Anda di halaman 1dari 12

FUNGSI KEPRIBADIAN DALAM GANGGUAN KECEMASAN

Stephan Doering, Victor Blüml, Karoline Parth, Karin Feichtinger, Maria Gruber, Martin Aigner,
Hemma Rössler-Schülein, Marion Freidl, dan Antonia Wininger

Abstrak

Latar Belakang

Model alternative DSM-5 untuk Gangguan Kepribadian serta IDC-11 yang akan datang telah
menetapkan fokus baru pada diagnosis gangguan kepribadian (personality disorder, PD), yaitu:
fungsi kepribadian. Gangguan fungsi diri dan interpersonal dalam model-model ini merupakan
kriteria diagnostik umum untuk gangguan kepribadian. Masih sedikit yang diketahui sejauh ini
tentang gangguan fungsi kepribadian pada pasien dengan gangguan mental lainnya dibandingkan
dengan PD. Penelitian ini bertujuan untuk menilai fungsi kepribadian pada pasien dengan
gangguan kecemasan.

Metode

Sembilan puluh tujuh pasien dengan diagnosis gangguan kecemasan menyeluruh, gangguan panik,
atau fobia, dan 16 orang kontrol yang sehat didiagnosis dengan menggunakan Structured Clinical
Interview untuk DSM-IV (SCID-I dan -II) dan dinilai dengan cara Sturctured Interview for
Personality Organization (STIPO) untuk menentukan tingkat fungsi kepribadian.

Hasil

Sementara ketiga kelompok pasien menunjukkan gangguan signifikan dalam fungsi kepribadian
dibandingkan dengan kelompok kontrol, tidak ada perbedaan signifikan yang diamati antara
kelompok pasien yang berbeda. Ketiga kelompok pasien gangguan kecemasan dengan
komorbiditas PD menunjukkan fungsi kepribadian yang jauh lebih buruk daripada pasien yang
tidak memiliki komorbiditas dengan PD. Pasien tanpa komorbiditas PD juga memiliki penurunan
yang signifikan dalam fungsi kepribadian mereka jika dibandingkan dengan kelompok kontrol.

Kesimpulan

Gangguan kecemasan berhubungan dengan gangguan signifikan dalam fungsi kepribadian, yang
secara signifikan meningkat dengan komorbiditas PD. Tidak ada perbedaan dalam hal fungsi
kepribadian antara pasien dengan gangguan kecemasan yang berbeda.

Kata Kunci: fungsi kepribadian, gangguan kecemasan menyeluruh, gangguan panik, fobia,
gangguan kepribadian
Pendahuluan

Fungsi kepribadian telah diperkenalkan ke dalam diagnosis gangguan kepribadian (personality


disorder, PD) oleh dua klasifikasi baru gangguan mental. Bagian III dari edisi kelima Diagnostic
and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5) berisi Model Alternatif untuk Gangguan
Kepribadian (alternative model for personality disorder, AMPD; halaman. 761). Dalam model ini,
kriteria umum A untuk PD adalah "gangguan sedang atau lebih besar dalam fungsi kepribadian
(diri / interpersonal)" (hal. 761). Gangguan ini dinilai dengan menggunakan Skala Tingkat Fungsi
Kepribadian DSM-5 (hal.775) yang terdiri dari empat dimensi: (1) diri: identitas, (2) diri:
pengarahan diri, (3) interpersonal: empati, dan (4) interpersonal: kedekatan (intimacy). Draf beta
dari International Classification of Disease yang akan datang (ICD-11) berisi deskripsi yang
sangat mirip tentang "masalah dalam fungsi" sebagai kriteria diagnostik umum untuk PD, yang
terdiri dari gangguan fungsi "aspek diri (misalnya, identitas, harga diri, keakuratan pandangan diri,
pengarahan diri sendiri), dan / atau disfungsi interpersonal (misalnya, kemampuan untuk
mengembangkan dan mempertahankan hubungan yang erat dan saling memuaskan, kemampuan
untuk memahami perspektif orang lain dan untuk mengelola konflik dalam hubungan)”.

Kesehatan mental dan, sebagai akibatnya, fungsi psikososial tidak hanya ditentukan oleh ada atau
tidaknya gejala psikopatologi, tetapi juga oleh fungsi dasar kepribadian. Dalam teori psikoanalitik,
fungsi-fungsi ini dimasukkan di bawah judul struktur psikis. Sinonim seperti struktur kepribadian,
organisasi kepribadian, atau fungsi kepribadian sering digunakan. Secara historis, Sigmund Freud
adalah pertama yang membuat konsep struktur psikis dalam model topografi alam pikiran sadar,
bawah sadar, dan tidak sadar. Kemudian ia mengembangkan model strukturalnya dengan
memisahkan ego, id, dan super-ego sebagai struktur psikis. Hartmann menekankan relevansi
fungsi ego untuk adaptasi psikososial yang bertentangan dengan konflik neurotik dalam etiologi
gangguan mental. Dalam karya konseptualnya, Kernberg menguraikan dampak pengalaman awal
dalam hubungan pada pematangan struktur psikis atau, dalam istilah menurut beliau, organisasi
kepribadian. Dia adalah orang pertama yang mendefinisikan berbagai tingkat fungsi kepribadian
dan mengembangkan Wawancara Struktural sebagai instrumen klinis untuk penilaian organisasi
kepribadian. Wawancara Struktural memfokuskan dimensi kunci dari fungsi kepribadian, yaitu,
integrasi identitas, kualitas hubungan dengan objek, mekanisme pertahanan, integrasi superego
(nilai-nilai moral), agresi, dan pengujian realitas. Menurut Kernberg, individu dengan fungsi
kepribadian yang baik (normal / neurotik) menunjukkan identitas yang terkonsolidasi, kualitas
hubungan objek yang baik, mekanisme pertahanan yang matang, nilai dan perilaku moral yang
kuat, pengujian realitas yang baik, dan mampu mengendalikan dorongan agresif mereka. Pasien
dengan gangguan fungsi kepribadian (Kernberg menciptakan istilah "borderline personality
organization" untuk kelompok ini) menderita difusi identitas, yaitu gambar internal mereka
tentang diri dan orang lain yang signifikan bertentangan, superfisial, dan tidak terintegrasi. Selain
itu, mereka tidak mampu mempertahankan hubungan interpersonal yang stabil, rentan terhadap
stres (menggunakan mekanisme pertahanan primitif), menderita gangguan kontrol impuls,
terutama dalam hal agresi yang diarahkan ke diri sendiri dan diarahkan kepada orang lain, dan
cenderung memiliki nilai-nilai moral dan perilaku yang kurang stabil. Gangguan fungsi pasien
yang paling berat terjadi pada tingkat psikotik. Selain fungsi kepribadian yang lebih buruk di
semua domain yang dijelaskan, mereka juga menderita gangguan pengujian realitas.

Karena Wawancara Struktural adalah alat klinis yang tidak memungkinkan untuk kuantifikasi
yang dapat diandalkan untuk fungsi kepribadian, Kernberg dan rekannya mengembangkan
Structured Interview for Personality Organization (STIPO) untuk digunakan dalam penelitian.
Wawancara yang berisi 100-item ini membahas domain yang telah disebutkan di atas dan
menghasilkan profil kepribadian yang berfungsi pada tujuh dimensi dan skor total pada skala enam
poin. Wawancara telah divalidasi dalam versi asli bahasa Inggris dan terjemahan Bahasa Jerman.
STIPO berisi tujuh dimensi (lihat Bagian Metode), dua yang pertama adalah hubungan identitas
dan objek - sesuai dengan dua dimensi AMPD DSM-5 dan domain fungsi kepribadian dari draf
ICD-11.

Selama dekade terakhir, semakin banyak penelitian yang telah diterbitkan yang berfokus pada
fungsi kepribadian. Hal tersebut menunjukkan bahwa pasien dengan PD, terutama gangguan
kepribadian ambang, menunjukkan fungsi kepribadian yang lebih buruk dibandingkan dengan
pasien yang memiliki gangguan yang sebelumnya disebut gangguan axis I, dan bahwa keparahan
gejala yang lebih tinggi pada pasien borderline sejalan dengan fungsi kepribadian yang buruk.
Namun, sangat sedikit penelitian yang menilai fungsi kepribadian dalam gangguan selain PD,
misalnya dalam gangguan penggunaan zat.

Investigasi fungsi kepribadian dalam gangguan kecemasan tampaknya menjadi perhatian khusus,
karena asumsi teoretis mempostulasikan tingkat fungsi yang berbeda dalam gangguan kecemasan
yang berbeda. Eckhardt-Henn et al. (hal. 91) mempublikasikan suatu model yang menetapkan
tingkat fungsi kepribadian terendah untuk pasien dengan gangguan kecemasan menyeluruh, yang
tinggi untuk pasien dengan gangguan agorafobia dan panik, dan yang tertinggi untuk individu
dengan fobia spesifik.

Penelitian ini dilakukan untuk menguji hipotesis bahwa pasien dengan gangguan kecemasan yang
berbeda menunjukkan berbagai tingkat fungsi kepribadian, dengan menilai gangguan mental
termasuk PD (sebelumnya disebut gangguan aksis I dan II) menurut DSM-IV, serta fungsi
kepribadiannya.

Metode

Desain studi

Penelitian ini telah disetujui oleh komite etika Universitas Kedokteran Wina, Austria pada 27
Maret 2012 (IRB No. 1037/2012). Setelah menerima informasi rinci tentang studi, semua subjek
memberikan informed consent secara tertulis. Pasien dan subjek kontrol didiagnosis berdasarkan
kriteria DSM-IV dengan menggunakan SCID-I dan II, dan menjalani Structured Interview for
Personality Organization (STIPO).
Para pasien direkrut antara tahun 2012 dan 2017 di (1) unit rawat jalan dari Departemen
Psikoanalisis dan Psikoterapi, (2) unit rawat inap dan rawat jalan dari Departemen Psikiatri dan
Psikoterapi, Divisi Psikiatri Sosial dari Universitas Kedokteran Wina, (3) Departemen Psikiatri
dari Rumah Sakit Universitas Tulln, dan (4) klinik rawat jalan Vienna Psychoanalytic Society.
Selain itu, kelompok kontrol yang sehat dari masyarakat juga direkrut ke dalam penelitian ini. Pada
individu-individu ini, screening dengan Brief Symptom Inventory (BSI) telah dilakukan sebelum
wawancara (hasilnya tidak dilaporkan di sini). Semua pasien dan subjek kontrol menerima
kompensasi sebesar € 50 untuk partisipasi dalam penelitian.

Subyek

Kriteria inklusi untuk semua subjek adalah: (1) usia ≥ 18 tahun dan (2) pengetahuan yang cukup
tentang bahasa Jerman. Kriteria inklusi tambahan untuk pasien adalah: (3) diagnosis gangguan
kecemasan umum atau gangguan panik atau fobia spesifik.

Kriteria eksklusi untuk semua pasien adalah: (1) penyakit otak organik, (2) penyakit mental dengan
gangguan kognitif (demensia, psikosis akut, depresi berat), (3) ketergantungan zat dengan
intoksikasi akut, (4) komorbiditas dari dua atau semua gangguan kecemasan yang disebutkan di
atas. Kriteria eksklusi untuk subjek kontrol adalah: (5) GSI (Global Severity Index) > 0,26 dalam
skrining BSI dan (6) setiap diagnosis DSM-IV menurut SCID-I dan -II.

Instrumen

Data demografi

Data demografis berikut dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner, yaitu: nama, usia, jenis
kelamin, status perkawinan, status pendidikan, dan status pekerjaan.

Wawancara klinis terstruktur untuk DSM-IV (SCID-I dan -II)

SCID mewakili instrumen resmi American Psychiatric Association untuk diagnosis gangguan
mental menurut DSM-IV. Wawancara terstruktur ini berisi pertanyaan-pertanyaan yang
membahas setiap kriteria diagnostik gangguan mental DSM-IV. Wawancara terdiri dari dua
bagian: SCID-I untuk penilaian semua gangguan mental kecuali PD, yang kemudian dievaluasi
oleh SCID-II.

Wawancara terstruktur untuk organisasi kepribadian (STIPO)

STIPO dikembangkan oleh Otto F. Kernberg dan rekannya di Cornell University New York. Ini
merupakan versi terstruktur dari Wawancara Struktural yang dikembangkan oleh Kernberg pada
tahun 1980. Wawancara ini berisi 100 item oleh satu atau lebih pertanyaan spesifik. Peringkat satu-
item dibuat oleh pewawancara pada skala tiga titik dengan deskripsi operasional untuk setiap level:
0 = tidak ada patologi, 1 = gangguan kecil, dan 2 = gangguan signifikan hingga berat. Wawancara
mencakup tujuh domain: (1) identitas, (2) hubungan objek, (3) pertahanan primitif, (4) coping /
rigidity, (5) agresi, (6) nilai-nilai moral, dan (7) pengujian realitas dan distorsi perseptual. Dua
sistem penilaian yang berbeda dapat digunakan: (a) Dipandu oleh panduan operasional, setiap
domain dan subdomain dinilai pada skala lima poin dengan "1" yaitu tidak adanya patologi, hingga
"5" menunjukkan gangguan yang paling berat dari fungsi kepribadian, sebuah peringkat
keseluruhan dihasilkan dari peringkat tujuh dimensi; (b) nilai rata-rata dihitung untuk semua
dimensi dan sub-dimensi dari skor item tunggal (rentang: 0–2). Berdasarkan sistem penilaian (a)
enam tingkat yang berbeda dari organisasi kepribadian (yaitu, fungsi kepribadian) disediakan
untuk penilaian keseluruhan: (1) normal, (2) neurotik 1, (3) neurotik 2, (4) borderline 1, 5)
borderline 2, dan (6) borderline 3. Terdapat reliabilitas dan validitas yang memuaskan dari bahasa
Inggris serta versi Jerman dari instrument ini.

Kedua wawancara dilakukan oleh empat psikolog pascasarjana terlatih atau oleh dokter (A.F.,
K.F., K. P., M.G.) dengan reliabilitas yang terbukti untuk STIPO (ICC dengan penilaian ahli ≥0.7).
Seorang pewawancara melakukan wawancara pada satu pasien dan pasien yang sama.

Statistik

T-test dan ANOVA satu arah digunakan untuk melakukan uji perbandingan kelompok dari tingkat
fungsi kepribadian. Karena dilakukan beberapa pengujian dalam perbandingan kelompok dari
dimensi STIPO, kami menggunakan koreksi Bonferroni dan tingkat signifikansi ditentukan
sebesar p <0,006. Analisis regresi linier dilakukan untuk mengevaluasi efek dari jenis gangguan
kecemasan dan komorbiditas dengan gangguan kepribadian. Perangkat lunak yang digunakan
untuk seluruh analisis statistik adalah IBM SPSS Statistics 24 (IBM Corporation, Armonk, New
York, USA).

Hasil

Karakteristik sampel

Secara keseluruhan, 97 pasien dan 16 subyek kontrol yang sehat dimasukkan ke dalam penelitian.
Dalam kelompok pasien, 22 pasien menderita gangguan kecemasan menyeluruh, 47 pasien
mengalami gangguan panik (dengan atau tanpa agorafobia), dan 22 pasien mengalami fobia. Data
demografi dan diagnosis menurut DSM-IV (American Psychiatric Association 1994) disajikan
pada Tabel 1. Mengenai gangguan selain PD (termasuk gangguan kecemasan), sebanyak 26 pasien
(26,8%) memiliki satu diagnosis, 37 pasien (38,1%) memiliki dua diagnosis, 22 pasien (22,7%)
memiliki tiga diagnosis, 9 pasien (9,3%) memiliki empat diagnosis, dan 3 pasien (3,1%) memiliki
lima diagnosis atau lebih. Enam puluh tiga pasien (64,9%) menderita gangguan kepribadian
komorbid. Dua puluh dua pasien (22,7%) memiliki satu gangguan kepribadian, 23 pasien (23,7%)
memiliki dua, 14 pasien (14,4%) tiga, 2 pasien (2,1%) empat, dan 2 pasien (2,1%) lima atau lebih.
Tidak ada perbedaan yang signifikan mengenai komorbiditas antara ketiga kelompok pasien
dengan gangguan kecemasan.
Tabel 1. Karakteristik sampel (n = 113)
Tes untuk normalitas homogenitas varians

Sebelum menggunakan t-test dan ANOVA, tes untuk normalitas dan homogenitas varians
dilakukan. Baik adanya PD maupun skor keseluruhan STIPO secara normal terdistribusi dalam
tiga subkelompok gangguan kecemasan. Statistik Shapiro-Wilk untuk adanya PD dalam tiga
kelompok berkisar dari W = 0.508 hingga 0.628 dengan p <0.001 dan untuk skor keseluruhan
STIPO W = 0.865 hingga 0.896 dengan p <0.001, kecuali untuk GAD dengan p = 0,011.

Namun, tidak ada perbedaan inhomogenetas yang signifikan yang terjadi pada sub kelompok yang
disebutkan di atas. Untuk alasan ini, diputuskan untuk menggunakan tes parametrik yang hasilnya
dilaporkan di bawah ini.

Tingkat fungsi kepribadian dalam kelompok gangguan kecemasan

Tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok yang berbeda dari pasien dengan gangguan
kecemasan pada tingkat fungsi kepribadian mereka (lihat Tabel 2). Total skor rata-rata STIPO
hampir tidak berbeda sama sekali. Nilai rata-rata sebesar 3,55-3,68 menggambarkan gangguan
fungsi kepribadian umum moderat, atau dalam hal model STIPO dinyatakan sebagai suatu
organisasi kepribadian antara neurotik rendah dan fungsi borderline yang lebih tinggi.
Dibandingkan dengan kelompok kontrol yang sehat dengan skor STIPO rata-rata 1,50, ketiga
kelompok pasien menunjukkan gangguan yang signifikan. Distribusi tingkat organisasi
kepribadian dalam empat kelompok disajikan dalam Tabel 3. Perbandingan post-hoc (perbedaan
paling signifikan; tingkat koreksi Bonferroni dengan signifikansi p <0.004) mengungkapkan
perbedaan yang sangat signifikan antara kontrol dan ketiga kelompok gangguan kecemasan (p
<0.001) dan hasil yang tidak signifikan antara kelompok dengan gangguan kecemasan yang
berbeda (p = 0.625 hingga 0.838).

Tabel 2. Organisasi kepribadian dalam berbagai kelompok gangguan kecemasan (n = 113)


Tabel 3. Organisasi kepribadian dalam berbagai kelompok gangguan kecemasan (n = 113)

Dalam korespondensi dengan skor keseluruhan, tujuh dimensi STIPO tidak menunjukkan
perbedaan yang relevan antara kelompok gangguan kecemasan. Dalam semua kelompok, fungsi
kepribadian terbaik terjadi dalam domain nilai-nilai moral, yang menunjukkan kecenderungan
antisosial yang rendah. Selain itu, domain pengujian agresi dan realitas menghasilkan tingkat
fungsi kepribadian yang sedikit lebih tinggi daripada skala yang lain.

Gangguan kepribadian komorbid dan tingkat fungsi kepribadian

Mengingat tingginya jumlah diagnosis gangguan kepribadian komorbid dalam sampel, dilakuan
pengujian apakah PD lebih relevan untuk fungsi kepribadian daripada jenis gangguan kecemasan.

Analisis regresi linier dilakukan untuk lebih mengeksplorasi pengaruh gangguan kecemasan serta
gangguan PD komorbid pada fungsi kepribadian. Ternyata, hanya PD yang secara signifikan
terkait dengan fungsi kepribadian, dan bukan ketiga gangguan kecemasan. Hal ini menunjukkan
gangguan kepribadian komorbid menggaanggu fungsi kepribadian (T = 8,121, p <0,001).

Namun, ANOVA yang tidak menyertakan semua pasien dengan PD masih menunjukkan fungsi
kepribadian yang jauh lebih buruk pada pasien dibandingkan dengan kontrol (F = 14.020, df = 3,
p <0.001). Pasien tanpa PD komorbid menunjukkan gangguan fungsi kepribadian moderat dengan
skor STIPO rata-rata sekitar 3, yang menunjukkan tingkat neurotik yang lebih rendah, sedangkan
pasien dengan PD komorbid menunjukkan skor STIPO rata-rata sekitar 4, yang merupakan
singkatan dari organisasi ambang yang lebih tinggi (lihat Tabel 4).
Tabel 4. Organisasi kepribadian (skor keseluruhan STIPO) dalam berbagai kelompok gangguan
kecemasan dengan dan tanpa gangguan kepribadian komorbiditas (n = 97)

Akhirnya, ketika seluruh (113) subjek dimasukkan ke dalam analisis korelasi jumlah PD yang
didiagnosis dan skor STIPO keseluruhan, ditemukan korelasi yang sangat signifikan (r = 0,596, p
<0.01).

Diskusi

Data kami menunjukkan bahwa gangguan kecemasan terkait dengan gangguan fungsi kepribadian,
yang moderat ketika tidak ada gangguan kepribadian komorbid dan lebih parah dalam kasus
gangguan kepribadian komorbid. Tidak ada perbedaan dalam fungsi kepribadian antara fobia,
GAD, dan gangguan panik, baik dengan atau tanpa PD komorbid.

Hipotesis yang berasal dari teori psikoanalitik bahwa pasien GAD dicirikan oleh fungsi
kepribadian yang lebih buruk, kemudian diikuti oleh pasien gangguan panik, dan pasien fobia
dengan fungsi terbaik tidak dapat dikonfirmasi. Sebaliknya, tampaknya gangguan kecemasan
dapat terjadi pada semua tingkat organisasi kepribadian dari gangguan ringan ("tingkat neurotik
tinggi") ke tingkat terendah ("tingkat ambang/borderline bawah") (lihat Tabel 3). Ada
kemungkinan bahwa pada fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama, pasien dengan gangguan
kecemasan dengan fungsi kepribadian yang lebih tinggi dapat ditemukan dibandingkan dengan
pasien dalam penelitian kami (penelitian dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan sekunder dan
tersier). Dalam suatu studi di Swedia oleh Sundquist et al. sekitar setengah dari seluruh pasien
dengan PD hanya ada dalam pengaturan fasilitas pelayanan kesehatan primer dan tidak pernah
muncul di pengaturan fasilitas pelayanan kesehatan sekunder atau tersier.

Pola kepribadian yang berfungsi dalam tujuh domain dari STIPO tampaknya mencerminkan rasio
yang cukup tinggi dari gangguan kepribadian depresif dan gangguan kepribadian Cluster A dan B
yang prevalensinya lebih rendah dalam sampel (lihat Tabel 1). Orang mungkin menganggap bahwa
gangguan kepribadian Cluster C menunjukkan gangguan fungsi relasional yang lebih tinggi serta
gangguan dalam mengatasi dan bertahan melawan stres. Namun, studi validitas versi Jerman dari
STIPO mengungkapkan pola serupa dalam sampel dengan rasio gangguan kepribadian Cluster A
dan B yang jauh lebih tinggi. Dengan demikian, fungsi kepribadian tampaknya agak independen
dari gejala dan karakteristik PD tertentu.

Komorbiditas yang sangat tinggi antara gangguan kecemasan dan PD sebelumnya telah
dilaporkan. Grant et al. melaporkan dari survei epidemiologi Nasional pada alkohol dan kondisi
terkait (national epidemiologic survey on alcohol and related conditions, NESARC) bahwa pada
41,8% pasien dengan gangguan kecemasan, terdapaat gangguan kepribadian komorbid. Dalam
pasien dengan gangguan kecemasan yang berobat, jumlah ini meningkat menjadi 59,6%. Dengan
demikian, temuan kami yaitu sebanyak 64,9% gangguan kepribadian komorbid dalam populasi
dari unit rawat inap psikiatri sejalan dengan temuan sebelumnya. Dapat diasumsikan bahwa
penelitian yang merekrut subjek dengan gangguan kecemasan di luar sistem perawatan kesehatan
mental akan menemukan tingkat yang lebih rendah dari komorbiditas PD dan, dengan demikian,
fungsi kepribadian yang sedikit lebih baik.

Penelitian kami menambah temuan-temuan sebelumnya yang hasilnya bahwa bahkan dengan tidak
adanya gangguan kepribadian, pasien gangguan kecemasan menunjukkan gangguan signifikan
dalam fungsi kepribadian mereka. Sebagai akibatnya, pengobatan pasien dengan gangguan
kecemasan harus mempertimbangkan keberadaan masalah kepribadian. Di satu sisi, diagnosis
fungsi kepribadian serta PD wajib dibuat pada setiap pasien. Instrumen yang baru dikembangkan
untuk penilaian tingkat fungsi kepribadian menurut DSM-5 dapat digunkan untuk tujuan ini,
misalnya, bentuk self-report dari skala Level of Personality Functioning DSM-5. Selain itu,
terdapat kuesioner dan wawancara yang sudah ada yang dapat digunakan. Misalnya, Inventory of
Personality Organization (IPO), Structured Interview for Personality Organization (STIPO), dan
Operationalized Psychodynamic Diagnosis (OPD-2). Baru-baru ini telah ditunjukkan bahwa
tingkat fungsi kepribadian DSM-5 dapat dinilai secara reliabel oleh penilai yang tidak terlatih dari
wawancara STIPO yang direkam audio serta wawancara OPD-2. Untuk penilaian umum fungsi
kepribadian dan tujuan skrining, LPFS atau kuesioner DSM-5 dapat digunakan, sementara
wawancara multidimensional dan lebih luas seperti STIPO atau OPD-2 menghasilkan penilaian
yang jauh lebih komprehensif dari domain yang berbeda dari fungsi kepribadian, yang sangat
berharga untuk membuat perencanaan perawatan klinis serta untuk pertanyaan-pertanyaan
penelitian yang lebih rinci.

Di sisi lain banyak kegagalan pengobatan pada pasien dengan gangguan kecemasan yang mungkin
disebabkan karena gangguan fungsi kepribadian dan komorbiditas PD. Hal ini didasarkan pada
relevansi klinis yang tinggi, karena, diketahui bahwa terdapat tingkat respons pengobatan yang
rendah, misalnya 48% pada gangguan kecemasan menyeluruh seperti yang dilaporkan oleh Hunot
et al. dalam ulasan Cochrane mereka. Jika seseorang berasumsi bahwa sebagian besar studi
pengobatan terkontrol acak mengeksklusikan pasien dengan PD komorbid, relevansi sub-
borderline / kerusakan ringan fungsi kepribadian mungkin menjadi kepentingan yang lebih besar
untuk hasil pengobatan. Fungsi kepribadian dapat ditingkatkan dengan psikoterapi, yang telah
ditunjukkan oleh Doering et al., tetapi diperlukan pendekatan perawatan khusus yang berfokus
tidak hanya pada gejala gangguan kecemasan, tetapi juga pada domain spesifik kepribadian pasien.
Jika kita mengikuti anggapan bahwa patologi kepribadian mempersulit pengobatan gangguan
kecemasan dan harus ditangani sebelum remisi gejala berkelanjutan dapat terjadi, perawatan
khusus harus ditawarkan kepada pasien dengan, gangguan kecemasan dan gangguan fungsi
kepribadian. Perawatan yang telah menunjukkan keampuhan mereka dalam meningkatkan fungsi
kepribadian adalah Transference-Focus Psychotherapy (TFP) dan, dengan beberapa keterbatasan
karena kurangnya kriteria hasil spesifik dalam RCT yang dilakukan, adalah Psikoterapi yang
berfokus pada Skema (Schema-focused Psychotherapy, SFT), Mentalization-based Treatment
(MBT), dan Dialectical Behavior Therapy (DBT).

Keterbatasan penelitian ini dapat ditemukan dalam ukuran sampel yang relatif rendah di dua dari
tiga kelompok pasien dengan gangguan kecemasan, dan dalam perekrutan di unit rumah sakit
psikiatri. Hal ini mengurangi generalisasi angka absolut mengenai fungsi kepribadian dalam
gangguan kecemasan, yang mungkin agak lebih baik pada populasi umum daripada dalam sub
populasi yang mencari pengobatan (treatment seeking sub-population). Namun, hasil bahwa
semua gangguan kecemasan terjadi pada hampir semua tingkat fungsi kepribadian dapat dianggap
sebagai independen dari bias perekrutan. Dalam studi selanjutnya dengan ukuran sampel yang
lebih besar, akan menarik untuk mengevaluasi pengaruh spesifik dari gangguan kepribadian
cluster B vs cluster A atau gangguan kepribadian cluster C, atau bahkan PD tertentu seperti
borderline.

Kesimpulan

Penurunan fungsi kepribadian sangat sering terjadi pada semua gangguan kecemasan dan harus
dipertimbangkan untuk diagnosis dan pengobatan pasien dengan gangguan kecemasan. Tidak ada
perbedaan antara gangguan kecemasan berkaitan dengan fungsi kepribadian mereka, dan PD
komorbid disimpulkan mengganggu fungsi kepribadian.

Singkatan dan kepanjangannya

AMPD: Alternative Model for Personality Disorders


ANOVA: Analysis of Variance
BSI: Brief Symptom Inventory
DBT: Dialectical Behavior Therapy
DSM-5: Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders – Fifth Edition
DSM-IV: Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders – Fourth Edition
GAD: Generalized Anxiety Disorder
GSI: Global Severity Index
ICC: Intraclass Correlation
ICD-11: International Classification of Mental and Behavioral Disorders, 11th Revision
IPO: Inventory of Personality Organization
LPFS: Levels of Personality Functioning Scale
MBT: Mentalization-based Treatment
NESARC: National Epidemiologic Survey on Alcohol and Related Conditions
OPD-2: Operationalized Psychodynamic Diagnosis, Second Edition
PD: Personality Disorder
SCID-I: Structured Clinical Interview for DSM-IV, Axis I
SCID-II: Structured Clinical Interview for DSM-IV, Axis II
SFT: Schema-focused Psychotherapy
STIPO: Structured Interview of Personality Organization
TFP: Transference-focused Psychotherapy

Anda mungkin juga menyukai