Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Apoptosis adalah mekanisme kematian sel secara terprogram.
Apoptosis dapat digunakan untuk membuang sel-sel yang sudah tidak
diperlukan oleh tubuh. Apoptosis terjadi secara spontan dan merupakan
inisiatif dari sel itu sendiri, jaringan yang mengelilinginya, atau dari sel yang
berasal dari sel imun. Apabila sel sudah kehilangan kemampuan apoptosis atau
kemampuan apoptosis dihambat oleh suatu virus, sel-sel dapat berkembang
secara tidak terkendali dan akhirnya akan menjadi kanker.
Dewasa ini kanker menjadi salah satu penyebab kematian yang
terbesar terutama di negara-negara berkembang. Kanker adalah penyakit yang
disebabkan oleh kelainan siklus hidup sel sehingga sel kanker dapat hidup tak
terkendali dan menyerang jaringan biologis disekitarnya. Kanker ada
bermacam-macam jenisnya dan sebagian besar mematikan. Sebagian besar
kanker membentuk tumor pada awalnya, namun ada beberapa yang tidak.
Kanker umumnya dapat disembuhkan apabila diketahui sejak dini dan
dilakukan pengobatan sejak awal.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa yang dimaksud dengan apoptosis?
b. Apa yang dimaksud dengan sel kanker?
c. Bagaimana keterkaitan antara apoptosis dan sel kanker?

1.3 Tujuan Penulisan


a. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan apoptosis.
b. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan sel kanker.
c. Untuk mengetahui keterkaitan antara apoptosis dan sel kanker.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Apoptosis
2.1.1 Pengertian Apoptosis
Apoptosis (dari bahasa Yunani apo = "dari" dan ptosis = "jatuh") adalah
mekanisme biologi yang meru pakan salah satu jenis kematian sel terprogram.
Apoptosis digunakan oleh organisme multisel untuk membuang sel yang sudah
tidak diperlukan oleh tubuh. Apoptosis berbeda dengan nekrosis. Apoptosis pada
umumnya berlangsung seumur hidup dan bersifat menguntungkan bagi tubuh,
sedangkan nekrosis adalah kematian sel yang disebabkan oleh kerusakan sel
secara akut. Contoh nyata dari keuntungan apoptosis adalah pemisahan jari pada
embrio. Apoptosis yang dialami oleh sel-sel yang terletak di antara jari
menyebabkan masing-masing jari menjadi terpisah satu sama lain. Bila sel
kehilangan kemampuan melakukan apoptosis maka sel tersebut dapat membelah
secara tak terbatas dan akhirnya menjadi kanker.
2.1.2 Fungsi apoptosis

 Hubungan dengan kerusakan sel atau infeksi

Apoptosis dapat terjadi misalnya ketika sel mengalami kerusakan yang


sudah tidak dapat diperbaiki lagi. Keputusan untuk melakukan apoptosis berasal
dari sel itu sendiri, dari jaringan yang mengelilinginya, atau dari sel yang berasal
dari sistem imun

Bila sel kehilangan kemampuan untuk melakukan apoptosis (misalnya


karena mutasi), atau bila inisiatif untuk melakukan apoptosis dihambat (oleh
virus), sel yang rusak dapat terus membelah tanpa terbatas, yang akhirnya menjadi
kanker. Sebagai contoh, salah satu hal yang dilakukan oleh virus papilloma
manusia (HPV) saat melakukan pembajakan sistem genetik sel adalah
menggunakan gen E6 yang mendegradasi protein p53. Padahal protein p53
berperan sangat penting pada mekanisme apoptosis. Oleh karena itu, infeksi HPV
dapat berakibat pada tumbuhnya kanker serviks.

 Sebagai respon stress atau kerusakan DNA

Kondisi yang mengakibatkan sel mengalami stress, misalnya kelaparan,


atau kerusakan DNA akibat racun atau paparan terhadap ultraviolet atau radiasi
(misalnya radiasi gamma atau sinar X), dapat menyebabkan sel memulai proses
apoptosis.

 Sebagai upaya menjaga kestabilan jumlah sel

Pada organisme dewasa, jumlah sel dalam suatu organ atau jaringan harus bersifat
konstan pada range tertentu. Sel darah dan kulit, misalnya, selalu diperbarui
dengan pembelahan diri sel-sel progenitornya, tetapi pembelahan diri tersebut
harus dikompensasikan dengan kematian sel yang tua.
Diperkirakan 50-70 milyar sel mati setiap harinya karena apoptosis pada manusia
dewasa. Dalam satu tahun, jumlah pembelahan sel dan kematian yang terjadi pada
tubuh seseorang mencapai kurang lebih sama dengan berat badan orang tersebut.

Keseimbangan (homeostasis) tercapai ketika kecepatan mitosis (pembelahan sel)


pada jaringan disamai oleh kematian sel. Bila keseimbangan ini terganggu, salah
satu dari hal berikut ini akan terjadi:

 Bila kecepatan pembelahan sel lebih tinggi daripada kecepatan kematian


sel, akan terbentuk tumor
 Bila kecepatan pembelahan sel lebih rendah daripada kecepatan kematian
sel, akan terjadi penyakit karena kekurangan sel.

Kedua keadaan tersebut dapat bersifat fatal atau sangat merusak.

 Sebagai bagian dari pertumbuhan

Kematian sel terprogram merupakan bagian penting pada perkembangan


jaringan tumbuhan dan metazoa (organisme multisel). Sel yang mengalami
apoptosis mengkerut dan inti selnya mengecil, sehingga sel tersebut dapat dengan
mudah difagositosis.] Proses fagositosis memungkinkan komponen-komponen sel
yang tersisa digunakan kembali oleh makrofaga atau sel-sel yang berada di
sekitarnya.

 Regulasi sistem imun

Sel B dan sel T adalah pelaku utama pertahanan tubuh terhadap zat asing
yang dapat menginfeksi tubuh, maupun terhadap sel-sel dari tubuh sendiri yang
mengalami perubahan menjadi ganas.

Dalam melakukan tugasnya, sel B dan T harus memiliki kemampuan untuk


membedakan antara "milik sendiri" (self) dari "milik asing" (non-self), dan antara
antigen "sehat" dan "tidak sehat". (Antigen adalah bagian protein yang dapat
berkomplemen secara tepat dengan reseptor unik yang dimiliki sel B dan T pada
membran selnya)]

"Sel T pembunuh" (killer T cells) menjadi aktif saat terpapar potongan-potongan


protein yang tidak sempurna (misalnya karena mutasi), atau terpapar antigen asing
karena adanya infeksi virus. Setelah sel T menjadi aktif, sel-sel tersebut
bermigrasi keluar dari lymph node, menemukan dan mengenali sel-sel yang tidak
sempurna atau terinfeksi, dan membuat sel-sel tersebut melakukan kematian sel
terprogram.

2.1.3 Proses apoptosis

 Secara morfologi

Sel yang mengalami apoptosis menunjukkan morfologi unik yang dapat


dilihat menggunakan mikroskop:

1. Sel terlihat membulat. Hal itu terjadi karena struktur protein yang
menyusun cytoskeleton mengalami pemotongan oleh peptidase yang
dikenal sebagai caspase. Caspase diaktivasi oleh mekanisme sel itu
sendiri.
2. Kromatin mengalami degradasi awal dan kondensasi.

3. Kromatin mengalami kondensasi lebih lanjut dan membentuk potongan-


potongan padat pada membran inti.

4. Membran inti terbelah-belah dan DNA yang berada didalamnya terpotong-


potong.

5. Lapisan dalam dari membran sel, yaitu lapisan lipid fosfatidilserina akan
mencuat keluar dan dikenali oleh fagosit, dan kemudian sel mengalami
fagositosis, atau
6. Sel pecah menjadi beberapa bagian yang disebut badan apoptosis, yang
kemudian difagositosis.

2.1.4 Uji laboratorium untuk apoptosis

 Uji TUNEL. Uji ini menandai sel dengan DNA yang rusak. Uji ini tidak
spesifik untuk apoptosis karena juga dapat menandai sel yang mengalami
nekrosis.
 Uji Caspase

 Uji Annexin

 DNA laddering
2.2 Sel Kanker
2.2.1 Pengertian Sel Kanker
Kanker atau neoplasma ganas adalah penyakit yang ditandai dengan
kelainan siklus sel khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk:
 tumbuh tidak terkendali (pembelahan sel melebihi batas normal)
 menyerang jaringan biologis di dekatnya.
 bermigrasi ke jaringan tubuh yang lain melalui sirkulasi darah atau sistem
limfatik, disebut metastasis.

Keterangan :
Ketika sel normal (A) rusak atau tua (2), mereka mengalami apoptosis (1); sel
kanker (B) menghindari apoptosis dan terus membelah diri.

2.2.2 Jenis-jenis Sel Kanker


Pada umumnya, kanker dirujuk berdasarkan jenis organ atau sel tempat
terjadinya. Sebagai contoh, kanker yang bermula pada usus besar dirujuk sebagai
kanker usus besar, sedangkan kanker yang terjadi pada sel basal dari kulit dirujuk
sebagai karsinoma sel basal. Klasifikasi kanker kemudian dilakukan pada kategori
yang lebih umum, misalnya :

 Karsinoma, merupakan kanker yang terjadi pada jaringan epitel, seperti


kulit atau jaringan yang menyelubungi organ tubuh, misalnya organ pada
sistem pencernaan atau kelenjar. Contoh meliputi kanker kulit, karsinoma
serviks, karsinoma anal, kanker esofageal, karsinoma hepatoselular,
kanker laringeal, hipernefroma, kanker lambung, kanker testiskular dan
kanker tiroid.
 Sarkoma, merupakan kanker yang terjadi pada tulang seperti
osteosarkoma, tulang rawan seperti kondrosarkoma, jaringan otot seperti
rabdomiosarcoma, jaringan adiposa, pembuluh darah dan jaringan
penghantar atau pendukung lainnya.
 Leukemia,Limfoma dan Mieloma kanker yang terjadi pada jaringan
darah
 Melanoma timbul dari melanosit.
 Mesotelioma pada pleura atau perikardium.
2.2.3 Ciri-ciri sel kanker
Jaringan kanker memiliki ciri morfologis yang sangat khas saat diamati
dengan mikroskop. Diantaranya berupa banyaknya jumlah sel yang mengalami
mitosis, variasi jumlah dan ukuran nukleus, variasi ukuran dan bentuk sel, tidak
terdapat fitur selular yang khas, tidak terjadi koordinasi selular yang biasa nampak
pada jaringan normal dan tidak terdapat batas jaringan yang jelas.

Immunohistochemistry dan metode molekular lain digunakan untuk menemukan


ciri morfologis khas pada sel kanker/tumor, sebagai rujukan diagnosis dan
prognosis.

Hahn dan rekan menggunakan ekspresi ektopik dari kombinasi antara telomerase
transkriptase balik dengan onkogen h-ras dan antigen T dari virus SV40 untuk
menginduksi konversi tumorigenik pada sel fibroblas dan sel epitelial manusia,
yang terjadi akibat disrupsi pada lintasan metabolik intraselular. Ciri fenotipe dari
sel kanker setelah mengalami transformasi dari sel normal, antara lain:

 Transformasi in vitro

 Terjadi perubahan sitologi seperti pada sel kanker in vivo yaitu


peningkatan basofil sitoplasmik, peningkatan jumlah dan ukuran nuklei
 Perubahan pada karakteristik perkembangan sel:

a. sulit mati walaupun telah mengalami diferensiasi berkali-kali


b. tumbuh berkembang yang tidak terhenti, walaupun telah berdesakan
dengan sel di sekitarnya, sehingga jaringan kanker memiliki kepadatan
yang tinggi

c. membutuhkan serum dan faktor pertumbuhan lebih sedikit

d. tidak lagi membutuhkan lapisan antarmuka untuk berkembangbiak, dan


dapat tumbuh sebagai koloni bebas di dalam medium semi-padat.
e. tidak memiliki kendali atas siklus sel

f. sulit mengalami apoptosis

 Perubahan pada struktur dan fungsi membran sel, termasuk peningkatan


aglutinabilitas karena lektin herbal
 Perubahan pada komposisi antarmuka sel, glikoprotein, proteoglikan,
glikolipid dan musin, ekspresi antigen tumorik dan peningkatan
penyerapan asam amino, heksos dan nukleosida.
 Tidak terjadi interaksi matriks sel-sel dan sel-ekstraselular, sehingga tidak
terjadi penurunan laju diferensiasi
 Sel kanker tidak merespon stimulasi zat yang menginduksi diferensiasi,
karena terjadi perubahan komposisi antarmuka sel, termasuk komposisi
molekul pencerap zat bersangkutan.
 Perubahan dalam mekanisme transduksi sinyal selular, termasuk pada
lintasan yang sangat fundamental, selain lintasan regulasi yang
mengendalikan fungsi pencerap faktor pertumbuhan, jenjang fosforilasi
dan defosforilasi.
 Kemampuan untuk menginduksi tumor pada model. Kemampuan ini yang
menjadi sine qua non yang mendefinisikan kata "ganas" pada transformasi
in vitro. Walaupun demikian, sel kanker yang tidak memiliki kemampuan
seperti ini, tetap memiliki sifat "tumorigenik" pada model yang lain.

 Transformasi in vivo

Transformasi pada sel manusia memerlukan akumulasi dari berbagai


perubahan genetik yang mengakibatkan ketidak-stabilan genomik, seperti:

 Peningkatan ekspresi protein onkogen sebagai akibat dari translokasi,


amplifikasi dan mutasi pada kromosom.
 Tidak terdapat ekspresi protein dari gen "penekan tumor".
 Perubahan pada metilasi DNA.
 Terdapat kelainan transkripsi genetik yang menyebabkan kelebihan
produksi zat pendukung pertumbuhan, seperti IGF-2, TGF-α, faktor
angiogenesis tumor, PDGF, dan faktor pertumbuhan hematopoietik seperti
CSF dan interleukin.
 Tidak terjadi keseimbangan genetis, sehingga proliferasi menjadi semakin
tidak terkendali, peningkatan kemungkinan terjadinya metastasis.
 Perubahan pada pola enzim dan peningkatan enzim yang berperan dalam
sintesis asam nukleat dan enzim yang bersifat litik, seperti protease,
kolagenase dan glikosidase.
 Produksi antigen onkofetal, seperti antigen karsinoembrionik dan hormon
plasentis (contoh: gonadotropin korionik), atau isoenzim seperti alkalina
fosfatase plasentis.
 Kemampuan untuk menghindari respon antitumor dari inangnya.

Dari berbagai perubahan genetik tersebut, pada tumor pada manusia, seringkali
ditemukan translokasi kromosom yang menghasilkan produk kimerik dengan
kemampuan transformasi menjadi sel tumor/kanker atau mengubah ekspresi
onkogen

2.2.3 Ciri dan Gejala Sel Kanker

Secara umum, gejala kanker bisa dibadi menjadi tiga kelompok :

 Gejala lokal : pembesaran atau pembengkakan yang tidak biasa tumor,


pendarahan (hemorrhage), rasa sakit dan/atau tukak lambung/ulceration.
Kompresi jaringan sekitar bisa menyebabkan gejala jaundis (kulit dan
mata yang menguning).
 Gejala metastasis (penyebaran) : pembesaran kelenjar getah bening
(lymph node), batuk, hemoptisis, hepatomegali (pembesaran hati), rasa
sakit pada tulang, fraktur pada tulang-tulang yang terpengaruh, dan gejala-
gejala neurologis. Walaupun pada kanker tahap lanjut menyebabkan rasa
sakit, sering kali itu bukan gejala awalnya.

 Gejala sistemik : berat badan turun, nafsu makan berkurang secara


signifikan, kelelahan dan kakeksia(kurus kering), keringat berlebihan pada
saat tidur/keringat malam, anemia, fenomena paraneoplastik tertentu yaitu
kondisi spesifik yang disebabkan kanker aktif seperti trombosis dan
perubahan hormonal. Setiap gejala dalam daftar di atas bisa disebabkan
oleh berbagai kondisi (daftar berbagai kondisi itu disebut dengan diagnosis
banding). Kanker mungkin adalah penyebab utama atau bukan penyebab
utama dari setiap gejala.

2.2.4 Penyebab Sel Kanker

Kanker adalah penyakit yang 90-95% kasusnya disebabkan faktor


lingkungan dan 5-10% karena faktor genetik.. Faktor lingkungan yang biasanya
mengarahkan kepada kematian akibat kanker adalah tembakau (25-30%), diet dan
obesitas (30-35 %), infeksi (15-20%), radiasi, stres, kurangnya aktivitas fisik,
polutan lingkungan.

 Bahan Kimia

Timbulnya penyakit kanker paru-paru sangat berkorelasi dengan konsumsi


rokok.Source:NIH.
Patogenesis kanker dapat dilacak balik ke mutasi DNA yang berdampak
pada pertumbuhan sel dan metastasis. Zat yang menyebabkan mutasi DNA
dikenal sebagai mutagen, dan mutagen yang menyebabkan kanker disebut dengan
karsinogen. Ada beberapa zat khusus yang terkait dengan jenis kanker tertentu.
Rokok tembakau dihubungkan dengan banyak jenis kanker, dan penyebab dari
90% kanker paru-paru. Keterpaparan secara terus-menerus terhadap serat asbestos
dikaitkan dengan mesothelioma. Banyak mutagen adalah juga karsinogen.

Tetapi, beberapa mutagen bukanlah karsinogen. Alkohol adalah contoh


bahan kimia bersifat karsinogen yang bukan mutagen.. Bahan kimia seperti ini
bisa menyebabkan kanker dengan menstimulasi tingkat pembelahan sel. Tingkat
replikasi yang lebih cepat, hanya menyisakan sedikit waktu bagi enzim-enzim
untuk memperbaiki DNA yang rusak pada saat replikasi DNA, sehingga
meningkatkan kemungkinan terjadinya mutasi. Riset selama beberapa dekade
menunjukkan keterkaitan antara penggunaan tembakau dan kanker pada paru-
paru, laring, kepala, leher, perut, kandung kemih, ginjal, esofagus, dan pankreas..
Asap tembakau memiliki lebih dari lima puluh jenis karsinogen yang sudah
dikenali termasuk nitrosamines dan hidrokarbon aromatik polisiklik. Tembakau
bertanggung jawab atas satu per tiga dari seluruh kematian akibat kanker di
negara-negara maju, dan sekitar satu per lima di seluruh dunia. Tingkat kematian
akibat kanker paru-paru di Amerika Serikat mencerminkan pola merokok, dengan
kenaikan dalam pola merokok diikuti dengan peningkatan yang dramatis dalam
tingkat kematian akibat kanker paru-paru. Walaupun begitu, jumlah perokok di
seluruh dunia terus meningkat, sehingga beberapa organisasi menyebutkannya
sebagai epidemik tembakau. Kanker yang berhubungan dengan pekerjaan
seseorang diyakini memiliki jumlah sebesar 2-20% dari semua kasus.
 Radiasi Ionisasi

Sumber-sumber radiasi ionisasi, seperti gas radon, bisa menyebabkan


kanker. Keterpaparan terus-menerus terhadap radiasi ultraviolet dari matahari bisa
menyebabkan melanoma dan beberapa penyakit kulit yang berbahaya.
Diperkirakan 2% dari penyakit kanker di masa yang akan datang dikarenakan CT
Scan di saat ini. Radiasi dari frekuensi radio tak berion dari telepon seluler dan
sumber-sumber radio frekuensi yang serupa juga dianggap sebagai penyebab
kanker, tetapi saat ini sangat sedikit bukti kuat yang mendukung keterkaitan ini.

 Infeksi

Beberapa kanker bisa disebabkan infeksi. Ini bukan saja berlaku pada binatang-
binatang seperti burung, tetapi juga pada manusia. Virus-virus ini berperan hingga
20% terhadap terjangkitnya kanker pada manusia di seluruh dunia. Virus-virus ini
termasuk papillomavirus pada manusia (kanker serviks), poliomavirus pada
manusia (mesothelioma, tumor otak), virus Epstein-Barr (penyakit
limfoproliferatif sel-B dan kanker nasofaring), virus herpes penyebab sarcoma
Kaposi (Sarcoma Kaposi dan efusi limfoma primer), virus-virus hepatitis B dan
hepatitis C (kanker hati), virus-1 leukemia sel T pada manusis (leukemia sel T),
dan helicobacter pylori (kanker lambung).

Data ekperimen dan epidemiologis menyatakan peran kausatif untuk virus


dan virus tampaknya menjadi faktor risiko kedua paling penting dalam
perkembangan kanker pada manusia, yang hanya dilampaui oleh penggunaan
tembakau. Jenis tumor yang ditimbulkan virus dapat dibagi menjadi dua, jenis
yang bertransformasi secara akut dan bertransformasi secara perlahan. Pada
virus yang bertransformasi secara akut, virus tersebut membawa onkogen yang
terlalu aktif yang disebut onkogen-viral (v-onc), dan virus yang terinfeksi
bertransformasi segera setelah v-onc terlihat. Kebalikannya, pada virus yang
bertransformasi secara perlahan, genome virus dimasukkan di dekat onkogen-
proto di dalam genom induk.
2.3 Keterkaitan antara Apoptosis dan Sel Kanker

Apoptosis dapat terjadi misalnya ketika sel mengalami kerusakan yang


sudah tidak dapat diperbaiki lagi. Keputusan untuk melakukan apoptosis berasal
dari sel itu sendiri, dari jaringan yang mengelilinginya, atau dari sel yang berasal
dari sistem imun

Bila sel kehilangan kemampuan untuk melakukan apoptosis (misalnya


karena mutasi), atau bila inisiatif untuk melakukan apoptosis dihambat (oleh
virus), sel yang rusak dapat terus membelah tanpa terbatas, yang akhirnya menjadi
kanker.

Keterangan :
Ketika sel normal (A) rusak atau tua (2), mereka mengalami apoptosis (1); sel
kanker (B) menghindari apoptosis dan terus membelah diri.
BAB III

PENUTUP

3.1 SIMPULAN

 Apoptosis adalah mekanisme biologi yang meru pakan salah satu jenis
kematian sel terprogram. Apoptosis digunakan oleh organisme multisel
untuk membuang sel yang sudah tidak diperlukan oleh tubuh.

 Kanker atau neoplasma ganas adalah penyakit yang ditandai dengan


kelainan siklus sel khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk:
 tumbuh tidak terkendali (pembelahan sel melebihi batas normal)
 menyerang jaringan biologis di dekatnya.
 bermigrasi ke jaringan tubuh yang lain melalui sirkulasi darah atau
sistem limfatik, disebut metastasis.

 Apoptosis dapat terjadi misalnya ketika sel mengalami kerusakan yang


sudah tidak dapat diperbaiki lagi. Keputusan untuk melakukan apoptosis
berasal dari sel itu sendiri, dari jaringan yang mengelilinginya, atau dari
sel yang berasal dari sistem imun

 Bila sel kehilangan kemampuan untuk melakukan apoptosis (misalnya


karena mutasi), atau bila inisiatif untuk melakukan apoptosis dihambat
(oleh virus), sel yang rusak dapat terus membelah tanpa terbatas, yang
akhirnya menjadi kanker.

3.2 SARAN

 Sebaiknya

Anda mungkin juga menyukai