LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU MATERIAL KEDOKTERAN GIGI II
Penyusun :
1. Nadiyya Nurul Nuha 021711133088
2. Nur Azizah 021711133089
3. Karina Amanda Putri 021711133090
4. M. Rizky Rafianto W 021711133091
2.2 Bahan
1. Bahan tanam gipsum bonded
2. Malam inlay
3. Sabun
4. Parafin
4. HASIL PRAKTIKUM
5. TINJAUAN PUSTAKA
5.1 Gipsum Bonded
Material tanam adalah material yang digunakan untuk menanam model
malam yang diberi sprue untuk mendapatkan mould lalu dituang logam cair,
sehingga membentuk hasil tuangan logam. Ada tiga tipe material tanam tuang
dengan bahan pengisi silika sejenis dan material pengikat berbeda jenis, yaitu
gipsum, fosfat, dan silika (Mc cabe et al. 2008, hal. 47 ). Pada praktikum kali ini,
material yang digunakan adalah gipsum bonded.
5.1.1 Komposisi
Material ini tersedia dalam bentuk bubuk yang dicampur dengan air. Komposisi
utamanya terdiri dari silika (SiO2) dan hemihidrat kalsium sulfat. Komposisi
lainnya terdiri dari bubuk grafit atau bubuk tembaga dan berbagai modifiers
sebagai pengontrol setting time (Mc Cabe et al. 2008, hal. 47).
Silika tersedia dalam 4 bentuk alotrop, yaitu quartz, tridimyte, cristobalite,
dan fused quartz. Selain silika, beberapa modifiers, coloring agents, dan reduktor
juga dapat ditemukan pada gipsum bonded. Agen pereduksi atau reduktor
berfungsi untuk memberikan suasana non-oksidatif di dalam cetakan ketika
dilakukan casting gold alloy (Anusavice et al 2013, hal. 201-2).
5.1.4 Sifat
1. Memberi permukaan yang halus pada akhir penuangan logam.
2. Mudah dimanipulasi untuk memberikan campuran dengan konsistensi yang
halus.
3. Waktu setting mudah dikontrol.
4. Material tanam tuang porous seperti pada gipsum yang berguna untuk
mencegah tekanan balik pada penuangan logam.
5. Total ekspansi mould secara keseluruhan cukup untuk mengkompensasi
penyusutan selama pendinginan gold alloy.
6. Semakin tinggi rasio w/p adonan gipsum, konsentrasi inti kristalisasi menurun
sehingga setting time lebih lambat. Setting time perlu dikotrol karena seting
time mempunyai pengaruh pada setting expansion. Setting expansion perlu
diminimalisasi untuk menghasilkan hasil model yang akurat (McCabe &
Walls, 2008, hal. 51).
6. PEMBAHASAN
6.1 Pertanyaan :
Malam yang digunakan dalam cetak tanam tuang sangat sensitif terhadap
suhu sehingga dapat mempengaruhi shrinkage dan expansion dari malam.
Pemanasan terlalu lama menyebabkan malam terevaporasi sehingga terjadi
shrinkage yang berlebihan sehingga menyebabkan distorsi ketika malam mulai
mengeras. Oleh karena itu, penting untuk mencegah terjadinya shrinkage dan
expansion berlebihan akibat perubahan suhu, baik itu karena malam dipanaskan
terlalu lama maupun terlalu cepat (Anusavice dkk, 2013, hal. 197-198).
Distorsi yang terjadi pada malam juga disebabkan oleh deformasi bentuk
ketika pelepasan dari alat cetak model, expansion ketika sudah mendingin, dan
penyimpanan yang terlalu lama. Salah satu pencegahan terjadinya distorsi adalah
dengan menunggu malam hingga dingin sebelum dilepas dari pencetak untuk
memastikan malam sudah mencapai dimensi stabil (equilibrium conditions)
(Anusavice dkk, 2013, hal. 199).
6.4 Penutupan Alat Cetak Malam Harus Rapat
6.5 Sprue
Sprue adalah saluran cetakan yang dilalui logam cair atau keramik yang
mengalir ke dalam rongga cetakan. Tujuan dari penggunaan sprue adalah untuk
menyediakan saluran melalui mana paduan cair dapat mencapai cetakan di cincin
diinvestasikan setelah lilin telah dieliminasi. Diameter dan panjang sprue
tergantung untuk sebagian besar pada jenis dan ukuran dari pola, jenis mesin
pengecoran yang akan digunakan, dan dimensi flask dimana casting akan dibuat
(Anusavice dkk, 2013, hal. 213).
Faktor penting untuk bahan tanam tuang sebelum proses casting adalah
panjang dan diameter sprue serta jarak dari mould cavity dari dasar mould,
karena berpengaruh terhadap kualitas hasil pengecoran. Untuk casting yang lebih
besar dapat menggunakan 2 atau lebih sprue agar alloy cair dapat menjangkau
semua bagian dari mould cavity sebelum penyolderan. (McCabe & Walls, 2008,
hal. 80-81).
1. Diameter Sprue
Sprue harus dipilih dengan diameter yang kira-kira ukuran yang sama
sebagai daerah paling tebal dari hasil cetakan malam. Jika hasil cetakan
malam mempunyai bentuk yang kecil, sprue yang digunakan juga harus
berdiameter kecil, karena jika mengaplikasikan sprue yang berukuran
besar ke cetakan yang kecil dapat menyebabkan distorsi. Di sisi lain, jika
sprue mempunyai diameter yang kecil, ini akan memperkuat sebelum
pengecoran sendiri dan lokal susut porositas dapat muncul (Anusavice
dkk, 2013, hal. 213).
2. Posisi Sprue
Sprue diletakkan pada bagian tertinggi ketika casting yaitu di bagian
tengah dari crucible former. Posisi ini meningkatkan suhu yang
ditimbulkan di daerah tersebut sehingga dapat mencegah solidifikasi dini
yang merupakan penyebab pengisian mould yang tidak penuh. Selain itu,
posisi ini memudahkan proses pelepasan sprue tanpa merusak casting
(McCabe & Walls, 2008, hal. 82).
3. Perlekatan Sprue
Panjang sprue harus cukup untuk diletakkan di atas
crucible former dengan jarak 6 mm dari puncak bumbung tuang juga tidak
terlalu tinggi untuk menghindari kemungkinan solidifikasi dini sebelum
proses casting dapat terisi (Anusavice, 2013, hal. 214). Apabila tinggi
sprue terlalu pendek, maka gypsum bonded pecah karena tekanan udara
yang besra dari pori-pori gypsum bonded. Sedangkan apabila tinggi sprue
terlalu panjang, akan terjadi back pressure sehingga logam tidak terisi
penuh.
Setelah sprue terpasang model malam dapat langsung ditanam dengan bahan
tanam, namun sebelum ditanam permukaan model malam dan sprue harus diulas
dengan air sabun hal ini bertujuan untuk menurunkan tegangan permukaan. Air
sabun sangat efektif dalam menurunkan tegangan permukaan dan meningkatkan
pembasahan. Jika pembasahan tidak memadai akan menyebabkan hasil cetakan
kurang detail (Powers & Sakaguchi, 2006, hal. 52).
7. KESIMPULAN
W/P ratio yang tinggi menyebabkan setting time lebih lama, kekuatan
gipsum menurun, dan menurunkan setting ekspansi sehingga menghasilkan
cetakan logam yang lebih besar. Begitu pula sebaliknya. Ekspansi dari gipsum
bonded sangat berpengaruh sebagai kompensator penyusutan logam saat
pendinginan. Sehingga saat hasil casting dipasang pada die akan fit.
8. DAFTAR PUSTAKA
Anusavice, Shen, and Rawls. 2013. Philip’s science of Dental Material Edition
12. Saunders : Elsevier Inc.
McCabe, J.F. and Walls, A.W.G. 2008. Applied Dental Materials 9th ed.
Australia: Blackwell Publishing L.td.
Powers JM, Sakaguchi RL. 2006. Restorative dental materials. India: Elsevier.