Anda di halaman 1dari 4

Skrining Gizi

Skrining gizi adalah alat pengukuran secara antropometri (TB, BB,LILA) dan secara biokimia misal
kadar Hb. Kesehatan ibu dan anak merupakan bagian dari kesehatan global yang menjadi prioritas
bersama. Kesehatan reproduksi menjadi titik awal perkembangan kesehatan ibu dan anak yang
dapat dipersiapkan sejak dini, bahkan sebelum seseorang perempuan menjadi ibu. Persiapan
tersebut dapat dilakukan melalui skrining pra nikah

Menurut Centers for disease control and prevention (CDC), skrining pra nikah atau disebut
perawatan pra pembuahan adalah serangkaian intervensi yang bertujuan mengidentifikasi dan
memodifikasi resiko biomedis, perilaku dan sosial yang berkaitan dengan kesehatan wanita serta
hasil kehamilanya nanti. Skrining pra nikah dilakukan sebagai langkah pertama untuk memastikan
kesehatan calon ibu serta calon anak sedini mungkin, bahkan sebelum proses pembuahan terjadi.

Upaya peningkatan kesehatan reproduksi dilaksanakan pada setiap siklus kehidupan life cycle
melalui pendekatan pelayanan yang berkesinambungan (continum of care). Continum of care (life
cycle) semua pemeriksaan kesehatan juga dimulai dari remaja. Secara umum terdapat hal-hal utama
yang perlu diperhatikan pada skrining pra nikah terutama pada calon ibu.

Menurut panduan american association of family physician (AAFP) antara lain

Paparan lingkungan : cek apakah terdapat paparan bahan kimia dilingkungan tempat tinggal, tempat
kerja dan lakukan konseling pada calon ibu

Riwayat genetik dikeluarga : lakukan skrining kelainan genetik dan kelainan bawaan di keluarga.
Apabila terdapat faktor resiko sebaiknya dilakukan tes khusus pada calon orang tua

Medikasi (pengobatan)

Pastikan tidak ada obat-obatan teratogenk (obat yag berpotensi menimbulkan kelainan bawaan)
yang digunakan calon ibu. Bagi calon ibu dengan penyakit kronis seperti darah tinggi, kencing manis,
disarankan untuk menggunakan plihan obat yang lebih aman.

Gangguan kejiwaan : skrining apakah terdapat gangguan cemas/ depresi pda calon ibu

Faktor psikososial : skrining apakah terdapat rsiko kekerasan dalam rumah tangga (KDRT)

Penggunaan obat terlarang dan alkohol : skrining konsumsi alkohol, merokok dan obat terlarang
pada calon ibu

Setelah dilakukan skrining terhadap hal-hal utama selanjutnya diperlukan pemeriksan fisik dan
laboratorium

Pemeriksaan tersebut meliputi

Tekanan darah : tekanan darah tinggi memiliki berbagai dampak pada kesehatan ibu dan anak
nantinya, terutama saat ibu sedang hamil, ibu dapat mengalami komplikasi fatal seperti kejang pada
saat hamil, sedangkan efek pada janin juga beragam seperti pertumbuhan janin terhambat, selain itu
jika calon ibu diketahui memiliki penyakit darah tinggi maka pilihan obat pun harus disesuaikan
sebelum memulai proses pembuahan
Indeks masa tubuh

Indeks masa tubuh perlu diperhatikan karena pada calon ibu dpat berisiko menyebabkan kencing
manis saat hamil (diabetes gestasional), darah tinggi saat hamil dan lainya. Selain itu diperlukan juga
data antropometri lainya seperti lingkar lengan atas (LILA), dengan menggunakan pita LILA, Berat
Badan, Tinggi Badan serta umur

Kategori Indeks Massa Tubuh (IMT) menurut Asia Pasifik

Kategori IMT (Kg/m2)


Berat Badan Kurang <18,5
Kisaran Normal 18,5-22,9
Berat Badan Lebih >23,0
Berisiko 23,0-24,9
Obesitas Tingkat I 25,0-29,9
Obestitas Tingkat II >30,0
Sumber : WHO WPR/IASI/IOTF dalam The Asia Pasific perspective: Redefining Obesity & its
Treatment (2000).

Pengukuran LILA adalah suatu cara untuk mengetahui resiko KEK ibu hamil, Wanita usia subur
termasuk remaja putri. Pengukuran LILA tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan status
gizi dalam jangka pendek. Pengukuran dilakukan dengan pita LILA dan ditandai dengan sentimeter,
dengan batas ambang 23,5 cm (batas antara merah dan putih di pita LILA). Apabila tidak tersedia
pita LILA dapat digunakan pita sentimeter/metlin.

Pemeriksaan darah

Pemeriksaaan darah rutin meliputi kadar hemoglobin (Hb), hematokrit, sel darah putih (leukosit) dan
trombosit

Pemeriksaan kadar gula darah dan kadar kolesterol

Pemeriksaan-pemeriksaan tersebut perlu dilakukan untuk mengetahui apakah calon ibu mengalami
anemia (kekurangan zat besi). Adanya gangguan pembekuan darah, kencing manis (DM) dan resiki
ke arah penyakit jantung. Diabetes mellitus yang tidak terkontrol saat hamil dapat menyebabkan
berbagai komplikasi terutama pada bayi baru lahir, yaitu makrosomia (berat badan lahir >4 kg).
Makrosomia pada bayi dapat berakibat fatal karena bayi dapat mengalami kekurangan gula darah
(hipoglikemia) dalam waktu cepat, yang jika terlambat ditangani dapat mengakibatkan kematian

Selain itu golongan darah calon ibu juga perlu diketahui sejak awal untuk persiapan darah sebelum
proses persalinan berlangsung, sehingga jika terdapat komplikasi perdarahan pasca salin
pertolongan dapat diberikan lebih cepat.

Skrining thalassemia, hemofilia dan sickle cel disease (penyakit sel sabit)

Ketiga penyakit tersebut merupakan penyakit herediter (diturunkan secara genetik) yang sebaiknya
telah diketahui kemungkinan terjadinya pada calon anak sejak dini. Transfusi darah seumur hidup
merupakan salah satu dari berbagai risiko yang dapat timbul pada anak dengan penyakit thallasemia,
sehingga skrining risiko sejak dini pada kedua calon orang tua amat membantu dalam
memperkirakan kemungkinan terjadinya thalassemia.

Skrining penyakit menular seksual

Pada kelompok yang berisiko terinfeksi penyakit menular seksual, perlu dilakukan skrining terhadap
penyakit gonore, non gonore, sifilis dan herpes simpleks

Skrining HiV

Skrining HIV saat ini menjadi skrining universal, maksudnya sangat dianjurkan untuk dilakukan pada
siapa pun tanpa melihat ada tidaknya faktor resiko HIV. Status HIV kedua calon orang tua penting
untuk diketahui, terutama pada calon ibu karena virus tersebut dapat ditularkan ke janin melalui
plasenta.

Pemeriksaan urin

Perlu dilakukan untuk melihat kondisi ginjal dan risiko infeksi saluran kemih pada calon ibu

Skrining TB (Tuberkolosis)

Skrining penyakit TB juga penting dilakukan terutama pada calon orang tua dengan gejala TB seperti
batuk dahak lebih dari 2 minggu, penurunan berat badan, demam yang dirasa terus menerus, dan
lainya. Selanjutnya perlu dilakukan imunisasi untuk mencegah terjadinya penyakit infeksi pada calon
ibu dan calon anak, imunisasi yang dianjurkan pada saat skrining pra nikah adalah tetanus, MMR
(measles, mumps, rubella), varicella (cacar air) dan pada kelompok berisiko dianjurkan untuk
imunisasi hepatitis B. Imunisasi tetanus sangat penting diberikan untuk mencegah komplikasi
tetanus neonatorum yang dapat berakibat fatal pada bayi baru lahir. Imunisasi tetanus mejadi salah
satu persyaratan sebelum menikah yang ditentukan oleh Kantor Urusan Agama (KUA), dimana calon
ibu wajib telah diimunisasi tetanus minimal 2 kali dari total 5 kali pemberian. Interval pemberian
tetanus

Interval pemberian imunisasi Tetanus

Pemberian Selang Waktu Minimal


TT1 Saat Kunjungan Pertama
TT2 4 Minggu setelah TT1
TT3 6 Bulan setelah TT2
TT4 1 Tahun setelah TT3
TT5 1 Tahun setelah TT4

Imunisasi MMR dan varicella diberikan sebelum merencakan kehamilan, MMR diberikan minimal
tiga bulan sebelum hamil, sedangkan varicella diberikan minimal satu bulan sebelum mulai hamil

Pemberian asam folat juga dilakukan sebelum dimulai dan dilanjutkan hingga 6-12 minggu pasca
pembuahan untuk mengurangi resiko kelainan bawaan berupa neural tube defect. Dosis yang
dkonsumsi adalah 400 mikrogram sehari.

Anda mungkin juga menyukai