Anda di halaman 1dari 9

Kelompok 5

Denata Ferdian ( 540170007 ) Aprilian Vindy D ( 640180018)

Dicky Pranata ( 540170001 ) Brenda Lovely D ( 640180053 )

Meilinda ( 540170033 ) Eka Saputara D ( 640180079 )

Friska D ( 640180056 )

Analisis Rasio Keuangan

Analisis finansial adalah suatu evaluasi terhadap kinerja finansial masa lalu
perusahaan dan prospeknya di masa yang akan datang. Secara khusus, analisis finansial
mencakup suatu analisis laporan keuangan perusahaan dan aliran dananya. Analisis laporan
finansial mencakup perhitungan berbagai rasio. Analisis laporan finansial ini digunakan oleh
pihak-pihak yang berkepentingan seperti kreditor, investor, dan manajer untuk menentukan
posisi finansial perusahaan dibanding posisi finansial perusahaan lain. Analisis laporan
finansial merupakan suatu cara yang digunakan oleh investor dan kreditor untuk melihat
pengaruh posisi finansial perusahaan dan hasil usahanya terhadap reputasi perusahaan,
price/earning ratio dan tingkat bunga efektifnya.

Laporan finansial perusahaan menyajikan ikhtisar data aktiva, kewajiban, dan


ekuitasnya dalam neraca dan menyajikan ikhtisar data penghasilan dan biayanya dalam
laporan laba rugi. Jika tidak dianalisis, data tersebut dapat menjerumuskan seseorang untuk
mengambil kesimpulan yang salah tentang kondisi finansial perusahaan. Berbagai macam
alat ukur dapat digunakan untuk mengevaluasi sehat tidaknya finasial perusahaan, antara lain:
analisis horizontal, analisis vertical, dan analisa rasio. Seorang analis finansial memanfaatkan
rasio untuk membuat dua tipe perbandingan :

1. Perbandingan industri
Rasio-rasio suatu perusahaan dibandingkan dengan rasio-rasio perusahaan lain yang
sejenis atau dengan rasio rata-rata industri atau norma-norma industri untuk menentukan
sejauh mana perusahaan meninggalkan para pesaingnya.
2. Analisis Tren
Rasio-rasio periode berjalan suatu perusahaan dibandingkan dengan rasio-rasio
periode masa lalu dan rasio-rasio yang diharapkan pada periode mendatang untuk
menentukan apakah kondisi finansial perusahaan semakin baik atau semakin buruk.

Setelah selesai menganalisis laporan finansial, analisis finansial perusahaan akan


berkonsultasi dengan manajemen untuk membicarakan rencana dan prospek mereka,
mengidentifikasi bidang-bidang permasalahan dalam analisis, dan solusi yang dimungkinkan.

Analisis Horizontal

Analisis ini digunakan untuk mengevaluasi tren akun-akun sepanjang tahun. Analisa
horizontal membandingkan suatu pos dalam laporan keuangan dalam pos yang sama tetapi
dalam periode yang berbeda.

Analisis Vertikal

Dalam analisis vertikal, suatu elemen yang signifikan pada laporan finansial
digunakan sebagai nilai dasar, sedangkan semua elemen lainnya dibandingkan dengannya.
Atau dengan kata lain analisis vertikal membandingkan pos dalam suatu laporan keuangan
dengan pos lainnya yang menjadikan tolak ukur dalam suatu periode yang sama.

Analisis vertikal digunakan untuk mengungkap struktur internal perusahan. Analisis


vertikal menunjukkan adanya hubungan antara masing-masing akun laporan laba rugi dengan
penghasilan. Analisis vertikal menunjukkan gabungan aktiva yang menghasilkan pendapatan
dan gabungan sumber modal, baik yang berasal dari pendanaan hutang lancar atau hutang
jangka panjang maupun yang berasal dari pendanaan ekuitas.Disamping memungkinkan
untuk membuat evaluasi internal, hasil analisis vertikal lebih lanjut juga bermanfaat untuk
menaksir posisi relative perusahan dalam industry.

Seperti halnya analisis horizontal, analisis vertikal bukan merupakan akhir dari
proses. Analisis finansial harus siap menggali lebih dalam lagi bidang-bidang yang
ditunjukkan oleh analisis horizontal atau analisis vertical atau keduanya yang mungkin
menjadi bidang permasalahan.
Analisis Rasio

Analisis rasio keuangan dirancang untuk mengungkapkan kekuatan/kelemahan relatif


suatu perusahaan lain pada industri yang sama. Rasio keuangan juga menunjukkan posisi
keuangan yang membaik atau memburuk selama periode tertentu.

Terdapat berbagai macam rasio yang digunakan seorang analisis, tergantung pada
pertimbangannya tentang penting tidaknya rasio. Terdapat lima kelompok analisis rasio, yaitu
rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio leverage atau solvabilitas, rasio profitabilitas atau
rentabilitas, dan rasio nilai pasar.

1. Rasio Likuiditas

Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka


pendeknya yang telah jatuh tempo. Rasio likuiditas menunjukkan hubungan antara aktiva
lancar perusahaan dengan utang lancar.

Rasio likuiditas akhir tahun sifatnya statis. Perusahaan yang memiliki likuiditas
yang sehat paling tidak memiliki rasio lancar sebesar 100%. Oleh karena itu, manajemen
perlu melihat aliran kas yang diharapkan di masa yang akan datang. Jika aliran keluar kas
yang diharapkan di masa yang akan datang relative lebih tinggi disbanding aliran masuk
kas yang diharapkan di masa yang akan datang, maka posisi likuiditas perusahaan akan
memburuk.

 Current Ratio ( Rasio Lancar )

Current Ratio sama dengan aktiva lancar dibagi hutang lancar. Jadi rasio ini
bertujuan untuk mengetahui sebanyak apa aset lancar yang dimiliki perusahaan jika
dibandingkan dengan utang lancarnya. Nilai proporsional ( 1 kali ) dari rasio ini
adalah yang terbaik. Terlalu rendah, misalnya dibawah 0,4 kali saja, maka dianggap
kurang aman likuiditasnya. Sedangkan, jika terlalu tinggi, anggaplah di atas 3 kali,
maka itu juga kurang bagus karena mengindikasikan banyak pos-pos aset lancar yang
berlebih.

Aktiva lancar
Rasio lancar=
Utang lancar
 Quick Ratio atau Acid Test Ratio ( Rasio Cepat )

Rasio ini membandingkan antara aktiva lancar dikurangi persediaan dengan


kewajiban lancar. Persediaan tidak diikutsertakan karena membutuhkan waktu yang
lama untuk mengubah persediaan menjadi kas. Suatu perusahaan yang mempunyai
rasio cepat kurang dari 1:1 atau 100% dianggap kurang baik tingkat likuiditasnya.

Aktivalancar− persediaan
Rasio cepat =
Utang lancar

 Cash Ratio ( Rasio Kas )


Rasio ini bertujuan untuk mengukur tingkat ketersediaan kas dan setara kas
dari suatu perusahaan dibandingkan dengan utang lancar yang dimilikinya.
Maksudnya, analisis rasio ini bertujuan untuk mengetahui sebesar apa jumlah kas
yang dimiliki dan mampu dibayar suatu emiten jika sewaktu-waktu ditagih atau jatuh
tempo utang jangka pendeknya.
Jika rasionya 1 kali atau antara kas dan utang lancar sama banyaknya, artinya
perusahaan tersebut mampu membayar dengan baik utang jangka pendeknya. Jika
kurang atau dibawah 1 kali, misalnya hanya 0,7 kali, maka bisa saja likuiditas
perusahaan tersebut dapat terganggu sewaktu-waktu.

kas + setara kas


Rasio kas=
Utanglancar

2. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas digunakan untuk mengukur tingkat efektifitas pemanfaatan
sumber daya perusahaan dalam menghasilkan pendapatan dan kas. Rasio aktivitas adalah
cara untuk mengetahui bagaimana perusahaan memanage sumber daya yang dimiliki
untuk kefektifan perusahaan yang tengah berjalan tiap harinya.
 Rasio Perputaran Persediaan ( Inventory Turnover Ratio atau ITO )
Rasio ini bertujuan untuk mengukur efisiensi pengelolaan persediaan barang
dagang. Semakin tinggi nilai ITO maka akan semakin baik. Tapi, perputaran
persediaan yang rendah tidak selalu berarti buruk dan perputaran persediaan yang
tinggi juga tidak selalu berarti baik.
Cost of Good Sold atau HPP
ITO=
Persediaanrata−rata

 Rasio Perputaran Total Aktiva ( Total Asset Turnover Ratio atau TATO )
Rasio ini berfungsi untuk mengukur tingkat efektivitas perusahaan dan
manajemen memanfaatkan aset perusahaan untuk mendapatkan penjualan bersih
(penjualan netto). Semakin tinggi rasio TATO ini maka akan semakin baik, karena
merupakan pertanda bahwa manajemen dapat memanfaatkan setiap rupiah aktiva
untuk menghasilkan penjualan.

penjualan bersih
TATO=
total aktiva

 Rasio Perputaran Aktiva Tetap ( Fixed Asset Turnover Ratio atau FATO )
Rasio ini mengukur efektivitas penggunaan dana yang tertanam pada aktiva
tetap seperti gedung dan peralatan dalam rangka menghasilkan penjualan, atau berapa
rupiah penjualan bersih yang dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvestasikan pada
aktiva tetap. Semakin tinggi nilai FATO semakin efektif penggunaan aset tetap,
apabila FATO menurun maka penggunaan aktiva tetap kurang efektif atau banyak
mengganggur.

penjualan bersih
FATO=
rata−rataaktiva tetap

 Rasio Perputaran Piutang ( Receivable Turnover Ratio atau RTO )


Tingkat perputaran piutang suatu perusahaan dapat menggambarkan tingkat efisiensi
modal perusahaan yang ditanamkan dalam piutang, sehingga semakin tinggi
perputaran piutang berarti makin efisien modal yang digunakan dan berarti semakin
cepat modal kembali.

penjualan bersih
RTO=
piutang usaha
 Rasio Rata-rata Waktu yang Digunakan Menagih Piutang ( Average Collection
Period atau ACP atau Days Sales Outstanding atau DSO )
Rasio ini digunakan untuk mengukur rata-rata waktu yang dibutuhkan perusahaan
untuk menagih sestiap piutang ke pembeli (customer) menjadi kas. Semakin kecil
nilai ACP, semakin bagus karena artinya perusahaan mampu menagih piutangnya
dengan cepat.

365 atau 360


ACP=
RTO

3. Rasio Leverage (Solvency, Long-term Debt) Ratio

Solvabilitas (solvency) adalah kemampuan perusahaan melunasi hutang jangka


panjangnya yang sudah jatuh tempo. Analisis solvabilitas memusatkan pada struktur
finansial jangka panjang dan struktur operasi jangka panjang perusahaan. Tingkat hutang
jangka panjang dalam struktur modal juga dipertimbangkan. Selain itu, solvabilitas
tergantung pada rentabilitas karena dalam jangka panjang perusahaan tidak mampu
memperoleh keuntungan.

Apabila jumlah hutang perusahaan sudah sedemikian besar, maka usaha


penambahan dana harus diperoleh terutama dari sumber ekuitas Manajemen hendaknya
mempertimbangkan juga jangka waktu jatuh temponya hutang dan mengatur tanggal
pelunasan hutang. Macam – macam rasio solvabilitas adalah sebagai berikut :

 Rasio Total Hutang Terhadap Total Aset ( Debt to Assets Ratio atau DAR )
Rasio ini adalah rasio yang membandingkan total hutang dengan total aktiva.
Rasio hutang menunjukkan persentase total dana yang diperoleh dari kreditur.
Kreditur akan lebih melihat rasio hutang yang rendah karena ada jaminan yang lebih
besar terhadap kerugian kreditur jika perusahaan pailit.

total utang
DAR=
total aset

 Rasio Hutang Terhadap Ekuitas ( Debt to Equity Ratio atau DER )

Rasio hutang terhadap ekuitas (Debt to Equity Ratio) merupakan ukuran yang
signifikan tentang solvabilitas karena tingginya tingkat hutang dalam struktur modal
dapat mempersulit perusahaan dalam memenuhi pembayaran beban bunga dan
pelunasan pokok pinjaman pada saat jatuh tempo.Lebih jauh, dengan posisi hutang
yang tinggi dapat menimbulkan resiko terkurasnya kas sampai pada kondisi buruk.
Demikian pula, hutang yang berlebihan akan menyebabkan berkurangnya fleksibilitas
keuangan karena perusahaan akan mengalami kesulitan memperoleh dana selama
pasar uang ketat. Rasio hutang terhadap ekuitas dihitung sebagai berikut :
total utang
DER=
total ekuitas

 Rasio EBIT terhadap Bunga ( Time Interest Earned atau TIE )


Rasio ini khusus menghitung besaran laba sebelum bunga dan pajak yang tersedia
( atau sering disebut EBIT – Earned Before Interest and Taxes ) untuk membayar
beban tetap bunga.

EBIT atau laba kotor


TIE=
beban bunga

4. Rasio Profitabilitas atau Rentabilitas


Rasio profitabilitas atau yang disebut dengan rasio rentabilitas adalah rasio yang
mengukur penggunaan aset perusahaan dan mengontrol pengeluarannya untuk
menghasilkan tingkat pengembalian yang dapat diterima.
 Rasio Gross Profit Margin ( GPM )
Rasio ini digunakan untuk mengetahui seberapa efisienkah usaha yang
dilakukan manajemen dalam menekan HPP atau COGS ( Cost of Goods Sold ). Makin
rendah biaya HPP-nya maka makin tinggi nilai rasionya, dan makin baik juga dimata
investor maupun kreditor.

laba kotor
GPM =
penjualan bersih

 Rasio Operating Profit Margin ( OPM ) atau Return of Sales ( ROS )


Rasio ini membandingkan antara laba operasi dengan penjualan. Dalam ilmu
akuntansi, laba operasi sering juga disebut EBIT ( Earning Before Interest and Tax ),
yaitu laba sebelum ( dipotong ) bunga dan pajak. Semakin tinggi nilai profitabilitas
rasio ini, maka semakin baik perusahaan dalam menekan biaya pada laba kotornya,
seperti beban umum dan administrasi, penjualan dan pemasaran, dan lainnya.

laba operasi
OPM =
penjualan bersih

 Rasio Net Profit Margin ( NPM )


Rasio ini mengukur sejauh mana selisih antara laba bersih dengan penjualan
yang dihasilkan. Jika selisihnya tidak terlalu jauh, maka itu artinya emiten mampu
menekan biaya atau beban operasionalnya, termasuk strategi pengurangan efek beban
bunga dan pajaknya. Itu artinya, makin tinggi nilai rasio ini maka akan semakin baik.

laba bersih
NPM=
penjualan bersih

 Rasio Return on Assets ( ROA )


Semakin tinggi nilai ROA maka akan semakin bagus karena itu berarti pihak
manajemen mampu meminimalisir semua beban dalam proses bisnisnya dengan baik.
Hal ini juga berarti bahwa perusahaan tersebut adalah perusahaan yang
menguntungkan karena mampu mendayagunakan semua potensi yang dimiliki,
termasuk utangnya untuk menghasilkan keuntungan bersih setinggi-tingginya.

laba bersih
ROA=
total aktiva

 Rasio Return on Equity ( ROE )

laba bersih
ROE=
total ekuitas

5. Rasio Nilai Pasar (Market Value Ratio)

Rasio-rasio yang termasuk kelompok rasio ini adalah rasio yang menghubungkan
harga saham perusahaan pada penghasilan per lembar nya atau pada nilai buku per
lembarnya. Termasuk juga di dalamnya adalah rasio-rasio yang menyangkut dividen.
o Penghasilan per lembar saham ( Earning per share atau EPS )

Earning per share menunjukkan besarnya penghasilan untuk setiap lembar


pemilikan saham biasa. Apabila dalam struktur modal termasuk juga di dalamnya
terdapat saham preferen, maka laba neto harus dikurangi terlebih dahulu dengan
dividen saham preveren untuk menentukan jumlah keuntungan yang menjadi hak
pemegang saham biasa. Apabila tidak ada saham preferen, maka Earning per share
nya adalah laba neto dibagi dengan lembar saham biasa yang beredar. Earning per
share merupakan indikator yang bermanfaat untuk mengevaluasi kinerja operasi
perusahaan maupun untuk memperkirakan dividen.

laba bersih
EPS=
jumlah lembar saham yang beredar ¿
¿

o Price/ Earnings Ratio ( PER )

Beberapa rasio mengevaluasi hubungan perusahaan dengan pemegang


sahamnya. Price/ Earnings ratio seringkali ditetapkan sama dengan harga pasar per
lembar saham dibagi earning per share. Price/ earnings ratio adalah rasio yang baik,
karena rasio ini menunjukkan bahwa masyarakat memandang suatu perusahaan dari
sudut yang menguntungkan.

harga pasar per lembar saham


PER=
EPS

o Price to Book Value

Rasio ini digunakan untuk mengetahui seberapa mahal atau murah kah harga
saham dari suatu perushaan saat ini. Sama dengan prinsip PER, semakin besar
nilainya maka akan semakin mahal pula saham tersebut. PBV dengan angka 1 kali
berarti antara harga saham dengan book value-nya sama nilainya, sedangkan bila
lebih maka secara sederhana bisa dikatakan bahwa sahamnya mahal.
harga pasar per lembar saham
PBV =
nilai buku per lembar saham

Anda mungkin juga menyukai