Anda di halaman 1dari 5

GEJALA MATA KERING PADA PENDERITA DIABETES: STUDI EKSPLORASI

TENTANG PENGETAHUAN, SIKAP, DAN KEBIASAAN

Zubaida Sirang, Tanveer Anjum Chaudhry

Abstrak

Latar Belakang: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi kesadaran gejala mata
kering di antara penderita diabetes yang dirawat di rumah sakit perawatan tersier di Karachi.

Bahan dan metode: Dua puluh lima pasien diabetes berusia ≥40 tahun dipilih dari klinik diabetes
Rumah Sakit Universitas Aga Khan Karachi menggunakan teknik convenience sampling. Fokus
utama kami adalah untuk menentukan apakah para penderita diabetes tahu bahwa mereka
berisiko tinggi untuk memiliki gejala mata kering. Partisipan juga diberikan pertanyaan terbuka
dan tertutup untuk mengeksplorasi sikap dan kebiasaan mereka terhadap gejala mata kering
seperti sensasi terbakar, menyengat, berpasir, dan ketidaknyamanan.

Hasil: Tidak ada satu pun dari 25 penderita diabetes yang kami wawancarai tahu bahwa
penderita diabetes memiliki risiko lebih tinggi terkena sindrom mata kering dibandingkan
dengan non-penderita diabetes. Mereka tidak tahu mengenai tanda-tanda, gejala, dan komplikasi
mata kering. Dua belas partisipan memiliki gejala mata kering. Lima di antaranya memiliki
kebiasaan mencuci mata dengan air dingin, empat tidak menggunakan obat, dan satu memiliki
kebiasaan menggunakan surma. Tidak ada partisipan yang melaporkan telah berkonsultasi
dengan dokter mata.

Kesimpulan: Studi kami menyimpulkan bahwa penderita diabetes tidak tahu bahwa mereka
berisiko lebih tinggi mengalami gejala mata kering dibandingkan dengan non-penderita diabetes.
Diperlukan penelitian berbasis populasi pada penderita diabetes untuk menilai kesadaran mereka
mengenai peningkatan risiko mata kering beserta tindakan pengendaliannya.

Kata kunci: penyakit mata kering; penderita diabetes; komplikasi okular pada pasien diabetes

Pendahuluan

Gejala mata kering (sensasi terbakar, menyengat, berpasir, dan ketidaknyamanan) dialami oleh
banyak orang di seluruh dunia, terutama yang berusia 40 tahun atau lebih. Di negara maju seperti
Amerika Serikat, diperkirakan terdapat 25-30 juta orang yang memiliki gejala mata kering.
Namun, jumlah penderita kondisi ini tidak diketahui secara pasti di negara-negara Asia
Tenggara, begitu juga Pakistan.
Gejala mata kering dapat terjadi karena defek pada satu atau beberapa komponen dari unit
fungsional sistem lakrimal, yang terdiri dari kornea, konjungtiva dan kelenjar meibom, kelenjar
lakrimal, kelopak mata, serta saraf aferen dan eferen terkait.

Terdapat banyak bukti yang menunjukkan bahwa penderita diabetes memiliki risiko lebih tinggi
mengalami gejala mata kering dibandingkan dengan non-penderita diabetes.

Canadian Dry Eye Epidemiology Study menemukan bahwa satu dari tiga orang penderita
diabetes memiliki gejala mata kering.

Prevalensi sebenarnya dari gejala mata kering pada penderita diabetes bisa jadi lebih tinggi,
karena banyak penderita diabetes tidak tahu bahwa mereka memiliki gejala mata kering, yang
disebabkan oleh penurunan sensitivitas mata. Penting bagi penderita diabetes untuk menyadari
bahwa mereka merupakan kelompok berisiko tinggi untuk sindroma mata kering dan
komplikasinya.

Pakistan memiliki populasi lebih dari 166 juta orang, dan lebih dari 10% populasi orang dewasa
di Pakistan menderita diabetes.

Dalam studi kualitatif ini, kami mengeksplorasi tingkat kesadaran gejala mata kering di antara
sekelompok kecil penderita diabetes di Karachi, Pakistan.

Bahan dan metode

Studi ini merupakan studi kualitatif. Partisipan direkrut dari Klinik Diabetes di Rumah Sakit
Universitas Aga Khan selama April hingga Mei 2017. Partisipan dipilih menggunakan teknik
convenience sampling. Perekrutan dihentikan setelah partisipan ke-25, ketika kami merasa
bahwa kami tidak mendapatkan informasi baru. Informed consent telah diperoleh dari para
partisipan. Kami mengumpulkan data mengenai usia, jenis kelamin, status pendidikan, serta
durasi dan jenis diabetes. Fokus utama kami adalah menilai apakah penderita diabetes tahu
bahwa mereka berisiko tinggi terkena penyakit mata. Para partisipan akan diberikan pertanyaan
terbuka, yaitu: "Sebutkan kondisi mata yang bisa diderita seseorang karena diabetes". Kami juga
ingin mengetahui berapa banyak partisipan yang memiliki gejala mata kering, yang dinilai
menggunakan kuesioner yang telah tervalidasi.

Kuesioner terdiri dari beberapa pertanyaan mengenai ada/tidaknya enam gejala berikut:
 perasaan kering di mata;
 sensasi berpasir di mata;
 sensasi terbakar di mata;
 mata merah;
 crusting pada bulu mata;
 mata sulit dibuka di pagi hari.

Skala Likert lima poin digunakan untuk menilai frekuensi gejala, dengan 0, 1, 2, 3, dan 4
masing-masing menunjukkan tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering, atau sepanjang waktu.
Skor individu = 7 pada Skala 0–24 dinyatakan sebagai kasus mata kering. Kami juga bertanya
kepada para partisipan mengenai apa yang mereka lakukan secara rutin atau yang akan mereka
lakukan untuk mengatasi gejala mata kering tersebut. Kuisioner diberikan dalam bahasa Urdu
oleh salah satu peneliti (ZS).

Hasil

Sebanyak 25 pasien diabetes berpartisipasi dalam penelitian ini. Partisipan berusia 40-69 tahun
[usia rata-rata (± SD) = 57 ± 8]. Sebanyak 15 partisipan adalah perempuan (Tabel I). Tidak ada
partisipan yang menyebutkan bahwa penderita diabetes berisiko lebih tinggi mengalami gejala
mata kering dibandingkan dengan non-penderita diabetes.

Tabel I. Karakteristik partisipan penelitian (n = 25)

Dua belas partisipan memiliki gejala mata kering. Untuk meringankan gejala-gejala ini,
mayoritas memiliki kebiasaan mencuci mata dengan air dingin, sedangkan yang lain
menggunakan Aswad Surma (kohl), serta menghindari menonton TV dan menggunakan
komputer secara berlebihan.

Di antara 13 partisipan tanpa gejala, tujuh berpandangan bahwa mereka tidak akan mengambil
tindakan pemulihan jika mereka mengalami gejala mata kering. Partisipan yang lain melaporkan
bahwa mereka akan mencuci mata mereka dengan air dingin, menggunakan Surma, menghindari
penggunaan komputer dan menghindari lingkungan yang berdebu, serta berkonsultasi dengan
dokter (Tabel II). Ketika para partisipan diminta untuk menyebutkan komplikasi mata terkait
diabetes, mereka menyebutkan katarak, glaukoma, dan masalah retina, tetapi tidak ada satu pun
yang menyebutkan mata kering, termasuk partisipan yang memiliki gejala mata kering (Tabel
III).

Tabel II. Kebiasaan/tindakan utama partisipan penelitian untuk menghilangkan gejala mata
kering (n = 25)

Tabel III. Efek buruk diabetes pada mata, yang dilaporkan oleh partisipan penelitian (n = 25)

* Partisipan dapat menyebutkan lebih dari satu efek buruk

Diskusi

Para penderita diabetes yang kami wawancarai tidak menyadari gejala mata kering adalah salah
satu komplikasi diabetes. Tidak ada satu pun dari partisipan yang melaporkan bahwa penderita
diabetes berisiko lebih tinggi mengalami mata kering dibandingkan dengan non-penderita
diabetes, meskipun para partisipan menyadari terdapatnya komplikasi lain seperti katarak,
glaukoma, dan masalah retina. Temuan ini menunjukkan bahwa orang-orang cenderung kurang
menyadari kondisi yang tidak mengancam penglihatan dibandingkan dengan kondisi yang
mengancam penglihatan seperti katarak dan glaukoma. Meskipun mata kering adalah kondisi
yang tidak mengancam penglihatan, kondisi ini dapat mengganggu kualitas hidup.
Penelitian menunjukkan bahwa prevalensi mata kering pada penderita diabetes adalah 54%.

Etiologi mata kering pada penderita diabetes masih belum dapat dijelaskan sepenuhnya. Salah
satunya adalah fakta bahwa kelainan epitel kornea dan disfungsi unit fungsional lakrimal dapat
terjadi pada penderita diabetes.

Penderita diabetes dengan hemoglobin terglikasi (HbA1c) yang tinggi lebih berisiko mengalami
disfungsi epitel kornea. Neuropati diabetik dan imunitas yang rendah juga berperan dalam
menyebabkan mata kering pada penderita diabetes. Komplikasi kornea, yaitu keratopati pungtata
superfisial, ulkus kornea trofik, defek epitel persisten, dan erosi kornea berulang dapat terjadi
pada penyakit mata kering dan hiperglikemia. Pasien dengan diabetes yang tidak terkontrol akan
memiliki gejala mata kering yang lebih parah.

Dari perspektif pencegahan, penting bagi penderita diabetes untuk menyadari bahwa mata kering
adalah komplikasi dari penyakit ini.

Jika para penderita diabetes menyadari hal ini, mereka akan mendapat manfaat dengan
menghindari paparan sinar matahari/suhu tinggi yang tidak perlu/berlebihan, angin, polusi udara,
lensa kontak, komputer dan TV, serta faktor risiko lainnya. Para penderita diabetes juga dapat
melakukan pengobatan dini dan menghindari komplikasi penyakit mata kering kronis, seperti
jaringan parut kornea dan gangguan penglihatan.

Program kesadaran publik tentang komplikasi diabetes yang mengancam penglihatan, seperti
retinopati diabetik, katarak, dan glaukoma juga harus mencakup mata kering dan kondisi yang
tidak mengancam penglihatan lainnya. Kesadaran yang ditargetkan juga dapat disalurkan melalui
klinik diabetes di seluruh negeri. Pemeriksaan mata kering harus selalu menjadi bagian dari
pemeriksaan okular bagi penderita diabetes.

Studi Ini adalah studi eksplorasi yang menggunakan teknik convenience sampling. Diperlukan
penelitian berskala besar yang melibatkan sampel representatif penderita diabetes dan/atau
kelompok berisiko tinggi lainnya yang menggunakan baik metode penilaian sendiri maupun
metode penilaian objektif.

Kesimpulan

Penelitian ini menuntut peningkatan kesadaran masyarakat tentang gejala mata kering sebagai
komplikasi diabetes. Program kesadaran publik dan target pada penyakit mata terkait diabetes
juga harus mencakup penyakit mata kering.

Anda mungkin juga menyukai