Anda di halaman 1dari 14

106

MENGEMBANGKAN KARAKTER PESERTA DIDIK BERBASIS


KEARIFAN LOKAL MELALUI PEMBELAJARAN DI SEKOLAH

Oleh:
Nuraini Asriati
(Pendidikan IPS, FKIP, Universitas Tanjungpura, Pontianak)

Abstrak: Tantangan saat ini dan masa yang akan datang dituntut kemampuan kita
menempatkan pendidikan karakter sebagai sesuatu kekuatan bangsa.
Kebijakan dan implementasi pendidikan karakter berbasis kearifan
lokal di sekolah menjadi sangat penting dan strategis dalam rangka
membangun bangsa sehingga dapat berfungsi sebagai salah satu
sumber nilai-nilai yang luhur. Kearifan lokal merupakan modal utama
masyarakat dalam membangun dirinya tanpa merusak tatanan sosial
yang adaptif dengan lingkungan alam sekitarnya. Kearifan lokal
dibangun dari nilai-nilai sosial yang dijunjung tinggi dalam struktur
sosial masyarakat dan memiliki fungsi sebagai pedoman, pengontrol,
dan rambu-rambu untuk berperilaku dalam berbagai dimensi dalam
kehidupan. Oleh karena itu, guru harus mampu merancang program
pembelajaran dengan memperhatikan ranah afektif sebagai salah satu
karakteristik manusia dalam hasil belajar, walau memerlukan waktu
yang lama. Terintegrasinya pendidikan karakter dalam muatan
keunggulan lokal pada proses pembelajaran, akan sesuai dengan
lingkungan yang ada dan dialami peserta didik dalam rangka
mengaitkan pembelajaran dengan kejadian nyata sehingga dapat
menciptakan proses pembelajaran yang bermakna. Secara teoritis,
pengembangan karakter berbasis potensi diri belum diajarkan di
sekolah sekolah, namun secara praktis telah diaplikasikan dan
dipraktekkan oleh siswa di kelas maupun di lingkungan sekolah.

Kata Kunci: Karakter Potensi, Kearifan Lokal, Pembelajaran Di Sekolah.

Pendahuluan keadilan. Kejadian tersebut memberi


Maraknya peristiwa yang kesan seakan-akan bangsa kita sedang
mendera bangsa kita saat ini pun mengalami krisis etika dan krisis
sudah merambak pada golongan elit kepercayaan diri yang
sehingga meningkat pula kriminalitas, berkepanjangan. Peristiwa demi
tingginya kasus korupsi, dan peristiwa di atas menunjukkan
penegakan hukum yang sepertinya segelintir sebuah kegagalan dalam
masih jauh dari harapan nilai bidang pendidikan. Kegagalan
Perkembangan Karakter Peserta Didik Berbasis Kearifan 107
Lokal Melalui Pembelajaran Di Sekolah (Nuraini Asriati)

pendidikan yang paling fatal berubah. Setiap orang akan


adalah ketika produk didik tak lagi menganggap sesuatu itu baik sesuai
memiliki kepekaan nurani yang dengan pandangannya pada saat itu.
berlandaskan moralitas, sense of Oleh sebab itu, sistem nilai yang di-
humanity. Padahal substansi miliki seseorang itu bisa dibina dan
pendidikan adalah memanusiakan diarahkan. Apabila seseorang
manusia, menempatkan kemanusiaan menganggap nilai agama adalah di
pada derajat tertinggi dengan atas segalanya, maka nilai-nilai
memaksimalkan karya dan karsa. yang lain akan bergantung pada nilai
Ketika tak lagi peduli, bahkan agama itu. Dengan demikian, sikap
secara tragis, berusaha menafikkan seseorang sangat tergantung pada
eksistensi kemanusiaan orang lain, sistem nilai yang dianggapnya paling
maka produk pendidikan berada benar, dan kemudian sikap itu yang
pada tingkatan terburuk. akan mengendalikan perilaku orang
Berdasarkan kenyataan tersebut, tersebut.
pendidikan nilai/moral memang Tantangan saat ini dan masa
sangat diperlukan atas dasar argumen yang akan datang, bagaimana kita
adanya kebutuhan nyata dan mampu menempatkan pendidikan
mendesak. Dalam Permendiknas karakter sebagai sesuatu kekuatan
N0.45/2006 setiap rumusan SKL bangsa. Oleh karena itu, kebijakan
secara implisit dan eksplisit termuat dan implementasi pendidikan yang
substansi nilai/karakter. berbasis karakter di sekolah menjadi
Dewasa ini dalam sangat penting dan strategis dalam
masyarakat yang cepat berubah, rangka membangun bangsa ini.
pendidikan karakter bagi anak Kearifan lokal dapat berfungsi
merupakan hal yang sangat penting. sebagai salah satu sumber nilai-nilai
Hal ini disebabkan pada era global, yang luhur. Dengan kata lain, kearifan
anak akan dihadapkan pada banyak lokal bisa menjadi sumur yang tak
pilihan tentang nilai yang buruk kunjung kering di musim kemarau
dianggapnya baik atau sebaliknya. panjang, nilai-nilai kebijaksanaan
Pertukaran dan pengikisan nilai- bagi perwujudan cita-cita bangsa
nilai suatu masyarakat tersebut akan yang seimbang, baik secara lahiriah
terjadi secara terbuka. Nilai-nilai maupun batiniah. Di samping
yang dianggap baik oleh suatu berfungsi sebagai penyaring bagi
kelompok masyarakat bukan tak nilai-nilai berasal dari luar, kearifan
mungkin akan menjadi luntur lokal dapat juga digunakan untuk
digantikan oleh nilai-nilai baru yang meredam gejolak-gejolak yang
belum tentu cocok dengan budaya bersifat intern. Misalnya konflik
masyarakat. Nilai bagi seseorang masyarakat yang sesuku atau antar
tidaklah statis, akan tetapi selalu suku. Upaya promosi nilai-nilai luhur
108 Jurnal Pendidikan Sosiologi Dan Humaniora Vol. 3. No. 2. Oktober 2012

dalam kebudayaan tertentu secara Pembahasan


formal akan menimbulkan apresiasi A. Model Pendidikan Karakter
dan rasa bangga terhadap nilai-nilai Komitmen Nasional tentang
tersebut. Dengan demikian akan perlunya pendidikan karakter, secara
timbul semangat yang kuat untuk imperatif tertuang dalam Undang-
menerapkannya dalam kehidupan undang Nomor 20 Tahun 2003
bermasyarakat. tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Tantangan globalisasi dan Dalam Pasal 3 UU tersebut
proses demokrasi yang semakin kuat dinyatakan bahwa “Pendidikan
dan beragam disatu pihak, dan dunia Nasional berfungsi mengembangkan
persekolahan sepertinya lebih kemampuan dan membentuk watak
mementingkan penguasaan dimensi serta peradaban bangsa yang
pengetahuan dan mengabaikan bermartabat dalam rangka
pendidikan nilai/moral saat ini, mencerdaskan kehidupan bangsa,
merupakan alasan yang kuat bagi bertujuan untuk berkembangnya
Indonesia untuk membangkitkan potensi peserta didik agar menjadi
komitmen dan melakukan pendidikan manusia yang beriman dan bertakwa
karakter. Pendidikan karakter bangsa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
diharapkan mampu menjadi alternatif berakhlak mulia, sehat, berilmu,
solusi berbagai persoalan tersebut. cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
Kondisi dan situasi saat ini warga negara yang demokratis serta
tampaknya menuntut pendidikan bertanggung jawab”. Jika dicermati 5
karakter yang perlu (lima) dari 8 (delapan) potensi
ditransformasikan. Berangkat dari peserta didik yang ingin
rasa keprihatinan atas kondisi bangsa dikembangkan sangat terkait erat
kita dengan maraknya peristiwa- dengan karakter.
peristiwa yang terjadi saat ini, Urgensi dari pelaksanaan
memberi kesan seakan-akan bangsa komitmen nasional pendidikan
kita sedang mengalami krisis etika karakter, telah dinyatakan pada
dan krisis kepercayaan diri yang Sarasehan Nasional Pendidikan
berkepanjangan. Berdasarkan Budaya dan Karakter Bangsa sebagai
kenyataan tersebut, pendidikan Kesepakatan Nasional Pengembangan
nilai/moral memang sangat Pendidikan Budaya dan Karakter
diperlukan atas dasar argumen adanya Bangsa yang menyatakan bahwa:
kebutuhan nyata dan mendesak (a). “Pendidikan budaya dan karakter
berdasarkan kearifan lokal, dan dapat bangsa merupakan bagian integral yg
dilaksanakan melalui pembelajaran tak terpisahkan dari pendidikan
afektif di sekolah. nasional secara utuh; (b). Pendidikan
budaya dan karakter bangsa harus
dikembangkan secara komprehensif
Perkembangan Karakter Peserta Didik Berbasis Kearifan 109
Lokal Melalui Pembelajaran Di Sekolah (Nuraini Asriati)

sebagai proses pembudayaan. dan operasional pada setiap jalur,


(c). Pendidikan budaya dan karakter jenjang pendidikan dan jenis
bangsa merupakan tanggung jawab pendidikan. Adapun design
bersama antara pemerintah, pendidikan karakter dapat di
masyarakat, sekolah dan orang tua. gambarkan sebagai berikut :
Grand Design Pendidikan
Karakter menjadi rujukan konseptual

GRAND DESIGN PENDIDIKAN KARAKTER

Agama, Pancasila,
UUD 1945,
PROSES PEMBUDAYAAN DAN PEMBERDAYAAN
UU No. 20/2003 ttg
Sisdiknas INTERVENSI

MASYA-
Teori SATUAN KELUARGA RAKAT
Pendidikan,
Nilai-nilai Perilaku
Luhur PENDIDIKAN Berkarakter
Psikologi,
Nilai, Sosial
Budaya

Pengalaman terbaik HABITUASI


(best practices)dan
praktik nyata

PERANGKAT PENDUKUNG
Kebijakan, Pedoman, Sumber Daya,
Lingkungan, Sarana dan Prasarana,
Kebersamaan, Komitmen pemangku
kepentingan.
4

Gambar. 1 : Grand Design Pendidikan Karakter.


Dari design pendidikan karakter di atas, dapat dikembangkan nilai nilai dalam
pendidikan karakter bangsa diidentifikasikan dari empat (4) sumber yaitu agama,
pancasila, budaya dan tujuan pendidikan nasional. Pada dasarnya karakter dan
pendidikan merupakan dua hal penting yang tidak dapat dipisahkan bahkan ketika
pendidikan cenderung diperlakukan sebagai wahan transfer pengetahuan pun telah
terjadi perambatan nilai yang bermuara pada nilai- nilai kebenaran intelektual.
Secara psikologis dan sosial kultural pembentukan karakter dalam diri
individu merupakan fungsi dari seluruh potensi individu manusia (kognitif,
afektif, konatif, dan psikomotorik) dalam konteks interaksi sosial kultural (dalam
keluarga, sekolah, dan masyarakat) dan berlangsung sepanjang hayat. Konfigurasi
karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosial kultural tersebut
dapat dikelompokan dalam: Olah Hati (Spiritual and emotional development),
Olah Pikir (intellectual development), Olah Raga dan Kinestetik (Physical and
kinestetic development), dan Olah Rasa dan Karsa (Affective and Creativity
development) yang secara diagramatik dapat digambarkan sebagai berikut :
110 Jurnal Pendidikan Sosiologi Dan Humaniora Vol. 3. No. 2. Oktober 2012

Gambar. 2 : Konfigurasi Karakter dalam Proses Psikologis dan Sosial Kultural.


Dari gambar 2 di atas dapat dijelaskan pendidikan karakter. Sejarah
bahwa keselarasan dan kesatuan perjalanan bangsa kita, kepercayaan
(holistis) antara olah pikir, olah hati, pada sesuatu yang supranatural
olah raga, dan olah rasa/karsa menjadi bagian hidup dari
merupakan aspek penting dari kebanyakan suku bangsa.
pendidikan karakter. Olah pikir dan Persoalannya adalah bagaimana
olah hati yang mencakup proses mengimplementasikan kearifan lokal
intrapersonal merupakan landasan untuk membangun pendidikan karakter
untuk mewujudkan proses interpersonal di sekolah?. Oleh karena itu, perlu ada
berupa olah raga dan olah rasa/karsa. revitalisasi budaya lokal (kearifan lokal)
Guru dapat mentransformasikan logika yang relevan untuk membangun
berpikir dan tingkah laku spiritual pendidikan karakter. Hal ini dikarenakan
kepada para murid dibarengi dengan kearifan lokal di daerah pada gilirannya
pengawasan terhadap tingkah laku akan mampu mengantarkan siswa
(amanah) dan jaringan sosial (tabligh) Pilar inilah yang membuat pemeluk
yang tengah dilakoni oleh mereka. agama merasa harus selalu jujur. Pilar
lainnya, setiap perbuatan manusia akan
B. Kearifan Lokal Dalam dimintai pertanggungjawabannya kelak
Pengembangan Karakter di hadapan Tuhan.
Disadari atau tidak, banyak Aspek inilah yang mendorong
nilai-nilai tradisional yang hidup para pemeluk agama selalu
dalam masyarakat dan dapat dijadikan mempertimbangkan setiap tindakannya,
sebagai muatan pendidikan karakter. apakah sejalan dengan ajaran agama
Nilai-nilai tradisi ini telah menjadi ataukah menyimpang, sedangkan untuk
kearifan lokal walaupun berbeda-beda sikap tolong menolong, setiap agama
namun memiliki kesamaan yang memerintahkannya minimal di antara
sangat signifikan manakala nilai-nilai pemeluk agamanya masing-masing.
tradisional disinkronkan dengan
Perkembangan Karakter Peserta Didik Berbasis Kearifan 111
Lokal Melalui Pembelajaran Di Sekolah (Nuraini Asriati)

Di samping nilai dan norma keunikan tersendiri dan mengandung


yang bersumber dari agama, di tengah kearifan lokal.
masyarakat kita dalam suku-suku Kearifan lokal menurut
bangsa Indonesia masih hidup nilai- Susanti, ialah gagasan-gagasan
nilai dan norma sosial yang bersumber setempat yang bersifat bijaksana,
dari adat. Biasanya kearifan lokal yang penuh kearifan, bernilai baik, yang
bersumber dari mengajarkan kebaikan tertanam dan diikuti oleh anggota
seperti ajakan untuk menambah masyarakat. Bentuk kearifan lokal
pengetahuan, dorongan untuk kerja dalam masyarakat dapat berupa nilai,
keras, nasihat dalam mengumpulkan norma, etika, kepercayaan, adat
kekayaan, unggah-ungguh berbahasa, istiadat, hukum adat, dan aturan-
cara menghormati orang lain, hingga aturan khusus. Nilai-nilai luhur terkait
ajaran melestarikan alam sekitar. kearifan lokal ialah : 1). Cinta kepada
Secara turun temurun kearifan lokal Allah dan alam semesta beserta
yang bersumber dari adat istiadat, dan isinya, 2). Tanggung jawab, disiplin,
bersanding dengan kearifan lokal dan mandiri, 3). Jujur, 4). Hormat dan
yang bersumber dari ajaran agama, santun, 5). Kasih sayang, dan peduli,
masih terus diwariskan dan 6). Percaya diri, krearif, kerja keras,
sesungguhnya masih hidup di tengah dan pantang menyerah, 7). Keadilan
masyarakat kita. Karena itu, ketika dan kepemimpinan, 8). Baik dan
pendidikan karakter didengungkan rendah hati, 9). Toleransi, cinta damai
ulang maka sejatinya kearifan lokal dan persatuan.
itu dapat digunakan untuk Masyarakat Indonesia sudah
memperkuat pendidikan karakter. sepatutnya untuk kembali kepada jati
Sebaliknya pendidikan karakter ini diri melalui pemaknaan kembali dan
merevitalisasi kearifan lokal untuk rekonstruksi nilai-nilai luhur budaya.
dimanfaatkan dalam rangka Dalam kerangka itu, upaya yang perlu
kehidupan berbangsa dan bernegara. dilakukan adalah menguak makna
Kearifan lokal merupakan substantif kearifan lokal. Sebagai
suatu gagasan konseptual yang hidup misal, keterbukaan dikembangkan
dalam masyarakat, tumbuh dan dan kontekstualisasikan menjadi
berkembang secara terus-menerus kejujuran. Kehalusan diformulasi
dalam kesadaran masyarakat dari sebagai keramah-tamahan yang tulus.
yang sifatnya berkaitan dengan Harga diri diletakkan dalam upaya
kehidupan yang sakral sampai dengan pengembangan prestasi, dan demikian
yang profan (bagian keseharian dari seterusnya.
hidup dan bersifat biasa-biasa saja). Kearifan lokal merupakan
Keseragaman budaya Indonesia modal utama masyarakat dalam
merupakan modal besar membangun membangun dirinya tanpa merusak
bangsa dimana setiap daerah memiliki tatanan sosial yang adaptif dengan
112 Jurnal Pendidikan Sosiologi Dan Humaniora Vol. 3. No. 2. Oktober 2012

lingkungan alam sekitarnya. Kearifan Salah satu fungsi dari sekolah


lokal dibangun dari nilai-nilai sosial mencakup fungsi sosial. Sekolah dalam
yang dijunjung dalam struktur sosial menjalankan fungsi sosial harus
masyarakat sendiri dan memiliki mampu mensosialisasikan peserta
fungsi sebagai pedoman, pengontrol, didik, sehingga mereka nantinya bisa
dan rambu-rambu untuk berperilaku mengubah diri mereka dan
dalam berbagai dimensi kehidupan masyarakatnya. Masyarakat merupakan
baik saat berhubungan dengan sesama sebuah tempat yang menjadi tempat
maupun dengan alam. Sekarang hidup, tumbuh, berkembang dan
eksistensi kearifan lokal dirasakan berubah bagi manusia. Sekolah
semakin memudar pada berbagai berupaya menggali dan mewariskan
kelompok masyarakat. kearifan lokal dalam membangun
Peluang berhasilnya kehidupan berbangsa.
implementasi model pendidikan Oleh karena itu, sudah
berkarakter dan berbudaya sebanding seharusnya kurikulum sekolah,
dengan daya dukung yang dimiliki. memberikan perhatian yang lebih
Pada konteks ini, yang dimaksud daya besar pada pendidikan karakter
dukung adalah segala sumber tenaga, bangsa dibandingkan kurikulum masa
waktu, pikiran (gagasan), kebijakan, sebelumnya. Kearifan lokal
dana, kemauan dan semangat, dan merupakan suatu gagasan konseptual
komitmen baik yang berasal dari satuan yang hidup dalam masyarakat,
pendidikan maupun dari luar tumbuh dan berkembang secara terus-
(lingkungan sekitar satuan pendidikan). menerus dalam kesadaran masyarakat
Semakin besar daya dukung yang dari yang sifatnya berkaitan dengan
dimiliki, semakin besar pula peluang kehidupan yang sakral sampai dengan
model pendidikan tersebut berhasil yang profan (bagian keseharian dari
terimplementasikan. hidup dan bersifat biasa-biasa saja).
Terintegrasinya muatan Keberagaman budaya Indonesia
keunggulan lokal pada pembelajaran, merupakan modal besar membangun
akan sesuai dengan lingkungan yang bangsa. Setiap daerah memiliki
ada dan dialami peserta didik. Dengan keunikan tersendiri dan mengandung
demikian, peserta didik akan lebih kearifan lokal. Salah satu cara yang
termotivasi dalam belajar (Baharuddin bisa ditempuh yakni dengan
dan Wahyuni, 2008). Hal ini sejalan memasukkan nilai-nilai kearifan
dengan Nurhadi, dkk (2004) bahwa lokal, baik lewat mata pelajaran
upaya mengaitkan pembelajaran maupun dalam perilaku.
dengan kejadian atau fakta di dunia
nyata, dapat menciptakan proses
pembelajaran yang bermakna.
Perkembangan Karakter Peserta Didik Berbasis Kearifan 113
Lokal Melalui Pembelajaran Di Sekolah (Nuraini Asriati)

C. Karakter Berbasis Budaya pecinta alam, olah raga, palang


Sekolah merah, dan karya tulis ilmiah. Setelah
Apa itu karakter berbasis itu setiap siswa diharapkan mampu
kultur sekolah?. Bagaimana individu menerapkannya di rumah dan
yang terlibat dalam lembaga lingkungan sekitarnya. Semua aspek
pendidikan dapat berperan serta secara pendidikan mulai dari ruang kelas
aktif dalam pembentukan kultur sekolah hingga lingkungan tempat tinggal
yang berjiwa pendidikan karakter?, harus tetap berkesinambungan dalam
Bagaimana kultur sekolah itu terbentuk menjaga nilai-nilai pendidikan
dan bagaimana menjaga karakter. Model pendidikan karakter
keberlangsungannya sehingga sekolah dalam pembelajaran bisa merupakan;
memiliki sebuah tradisi pendidikan yang 1). Otonomi, mata pelajaran sendiri,
kokoh?, Bagaimana sekolah mendesain 2). Integrasi, terpadu dengan mata
pendidikan karakter berbasis kultur pelajaran lain, 3). Suplemen berupa
sekolah?, Pendidikan karakter jika kegiatan tambahan yang bersifat
dilaksanakan secara menyeluruh dan ekstrakulikuler atau kemitraan dan,
utuh, akan memperkuat kultur sekolah 4). Kolaborasi, berupa kegiatan
yang semakin kondusif bagi gabungan dari ketiga model
pertumbuhan setiap individu dalam pendidikan.
komunitas sekolah. Dalam konteks mikro
Kultur sekolah inilah yang pengembangan karakter berlangsung
seringkali luput dari pembahasan dalam konteks suatu satuan pendidikan
ketika para pendidik maupun publik atau sekolah secara holistik. Sekolah
berbicara tentang pendidikan sebagai leading sector berupaya
karakter. Pendidikan karakter tidak memanfaatkan dan memberdayakan
akan efektif jika pengembangan semua lingkungan belajar yang ada
kultur sekolah yang berjiwa untuk menginisiasi dan
pendidikan karakter tidak tersentuh menyempurnakan secara terus menerus
melalui program-program yang proses pendidikan karakter di sekolah.
dirancang. Untuk itu, para pendidik Budaya sekolah diyakini
dan komunitas sekolah mesti merupakan aspek yang berpengaruh
mengerti, menyadari, dan ikut terlibat terhadap perkembangan anak. Jika
aktif dalam mendesain pendidikan suasan sekolah penuh dengan
karakter berbasis kultur sekolah ini. kedisiplinan, kejujuran, kasih saying
Pendidikan karakter harus maka akan menghasilkan output yang
masuk dalam setiap aspek kegiatan berkarakter. Secara mikro
belajar-mengajar di ruang kelas, pengembangan karakter dapat dibagi
praktek keseharian di sekolah, dan dalam 4 pilar yaitu kegiatan belajar
terintegrasi dengan setiap kegiatan mengajar di kelas, kegiatan keseharian
ekstra kurikuler seperti pramuka, dalam bentuk budaya sekolah, kegiatan
114 Jurnal Pendidikan Sosiologi Dan Humaniora Vol. 3. No. 2. Oktober 2012

ko kurikuler dan ekstra kurikuler, serta mikro dapat digambarkan sebagai


kegiatan keseharian dirumah dan berikut :
masyarakat. Adapun program
pengembangan karakter pada latar
STRATEGI MIKRO DI SEKOLAH

Integrasi ke dalam KBM Pembiasaan dalam kehidupan


pada setiap Mapel keseharian di satuan pendidikan

BUDAYA SEKOLAH: KEGIATAN KEGIATAN


(KEGIATAN/KEHIDUPAN EKSTRA KESEHARIAN
KESEHARIAN DI KURIKULER DI RUMAH
SATUAN PENDIDIKAN)

Integrasi ke dalam kegiatan


Ektrakurikuler Pramuka,
Olahraga, Karya Tulis, Dsb. Penerapan pembiasaan
kehidupan keseharian di
rumah yang sama dengan
di satuan pendidikan 5

Gambar. 3 : Konteks Mikro Pengembangan Karakter.

D. Starategi Pembelajaran Khan; 2010:118). Konsep ini


Mengembangkan Potensi Diri mendorong peserta didik untuk
Pembentukan sikap melalui memiliki etos belajar, inisiatif,
pendidikan karakter berbasis potensi spontanitas, suasana hati yang
diri merupakan daya upaya untuk nyaman berfikir, suka bertanya anti
mengembangkan budaya harmoni. Di menyontek, dan belajar mandiri.
dalam kelas ketidakseimbangan Selain itu, membiasakan diri datang
sering terjadi antara harapan dan tepat waktu, menjawab pertanyaan
mimpi peserta didik tetapi tidak guru dengan cepat, tepat, interaksi
dibarengi sikap dan daya juang yang sosial yang tinggi dengan teman
tinggi. Budaya harmoni merupakan teman sekelas, dan berfikir
keseimbangan antara mimpi dan komprehensif. Juga merupakan
perbuatan dan pendidik dan peserta strategi pengembangan karakter
didik sama sama aktif. potensi diri peserta didik. Pendidikan
Pendidikan karakter berbasis karakter seperti itu dalam
potensi diri merupakan keseluruhan mengembangkan potensi diri peserta
teori konsep yang mencakup model didik merupakan shock therapy
pembelajaran kooperatif Tipe mendongkrak nilai prestasi peserta
Komprehensif (MPKTK) berbasis didik.
lesson study dan sinergi Pengembangan karakter potnsi
pemberdayaan peserta didik (Yahya diri merupakan pendidikan yang tidak
Perkembangan Karakter Peserta Didik Berbasis Kearifan 115
Lokal Melalui Pembelajaran Di Sekolah (Nuraini Asriati)

saja membimbing dan membina peserta siswa untuk menentukan pilihannya.


didik untuk memiliki kompetensi 2. Model Pembentukan Rasional
intelektual, keterampilan mekanik Model pembentukan rasional
tetapi pencapaian pembangunan ini bertujuan mengembangkan
karakter. Pengembangan ini memiliki kematangan pemikiran tentang nilai-
problematika yang bersifat kompleks. nilai. Langkah-langkah pembelajaran
Oleh karena itu, dalam rasional : (1). mengidentifikasi situasi
pelaksanaannya memerlukan berbagai dimana ada ketidakserasian atau
macam pendekatan pembelajaran. penyimpangan tindakan, (2).
Pendekatan merupakan arahan ideal menghimpun informasi tambahan,
yang selanjutnya dijabarkan dalam (3). menganalisis situasi dengan
strategi pembelajaran di sekolah berpegang pada norma, prinsip atau
melalui perencanaan, pelaksanaan dan ketentuan ketentuan yang berlaku
evaluasi. Tujuan yang diharapkan dari dalam masyarakat, (4). mencari
pengembangan potensi diri peserta alternatif tindakan dengan
didik di sekolah adalah adanya memikirkan akibat-akibatnya, (5).
perubahan sikap peserta didik yang mengambil keputusan dengan
semula kontra produktif menjadi berpegang pada prinsip atau
produktif, inovatif dan kreatif. ketentuan-ketentuan legal dalam
Ada beberapa cara yang masyarakat.
ditempuh dalam melakukan 3. Klarifikasi Nilai
pembelajaran di sekolah melalui Langkah-langkahnya : (1).
beberapa model antara lain : pemilihan, para siswa mengadakan
1. Model Konsiderasi pemilihan tindakan secara bebas, dari
Melalui penggunaan model sejumlah alternatif tindakan
konsiderasi ini, siswa didorong untuk mempertimbangkan kebaikan dan
lebih peduli, lebih memperhatikan akibat-akibatnya, (2). menghargai
orang lain, sehingga mereka dapat pemilihan, siswa menghargai
bergaul, bekerja sama, dan hidup secara pilihannya serta memperkuat-
harmonis dengan orang lain. Langkah- mempertegas pilihannya, (3). berbuat,
langkah : (1). menghadapkan siswa siswa melakukan perbuatan yang
pada situasi yang mengandung berkaitan dengan pilihannya.
konsiderasi, (2). meminta siswa 4. Pengembangan Moral Kognitif
menganalisis situasi berkenaan dengan Langkah-langkahnya : (1).
perasaan, kebutuhan dan kepentingan menghadapkan siswa pada suatu
orang lain, (3). siswa menuliskan situasi yang mengandung dilema
responsnya masing-masing, (4). siswa moral atau pertentangan nilai, (2).
menganalisis respons siswa lain, (5). siswa diminta memilih salah satu
mengajak siswa melihat konsekuesi tindakan yang mengandung nilai
dari tiap tindakannya, (6). meminta moral tertentu, (3). siswa diminta
116 Jurnal Pendidikan Sosiologi Dan Humaniora Vol. 3. No. 2. Oktober 2012

mendiskusikan menganalisis kebaikan lain : keteladanan, penguatan


dan kejelekannya, (4). siswa di positif dan negatif, simulasi, dan
dorong untuk mencari tindakan- permainan peranan.
tindakan yang lebih baik, (5). siswa 2. Pendekatan Perkembangan
menerapkan tindakan dalam segi lain. Kognitif
Pendekatan ini sangat mudah
5. Model Nondirektif digunakan dalam proses pendidikan
Model ini bertujuan di sekolah karena memberikan
membantu siswa mengaktualisasikan penekanan pada aspek
dirinya. Langkah-langkahnya : (1). perkembanagan kemampuan
menciptakan sesuatu yang permisif berfikir. Oleh karena itu,
melalui ekspresi bebas, (2). pendekatan ini memberikan
pengungkapan siswa mengemukakan perhatian sepenuhnya pada isu
perasaan, pemikiran dan masalah- moral dan penyelesaiaan masalah
masalah yang dihadapinya, guru yang berhubungan dengan
menerima dan memberikan pertentangan nilai dalam
klarifikasi, (3). pengembangan masyarakat.
pemahaman, siswa mendiskusikan 3. Pendekatan Analisis Nilai
masalah, guru memberikan dorongan, Pendekatan ini memberikan
(4). perencanaan dan penentuan penekanan pada perkembangan
keputusan, siswa merencanakan dan kemampuan siswa untuk berpikir
menentukan keputusan, guru logis dengan cara menganalisa
memberikan klarifikasi, (5). integrasi, masalah yang berhubungan nilai-
siswa memperoleh pemahaman lebih nilai sosial.
luas dan mengembangkan kegiatan 4. Pendekatan Klarifikasi Nilai
kegiatan positif. Pendekatan ini menekankan pada
Untuk memudahkan pelaksanaan usaha membantu siswa mengkaji
strategi pembelajaran di sekolah bisa perasaan dan perbuatannya sendiri
dilakukan dengan beberapa pendekatan serta membantu siswa
antara lain : mengidentifikasi nilai-nilai moral
1. Pendekatan Penanaman Nilai dengan menggunakan kemampuan
Tujuan pendidikan nilai menurut berfikir rasional dan kesadaran
pendekatan ini adalah : Pertama, emosional.
diterimanya nilai-nilai sosial 5. Pendekatan Berbuat
tertentu oleh siswa; Kedua, Pendekatan ini menekankan pada
berubahnya nilai-nilai siswa yang usaha memberikan kesempatan
tidak sesuai dengan nilai-nilai sosial untuk melakukan perbuatan
yang diinginkan. Metode yang perbuatan moral secara
digunakan dalam proses perseorangan maupun bersama
pembelajaran pendekatan ini antara sama dalam suatu kelompok
Perkembangan Karakter Peserta Didik Berbasis Kearifan 117
Lokal Melalui Pembelajaran Di Sekolah (Nuraini Asriati)

dengan melakukan perbuatan moral mengarahkan opini seseorang.


sebagai makhluk individu maupun Adanya informasi baru mengenai
makhluk sosial. sesuatu hal memberikan landasan
Pembentukan sikap siswa dapat kognitif baru bagi terbentuknya sikap
dipengaruhi oleh pembiasaan dalam terhadap hal tersebut. Jika cukup kuat,
kehidupan sehari-hari peserta didik pesan-pesan sugestif akan memberi
antara lain dengan : dasar afektif dalam menilai sesuatu
a. Pengalaman Pribadi hat sehingga terbentuklah arah sikap
Tidak adanya pengalaman tertentu.
yang dimiliki oleh seseorang dengan e. Lembaga Pendidikan dan
suatu objek psikologis cenderung Lembaga Agama
akan membentuk sikap negatif Lembaga pendidikan serta
terhadap objek tersebut. Sikap akan lembaga agama sebagai sesuatu
lebih mudah terbentuk jika yang sistem mempunyai pengaruh dalam
dialami seseorang terjadi dalam pembentukan sikap dikarenakan
situasi yang melibatkan emosi, karena keduanya meletakkan dasar
penghayatan akan pengalaman lebih pengertian dan konsep moral dalam
mendalam dan lebih lama membekas. diri individu.
b. Pengaruh Orang lain yang f. Faktor Emosional
Dianggap Penting Suatu bentuk sikap terkadang
Pada umumnya seseorang didasari oleh emosi, yang berfungsi
lebih cenderung memiliki sifat yang sebagai semacam penyaluran frustasi
konformis atau searah dengan sikap atau pengalihan bentuk.
orang yang dianggap penting yang
didorong oleh keinginan untuk Penutup
berafiliasi dan keinginan untuk Kearifan lokal merupakan
menghindari konflik. modal utama masyarakat dalam
c. Pengaruh Kebudayaan membangun dirinya tanpa merusak
Pengaruh lingkungan tatanan sosial yang adaptif dengan
(termasuk kebudayaan) sangat kuat lingkungan alam sekitarnya. Kearifan
dalam membentuk pribadi seseorang. lokal dibangun dari nilai-nilai sosial
Kepribadian merupakan pola perilaku yang dijunjung dalam struktur sosial
yang konsisten yang menggambarkan masyarakat sendiri dan memiliki
sejarah reinforcement yang kita alami fungsi sebagai pedoman, pengontrol,
karena kebudayaan memberikan dan rambu-rambu untuk berperilaku
corak pengalaman bagi individu dalam berbagai dimensi kehidupan
dalam suatu masyarakat. Pengembangan kemampuan sikap
d. Media Massa baik melalui proses pembiasaan
Media massa memberikan maupun modeling bukan hanya
pesan-pesan yang sugestif yang ditentukan oleh guru, tetapi
118 Jurnal Pendidikan Sosiologi Dan Humaniora Vol. 3. No. 2. Oktober 2012

dipengaruhi oleh lingkungan. Oleh Negeri. 2007. Peraturan


karena itu, memerlukan upaya semua Menteri Dalam Negeri Nomor
pihak, baik lingkungan sekolah, 39 Tahun 2007 tentang
keluarga, maupun lingkungan Pedoman Fasilitasi Organisasi
masyarakat. Keberhasilan pembentukan Kemasyarakatan Bidang
sikap tidak bisa dievaluasi dengan Kebudayaan, Keraton, dan
segera seperti pembentukan aspek Lembaga Adat dalam
kognitif dan aspek keterampilan yang Pelestarian dan Pengembangan
hasilnya dapat diketahui setelah proses Budaya Daerah.
pembelajaran berakhir. Strategi http://pangasuhbumi.com/article/20582 /
pengembangan karakter potensi peserta pemulihan lingkungan dengan
didik didukung oleh tiga pilar yaitu kearifan lokal. html.
orang tua, sekolah dan lingkungan. http://tal4mbur4ng.blogspot.com/2010/0
Dalam konteks tersebut buaya 7/ kearifan lokal guna
paternalistik dapat dijadikan pedoman pemecahan masalah. html.
karena peran orang tua dan guru yang Jonassen, D.H, 1994, Developing a
berwibawa karakter dapat ditanamkan Learning Strategy Using
dan diajarkan serta dikembangkan Pattern Notes : A New
walau keberhasilan pembentukan sikap Technology, Programmed
baru dapat dilihat pada rentang waktu Learning and Educational
yang cukup panjang. Technology, Halaman 163-175.
Kartodirdjo, Sartono. 1994a.
Daftar Pustaka Kebudayaan Pembangunan
Blum, Lawrence A. 2001. “Antirasisme, dalam Perspektif Sejarah.
Multikulturalisme, dan Yogyakarta : Gadjah Mada
Komunitas Antar Ras”, Tiga University Press.
Nilai yang Bersifat Mendidik Kartodirdjo, Sartono. 1994b.
bagi Sebuah Masyarakat Pembangunan Bangsa tentang
Multikultural”, dalam L. May, Nasionalisme, Kesadaran dan
S. Collins Chobanian, dan K. Kebudayaan Nasional.
Wong, editor, Etika Terapan I: Yogyakarta: Aditya Media.
Sebuah Pendekatan Koentjaraningrat, 1984. Kebudayaan
Multikultural. Yogyakarta: Tiara Mentalitas dan
Wacana. Pembangunan. Cetakan ke-11.
Departemen Pendidikan Nasional, 2001, Jakarta : Gramedia.
Program Sinergi Pemberdayaan Koentjaraningrat, 1986. Pengantar
Potensi Mahasiswa, Jakarta: Ilmu Antropologi. Cetakan ke-
Depdiknas. 6. Jakarta : Aksara Baru.
Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa Nuraini Asriati, 2010, Membangun
dan Politik Departemen Dalam dan Mengembangkan
Perkembangan Karakter Peserta Didik Berbasis Kearifan 119
Lokal Melalui Pembelajaran Di Sekolah (Nuraini Asriati)

Pendidikan Nilai Pembentukan Mendongkrak Kualitas


Karakter, Dan Pembiasaan Pendidikan, Yokyakarta:
Sikap Siswa Melalui Pelangi Publishing.
Pembelajaran Afektif, Jurnal
Cakrawala Kependidikan,
Vol 8 No1. Maret 2010,
Pontianak : Penerbit FKIP
Untan Pontianak.
Nuraini Asriati, 2011, Grand Design
Pendidikan Karakter Berbasis
Sekolah, Jurnal Visi Ilmu
Pendidikan Volume 6 edisi
Agustus 2011, ISSN 2085-
9848. Pontianak : Penerbit
Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP
Untan Pontianak.
Sedyawati, Edi. 2007. Keindonesiaan
dalam Budaya : Buku 1
Kebutuhan Membangun
Bangsa yang Kuat. Jakarta :
Wedatama Widya Sastra.
Sedyawati, Edi. 2008. Keindonesiaan
dalam Budaya : Buku 2
Dialog Budaya Nasional dan
Etnik, Peranan Industri
Budaya dan Media Massa,
Warisan Budaya dan
Pelestarian Dinamis. Jakarta :
Wedatama Widya Sastra.
Smiers, Joost. 2009. Arts Under
Pressure : Memperjuangkan
Keanekaragaman Budaya di
Era Globalisasi. Terjemahan
Umi Haryati. Yogyakarta:
Insistpress.
Stogdill Ralph M, 1990, The process of
Model Building. NewYork:
W.W.Norton.
Yahya Khan, 2010, Pendidikan
karakter Berbasis Potensi Diri

Anda mungkin juga menyukai