapat
diperoleh bermacam-macam tipe sel yang rentan terhadap virus. Telur yang digunakan
sebaiknya berasal dari peternakan yang bebas dari patogen spesifik. Telur dieramkan dalam
inkubator dengan suhu 38 – 39oC dan kelembapan udara 60 – 65%.
Virus dapat ditumbuhkan pada kultur sel primer ataupun kultur sel
berkesinambungan. Kultur sel primer berasal dari potongan jaringan yang cenderung mati
setelah beberapa generasi. Sel-sel pada kultur primer umumnya tidak dapat dibiakkan secara
terus-menerus dengan memindahkan dan menumbuhkannya pada media baru (passage),
kecuali pada sel-sel tertentu yang disebut Cell Strain. Kultur sel berkesinambungan umum
digunakan untuk menumbuhkan virus secara rutin di laboratorium. Sel ini merupakan sel
yang ditransformasi yang dapat dipelihara sampai beberapa generasi. Biasa pula disebut
immortal cell line.
Identifikasi virus dapat dilakukan dengan menggunakan mikroskop elektron, metode analisis
Western Blot yang mereaksikan virus dengan antibodi, polymerase chain reaction (PCR),
dan restriction fragment length polymorphism (RFLP) (Sylvia T, 2009)

H. Macam – Macam Virus (Agnes Sri, 2015) :


a. DNA Virus, merupakan virus yang mempunyai DNA saja ;
1. Adenoviridae
2. Poxviridae
3. Herpesviridae
a. Human Herpes Virus (HHV)1-2 : simplexvirus
b. HHV-3 : penyebab chicken pox
c. HHV-4 : penyebab infectious mononucleosis
d. HHV-5 : penyebab CMV
e. HHV-6 : penyebab Roseola
f. HHV-7 : menginfeksi bayi
g. HHv-8 : penyebab Kaposi’s sarcoma, Aids.
4. Papovaridae
5. Hepadnavaridae, sebagai penyebab hepatitis.
b. RNA Virus, merupakan virus yang mempunyai RNA saja.
1. Picornavaridae, merupakan virus terkecil
2. Togaviridae
3. Rhabdoviridae, contoh : virus rabies
4. Reoviridae
5. Retrovirid, contoh : virus HIV

I. Multipikasi Virus
Menurut buku Mikrobiologi Farmasi, tahapan multipikasi virus terdiri dari :
1. Adsorpsi
Adsorpsi merupakan interaksi spesifik virus dan inang. Terdapat reseptor khusus yang
memperantai pengenalan virus oleh sel inang.
2. Perasukan dan pelepasan selubung
Ini merupakan tahap lanjutan setelah virus menempel pada permukaan sel inang
(adsorpsi). Pada bakteriofag, perasukan dan pelepasan selubung berlangsung melalui
serabut ekor fagcyang berkontraksi sehingga terjadi cengkeraman pada bagian paku ekor
pada membran sel bakteri.
3. Replikasi dan sintesis komponen virus
Bagi virus DNA didahului dengan replikasi DNA, sedangkan bagi virus RNA didahului
dengan pembentukan complementary DNA (cDNA)
4. Perakitan virus
Pada virus DNA berlangsung di dalam nukleus, sedangkan pada virus RNA berlangsung di
dalam sitoplasma sel inang
5. Pelepasan virus
Pelepasan virus dapat melalui proses lisis (pecahnya sel) ataupun fagositosis dengan
mekanisme yang berlawanan (virus dilepas melalui pertunasan pada bagian tertentu
membran sel).

Sumber Pustaka :
- Sri Harti, Agnes. 2015. MIKROBIOLOGI KESEHATAN; PERAN MIKROBIOLOGI
DALAM BIDANG KESEHATAN. Yogyakarta : CV. ANDI OFFSET
- Pratiwi, Sylvia T. 2009. MIKROBIOLOGI FARMASI. Erlangga

Anda mungkin juga menyukai