Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang


Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia secara
fisiologis kebutuhaan ini memiliki proporsi besar dalam tubuh dengan hampir 90%
dari total berat badan. Sementara itu, sisanya merupakan bagian padat dari tubuh.
Secara keseluruhan, presentase cairan tubuh berbeda berdasarkan usia. Presentase
cairan tubuh bayi baru lahir sekitar 75% dari total berat badan, pria dewasa 57%
dari total berat badan, wanita dewasa 55% dari tital berat badan, dan dewasa tua
45% dari total berat badan. Selain itu, presentase jumlah cairan tubuh yang
bervariasi juga bergantung pada lemak dalam tubuh dan jenis kelamin. Jika lemak
dalam tubuh sedikit, maka cairan tubuh pun lebih besar. Wanita dewasa
mempunyai jumlah cairan tubuh lebih sedikit dibandingkan pada pria, karena
jumlah lemak pada tubuh wanita dewasa lebih banyak dibandingkan dengan lemak
pada tubuh pria dewasa.
Salah satu tindakan untuk mengatasi masalah atau gangguan dalam pemenuhan
kebutuhan cairan dan elektrolit adalah dengan pemberian cairan melalui infus.
Pemberian cairan melalui infus merupakan tindakan memasukkan cairan melalui
intravena yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit serta
sebagai tindakan pengobatan dan pemberian makanan.
Infus cairan intravena adalah pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh
melalui sebuah jarum, ke dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk
menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh (Yuda, 2010).
Pemberian cairan intravena (Infus) yaitu memasukkan cairan atau obat langsung
ke dalam pembuluh darah vena dalam jumlah dan waktu tertentu dengan
menggunakan infus set. (Potter, 2005)
Pada umumnya cairan infus intravena digunakan untuk penggantian caian
tubuh dan memberikan nutrisi tambahan, untuk mempertahankan fungsi normal

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1


tubuh pasien rawat inap yang membutuhkan asupan kalori yang cukup selama
masa penyembuhan atau setelah operasi. Selain itu ada pula kegunaan lainnya
yakni sebagai pembawa obat-obatan lain. (Lachman, 2008)
B.       Rumusan Masalah
1. Kebutuhan Cairan Tubuh Bagi Manusia
2. Faktor Yang Berpengaruh Dalam Pengaturan Cairan
3. Jenis Cairan
4. Kebutuhan Cairan Tubuh Bagi Manusia
5. Faktor Yang Berpengaruh Dalam Pengaturan Cairan
6. Jenis Cairan
7. Cara pemasagan infuse sesuai SOP

C.      Tujuan
a.       Mahasiswa mampu mengetahui cara pemasangan infus.
b.      Mahasiswa mampu mengetahui fungsi dari pemasangan infus.

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 2


BAB II
PEMBAHASAN

A.  Kebutuhan Cairan Tubuh Bagi Manusia


Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia secara
fisiologis kebutuhaan ini memiliki proporsi besar dalam tubuh dengan hampir 90%
dari total berat badan. Sementara itu, sisanya merupakan bagian padat dari tubuh.
Secara keseluruhan, presentase cairan tubuh berbeda berdasarkan usia. Presentase
cairan tubuh bayi baru lahir sekitar 75% dari total berat badan, pria dewasa 57%
dari total berat badan, wanita dewasa 55% dari total berat badan, dan dewasa tua
45% dari total berat badan. Selain itu, presentase jumlah cairan tubuh yang
bervariasi juga bergantung pada lemak dalam tubuh dan jenis kelamin. Jika lemak
dalam tubuh sedikit, maka cairan tubuh pun lebih besar. Wanita dewasa
mempunyai jumlah cairan tubuh lebih sedikit dibandingkan pada pria, karena
jumlah lemak pada tubuh wanita dewasa lebih banyak dibandingkan dengan lemak
pada tubuh pria dewasa.
B.  Faktor Yang Berpengaruh Dalam Pengaturan Cairan
1. Tekanan cairan
Proses difusi dan osmosis melibatkan adanya tekanan cairan.dalam
proses osmosis, tekanan osmotik merupakan kemampuan partikel pelarut
untuk menarik larutan melalui membran. Bila terdapat dua larutan dengan
perbedaan konsentrasi maka larutan yang konsentrasi molekulnya lebih pekat
dan tidak dapat bergabung disebut koloit. Sedangkan larutan dengan
kepekatan yang sama dan dapat bergabung, maka larutan itu disebut kristaloit.
Prinsip tekanan osmotik sangat penting dalam proses pemberian cairan
intra vena biasanya larutan yang sering digunakan dalam pemberian infus
intravena bersifat isotonik karena mempunyai konsentrasi yang sama dengan
plasma darah. Larutan intravena yang hipotonik, yaitu larutan yang
mempunyai konsentrasi kurang pekat dibanding konsentrasi plasma darah.

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 3


Hal ini menyebabkan, tekanan osmotik plasma akan lebih besar dibanding
dengan tekanan osmotik cairan interstisial karena konsentrasi protein dalam
plasma lebih besar dibanding cairan interstisial dan molekul protein lebih
besar, sehingga bentuk larutan koloid dan sulit menembus membran
semipermiabel.
Tekanan Hidrostatik adalah kemampuan tiap molekul yang bergerak
dalam ruang tertutup.
2. Membran semipermiable merupakan penyaring agar cairan yang bermolekul
besar tidak bergabung. Membran semipermiable ini terdapat pada dinding
kapiler pembuluh darah, yang terdapat diseluruh tubuh sehingga molekul atau
zat lain tidak berpindah ke jaringan.
C.  Jenis Cairan
1. Cairan zat gizi (nutrien)
Pasien yang istirahat ditempat tidur memerlukan kalori 450 kalori
setiap hari. Cairan nutrien dapat diberikan melalui intra vena dalam bentuk
karbohidrat, nitrogen dan vitamin untuk metabolisme. Kalori yang terdapat
dalam cairan nutrien dapat berkisar antara 200-1500 kalori per liter. Cairan
nutrien terdiri atas:
a. Karbohidrat dan air, contoh: dekstrosa(glukosa), levulosa (fruktosa),
serta invert sugar (1/2 dekstrosa dan ½ levulosa).
b. Asam amino, contoh: amigen, aminosol, dan travamin.
c. Lemak, contoh: lipomul dan liposyn.
2. Blood volume expanders
Blood volume expanders merupakan jenis cairan yang berfungsi
meningkatkan volume darah setelah kehilangan darah atau plasma. Hal ini
terjadi pada saat pasien mengalami perdarahan berat, maka pemberian plasma
akan mempertahankan jumlah volume darah. Pada pasien dengan luka bakar
yang berat, sebagian besar cairan akan hilang dari pembuluh darah didaerah
luka. Plasma sangat perlu diberikan untuk menggantikan cairan ini. Jenis

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 4


blood volume expanders antara lain: humen serum albumin dan dextran
dengan konsentrasi yang berbeda. Kedua cairan ini mempunyai tekanan
osmotik, sehinggan secara langsung dapat meningkatkan jumlah volume
darah.
D.  Gangguan/Masalah Dalam Pemenuhan Kebutuhan Cairan
1. Hipovolume atau dehidrasi
Kekurangan cairan eksternal dapat terjadi karena penurunan asupan cairan
dan kelebihan pengeluaran cairan. Tubuh akan merespon kekurangan cairan
tubuh dengan mengosongkan cairan vaskuler. Sebagai kompensasi akibat
penurunan cairan vaskuler. Sebagai kompensasi akibat penurunan cairan
interstisial,tubuh akan mengalirkan cairan keluar sel. Pengosongan cairan ini
terjadi pada pasien diare dan muntah.
Kehilangan cairan eksternal yang berlebihan akan menyebabkan volume
eksternal berkurang (hipovolume). Pada keadaan ini,tidak terjadi perpindahan
cairan daerah intrasel ke permukaan, sebab osmolaritasnya sama. Jika terjadi
kekurangan cairan eksternal dalam waktu yang lama, maka kadar urea, nitrogen,
serta kreatinin akan meningkat dan menyebabkan terjadinya perpindahan cairan
intrasel ke pembuluh darah. Kekurangan cairan dalam tubuh dapat terjadi secara
lambat atau cepat dan tidak selalu cepat diketahui. Kelebihan asupan pelarut
seperti protein dan klorida / natrium akan menyebabkan ekskresi atau pengeluaran
urine secara berlebihan, serta berkeringat banyak dalam waktu yang lama dan
terus menerus. Kelainan lain yang menyebabkan kelebihan pengeluaran urine
adalah adanya gangguan pada hipotalamus, kelenjar gondok dan ginjal, diare,
muntah yang terus menerus, terpasang drainage dan lain-lain. Macam dehidrasi
(kurang volume cairan) berdasarkan derajatnya:
a. Dehidrasi berat
1. Pengeluaran atau kehilangan cairan 4-6 L
2. Serum natrium 159-166 mEq/L
3. Hipotensi

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 5


4. Turgor kulit buruk
5. Oliguria
6. Nadi dan pernafasan meningkat
7. Kehilangan cairan mencapai > 10% BB
b. Dehidrasi sedang
1. Kehilangan cairan 2-4 I atau antara 5-10% BB
2. Serum natrium 152-158 mEq/L
3. Mata cekung
4. Dehidrasi ringan,dengan terjadinya kehilangan cairan mencapai 5% BB
atau 1,5-2 L
2. Hipervolume atau overhidrasi
Terdapat dua manifrestasi yang ditimbulkan akibat kelebihan cairan yaitu
hipervolume (peningkatan volume darah) dan edema (kelebihan cairan pada
interstisial). Normalnya cairan interstisial tidak terikat dengan air, tetapi elastis
dan hanya terdapat di antara jaringan. Keadaan hipervolume dapat menyebabkan
piting edema, merupakan edema yang berada pada darah perifer atau akan
mencekung setelah ditekan pada daerah yang bengkak. Manifestasi edema paru-
paru adalah penumpukan sputum, dispnea, batuk, dan suara ronkhi. Keadaan
edema ini disebabkan oleh gagal jantung yang mengakibatkan peningkatan
penekanan pada kapiler darah paru-paru dan perpindahan cairan ke jaringan paru-
paru.
E.  Kebutuhan Elektrolit
Elektolit terdapat pada seluruh cairan tubuh. Cairan tubuh mengandung
oksigen, nutrien, dan sisa metabolisme (seperti karbondioksida), yang semuanya
disebut dengan ion. Beberapa jemis garam dalam air akan dipecah dalam bentuk
ion elektrolit. Contohmya NaCl akan dipecah menjadi ion Na dan CI . pecahan
elektrolit tersebut merupakan ion yang dapat menghantarkan arus listrik. Ion yang
bermuatan negatif disebut anion sedangkan ion yang bermuatan positif disebut
kation. Contoh kation antara lain natrium, kalium, kalsium, dan magnesium.

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 6


Contoh anion antara lain klorida, bikarbonat, dan fosfat.
F.   Pengaturan Elektrolit
1. Pengaturan keseimbangan natrium
Natrium merupakan kation dalam tubuh yang berfungsi dalam pengaturan
osmolaritas dan volume cairan tubuh. Natrium ini paling banyak pada cairan
ekstrasel.
2. Pengaturan keseimbangan kalium
Kalium merupakan kation utama yang terdapat dalam cairan intrasel dan
berfungsi mengatur keseimbangan elektrolit. Keseimbangan kalium diatur oleh
ginjal dengan mekanisme perubahan ion natrium dalam tubulus ginjal.
3. Pengaturan keseimbangan kalsium
Kalsium dalam tubuh berfungsi dalam pembentukan tulang, penghantar
impuls kontraksi otot, koagulasi darah (pembekuan darah), dan membantu
beberapa enzim pankreas.
4. Pengaturan keseimbangan magnesium
Magnesium merupakan kation dalam tubuh yang terpenting kedua dalam
cairan intrasel. Keseimbanganya diatur oleh kelenjar paratiroid. Magnesium
diabsorpsi dari saluran pencernaan.
5. Pengaturan keseimbangan klorida
Klorida merupakan anion utama dalam cairan ekstrasel, tetapi klorida dapat
ditemukan pada cairan eksternal dan intrasel. Fungsi klorida biasanya bersatu
dengan natrium yaitu mempertahankan keseimbangan tekanan osmotik dalam
darah.
6. Pengaturan keseimbangan bikarbonat
Bikarbonat merupakan elektrolit utama dalam larutan buffer (penyangga)
dalam tubuh.
7.    Pengaturan keseimbangan fosfat (PO4)
Fosfat bersama-sama dengan kalsium berfungsi dalam pembentukan gigi dan
tulang. Fosfat diserap dari saluran pencernaan dan dikeluarkan melalui urine

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 7


G.  Pemasangan Infus
a. Pemberian Cairan Melalui Pemasangan Infus
Pemberian cairan melalui infus merupakan tindakan memasukkan
cairan melalui intravena yang dilakukan pada pasien dengan bantuan
perangkat infus. Tindakan ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan cairan
dan elektrolit serta sebagai tindakan pengobatan dan pemberian makanan.
b. Tujuan Pemasangan infus
1. Sebagai akses pemberian obat
2. Mengganti dan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
3. Sebagai makanan bagi pasien yang tidak dapat atau tidak boleh makan
melalui mulut
c. Indikasi
Pasien dehidrasi, syok, intoksikasi berat, pra dan pasca bedah, sebelum
transfusi darah, pasien yang tidak bisa atau tidak boleh makan dan minum
melalui mulut, pasien yang memerlukan pengobatan tertentu.
d. Kontraindikasi
1. Inflamasi (bengkak, nyeri demam) dan infeksi di lokasi pemasangan infus
2. Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan
digunakan untuk pemasangan fistula arteri-vena (A-V shunt) pada tindakan
hemodialisis (cuci darah)
3. Obat-obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh vena kecil yang
aliran darahnya lambat (misalnya pembuluh vena di tungkai dan kaki)
(Yuda, 2010)
e. Resiko Pemasangan Infus
1. Flebitis (peradangan pembuluh vena)
Tanda-tanda: hangat, merah, bengkak di daerah luka tusukan.
Penyebab: kurangnya aliran darah di sekitar abbocath, gesekan di dalam
vena.

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 8


Intervensi: ganti abbocath, gunakan kompres hangat, pemberian analgesik
anti inflamasi.
2. Hematoma
Yaitu darah mengumpul dalam jaringan tubuh akibat pecahnya
pembuluh darah, terjadi akibat penekanan yang kurang tepat saat
memasukkan jarum, atau tusukan berulang pada pembuluh darah.
Tanda-tanda: tenderness, memar.
Penyebab: vena terembes, jarum tidak pada tempatnya dan darah mengalir.
Intervensi: abbocath dipindahkan, gunakan tekanan dan kompres, cek
kembali tempat keluar darah.
3. Infiltrasi
Yaitu masuknya cairan infus ke dalam jaringan sekitar (bukan
pembuluh darah) atau kebocoran cairan infus ke jaringan sekitar. Terjadi
akibat ujung jarum infus melewati pembuluh darah.
Tanda-tanda: kepucatan, bengkak, dingin, nyeri dan terhentinya tetesan
infus.
Intervensi: kaji tingkat keparahan, lepas infus, tinggikan ekstremitas yang
terpasang infus.
f. Pedoman Pemilihan Vena
1. Gunakan vena distal terlebih dahulu
2. Gunakan tangan yang tidak dominan jika mungkin
3. Pilih vena yang cukup besar untuk memungkinkan aliran darah yang
adekuat
4. Pilih lokasi yang tidak mempengaruhi prosedur atau pembedahan yang
direncanakan
5. Pastikan lokasi yang dipilih tidak mengganggu aktivitas pasien

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 9


g. Perbedaan Vena dan Arteri
Vena Arteri
-       Darah merah gelap Darah merah terang
-       Aliran darah pelan Aliran darah cepat, berdenyut
-       Katup-katup dititik percabangan Tidak ada katup
-       Aliran kearah jantung Aliran menjauhi jantung
-       Lokasi superfisial Lokasi dalam dikelilingi otot
-       Banyak vena menyuplai satu area Satu arteri menyuplai satu area

h. Tipe Vena yang perlu Dihindari


1. Vena yang telah digunakan sebelumnya
2. Vena yang telah mengalami infiltrasi atau flebitis
3. Vena keras dan sklerotik
4. Vena kaki, karena sirkulasi lambat dan komplikasi sering terjadi
5. Ekstremitas yang lumpuh
6. Vena yang dekat area terinfeksi
7. Vena pada jari, karena mudah terjadi komplikasi (flebitis, infiltrasi) dan
dekat dengan persyarafan
8. Vena yang terletak di bawah vena yang terjadi flebitis dan infiltrasi
i. Pemilihan Abbocath
Pemilihan abbocath, tergantung pada vena yang digunakan. Pemilihan
abbocath juga harus mempertimbangkan kondisi pasien dan jenis cairan yang
akan diberikan. Di bawah ini adalah ukuran abbocath serta penggunaanya:
24-22 : untuk anak-anak dan lansia
24-20 : untuk klien penyakit dalam dan post operasi
18 : untuk pasien operasi dan diberikan transfusi darah
16    : untuk pasien yang trauma dan memerlukan rehidrasi yang cepat.

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 10


PROTAP
MEMASANG INFUS
No. Kode : Ditetapkan Oleh
Terbitan :
SOP/PROTAP Kepala Puskesmas
No. Revisi :
ASUHAN TgL. Mulai Berlaku :
KEPERAWATA Halaman : 1/2

N
1. Pengertian Tata cara pemasangan infus kepada pasien yang kekurangan
cairan tubuh
Memberikan cairan pada pasien yang memerlukan perawatan
lanjut
2. tujuan Sebagai acuan untuk melakukan tindakan memasang infus.
3. Kebijakan - Ada instruksi dokter
- Ada perawat pelaksana
- Ada satu set peralatan pemasangan infus lengkap
4. Refrensi
5. Alat dan bahan 1. Infuse set 2. Kasa
3. Cairan NS, D 5%, RL 4. Sarung tangan
5. Venvlon no 22, 20 6. Verban
7. Kapas alcohol dalam 8. spalk
tempatnya
9. Plester 10. Perlak dan pengalas
11. Gunting 12. Pembendung
6. Langkah-langkah Bagan Alur
a. Perawat cuci tangan Membaca daftar
sebelum melakukan obat px

tindakan.
b. Memberi motivasi pada
Mencuci tangan
pasien dan keluarga, bila
keluarga dan pasien setuju
diberikan persetujuan Mengambil spuit
tindakan medik.

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 11


c. perawat memakai sarung
Melarutkan obat
tangan (bila perlu)
d. Perlak dan pengalas
dipasang.
Membaca kembali daftar obat
e. Memeriksa ulang cairan kemudian
yang akan diberikan.
f. Cairan digantungkan pada
standar Spuit diisi dg
g. Tutup botol cairan obat sesuai dosis

didesinfeksi dengan kapas


alkohol lalu ditusukkan
Mengatur posisi px
slang infus, kemudian
alirkan sampai udara
keluar. Melakukan desinfeki pada kulit yg akan disuntik dgn
h. Menentukan vena yang kapas alcohol dan menenangkan kulit

akan ditusuk.
i. Disinfeksi area yang akan
ditusuk dnegan diameter 5 Memasukkan jarum tegak lurus
s/d 10 cm. (25-90 derajad)

j. Menusuk jarum
infus/abocath/scalpen pada
Melakukan aspirasi (IM,SC) bila tdk ada darah
vena yang telah ditentukan.
masukkan obat pelan2, untuk IV bila ada darah
k. Bila berhasil darah akan masukkan obat secara perlahan2

keluar, maka
pembendungan dilepas,
penjepit dilonggarkan
Setelah obat masuk, cabut jarum dan tekan bekas
untuk melihat kelancaran suntikan dengan kapas alkohol

cairan.
l. Bila tetesan lancar, pangkal

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 12


jarum direkatkan pada kulit Cuci tangan dan catat pada buku
dengan plester kemudian injeksi dan status

mengatur tetesan.
m. Menutup bagian yang
ditusuk dengan kasa steril
n. Gunakan spalk bila perlu.
o. Merapikan pasien dan
mengatur senyaman
mungkin.
p. Memperhatikan reaksi
pasien.
q. Mencatat waktu
pemasangan, jenis, jumlah
tetesan.
r. Alat-alat dibereskan.
s. Perawat cuci tangan.
7. Unit terkait UGD, Rawat inap
8. Dokumen Terkait 1. Rekam Medis
2. Catatan Tindakan

BAB IV
PENUTUP

A.  Kesimpulan

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 13


Infus adalah memasukkan cairan atau obat langsung ke dalam pembuluh darah
vena dalam jumlah dan waktu tertentu dengan menggunakan infus set. Tujuannya
adalah
1.      Sebagai akses pemberian obat
2.      Mengganti dan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
3.      Sebagai makanan bagi pasien yang tidak dapat atau tidak boleh makan melalui
mulut.
.

B.  Saran
Semoga makalah ini dapat berguna bagi penulis

DAFTAR PUSTAKA

Uliyah, Musrifatul dan A. Aziz Alimul Hidayat. 2008. Keterampilan Dasar


Praktik Klinik untuk Bidan. Jakarta: Salemba Medika.

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 14


C Long Barbara (1996). Keperawatan Medikal Bedah. Bandung: Yayasan IAPK.
Jan Tambayong (2000). Patofisiologi Untuk Perawat. Jakarta: EGC.

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 15


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji hanya bagi Allah yang telah melimpahkan Taufik, Hidayah dan
Inayah-Nya kepada kita, sehingga kita masih dapat menghirup nafas keIslaman
sampai sekarang ini. Shalawat dan salam semoga tercurah pada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW yang telah berjuang dengan semangatnya yang begitu
mulia yang telah membawa kita dari jaman Jahilliyah kepada jaman Islamiyah.

Dengan mengucap Alhamdulillah kami dapat menyusun makalah yang


berjudul “CARA PEMASANGAN INFUS”. Kami ucapkan banyak terima kasih
kepada Dosen Pengampu yang telah membimbing dalam setiap materi, tidak lupa
teman-teman yang senantiasa saya banggakan yang semoga kita selalu dalam
lindungan Allah serta dapat berjuang dijalan Allah SWT.

Kami menyadari tentunya makalah ini jauh dari sempurna, maka dari itu
saya mohon saran dan kritik yang sifatnya membangun tentunya. Akhirnya saya
mengucapkan terima kasih dan mohon maaf apabila dalam penulisan masih
terdapat kalimat-kalimat yang kurang dapat dipahami agar menjadi maklum.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Unaaha,03 Oktober 2019

Penyusun

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 16


ii

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 17


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………. i

DAFTAR ISI…………………………………………………..…………...ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang………………………………………………..........1
B. Tujuan penulisan………………………………………………......2
C. Manfaat Pemulisan………………………………………………...2

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………….... .3

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan......................................................................................14
B. Saran.................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................15

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 18 i


MAKALAH

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH ( KMB )

TEKNIK PEMASANGAN INFUS

Dosen pembimbing : Hutba., S.Kep.,M.Kes

Kelompok 1

Nama :

 Raysa Dwi Sabrina Tyma (18.029)


 Nurfiana Saputri (18.028)
 Heni Dwi Setiawati (18.013)
 Mita Tri Santi (18.025)
 Hardian Yuliana (18.012)
 Amelia Sugiharti (18.001)
 Desi Ratna Sari (18.009)

Tingkat : II A

AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH KABUPATEN KONAWE

TA 2018/2019

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 19

Anda mungkin juga menyukai