Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

( TEKNIK NON TESTING DALAM BK )

DISUSUN OLEH :

M. FAHRI HAMDIKA PUTRA


19.1.1.0642.0009
ANDRIANI
19.1.1.0642.0002

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN


KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI) DDI POLEWALI MANDAR
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas
rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah mata
kuliah “ Teknik Non Testing dalam BK “. Tidak lupa shalawat serta salam tercurah
kepada Rasulullah SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.

Penulisan makalah berjudul “ Tes Inventori ” dapat diselesaikan karena


bantuan banyak pihak. Kami berharap agar pembaca mendapatkan sudut pandang
baru setelah membaca makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih memerlukan penyempurnaan, terutama


pada bagian isi. Kami menerima segala bentuk kritik dan saran pembaca demi
penyempurnaan makalah. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, kami
memohon maaf.

Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat
bermanfaat.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


DAFTAR ISI

Kata pengantar........................................................................................

Daftar Isi.................................................................................................

BAB I

a. Latar Belakang........................................................................
b. Rumusan Masalah..................................................................
c. Tujuan Penulisan.....................................................................

BAB II PEMBAHASAAN

A. Pengertian Tes Inventori


B. Masalah Dalam Tes Inventori
C. Macam – Macam Tes Inventori
D. Contoh Tes Inventori
E. Syarat Inventori yang Baik
F. Langkah – Langkah Menyusun Inventori

BAB III PENUTUP

a. Kesimpulan.............................................................................
b. Saran ......................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di dalam ilmu bimbingan dan konseling untuk mengumpulkan suatu data tentang
siswa kita membutuhkan instrument atau alat ukur. salah satu alat ukur atau teknik
ukur yaitu inventori atau didalam psikologi lebih dikenal dengan inventori
kepribadian,inventori minat dan inventori nilai

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu inventori?

2. Jenis-jenis inventori?

3. Bagaimana inventori yang baik?

4. Bagaimana langkah untuk membuat inventori?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mendapatkan nilai sebagai tugas yang diberikan dosen

2. Menambah wawasan keilmuan

3. Memudahkan dan membuat kita lebih memahami teknik non test “inventori”
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN TES INVENTORI

Tes inventori adalah tes-tes yang terutama menggunakan paper and pencil. Tes
inventori merupakan self report Questionnare, untuk menentukan karakteristik-
karakteristik kepribadian, minat (interested), sikap (attitude), dan nilai-nilai (value).
Tes inventori sangat berguna untuk mengetahui karakteristik kepribadian seperti
minat, penyesuaian diri, motivasi, dan prasangka. Namun perlu di ingat bahwa alat-
alat tes yang digunakan umumnya tidak ada yang sempurna dan masing-masing tes
hanya menjelaskan satu atau beberapa aspek kepribadian.

B. MASALAH DALAM TES INVENTORI

Beberapa masalah dalam tes inventori kepribadian adalah:


1. Definisi kepribadian sedemikian banyak (defenisi konseptual), sehingga seleksi
yang tepat dari macam-macam definisi kepribadian perlu mendasari pemakaian
tes inventori.
2. Tes inventori kepribadian tidak dapat bersifat culture free. Oleh karena itu
aspek kultural harus di pertimbangkan, padahal nilai-nilai kultur selalu berubah.
Sedangkan di sisi lain tes inventori diharapkan dapat memberikan profil
kepribadian yang stabil.
3. Bila tes inventori kepribadian terlalu sensitif terhadap perubahan, maka sulit
memperoleh reliabilitas yang tinggi.
Secara umum tes inventori kepribadian memiliki beberapa kelemahan, seperti;
1. Aitemnya ambigu dan perintah tidak jelas.
2. Subjek ingin menunjukkan kesan-kesan tertentu kepada penguji.
3. Kesukaran semantik, penafsiran yang berbeda
4. Sikap subjek yang tak kooperatif/defensif
5. Faking atau tidak jujur.
6. Acquiscence; bila aitem yang dibuat lebih mengarah ke jawaban-jawaban
tertentu.
Untuk mengurangi kelemahan-kelemahan ini, tester perlu memahami tes yang hendak
digunakan dengan baik sehingga menyajikan tes dengan baik.

C. MACAM-MACAM TES INVENTORI

a. Tes Inventori kepribadian


1. MMPI (minnesota Personality Inventory)
2. CPI (california Psychological Inventory)
3. PIC (Personality Inventory for Children)
4. MCMI (Millon Clinical Multiaxial Inventory)
5. PF (sixteen Personality Factor Questionnaire)
6. EPPS (Edward Perssonal Preference Schedule)
7. PRF (Personality Research Form)
8. Jackson Personality Inventory

b. Tes Inventory Minat


1. SCII (Strong-Campbell Interest Inventory)
2. JVIS (Jackson Vocationalinterest Survey)
3. KPR-V (Kuder Preference Record - Vocational)
4. CAI (Career Assessment Inventory)
5. RM (The rothwell-Miller Interest Blank)

c. Tes Inventori Nilai


1. Study OF Value
2. WVI (Work Value Inventory)

D. CONTOH TES INVENTORI

a. Tes Inventori Kepribadian


Contoh tes inventori Kepribadian yang telah terstandarisasi antara lain :
1. PIC (Personality Inventory for Children)
Dikembangkan melalui 20 tahun riset oleh sekelompok peneliti di Universitas
Minnesota yang secara mendalam terpengaruh oleh dasar pemikiran dan penggunaan
klinis MMPI. PIC dirancang untuk anak dan remaja usia 3 sampai 16 tahun. PIC
awalnya terdiri dari 600 butir soal, yang dikelompokkan ke dalam tiga skala validitas
(skala kebohongan, skala frekuensi dan skala sikap defensif), sebuah skala
penyaringan umum dan 12 skala klinis. PIC direvisi menjadi PIC-R dan jumlah butir
soalnya dikurangi dari 600 butir soal menjadi 420. PIC-R bukanlah laporan inventori
diri melainkan inventori perilaku teramati. (hasil pelaporan orang tua). Personality
Inventory for Youth (PIY) (Lachar dan Gruber, 1993), terdiri atas 280 butir soal yang
direvisi menjadi 270 butir soal, dikembangkan sebagai ukuran laporan diri yang
sejajar dengan PIC-R.
Kedua alat ini menyediakan seperangkat alat multidimensi terpadu yang secara
khusus dirancang untuk digunakan pada anak-anak dan remaja.

2. 16 PF (Sixteen Personality Factor Questionnaire)


Disusun oleh : Cattell dan rekan-rekan kerjanya yang sekarang sudah memasuki edisi
kelima (1993). Pertama kali diterbitkan tahun 1949. 16 PF (sixteen Personality Factor
Questionnaire)

16 PF dirancang untuk umur 16 tahun ke atas dan menghasilkan 16 skor dalam ciri-
ciri, seperti : keberanian sosial, dominasi, kewaspadaan, stabilitas emosional, dan
kesadaran peraturan.

3. MCMI (Millon Clinical Multiaxial Inventory)


Mengikuti tradisi MMPI dan dirancang untuk maksud yang sama. MCMI-III-Million,
Million and Davis, 1994) Diterbitkan pertama kali tahun 1977. Belakangan
dikembangkan menjadi 2 . Salah satunya adalah Million Adolescent Clinical
Inventory (MACI-Million, Million dan Davis, 1993) digunakan untuk anak usia 13
dan 19 tahun dalam lingkup klinis. Sedangkan Million Indenx of Personality Styles
(MIPS-Million, 1994) untuk orang dewasa.

4. Jackson’s Basic Personality Inventory


Jackson Personality Inventory Revised (JPI-R) dikembangkan setelah PRF melalui
prosedur penyusunan skala yang sama dengan PRF namun lebih sempurna (Jackson,
1976, 1994a) Jackson menggunakan standar ketat yang sama pada penyusunan Basic
Personality Inventory (BPI-Jackson, 1989a). BPI sudah tampak menjanjikan untuk
digunakan secara klinis pada bidang kenakalan remaja (Holden & Jackson, 1992)

5. TAT (Thematic Apperception Test)


Pertama kali dikembangkan oleh Henry Murray dan stafnya di Harvard Psychological
Clinic (Murray, et al., 1938). Materi-materi TAT terdiri dari 19 kartu yang memuat
gambar-gambar kabur dalam warna hitam dan putih serta kartu kosong. Responden
diminta mengarang cerita sesuai dengan tiap gambar, menceriterakan apa yang
mengarah pada peristiwa sebagaimana tergambar dalam gambar itu, mendeskripsikan
apa yang terjadi waktu itu, kemudian membuat cerita tentang hal itu.

TAT telah disiapkan dalam survei atas sikap buruh, kelompok minoritas, otoritas dsb.
(D.T. Campbell, 1950; R Harrison, 1965). Dalam perkembangannya tes yang lebih
baru dikembangkan, Apperception Tes for Children (RATC) oleh (Mc Arthur dan
Roberts, 1982), masih dalam bentuk kartu gambar. RATC menyediakan 16 kartu
stimulus. Gambar-gambar itu diplih untuk melukiskan situasi antarpribadi yang
telah dikenal dimana ada anak-anak dalam hubungannya dengan orang dewasa atau
anak-anak lainnya.

b. Test inventori minat

1. The Strong Vocational Intrest Blank (SVIB)


Inventori ini diterbitkan pada tahun 1927 terdiri dari 400 item. Responden diminta
untuk memberikan jawaban dengan jalan memberi tanda (L) terhadap aktivitas-
aktivitas atau obyek-obyek yang disenangi, memberi tanda (I) apabila ia ragu-ragu
dan memberi tanda (D) apabila ia tidak menyenangi aktivitas atau obyek tersebut.

2. Campbell Interest and Skill Survey (CISS)


Tes ini digunakan untuk mrngukur minat serta ketrampilan laporan diri dan
diorganisasi dalam cara yang mirip dengan inventori strong, yang dengannya (David
P.Campbell-penyusun CISS) terlibat selama waktu tertentu. Tambahan data pada
ketrampilan memungkinkan perbandingan antara pola skor yang tinggi dan rendah
pada skala minat dan skala ketrampilan. Hal ini, pada gilirannya, memperluas basis
untuk menjelajahi karier dan mengambil keputusan yang disediakan oleh survei.

3. Kuder Preference Record (KPR)


Inventori ini mula-mula diterbitkan pada tahun 1939. Kemudian mengalami revisi
dan tambahan-tambahan item-item baru. Kuder memulai dengan mengadakan analisa
item tunggal berdasarkan kelompok-kelompok minat (cluster of intesrest) dalam
menyusun item-item tersebut alam skala deskriptif. Skala ini dapat dipergunakan
dalam bimbingan pendidikan (Educational guidance) maupun dalam bimbingan
jabatan (vocatinal guidance).

Berdasarkan alat konsepnya mengenai sepuluh kelompok minat, Kuder lalu


menyusun item-item inventorinya. Setiap item merupakan triad dari kegiatan-
kegiatana yang mencerminkan tiga kelompok minat. Penyusunan triad-triad tersebut
diatur sedemikian rupa sehingga setiap kelompok minat pernah ber-triad dengan
kelompok minat lainnya. Subyek yang hendak dinilai disuruh memilih dalam setiap
triad. Satu kegiatan yang paling disenangi dan satu kegiatan yang paling tidak
disenangi dalam triad tersebut.

4. Safran Student’s Interest Inventory

Dalam inventori minat ini mengungkap tiga aspek, yaitu


(1) Minat Jabatan
(2) Minat terhadap Mata Pelajaran dan,
(3) Tingkat kemampuan.
Daftar minat terhadap mata pelajaran di sekolah ini bersifat fleksibel. Siswa tidak
perlu memberi nilai terhadap mata pelajaan yang tidak diberikan di sekolah. Jika
hanya sepuluh matapelajaran yang dinilai, maka mereka hanya akan mengisi empat
kotak dalam bagian yang agak menarik atau disenangi.

c. Test inventori nilai

1. Study of Value
Tes ini berupa suatu inventori kepribadian yang berstruktur. Inventori kepribadian
yang berstruktur ini terdiri dari pertanyaan - pertanyaan atau pernyataan - pernyataan
tertentu yang hanya ada satu jawaban tertentu. Inventori of Values bertujuan untuk
mengungkap enam dasar minat dan motif dalam kepribadian yang relatif menonjol
yaitu teoritis, ekonomis, estetis, sosial, politik, dan relegius.

E. SYARAT INVENTORI YANG BAIK

Menurut Saifuddin Azwar (2009: 34) bahwa: Apapun bentuk instrumen


pengumpulan data yang digunakan, masalah ketepatan tujuan dan penggunaan
instrumen (validitas) dan keterpercayaan hasil ukurnya (reliabilitas) merupakan dua
karakter yang tidak dapat ditawartawar, di samping tuntutan akan adanya objektivitas,
efisiensi dan ekonomis.
Lebih lanjut Mahmud (2011: 165) mengatakan bahwa “untuk mendapatkan
sebuah instrumen penelitian yang baik atau memenuhi standar, ada dua syarat yang
harus dipenuhi yaitu validitas dan reliabilitas”. Hal ini dipertegas oleh Ary (2005:
293) yang mengatakan “validitas menunjuk kepada sejauh mana suatu alat mampu
mengukur apa yang seharusnya diukur. Sebaliknya reliabilitas mengacu kepada
sejauh mana suatu alat pengukur secara ajeg (konsisten) mengukur apa saja yang
diukurnya”. Dalam penelitian ini, untuk menyusun instrumen kesiapan kerja peneliti
menggunakan dua persyaratan penting yaitu validitas dan reliabilitas. Penjelasan
mengenai validitas dan reliabilitas adalah sebagai berikut.

a. Validitas
Validitas berasal dari bahasa Inggris validity yang berarti keabsahan. Toha
Anggoro (2008: 536) mengatakan “suatu alat ukur dikatakan valid atau mempunyai
nilai validitas tinggi apabila alat ukur tersebut memang dapat mengukur apa yang
hendak diukur”. Hal ini dipertegas oleh Sugiyono (2009: 172) yang mengatakan
“hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul
dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti”.

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa validitas


adalah sejauhmana suatu alat ukur dapat mengukur apa yang hendak diukur sesuai
dengan tujuan dari alat ukur tersebut. Purwanto (2007: 124) “mengelompokan metode
pengujian validitas menjadi tiga macam yaitu validitas isi, validitas kriteria, dan
validitas konstruk”.

1) Validitas Isi
Validitas isi (content validity) adalah pengujian validitas dilakukan atas isinya
untuk memastikan apakah isi instrumen mengukur secara tepat keadaan yang ingin
diukur. Validitas isi berkenaan dengan isi dan format dari instrumen. Apakah
instrumen tepat mengukur hal yang ingin diukur, apakah butir-butir pertanyaan telah
mewakili aspek yang akan diukur. Pengujian validitas isi dapat dilakukan
menggunakan satu dari tiga metode yaitu menelaah butir instrumen, meminta
pertimbangan ahli dan analisis korelasi butir total. Untuk keperluan pengembangan
butir-butir instrumen yang representatif maka pengembangan butir-butir instrumen
harus didasarkan pada perencanaan kisi-kisi. Pengujian validitas isi yang dilakukan
dengan menelaah butir (item review) dilakukan dengan mencermati kesesuaian isi
butir yang tertulis dengan perencanaan yang dituangkan dalam kisi-kisi. Butir-butir
instrumen dinyatakan valid (logically valid) apabila setelah mencermati isi butir-butir
yang ditulis telah menunjukan kesesuaian dengan kisi-kisi.

Pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan meminta pertimbangan ahli


(expert). Orang yang memiliki kompetensi dalam suatu bidang dapat dimintakan
pendapatnya untuk menilai ketepatan isi butir instrumen. Pengujian validitas isi dapat
dilakukan dengan melihat korelasi isi butir dengan total. Korelasi butir dengan total
menunjukkan sumbangan butir terhadap totalnya. Sebuah butir dinyatakan valid
apabila dia berkorelasi tinggi dengan totalnya. Butir yang berkorelasi tinggi dengan
totalnya menunjukkan bahwa butir tersebut merupakan isi dari instrumen karena
mempunyai sumbangan besar membentuk skor total instrumen.

2) Validitas Kriteria
Validitas kriteria (criterion related validity) adalah pengujianvaliditas yang
dilakukan dengan membandingkan instrumen dengankriteria tertentu di luar
instrumen. Validitas kriteria berkenaan dengantingkat ketepatan instrumen mengukur
segi yang akan diukurdibandingkan dengan hasil pengukuran dengan instrumen lain
yangmenjadi kriteria. Instrumen yang menjadi kriteria adalah instrumenyang sudah
standar. Validitas kriteria dihitung denganmengkorelasikan skor yang diperoleh dari
penggunaan instrumentersebut dengan skor dari instrumen lain yang menjadi kriteria.

3) Validitas Konstruk
Validitas konstruk (construct validity) adalah pengujian validitas yang dilakukan
dengan melihat kesesuaian konstruksi butir yang ditulis dengan kisi-kisi. Validitas
konstruk berkenaan dengan konstruk atau struktur dan karakteristik psikologis aspek
yang akan diukur dengan instrumen. Apakah konstruk tersebut dapat menjelaskan
perbedaan kegiatan atau perilaku individu berkenaan dengan aspek yang diukur.
Pengujian validitas konstruk dapat dilakukan dengan menelaah butir, meminta
pertimbangan ahli, konvergensi dan diskriminabilitas, multitrait-multimethod, dan
analisis faktor. Berdasarkan beberapa uraian mengenai validitas di atas, peneliti
hanya menggunakan satu validitas saja yaitu validitas isi. Dalam pengembangan alat
ukur inventori kesiapan kerja lebih memfokuskan pada sejauhmana isi inventori
kesiapan kerja yang mencerminkan ciri atribut yang hendak diukur. Validitas isi
banyak tergantung pada penilaian subyektif individual karena estimasi ini tidak
melibatkan perhitungan statistik melainkan analisis rasional maka tidaklah
diharapkan setiap orang akan sama pendapatnya mengenai validitas isi suatu tes yang
telah dicapai. Dalam penelitian ini akan dibantu kisikisi pengembangan instrumen.
Kisi-kisi tersebut menjabarkan variable menjadi sub variabel, kemudian dijabarkan
kembali menjadi indicator dan mejadi item pernyataan.

b. Reliabilitas
Reliabilitas berasal dari bahasa Inggris rely yang berarti percaya, dan reliable
yang artinya dapat dipercaya. Dengan demikian reliabilitas menurut Purwanto (2007:
161) “dapat diartikan sebagai keterpecayaan. Keterpercayaan berhubungan dengan
ketepatan dan konsistensi. Instrumen dapat dipercaya atau reliabel apabila
memberikan hasil pengukuran yang relatif konsisten”.

Nurul Zuriah (2007: 192) berpendapat “apabila suatu alat pengukur dipakai dua
kali atau lebih untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang
diperoleh relatif konsisten, maka alat pengukur tersebut dikatakan reliabel”. Banyak
metode yang dapat dipilih untuk menguji reliabilitas. Menurut Purwanto (2007: 162)
metode reliabilitas secara garis besar dikelompokan menjadi dua yaitu:

1) Reliabilitas sebagai koefesien stabilitas eksternal yang terdiri dari dari


metode tes ulang (test-retest) dan metode paralel (parallel form).
2) Reliabilitas sebagai konsistensi internal hasil pengukuran butir-butir
instrumen yang terdiri dari metode belah dua digunakan untuk jumlah butir
instrumen genap, sedangkan untuk instrumen yang jumlah butirnya ganjil
maka formula yang digunakan Kuder-Richardson, Hoyt, dan Alpha
Cronbach.

Dalam penelitian ini, formula yang akan digunakan untuk menguji reliabilitas
inventori kesiapan kerja adalah dengan menggunakan formula alpha cronbach.
Seperti yang dijelaskan oleh Burhan Nurgiyantoro (2004: 349) “ reliabilitas alpha
cronbach dapat dipergunakan baik untuk instrumen yang jawabannya berskala
maupun jika dikehendaki yang bersifat dikhotomis”. Hal ini sesuai dengan
pengembangan inventori kesiapan kerja yang menggunakan jawaban berskala.
Jawaban berskala tidak memberlakukan jawaban salah dan yang ada adalah tingkatan
ketepatan opsi jawaban. Seperti yang diungkapkan oleh Suharsimi Arikunto (2006:
198) “ untuk mengukur reliabilitas instrumen yang skornya merupakan rentangan
antara beberapa nilai atau skala bertingkat (rating scale) digunakan rumus Alpha”.

F. LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN INVENTORI.

Pengembangan inventori kesiapan kerja ini, akan digunakan untuk mengukur dan
menilai sejauh mana kesiapan kerja yang dimiliki oleh siswa. Penyusunan inventori
kesiapan kerja ini akan mengikuti langkah-langkah penyusunan intrumen bentuk
skala model likert. “Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala likert
mempunyai tingkatan dari sangat positif sampai sangat negatif” (Sugiyono, 2009:
93). Pada skala likert perangsangannya adalah pernyataan. Pernyataan yang akan
diberikan oleh subyek adalah pernyataan yang favorable (mendukung) atau
pernyataan tidak-favorable (tidak mendukung), dalam bentuk variasi sebagai berikut:
sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS).

Ada beberapa langkah penyusunan instrumen psikologi diantaranya menurut


Suharsimi Arikunto (2006: 166) yang menjelaskan “prosedur yang ditempuh dalam
pengadaan instrumen yang baik ada 6 langkah yaitu: 1) perencanaan, 2) penulisan
butir, 3) penyuntingan, 4) uji coba, 5) pengenalan hasil, 6) mengadakan revisi”.
Sementara itu menurut Saifuddin Azwar (2011: 11) : Penyusunan skala psikologi
harus melalui prosedur sebagai berikut: identifikasi tujuan ukur, operasional konsep,
penskalaan dan pemilihan format stimulus, penulisan item dan review item, uji coba,
analisis item, kompilasi 1 seleksi item, pengujian reliabilitas dan validitas, serta
kompilasi II format final. Berdasarkan uraian di atas, langkah-langkah penyusunan
instrumen yang akan dilakukan dalam penelitian ini mengacu pada langkah dasar
perancangan dan penyusunan skala psikologis dari Saifuddin Azwar karena lebih
mudah dipahami, yang meliputi: identifikasi tujuan akhir, operasionalisasi konsep,
penskalaan dan pemilihan format stimulus, penulisan item dan review item, uji coba,
analisis item, kompilasi 1 item, pengujian validitas dan reliabilitas, dan kompilasi II
format final.
BAB III
PENUTUP

a. Kesimpulan

Inventori adalah salah satu teknik pengumpulan data dengan teknik non test.Dimana
inventori sendiri dibagi menjadi 3:inventori kepribadian,minat dan nilai

b. Saran

karna keterbatasan data yang ada ,penulis mengharapkan pembaca menambah


pengetahuan dengan membaca buku,atau data lain yang lebih lengkap sehingga
pengetahuannya akan lebih banyak
Daftar pustaka

www.psychologymania.net/.../tes-inventori-inventory-.

http://bkpemula.wordpress.com/2011/12/19/macam-macam-tes-inventori-
kepribadian/

Anne Anastasi dan Susana Urbina. Tes Psikologi “Psychological Testing”. PT


Indeks, Jakarta : 2007. Alih bahasa oleh Robertus Hariono dan Imam, MA

eprints.uny.ac.id/.../Bab%202%20-%2007104244042....

http://qonikarmanda.blogspot.com/2013/06/tes-inventory-minat.html

http://ali-mustopa.blogspot.com/2011/12/format-lapora
http://www.psychologymania.net/2010/03/psikodiagnostik-v-tes-
inventori.html n-ts-inventori-minat-dan.html

Anda mungkin juga menyukai