Anda di halaman 1dari 4

Clinical Analysis Questionnaire (CAQ)

1. Nama Alat Tes Psikologi


Clinical Analysis Questionnaire (CAQ)

2. Sejarah
CAQ adalah instrumen klinis yang sering digunakan oleh psikolog yang memungkinkan
seseorang untuk merefleksikan sekitar 28 faktor kepribadian, faktor klinis, dan sembilan
faktor urutan kedua lainnya yang mencakup tingkat kecemasan dan depresi. Hal ini
dimaksudkan untuk menggunakan CAQ untuk mengidentifikasi orang-orang dalam
sampel yang tampaknya mengalami tingkat kecemasan dan / atau depresi "tinggi".
Komponen kedua dari penelitian ini melibatkan wawancara dengan subyek
menggunakan analisis mimpi untuk mengidentifikasi sumber kecemasan dan depresi
mereka.

Pada tahun 1949, Raymond B. Cattell menemukan dan menerbitkan alat tes psikologi
yaitu Sixteen Personality Factor Questionnaire (16 PF). Cattell terpengaruh oleh
keadaan sosial dan politik pasca perang dunia I, hal inilah yang membuat Cattell
berspekulasi bahwa pasti ada sebuah alat tes psikometri yang mampu menjelaskan
kepribadian manusia. 16 PF digunakan untuk menemukan struktur dasar kepribadian.

CAQ dirancang untuk mengukur sifat normal dan patologis individu secara bersamaan,
sehingga memberikan profil multidimensi yang komprehensif dari orang tersebut.
Pengembangannya didasarkan pada penelitian sebelumnya dan pengembangan
instrumen klinis lain yang digunakan selama lebih dari satu dekade, Kuesioner Faktor
Kepribadian 16 (16 PF). CAQ sebenarnya merupakan perluasan dari 16 PF,
menggunakan 16 skala asli dari 16 PF dan 12 skala baru, 7 di antaranya mengukur
manifestasi utama depresi dan 5 di antaranya mengukur sifat yang diidentifikasi oleh
analisis faktor yang sesuai dengan Minnesota Multiphasic Inventaris Kepribadian
(MMPI) subskala. Dalam pengukuran struktur kepribadian dasar serta bersamaan,
patologi yang menyertainya, CAQ mencoba untuk memenuhi fungsi diagnostik dan
perencanaan perawatan yang penting secara bersamaan.

Cattell percaya bahwa karakteristik manusia dapat diprediksi dari karakter kepribadian
dasar. Di sisi lain Eysenck yang berfokus pada dimensi sifat kepribadian yang luas
(Ekstraversi, Neurotisisme, dan Psikotisisme), Cattell berfokus pada dimensi sifat
primer. Hal ini merupakan perbedaan penting antara model kepribadian Cattell dan
Eysenck terkait dengan konseptualisasi dan pengukuran psikotisme. Seperti yang
diharapkan dari pekerjaan Cattell dengan CAQ, analisis faktor dari skala Psikotisme,
Ekstraversi dan Neurotisisme dari EPQ-R menunjukkan heterogenitas yang lebih besar
dari skala Psikotisme dibandingkan dengan dua skala lainnya.

3. Skala yang diukur


Skala Kepribadian Normal CAQ dimaksudkan untuk mengukur karakteristik individu
yang dihipotesiskan berlaku untuk fungsi normal. Skala ini adalah:
1. Faktor A – warmth (sifat yg berhubungan dengan adaptasi dan kesediaan untuk
bekerja sama)
2. Faktor B – intelligence (sifat yg berhubungan dengan kecakapan memecahkan
masalah)
3. Faktor C – emotional stability (sifat yg berhubungan dengan pengendalian emosi
dan kedewasaan)
4. Faktor E – dominance (sifat yg berhubungan dengan keberanian, ketegasan dan
keyakinan diri)
5. Faktor F - impulsivity (sifat yg berhubungan dengan kegembiraan, kebebasan
dan keterbukaan)
6. Faktor G – conformity (sifat yg berhubungan dengan rasa tanggung jawab,
ketekunan, kecermatan dan sikap moralitas)
7. Faktor H – boldness (berhubungan dengan kemampuan sosial, spontanitas dan
ketabahan)
8. Faktor I – sensitivity (berkaitan dengan kepekaan perasaan, ketergantungan dan
khayalan)
9. Faktor L – suspiciousness (berkaitan dengan kecurigaan dan kesulitan
penyesuaian diri)
10. Faktor M – imagination (berkait dengan imajinasi, kreasi, semangat dan cita-cita)
11. Faktor N – shrewdness (kecerdasan, kesadaran sosial dan kelancaran)
12. Faktor O – insecurity (pesimisme dan kegelisahan)
13. Faktor Q1 – radicalism (modernisasi, inovasi, liberalism)
14. Faktor Q2 – self-sufficiency (kepercayaan diri dan ketergantungan kepada
kelompok)
15. Faktor Q3 – self-diligence (harga diri, kedisiplinan, keteguhan pendirian)
16. Faktor Q4 – tension (ketegangan emosi, kelelahan dan frustrasi)
Validitas skala ini didasarkan pada delapan investigasi analitik faktor yang ditinjau oleh
Cattell.
4. Diperuntukan untuk :
Laporan diri untuk mengukur ciri-ciri kepribadian klinis dan nonklinis dalam upaya
menciptakan profil kepribadian multidimensi dan komprehensif.

5. Kelompok tes
Tes ini merupakan kelompok tes kepribadian (kategori B) yang disajikan menggunakan
kuesioner untuk mengetahui kondisi klinis seseorang. Tes ini menggunakan metode
angket dan metode wawancara untuk mencari tahu penyebab kecemasan dan depresi
seseorang.

6. Cara penyajian :
Menggunakan riwayat hidup (anamnesa) berupa pertanyaan-pertanyaan dalam
asesmen untuk menelusuri sebab akibat terjadinya gangguan psikis/keluhan. Metode
yang digunakan adalah metode longitudinal, yaitu menelusuri latar belakang kehidupan
subyek dalam kurun waktu tertentu yang runtut. Teknik pendekatan riwayat hidup yang
digunakan adalah pengukuran longitudiana perubahan kepribadian (longitudinal
measurement of personality change) dari Block.
Patokan isi/materi yang biasanya dideteksi lebih jauh dalam anamnesa :
 Mengidentifikasi data subjek (nama, usia, pendidikan/pekerjaan, dsb.)
 Alasan subjek datang untuk menjalani pemeriksaan
 Kondisi subjek saat ini
 Masalah-masalah yang berkaitan dengan keluarga
 Hal yang berkaitan dengan kejadian kelahiran dan perkembangan/pertumbuhan
subjek pada masa bayi
 Hal-hal yang berhubungan dengan masa kecil subjek
 Kesehatan subjek (riwayat penyakit)
 Riwayat pendidikan
 Riwayat pekerjaan
 Rekreasi, minat, dan hobi
 Perkembangan kehidupan seksual
 Kehidupan perkawinan dan keluarga inti subjek
 Deskripsi subjek tentang dirinya sendiri
 Hal/kejadian pentingn yang dapat mengubah jalan hidupnya
 Hal/kejadian penting lainnya

7. Daftar pustaka
1. Swails, Jeffrey. 2017. Clinical Analysis Questionnaire.
2. Zaza, Anthony. 1986. Journal of Counseling and Development.
3. Susilarni, Tanti. 2022. Pengantar Psikodiagnostik
4. Carr, Adrian. 1993. The Psychostructure of Work

Anda mungkin juga menyukai