DEFENISI
Infertilitas didefenisikan sebagai ketidakmampuan pasangan suami istri untuk
mencapai konsepsi atau kehamilan setelah satu tahun melakukan senggama teratur tanpa
kontrasepsi atau ketidakmampuan untuk hamil sampai melahirkan bayi yang mampu
hidup. Anwar INC,2003
Sementara menurut Standar Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi
Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia, infertilitas didefenisikan sebagai
pasangan suami istri pada usia reproduksi telah melakukan kohabitasi sebagai mana
layaknya (2-3 kali seminggu) tanpa menggunakan kontrasepsi , tidak hamil selama 2
tahun masa usaha untuk menjadi hamil. Moeloek FA, dkk, 2003
Menurut Wheeler JM & Polan ML( 1997), diagnosis infertilitas ditegakkan jika
konsepsi tidak terjadi setelah satu pasangan secara aktif mengusahakan kehamilan
selama satu tahun, akan tetapi pada pasangan usia muda atau pada pasien yang
pemaparan seksualnya diragukan pemeriksaan dan terapi aktif dapat di tunda sampai 2
tahun. Wheeler JM & Polan ML, 1997
Namun karena fekunditas manusia terbukti menurun seiring dengan
bertambahnya usia maka pemeriksaan infertilitas dapat dilakukan setelah enam bulan
upaya untuk hamil pada pasangan yang lebih tua ( usia istri lebih dari 35 tahun) atau ada
faktor-faktor tertentu yang mempunyai dampak terhadap fertilitasnya, misalnya
keguguran berulang, amenore, disfungsi seksual, dan operasi abdomen. Anwar INC,2003
EPIDEMIOLOGI INFERTILITAS
Menurut WHO dari seluruh dunia sekitar 50-80 juta pasangan suami istri
mempunyai masalah dengan infertilitasnya. Sekitar dua juta pasangan infertil baru akan
muncul setiap tahunnya dan terus meningkat. Diperkirakan sekitar 8-12% pasangan
suami istri akan mengalami masalah infertilitas selama masa reproduksinya dan
memerlukan pengobatan. Pada populasi umum, statistik menunjukan bahwa hanya 25 %
wanita hamil dalam bulan pertama perkawainannya, 63 % hamil dalam 6 bulan, 80%
akan hamil dalam 9 bulan dan sekitar 85 % akan hamil dalam satu tahun. Sementara
sekitar 5% lagi akan hamil dalam 6 bulan berikutnya. Pemeriksaan infertilitas harus
dilakukan secara bersama terhadap pasangan suami istri. Secara statistik sekitar 40%
penyebab Infertilitas terjadi pada pihak suami atau istri, sekitar 10% keduanya sebagai
penyebab, sementara 10% lagi di kategorikan pada penyebab yang tidak diketahui
(unexplained infertility) Wheeler JM & Polan ML,1997, Anwar INC,2003
INVESTIGASI INFERTILITAS
Investigasi terhadap pasangan infertil diarahkan pada identifikasi penyebab
infertilitas. Riwayat yang teliti dan pemeriksaan fisik dan penunjang yang baik akan
mengarahkan kepada investigasi yang tepat dan benar. Rayburn WF, 2001
Anamnesis yang teliti untuk suami dan istri dapat memberi gambaran secara garis
besar mengenai tingkat kesulitan. Riwayat pernikahan, haid, infeksi, penyakit sistematik,
trauma genital, operasi, kebiasaan senggama dan problemnya, obat sebelumnya, resiko
pekerjaan dan kebiasaan hidup perlu ditanyakan secara teliti. Keadaan umum suami istri,
pemeriksaan fisik secara umum, kelainan bawaan terutama pada sistem reproduksi, tanda
kelamin sekunder, harus dilakukan dengan cermat. Anwar INC,2003, Siswanto F, 2003
DIAGNOSIS INFERTILITAS
Jika pemeriksaan lengkap telah dilakukan maka diagnosis infertilitas wanita dapat
di ketahui, diantaranya adalah : disfungsi seksual, hiperprolaktinemia, lesi organik daerah
hipotalamo hipofise, amenore dengan peninggian kadar FSH basal, amenore dengan
estrogen endogen adekuat, amenore dengan estrogen endogen rendah, oligomenore,
menstruasi dan atau ovulasi tidak teratur, anovulasi dengan siklus teratur, abnormalitas
kongenital bawaan, oklusi tuba bilateral, perlekatan pelvis, endometriosis, lesi uterus
dapatan, lesi tuba dapatan, lesi ovarium dapatan, TBC genitalia, kausa iaterogenik, kausa
sistemik, diagnosa belum pasti, uji pasca sanggama abnormal dan kausa tidak jelas (
unexplained ) Rayburn WF,2001,Anwar INC,2003
Berdasarkan data yang diperoleh dari anamnesis pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan tambahan maka dapat dibuat diagnosis infertilitas pria : disfungsi seksual
dan atau ejakulasi, kausa imunologi, kausa tidak jelas, abnormalitas plasma semen, kausa
iaterogenik, kausa sistemik, abnormalitas congenital, kerusakan testis didapat, varikokel,
infeksi kelenjar aksesori pria, kausa endokrinologi, azoospermia idiopatik,
asthenozoospermia idiopatik, teratozoospermia idiopatik, azoospermia obstruktif dan
azoospermia idiopatik Rayburn WF,2001, Anwar INC,2003
MANAJEMEN INFERTILITAS
Manajemen bergantung kepada penyebab dan bertujuan untuk meningkatkan
fungsi reproduksi. Berbagai cara pengobatan dilakukan antar lain konseling kejiwaan,
pemberian antibiotik, kuretase, induksi ovulasi, induksi spermatogenesis, koreksi anatomi
dan fisiologi dari organ genitalia dan pengobatan khusus pada endometriosis serta
inseminasi sperma suami dengan berbagai modifikasi sampai tekhnik rekayasa
reproduksi. Moeloek FA, dkk, 2003
TRR saat ini sudah mengalami kemajuan pesat, mulai dari teknik inseminasi
dengan mikromanipulasi, pembuatan media kultur yang lebih sesuai dengan cairan
endometrium, teknik pengambilan spermatozoa pada azoosperia, penyimpanan sperma
dan embrio beku sampai kloning. TRR dengan teknologi masa depan tampaknya masih
perlu waktu untuk dilaksanakan di Indonesia. Saat ini beberapa pusat rujukan Infertilitas
di Indonesia sudah berkembang dengan melaksanakan IIU, IVF tradisional dan teknik
mikromanipulasi khususnya ICSI Siswanto F, 2003
KESIMPULAN
Dalam penyelidikan infertilitas, harus diberitahukan kepada pasien secara mendetail
mengenai pemeriksaan yang diusulkan, alasan dan urutan pemeriksaan.
Pemeriksaan harus ditekan seminimal mungkin, dan dibatasi pada hal-hal yang
menghasilkan informasi yang andal saja.
Jika didapati halangan relatif atau absolut terhadap konsepsi, dapat ditawarkan
konseling yang sesuai. Dalam konseling, pendekatannya adalah memikirkan hasil-
hasil temuan sebagai penyebab pasangan tersebut tidak berbahagia, sehingga tidak
saling menyalahkan satu sama lain.
Prosedur inseminasi intra uterus adalah suatu prosedur pengobatan yang sederhana
dan masih memiliki tempat secara terbatas dalam penatalaksanaan kasus infertilitas.
Meskipun demikian prosedur ini hendaklah dilakukan dengan persyaratan dan
tahapan yang baik dan benar. Harus dilakukan seleksi terhadap pasien secara ketat
dengan melakukan anamnesa yang teliti, pemeriksaan fisik yang baik, pemeriksaan
penunjang dengan metode yang tepat, dapat dipercaya dan mutakhir.
.
DAFTAR PUSTAKA
1. Llewellyn-Jones D, Infertilitas, Dasar-Dasar Obstetri dan Ginekologi, alih bahasa : Hadyanto,
Edisi 6, Hipokrates, Jakarta, 2002
2. Siswanto F, Pengantar Infertilitas dengan Tekhnik Rekayasa Reproduksi, Kursus Penanganan
Infertilitas Dasar & Tekhnologi Reproduksi, Pra Kongres Obstetri dan Ginekologi Indonesia XII,
Yogyakarta, 2003
3. Anwar INC, Jamaan T, Prosedur Inseminasi Intra Uterus, Manual Inseminasi Intra Uterus, Puspa
Swara, Jakarta, 2003
4. Anwar INC, Pemeriksaan Pasangan Infertil Pra Inseminasi, Manual Inseminasi Intra Uterus,
Puspa Swara, Jakarta, 2003
5. Moeloek FA, Nurranna L, Wibowo N, Purbadi S, Infertilitas, Standar Pelayanan Medik Obstetri
dan Ginekologi Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia, Jakarta, 2003
6. Wheeler JM & Polan ML, Epidemiologi Infertilitas, Seri Skema Diagnosis dan Penatalaksanaan
Infertilitas, Bina Rupa Aksara, Jakarta,1997
7. Baziad A, Penanganan Infertilitas pada Wanita, Endokrinologi Ginekologi, edisi ke 2, Media
Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003
8. Rayburn WF, Infertility, Obstetri dan Ginekologi, Alih bahasa Chalik TMA, Widya Medika,
Jakarta, 2001
9. Manuaba IBG, Pasangan Infertilitas, Kapita selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi
dan KB, EGC, Jakarta, 2001
10. Balen AH, Jacobs HS, Investigating Infertility, Infertility in Practice, 2 nd edition, Churchill
Livingstone, Philadelpia, 2003
11. Soebijanto S, Penatalaksanaan Infertilitas pada Endomeetriosis, Makalah Kursus Infertilitas,
Kongres Nasional II Perkumpulan Menopause Indonesia (PERMI) & Temu Ilmiah II Fertilitas &
Endokrinologi Reproduksi (FER), Surabaya, 2005
12. Mansyur ES, Ariguno D, Preparasi / Pengolahan Sperma Untuk Inseminasi Intra Uterin, Makalah
Kursus Infertilitas, Kongres Nasional II Perkumpulan Menopause Indonesia (PERMI) & Temu
Ilmiah II Fertilitas & Endokrinologi Reproduksi (FER), Surabaya, 2005
13. Wardhiana IPG, Management of Ovulatory Dysfunction, Makalah Kursus Infertilitas, Kongres
Nasional II Perkumpulan Menopause Indonesia (PERMI) & Temu Ilmiah II Fertilitas &
Endokrinologi Reproduksi (FER), Surabaya, 2005
14. Lavy Gad, Boyers SP, Inseminasi Intra Uterin, Seri Skema Diagnosis dan Penatalaksanaan
Infertilitas, Bina Rupa Aksara, Jakarta,1997
15. LeeRD, Penilaian Infertilitas Laki-laki, Seri Skema Diagnosis dan Penatalaksanaan Infertilitas,
Bina Rupa Aksara, Jakarta,1997
16. Hanoum IF, Harwati EH, Rahardjo A, Anwar M, Pengantar Praktikum Preparasi Sperma Pada
Program Inseminasi Buatan Dengan Sperma Suami, Kursus Penanganan Infertilitas Dasar &
Tekhnologi Reproduksi, Pra Kongres Obstetri dan Ginekologi Indonesia XII, Yogyakarta, 2003
Referat Endokrinologi
INVESTIGASI INFERTILITAS
EDWIN DARMAWANSYAH
Peserta PPDS