Tes inventori adalah tes-tes yang terutama menggunakan paper and pencil. Tes inventori
merupakan self report Questionnare, untuk menentukan karakteristik-karakteristik kepribadian,
minat (interested), sikap (attitude), dan nilai-nilai (value). Tes inventori sangat berguna untuk
mengetahui karakteristik kepribadian seperti minat, penyesuaian diri, motivasi, dan prasangka.
Namun perlu di ingat bahwa alat-alat tes yang digunakan umumnya tidak ada yang sempurna
dan masing-masing tes hanya menjelaskan satu atau beberapa aspek kepribadian.
Sejarah perkembangan asesmen kepribadian dimulai pada tahun 1880-an oleh Sir Francis
Galton, sepupu dari ilmuwan terkenal Charles Darwin ini merupakan orang yang pertama kali
membuat laboratorium untuk mengukur perbedaan individual(Friedman & Schustack, 2008),
salah satu hasil terbesar dari riset yang dilakukannya adalah munculnya teknik kuesioner
sebagai prosedur standar dalam penelitian kepribadian. Tidak lama kemudian, G. Stanley Hall
memperluas metode tersebut dengan menggunakan data dari sampel sejumlah orang dewasa,
untuk menggambarkan tren perkembangan kepribadian pada remaja.
Seiring dengan waktu, item-item dalam Woodworth semakin dikembangkan dan isinya mulai
bergeser disesuaikan dengan tujuan penggunaannya, mulai dari pengukuran secara pribadi
maupun untuk kebutuhan institusi tertentu. Inventori self-report mulai berkembang menjadi
beragam instrumen dengan beraneka fungsi dan manfaat. Beberapa inventori dikembangkan
desain untuk membantu mengenali apakah individu berada dalam rentang normal, inventori
semacam ini biasanya dimanfaatkan sebagai alat bantu untuk mengukur pemahaman diri, atau
untuk membantu kegiatan bimbingan yang dilakukan oleh konselor, pendidik, atau praktisi
dunia industri. Ada juga inventori yang disusun untuk membantu dokter dalam membuat
analisa patologis pada kasus-kasus klinis(Cronbach, 1990).
Bagaimanakah kita dapat mengetahui kalau si A itu sangat intorvert? Atau si B yang ekpresif
dan cocok jadi pemimpin? Atau, si C yang sangat emosional jika ada yang membicarakan dia?
Bagaimana kita dapat mengenali orang-orang ini sehingga kita bisa mengenal atau bahkan
mempelajarinya lebih mendalam lagi? Dalam kehidupan sehari-hari, kita sebenarnya sering
melakukan pengukuran terhadap kepribadian seseorang. Hanya saja kita biasa melakukannya
berdasarkan ciri-ciri stereotipe dari ciri-ciri kelompok di mana individu berasal, misalnya: orang
kota itu individualis, orang Jawa halus, orang Medan pelit, dan sebagainya. Kita juga cenderung
menilai orang berdasarkan salah satu ciri tertentu yang kita sukai atau tidak kita sukai. Penilaian
dengan cara ini sangat menyesatkan dan disebul hallo effect. Selain itu kita juga kerap
mempunyai penilaian baik-buruk pada ciri-ciri pribadi tertentu.
Oleh karena itu diperlukan sperangkat alat tes atau asesmen yang dapat menggambarkan
kepribadian seseorang. Inventori kepribadian merupakan inventori yang digunakan untuk
mengidentifikasi dan mengukur struktur dan segi-segi dari kepribadian, atau karakteristik dari
cara berpikir, merasa, dan bertindak (Segal & Coolidge, dalam Drummond & Jones, 2010).
Dengan kata lain inventori kepribadian atau asesmen kepribadian atau tes kepribadian
merupakan tes/inventori/asesmen yang menggambarkan karekteristik individu, dengan tujuan
agar individu dapat mengenal dan memahami dirinya sendiri dengan gambaran atau penjelasan
yang objektif dan terukur.
1. Definisi kepribadian sedemikian banyak (defenisi konseptual), sehingga seleksi yang tepat
dari macam-macam definisi kepribadian perlu mendasari pemakaian tes inventori.
2. Tes inventori kepribadian tidak dapat bersifat culture free. Oleh karena itu aspek kultural
harus di pertimbangkan, padahal nilai-nilai kultur selalu berubah. Sedangkan di sisi lain tes
inventori diharapkan dapat memberikan profil kepribadian yang stabil.
3. Bila tes inventori kepribadian terlalu sensitif terhadap perubahan, maka sulit memperoleh
reliabilitas yang tinggi.
E. Kelemahan PAI
Untuk mengurangi kelemahan-kelemahan ini, tester perlu memahami tes yang hendak
digunakan dengan baik sehingga menyajikan tes dengan baik.
MMPI telah direvisi dan disusun ulang menjadi dua versi yang berbeda, MMPI-2 (Butcher,
Dahlstrom, Graham, Tellegen, dan Kaemmer, 1989) dan MMPI-Adolescent (MMPI-A – Buchler
et al., 1992). Pada tahun 1960-an, MMPI dipandang sebagai tes kepribadian terkemuka dan
digunakan sesering atau lebih, pada subjek-subjek yang normal dalam lingkungan konseling,
pekerjaan, medis, militer, dan forensik seperti pasien psikiatris.
Instrumen yang sudah tidak tepat lagi karena norma-norma yang berdasar sempit dan
kadaluwarsa dari tes perlu diperbaharui dan direstandardisasi demi kesinambungan MMPI.
Minnesota Multiphasis Personality Inventory-2. Butir-butir soal MMPI-2 terdiri dari 567
pernyataan afirmatif yang ditanggapi peserta tes “Benar” atau “Salah”, 370 butir soal pertama,
pada dasarnya sama dengan butir-butir soal pada MMPI kecuali dalam hal perubahan editorial
dan pengaturan kembali, menyediakan semua respons yang dibutuhkan untuk memberi skor 10
skala “klinis” yang asli dan tiga skala “validitas”, 197 butir soal tersisa (107 di antaranya baru)
diperlukan untuk menskor seluruh komplemen yang terdiri dari 104 validitas baru, yang direvisi
dan dipertahankan , serta skala dan sub skala suplementer yang membangun inventori secara
lengkap. Dahsltrom (1993a) telah mempersiapkan suplemen manual yang menyediakan semua
informasi yang perlu untuk membandingkan butir-butir soal MMPI-2 dengan butir-butir soal
asli.
CPI dikembangkan secara khusus pada populasi orang dewasa. Dalam revisi terakhir CPI terdiri
dari 434 butir soal yang harus dijawab “Benar” atau “Salah” dan menghasilkan skor pada 20
skala (Gough dan Bradly, 1996). CPI pada awal diterbitkan tahun 1956. Pada awalnya terdiri dari
480 butir soal, diturunkan menjadi 462 butir soal dan terakhir 434 butir soal
Dikembangkan melalui 20 tahun riset oleh sekelompok peneliti di Universitas Minnesota yang
secara mendalam terpengaruh oleh dasar pemikiran dan penggunaan klinis MMPI. PIC
dirancang untuk anak dan remaja usia 3 sampai 16 tahun. PIC awalnya terdiri dari 600 butir
soal, yang dikelompokkan ke dalam tiga skala validitas (skala kebohongan, skala frekuensi dan
skala sikap defensif), sebuah skala penyaringan umum dan 12 skala klinis. PIC direvisi menjadi
PIC-R dan jumlah butir soalnya dikurangi dari 600 butir soal menjadi 420. PIC-R bukanlah
laporan inventori diri melainkan inventori perilaku teramati. (hasil pelaporan orang tua).
Personality Inventory for Youth (PIY) (Lachar dan Gruber, 1993), terdiri atas 280 butir soal yang
direvisi menjadi 270 butir soal, dikembangkan sebagai ukuran laporan diri yang sejajar dengan
PIC-R.
Kedua alat ini menyediakan seperangkat alat multidimensi terpadu yang secara khusus
dirancang untuk digunakan pada anak-anak dan remaja.
Disusun oleh : Cattell dan rekan-rekan kerjanya yang sekarang sudah memasuki edisi kelima
(1993). Pertama kali diterbitkan tahun 1949. 16 PF (sixteen Personality Factor Questionnaire)
16 PF dirancang untuk umur 16 tahun ke atas dan menghasilkan 16 skor dalam ciri-ciri, seperti :
keberanian sosial, dominasi, kewaspadaan, stabilitas emosional, dan kesadaran peraturan.
Mengikuti tradisi MMPI dan dirancang untuk maksud yang sama. MCMI-III-Million, Million and
Davis, 1994) Diterbitkan pertama kali tahun 1977. Belakangan dikembangkan menjadi 2 . Salah
satunya adalah Million Adolescent Clinical Inventory (MACI-Million, Million dan Davis, 1993)
digunakan untuk anak usia 13 dan 19 tahun dalam lingkup klinis. Sedangkan Million Indenx of
Personality Styles (MIPS-Million, 1994) untuk orang dewasa.
6. EPPS (Edward Personal Preference Schedule)
Dirancangkan untuk menaksir sistem kebutuhan nyata dikemukakan oleh Murray dan rekan-
rekannya di Harvard Psychological Clinic (Murray, et.al., 1938) Yang akhirnya dibuatlah Edward
Personal Preference Schedule (EPPS-Edward, 1959). Dimulai dari 15 kebutuhan yang berasal
dari daftar Murray. Inventori ini terdiri atas 210 pasang pernyataan dimana butir soal dari 12
skala lainnya.
EPPS perlu direvisi untuk menghapus kelemahan teknis terkait butir soal dan interpretasi
skornya. Aspek need yang diungkap, diantaranya;
Cukup banyak sekali aspek yang diungkap EPPS, namun pada dasarnya tes ini akan
dikelompokan menjadi tiga aspek, yaitu sikap kerja, aspek sosial, dan aspek emosi.
Jackson Personality Inventory Revised (JPI-R) dikembangkan setelah PRF melalui prosedur
penyusunan skala yang sama dengan PRF namun lebih sempurna (Jackson, 1976, 1994a)
Jackson menggunakan standar ketat yang sama pada penyusunan Basic Personality Inventory
(BPI-Jackson, 1989a). BPI sudah tampak menjanjikan untuk digunakan secara klinis pada bidang
kenakalan remaja (Holden & Jackson, 1992)
Pertama kali dikembangkan oleh Henry Murray dan stafnya di Harvard Psychological Clinic
(Murray, et al., 1938). Materi-materi TAT terdiri dari 19 kartu yang memuat gambar-gambar
kabur dalam warna hitam dan putih serta kartu kosong. Responden diminta mengarang cerita
sesuai dengan tiap gambar, menceriterakan apa yang mengarah pada peristiwa sebagaimana
tergambar dalam gambar itu, mendeskripsikan apa yang terjadi waktu itu, kemudian membuat
cerita tentang hal itu.
TAT telah disiapkan dalam survei atas sikap buruh, kelompok minoritas, otoritas dsb.(D.T.
Campbell, 1950; R Harrison, 1965). Dalam perkembangannya tes yang lebih baru
dikembangkan, Apperception Tes for Children (RATC) oleh (Mc Arthur dan Roberts, 1982),
masih dalam bentuk kartu gambar. RATC menyediakan 16 kartu stimulus. Gambar-gambar itu
diplih untuk melukiskan situasi antarpribadi yang telah dikenal dimana ada anak-anak dalam
hubungannya dengan orang dewasa atau anak-anak lainnya.
Menurut Saifuddin Azwar (2009: 34) bahwa: Apapun bentuk instrumen pengumpulan data yang
digunakan, masalah ketepatan tujuan dan penggunaan instrumen (validitas) dan
keterpercayaan hasil ukurnya (reliabilitas) merupakan dua karakter yang tidak dapat
ditawartawar, di samping tuntutan akan adanya objektivitas, efisiensi dan ekonomis.
Lebih lanjut Mahmud (2011: 165) mengatakan bahwa “untuk mendapatkan sebuah instrumen
penelitian yang baik atau memenuhi standar, ada dua syarat yang harus dipenuhi yaitu validitas
dan reliabilitas”. Hal ini dipertegas oleh Ary (2005: 293) yang mengatakan “validitas menunjuk
kepada sejauh mana suatu alat mampu mengukur apa yang seharusnya diukur.
Sebaliknya reliabilitas mengacu kepada sejauh mana suatu alat pengukur secara ajeg
(konsisten) mengukur apa saja yang diukurnya”. Dalam penelitian ini, untuk menyusun
instrumen kesiapan kerja peneliti menggunakan dua persyaratan penting yaitu validitas dan
reliabilitas.
Pengembangan inventori kesiapan kerja ini, akan digunakan untuk mengukur dan menilai
sejauh mana kesiapan kerja yang dimiliki oleh siswa. Penyusunan inventori kesiapan kerja ini
akan mengikuti langkah-langkah penyusunan intrumen bentuk skala model likert. “Jawaban
setiap item instrumen yang menggunakan skala likert mempunyai tingkatan dari sangat positif
sampai sangat negatif” (Sugiyono, 2009: 93). Pada skala likert perangsangannya adalah
pernyataan.
Pernyataan yang akan diberikan oleh subyek adalah pernyataan yang favorable (mendukung)
atau pernyataan tidak-favorable (tidak mendukung), dalam bentuk variasi sebagai berikut:
sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS).
1. Perencanaan,
2. Penulisan butir,
3. Penyuntingan,
4. Uji coba,
5. Pengenalan hasil,
6. Mengadakan revisi”.
Sementara itu menurut Saifuddin Azwar (2011: 11) Penyusunan skala psikologi harus melalui
prosedur sebagai berikut: Identifikasi tujuan ukur, operasional konsep, penskalaan dan
pemilihan format stimulus, penulisan item dan review item, uji coba, analisis item, kompilasi 1
seleksi item, pengujian reliabilitas dan validitas, serta kompilasi II format final.
Berdasarkan uraian di atas, langkah-langkah penyusunan instrumen yang akan dilakukan dalam
penelitian ini mengacu pada langkah dasar perancangan dan penyusunan skala psikologis dari
Saifuddin Azwar karena lebih mudah dipahami, yang meliputi: identifikasi tujuan akhir,
operasionalisasi konsep, penskalaan dan pemilihan format stimulus, penulisan item dan review
item, uji coba, analisis item, kompilasi 1 item, pengujian validitas dan reliabilitas, dan kompilasi
II format final.
Kesimpulan : invontary kepribadian!
Saran :
Karna keterbatasan data yang ada, penulis mengharapkan pembaca menambah pengetahuan
dengan membaca buku,atau data lain yang lebih lengkap sehingga pengetahuannya akan lebih
banyak
sumber :
Anne Anastasi dan Susana Urbina. Tes Psikologi “Psychological Testing”. PT Indeks, Jakarta :
2007. Alih bahasa oleh Robertus Hariono dan Imam, MA