Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat, taufik
serta hidayah-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Mandiri ini sesuai
dengan waktu yang telah ditetapakan. Selanjutnya shalawat serta salam selalu kita
sanjungkan junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW yang selalu kita nantikan syafa’at
beliau di Yaumilakhir kelak. Amin..
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Asesmen BK
Tes oleh dosen pengampu Drs, Yusri, M.Pd, Kons. Dalam penyelesaian Makalah ini penulis
mendapat bantuan dan dukungan dan berbagai pihak baik dalam perencanaan, pelaksanaan,
maupun pelaporan. Oleh karena itu, tidak ada kata yang pantas disampaikan kecuali terima
kasih yang setulus-tulusnya dan penulis hanya dapat berdo’a mudah-mudahan amal baik
tersebut diridhoi Allah S.W.T. dan mendapat balasan yang setimpal. Amin..
Sesuai dengan pepatan “tiada gading yang tak retak”, demikianlah keadaan makalah
ini. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun dari para teman-teman sungguh
penulis harapkan. Akhirnya besar harapan kami semoga dapat berguna dan bermanfaat bagi
kita semua , amin.

Penulis

Daftar isi

1
KATA PENGANTAR..............................................................................................................1

Daftar isi..................................................................................................................................2

BAB I......................................................................................................................................3

PENDAHULUAN..................................................................................................................3

A. Latar Belakang.................................................................................................................3

B. Rumusan masalah............................................................................................................3

C. Tujuan..............................................................................................................................4

BAB II.....................................................................................................................................5

PEMBAHASAN.....................................................................................................................5

1. Sejarah / latar belakang tes intelegensi............................................................................5

2. Pengertian tes intelegensi................................................................................................8

3. Tujuan tes intelegensi......................................................................................................8

4. Jenis/bentuk tes intelegensi..............................................................................................9

5. Latihan dan mengenal karakter tes intelligensi (skenario)............................................10

BAB III..................................................................................................................................11

PENUTUP.............................................................................................................................11

1. Kesimpulan....................................................................................................................11

2
2. Saran..............................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Alfred Binet dan Victor Henri (dalam Dewa Ketut Sukardi, 1997:14),
mengemukakan Skala Binet Simon. Ebbinghaus menciptakan completion
test, yaitu suatu tes yang berupa kalimat yang masih terbuka bagian
belakangnya dan harus dilanjutkan. Melalui tes ini, dapat dilakukan
pengukuran psikologis dan secara langsung dapat memberikan diferensiasi
antara yang bodoh, rata-rata dan bright.
Salah satu orang yang mengembangkan daftar norma-norma dalam
pengukuran psikologis adalah Joseph Jasrow (1863-1944). Kemudian, pada
tahun 1896, G.C. Ferrari mempublikasikan tes yang bisa dipakai untuk
mendiagnosis keterbelakangan mental. August Oehr, mengadakan penelitian
tentang interelasi antara berbagai fungsi psikologis.  E.Kreplien, seorang
psikiater mengembangkan empat macam tes yaitu, tes koordinasi motorik,
tes asosiasi kata-kata, tes fungsi persepsi dan tes ingatan (dalam Dewa Ketut
Sukardi, 1997:15).

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana sejarah dan latar belakang tes intelegensi?
2. Apa defenisi dari tes intelegensi?
3. Apa saja Tujuan tes intelegensi?
3
4. Apa saja jenis/bentuk tes intelegensi?
5. Bagaimana Latihan dan mengenal karakter tes intelligensi (skenario)?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah dan latar belakang tes intelegensi
6. Untuk mengetahui defenisi dari tes intelegensi?
2. Untuk mengetahui Tujuan tes intelegensi
3. Untuk mengetahui jenis/bentuk tes intelegensi
4. Untuk mengetahui Latihan dan mengenal karakter tes intelligensi
(scenario

4
BAB I

PEMBAHASAN

1. Sejarah / latar belakang tes intelegensi


Tes untuk mengukur kompetensi pada awalnya dilaksanakan di Cina
sebelum dinasti Han berkuasa. Tes tersebut dilakukan untuk menguji rakyat sipil
yang ingin menjadi legislatif. Materi tes berisi pengetahuan menulis klasik,
persoalan administratif, dan persoalan manajerial. Tes yang demikian kemudian
berlanjut hingga masa pemerintahan dinasti Han (200 SM – 200 M), untuk
menyeleksi calon anggota legislatif, militer, perpajakan, pertanian, dan geografi.
Sistem ujian telah disusun sedemikian rupa dan berisi aktivitas yang lebih
kompleks. Para peserta tes diwajibkan tinggal sehari semalam dalam kabin untuk
menulis artikel atau puisi. Hanya satu hingga tujuh persen peserta yang akan lolos
ke ujian tahap kedua yang berlangsung dalam tiga hari tiga malam. Menurut
Gregory, seleksi ini keras namun dapat memilih orang yang mewakili karakter
orang Cina yang kompleks. Tugas-tugas militer yang cukup berat dapat dilakukan
dengan baik oleh para pegawai yang lolos dalam seleksi fisik dan psikologi yang
intensif ini.
Memasuki era psikologi modern, pengukuran kemampuan umum mulai
banyak dilakukan dengan metode yang sistematis. Usaha-usaha pengukuran tersebut
berkembang di Amerika Serikat dan Perancis dalam waktu yang hampir serempak.
Di Amerika, usaha pertama dimulai oleh James Mckeen Cattell (1860–1944), yang
menerbitkan buku Mental Tests and Measurement pada tahun 1890. Buku ini berisi
rangkaian tes inteligensi yang terdiri dari sepuluh jenis ukuran. Kesepuluh ukuran
tersebut merupakan seri pertama yang dibuat di laboratorium psikologi The
University of Pennsylvania dan dicobakan kepada siapapun yang bersedia dan
kebetulan datang ke laboratorium tersebut. Kesepuluh macam ukuran tersebut

5
dimaksudkan untuk mengukur inteligensi, yang sarat dengan pengukuran aspek
sensori-motor dan fisiologis.
Di Eropa, para ahli juga melakukan usaha pengukuran aspek mental yang
lebih kompleks. Kraepelin, pada tahun 1895, menyusun suatu seri tes yang yang
panjang yang dimaksudkan untuk mengungkap apa yang dianggapnya sebagai
faktor-faktor dasar yang menjadi karakteristik individual. Tesnya sendiri pada
dasarnya berisi operasi berhitung sederhana dan dirancang untuk mengukur efek
latihan, ingatan, kerentanan terhadap kelelahan dan kerentanan terhadap pemecah
perhatian.
Selanjutnya, seorang psikolog Perancis, Alfred Binet menciptakan sebuah
tes inteligensi yang terkenal hingga saat ini. Diawali oleh desakan terhadap Ministry
of Public Instruction agar menempatkan anak-anak berkebutuhan khusus di
sekolah-sekolah khusus, Binet ditugaskan untuk mendeteksi anak-anak yang
memiliki kecerdasan terbelakang tersebut. Untuk tugas itu, dengan bantuan
Theodore Simon, di tahun 1905 ia menerbitkan Skala Binet-Simon yg pertama. Tes
tersebut kemudian direvisi secara berturut-turut pada tahun 1908 dan 1911
Di Amerika Serikat, revisi Skala Binet yang paling terkenal dan paling
banyak dipakai selama bertahun-tahun adalah revisi yang dilakukan di Stanford
University oleh L.M. Terman, dkk.. Edisi revisi tersebut diberi nama “The Stanford
Revision of the Binet-Simon Intelligence Scale”. Revisi pertama dilakukan pada
tahun 1916. Terman menambahkan kecermatan skala tersebut secara psikometri.
Item tes juga disusun berdasarkan tingkat kesukaran dan tingkat umur, serta skornya
dinyatakan dalam mental age (MA). Dalam tes inilah konsep IQ digunakan secara
resmi untuk pertama kali. Revisi selanjutnya dilakukan pada tahun 1937, 1960, dan
1972. Skala Binet ini kemudian menjadi skala yang paling terkenal dan digunakan
untuk memvalidasi tes-tes inteligensi lain yang muncul setelahnya.
Tes-tes Binet berserta semua revisinya merupakan skala individual yang
pengadministrasiannya memerlukan waktu cukup lama. Pada saat Amerika Serikat

6
memasuki Perang Dunia I pada tahun 1917, sebuah komisi ditunjuk oleh American
Psychological Association untuk merancang tes yang dapat melakukan klasifikasi
kilat atas satu setengah juta orang calon tentara. Maka di bawah arahan Robert M.
Yerkes, dikembangkanlah tes Army Alpha dan Army Beta untuk memenuhi
kebutuhan praktis ini. Aplikasi tes inteligensi kelompok seperti ini jauh lebih cepat
daripada tes-tes individual. Namun kemudian, ketika tes-tes ini ternyata gagal
memenuhi harapan, skeptisme terhadap para tester dan ahli tes kerap muncul.
Tiga puluh empat tahun setelah diterbitkannya tes inteligensi oleh Binet dan
Simon, David Wechsler memperkenalkan versi pertama tes inteligensi yang
dirancang khusus untuk digunakan oleh orang dewasa. Tes tersebut terbit pada
tahun 1939 dan dinamai Wechsler-Bellevue Intelligence Scale (WBIS). Pada tahun
1949, Wechsler juga menerbitkan skala inteligensi untuk anak-anak yang
dikembangkan berdasar skala WBIS tadi. Skala ini diberi nama Wechsler
Instelligence Scale for Children (WISC). Pada tahun 1974, suatu revisi terhadap tes
WISC dilakukan kembali dan edisi revisi ini diterbitkan di tahun tersebut dengan
nama WISC-R (huruf R merupakan singkatan dari kata Revised). Di tahun 1955,
Wechsler menyusun skala lain untuk mengukur inteligensi orang dewasa dengan
memperluas isi tes WISC. Skala baru ini diberinya nama Wechsler Adult
Intelligence Scale (WAIS). Revisi terhadap WAIS dilakukan dan diterbitkan pada
tahun 1981 dengan nama WAIS-R
Pada perkembangan selanjutnya, disusunlah suatu standar penyusunan tes
internasional di Amerika Serikat yang dikenal dengan “Standards for Psychological
and Educational Test” yang digunakan hingga saat ini. Kini tes psikologi semakin
mudah, praktis, serta muncul dengan berbagai variasi bentuk.

2. Pengertian tes intelegensi


Menurut W.Stern (dalam Dewa Ketut Sukardi, 1997:16), inteligensi adalah
kemampuan untuk mengetahui problem serta kondisi baru, kemampuan berpikir

7
abstrak, kemampuan bekerja, kemampuan menguasai tingkah laku instinktif,
kemampuan menerima hubungan yang kompleks.
Sejalan dengan itu, Weschler (dalam Dewa Ketut Sukardi, 1997:16)
menyebutkan bahwa inteligensi adalah kemampuan bertindak dengan menetapkan
suatu tujuan, untuk berpikir secara rasional dan untuk berhubungan dengan
lingkungan disekitarnya secara memuaskan.
Menurut Binet (dalam Dewa Ketut Sukardi, 1997:16), inteligensi adalah
kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan, untuk
mengadakan penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan itu dan untuk bersikap
kritis terhadap diri sendiri.
Intelegensi merupakan keahlian memecahkan masalah dan kemampuan
untuk beradaptasi pada, dan belajar dari pengalaman hidup sehari-hari. Secara garis
besar dapat disimpulkan bahwa inteligensi adalah suatu kemampuan mental yang
melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi tidak dapat
diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata
yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu. Intelegensi tecermin
dari tindakan yang terarah pada penyesuaian diri terhadap lingkungan dan
pemecahan masalah yang timbul daripadanya

3. Tujuan tes intelegensi


Tujuan tes inteligensi menurut Raisa (2012, online) yaitu:
1) Tes intelegensi dapat digunakan menempatkan siswa pada jurusan tertentu.
2)  Untuk mengidentifikasi siswa yang memiliki IQ di atas normal.
3) Tes intelegensi dapat digunakan untuk mendiagnosa kesukaran pelajaran dan
mengelompokkan siswa yang memiliki kemampuan setara.
4) Tes intelegensi dapat digunakan untuk memprediksi hasil siswa dimasa yang
akan datang, dan juga sebagai media untuk mengawali proses konseling.

8
5) Tes intelegensi dapat digunakan siswa untuk mengenali dan memahami dirinya
sendiri dengan lebih baik, serta mengetahui kemampuannya.
6)  Untuk mengukur kemampuan verbal, mencakup kemampuan yang berhubungan
dengan simbol numerik dan simbol-simbol abstrak lainnya.
7) Alat prediksi kinerja yang efektif dalam banyak bidang pekerjaan serta aktivitas-
aktivitas lain dalam hidup sehari-hari

4. Jenis/bentuk tes intelegensi


1) Tes Inteligensi Individual
a. Skala Stanford-Binet
Tes Stanford-Binet merupakan tes inteligensi yang paling populer di
dunia dan seringkali digunakan sebagai standar untuk menguji validitas tes
inteligensi lain yang dikembangkan setelahnya. Tes Stanford-Binet edisi
tahun 1916 memiliki banyak kelemahan sehingga dilakukan revisi pada
tahun 1937, yang menghasilkan dua format yang paralel (L dan M). Revisi
berikutnya dilakukan pada tahun 1960 dan kemudian distandardisasi pada
tahun 1972 sehingga mencakup norma-norma yang memadai bagi populasi
masyarakat Amerika saat itu.
Skala Binet edisi keempat disusun pada tahun 1986. Penyusunnya
berusaha untuk mempertahankan kelebihan edisi sebelumnya sebagai tes
inteligensi individual, ditambah dengan kelebihan tambahan dari
perkembangan teori dan riset terbaru dalam psikologi kognitif. Selain itu,
pada edisi revisi keempat ini ditambahkan variasi lainnya, khususnya jenis
tes nonverbal.
b. Skala Wechsler
Tes Wechsler edisi terakhir terdiri dari tiga jenis, yaitu: WPPSI-R
untuk umur 3-7 tahun, WISC-R untuk umur 6-16 tahun, dan WAIS-R untuk
umur 16-74 tahun. WPPSI-R merupakan hasil revisi pada tahun 1989.

9
Modifikasi dan restandardisasi berikutnya yang dilakukan pada tahun
1990an menghasilkan tes baru yang dinamakan WISC III (pengganti WISC-
R). Namun dalam subbab ini hanya akan dibahas mengenai WPPSI dam
WISC-R karena edisi penggantinya tersebut masih belum beredar saat buku
ini naik cetak.
Tiga tes tersebut memiliki kesamaan pola, dengan lima atau enam
subtes yang menghasilkan skor Verbal (selanjutnya disingkat V) dan skor
Performansi (selanjutnya disingkat P). Kedua skor tersebut kemudian
menghasilkan skor skala total. Subtes-subtes itu hampir mirip namun tidak
identik antara satu sama lain (untuk masing-masing tingkat usia).
2) Tes Inteligensi Kelompok
Tes kelompok diklaim lebih efisien dalam hal waktu
pengadministrasian dan skoringnya. Material-material yang digunakan juga
lebih simpel, biasanya berupa: booklet, lembar jawaban pilihan ganda,
pensil, dan kunci jawaban. Tes jenis ini biasanya juga memberikan informasi
yang lebih normatif, karena data jenis ini lebih mudah dikumpulkan dalam
seting kelompok.

5. Latihan dan mengenal karakter tes intelligensi (skenario)

10
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran

11
DAFTAR PUSTAKA

Anne Anastasi, Susan Urbine. 1997. Psychological Testing, 7e (Alih Bahasa


Robertus H.Imam, Jilid I). Jakarta: PT Prenhallindo.
Anastasi, A. & Urbina, S. 1997. Psychological Testing. Upper Saddle River, NJ:
Prentice-Hall International, Inc.
Dewa Ketut Sukardi. Analisis Tes Psikologis dalam Penyelenggaraan Bimbingan di
Sekolah. 1997. Jakarta:Rineka Cipta.
Azwar, S. 2006. Pengantar Psikologi Inteligensi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Cronbach, L.J. 1990. Essentials of Psychological Testing. New York: HarperCollins
Publishers
Suwandi, I. 1993. Teknik Bimbingan Testing: Memahami Individu dengan
Menggunakan Tes. Malang: Proyek OPF IKIP Malang.
Wirawan, Y. G. & Triyono. 2011. Materi Pelatihan 3: Tes Kemampuan Umum
(Inteligensi). Malang: PPs UM.

12

Anda mungkin juga menyukai