KELOMPOK 2 :
ADRIAN EVAN SOLPA (2130108002)
AGUSTINA (2130108004)
ELSA AZIZA RAHMI (2130108030)
FATHIMATUZZAHRO (2130108035)
21-BK.6-A
DOSEN PENGAMPU
Alhamdulillah puji syukur atas kehadiran Allah Swt. atas rahmat dan hidayah–Nya
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Adapun penulisan makalah ini, materi
yang akan di bahas yaitu “Tes Intelegensi”.
Tujuan kami menulis makalah ini adalah tidak lain untuk memperkaya ilmu
pengetahuan kita semua untuk memenuhi tugas mata kuliah Instrumen Tes Dalam Konseling
dengan Bapak Dr. Rahmad Hidayat, M.Ag., M.Pd. dan ibu Lany Fitri, M.Pd.
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dapat
menambah wawasan kita dalam mempelajari mata kuliah Instrumen Tes Dalam Konseling
serta dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan Masalah...............................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................2
PEMAHASAN...........................................................................................................................2
A. Makna Latar Belakang Tes Intelegensi...........................................................................2
B. Makna Tes Intelegensi....................................................................................................4
C. Konsep Kecerdasan.........................................................................................................4
BAB III.......................................................................................................................................8
PENUTUP..................................................................................................................................8
A. Kesimpulan........................................................................................................................8
B. Saran..................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam proses pendidikan inteligensi diyakini sebagai unsur penting yang
sangat menentukan keberhasilan belajar peserta didik. Namun inteligensi merupakan
salah satu aspek perbedaan individual yang perlu dicermati. Setiap peserta didik
memiliki inteligensi yang berlainan. Ada anak yang mempunyai inteligensi tinggi,
sedang, dan rendah. Para ahli kognitif dan juga psikologi kognitif mulai
menyadari bahwa untuk menjadi pembelajar yang benar-benar efektif, siswa harus
terlibat dalam beberapa aktivitas mengatur diri (self regulated activities). Dalam
kenyataannya tidak hanya bahwa siswa harus mengatur perilakunya sendiri,
melainkan juga mereka harus mengatur proses-proses mental mereka sendiri. Self
regulated learning (pembelajar yang diatur sendiri) adalah pengaturan terhadap
proses-proses kognitif sendiri agar belajar semakin sukses.
Berdasarkan penjelasan singkat diatas, kami bermaksud untuk membahas
mengenai Tes Intelegensi Diharapkan agar materi yang kami sampaikan dapat
menambahkan wawasan kita bersama
B. Rumusan Masalah
1. Apa Makna Latar Belakang Tes Intelegensi ?
2. Apa Makna Tes Intelegensi ?
3. Apa Konsep Kecerdasan ?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui Makna Latar Belakang Tes Intelegensi
2. Untuk Mengetahui Makna Tes Intelegensi
3. Untuk Mengetahui Konsep Kecerdasan
1
BAB II
PEMAHASAN
A. Makna Latar Belakang Tes Intelegensi
Alfred Binet, seorang tokoh utama perintis pengukuran intelegensi yang hidup
antara tahun 1857-1911, bersama Theodore Simon mendefinisikan intelegensi sebagai
kemampuan seseorang untuk berfikir secara abstrak. Alfred Binet, mengemukakan
pengukuran intelegensi mendefinisikan intelegensi terdiri dari tiga komponen, yaitu
kemampuan untuk mengarahkan pikiran dan tindakan emampuan untuk mengubah
arah tindakan setelah tindakan tersebut dilaksanakan, kemampuan untuk mengkritik
diri sendiri atau melakukan auto criticism. Super dan Cities mendefinisikan
kemampuan menyesuaikan diri terhadap lingkungan atau belajar dari pengalaman.
Sedangkan H.H. Goddard pada tahun 1946 mendefinisikan intelegensi sebagai tingkat
kemampuan pengalaman seseorang untuk menyelesaikan masalah- masalah yang
langsung dihadapi dan untuk mengantisipasi masalah-masalah yang akan datang
(Triwulandari & U.S, 2022).
J. P. Guilford menjelaskan bahwa tes inteligensi hanya dirancang untuk
mengukur proses berpikir yang bersifat konvergen, yaitu kemampuan untuk
memberikan satu jawaban atau kesimpulan yang logis berdasarkan informasi yang
diberikan. Sedangkan kreativitas adalah suatu proses berpikir yang bersifat divergen,
yaitu kemampuan untuk memberikan berbagai alternatif jawaban berdasarkan
informasi yang diberikan.
Suryasubrata (Sumadi Suryasubrata, 2004) mendefinisikan intelegensi sebagai
kapasitas yang bersifat umum dari individu untuk mengadakan penyesuaian terhadap
situasi-situasi baru atau problem yang sedang dihadapi.
Pada abad XV, di Cina telah berlangsung usaha untuk mengukur kompetensi
para pelamar jabatan sebagai pegawai negara. Untuk dapat diterima sebagai pegawai,
para pelamar harus mengikuti ujian tertulis mengenai pengetahuan Confucian Classics
dan mengenai kemampuan menulis puisi dan komposisi karangan. Ujian ini
berlangsung sehari semalam di tingkat distrik. Kurang dari 7% pelamar yang biasanya
lulus ujian tingkat distrik tersebut kemudian harus mengikuti ujian berikutnya yang
2
berupa kemampuan menulis prosa dan sajak. Dalam ujian ke dua ini hanya kurang
dari 10% dari sisa peserta yang dapat lulus. Akhirnya barulah ujian tingkat akhir
diadakan di Peking di mana diantara para peserta terakhir ini hanya lulus sekitar 3%
saja. Para lulusan ini dapat diangkat menjadi mandarin dan boleh bekerja sebagai
pegawai negara. Dengan demikian, dari ketiga tahap ujian tersebut, hanya 5 diantara
100.000 pelamar saja yang pada akhirnya dapat mencapai status mandarin (Rohmah,
2011)
Tidak jelas jenis pekerjaan kantor apa saja yang dapat dipegang oleh para
lulusan yang telah berstatus mandarin itu. Apabila status mandarin itu merupakan
semacam lisensi untuk bekerja dimana saja pada jenis pekerjaan apa saja, tentulah
mata ujian yang berupa pengetahuan sastra dan kemampuan menulis prosa tidak
merupakan prediktor prestasi yang cukup baik. Diferensiasi kemampuan pada jenis
pekerjaan yang berbeda tidaklah dapat dilakukan dengan hanya mengujikan satu
bidang kemampuan saja. Apabila pekerjaan yang dapat dimasuki oleh para mandarin
itu memang pekerjaan yang menuntut pengetahuan luas mengenai sastra dan
kemampuan mengarang, maka sebenarnya apa yang dilakukan oleh para penguasa
Cina waktu itu dapat dikatakan telah sesuai dengan prinsip pengukuran yang
berkembang lebih akhir dan masih dipegang sampai sekarang ini. Baru pada awal
abad XIX ujian semacam itu mulai dihilangkan sejalan dengan pesatnya kemajuan
universitas-universitas (Magdalena et al., 2021)
Tes Binet Simon adalah tes inteligensi yang pertama sekali dipublikasikan
pada tahun 1905 di Paris- Prancis, untuk mengukur kemampuan mental seseorang.
Alfred Binet menggambarkan inte- ligensi sebagai sesuatu yang fungsional,
inteligensi menurut Binet atas tiga komponen yaitu kemampuan untuk mengarahkan
pikiran atau tindakan, kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila tindakan
tersebut telah dilaksanakan dan kemampuan untuk meng- kritik diri sendiri. Tes Binet
yang digunakan di Indonesia saat ini adalah Stanford Binet Intelligence Scale Form L-
M, yaitu revisi ketiga dari Terman dan Merril pada tahun 1960 (Nur’aeni, S.Psi.,
2012).
Pada awalnya, Alfred Binet melakukan usaha pengukuran intelegensi dengan
mengukur lingkaran tempurung kepala anak-anak (metode kraniometri). Namun
metode ini pada akhirnya ditinggalkan oleh Binet. Pada tahun 1905 Binet dan
temannya, Theodore Simon mencetuskan skala intelegensi yang pertama yang dikenal
dengan nama Skala Binet-Simon (Nur Habibah, M.SI., M.Psi., 2021).
3
Tiga puluh empat tahun setelah diterbitkannya tes intelegensi yang pertama
oleh Binet Simon atau dua tahun setelah munculnya revisi Stanford-Binet, David
Wechsler mmperkenalkan versi satu tes intelegensi yang dirancang khusus untuk
digunakan orang dewasa. Tes tersebut terbit pada tahun 1939 dan dinamai Wechsler
Bellevue Intellegent Scale (WBIS), disebut juga skala W-B. Alasan Wechsler
mengembangkan skala W-B adalah kenyataan bahwa tes intelegensi yang digunakan
untuk orang dewasa saat itu hanya merupakan perluasan dari tes intelegensi untuk
anak-anak dengan menambahkan soal yang sejenis yang lebih sukar. Isi tes yang
seperti itu, menurut Wechsler seringkali tidak menarik minat dan perhatian orang
dewasa. Pada tahun 1949 Wechsler menerbitkan pula skala intelegensi untuk
digunakan pada anak-anak (Triwulandari & U.S, 2022).
Sejalan dengan perkembangan tes intelegensi individual yaitu yang dikenakan
pada subjek secara individual, mulai pula dirasakan perlunya tes intelegensi yang
dikenakan pada sekelompok individu secara serentak atau tes kelompok. Contohnya
army alpha dan army beta (Rohmah, 2011)
4
Thorndike (Walgito, 2010:211) mengemukakan pendapatnya bahwa orang
dianggap inteligen apabila responnya merupakan respon yang baik atau sesuai terhadap
stimulus yang diterimanya.
5
1. Woodworth
“A test is a task performed under standard conditions”, yaitu tes adalah suatu
tugas yang dijalankan menurut syarat tertentu.
2. Soemadi Soeryobroto
“Tes adalah pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab dan atau perintah-perintah
yang harus dijalankan berdasarkan atas bagaimana testee menjawab pertanyaan- pertanyaan
dan atau melakukan perintah itu. Penyelidikan mengambil kesimpulan dengan cara
membandingkannya dengan standar atau testee yang lain.
3. Cronbach Lee J
“A test is systimatic procedure for comparing the behaviour of two or more person,
yaitu suatu tes adalah mekanisme yang terancang untuk membandingkan tingkah laku dari
dua orang atau lebih.” Jika dilihat dari beberapa pakar pada rincian di atas, definisi tes adalah
serentetan pertanyaan atau tugas yang harus dijawab atau dilaksanakan menurut syarat tertentu
dengan tujuan membandingkan tingkah laku dari dua orang atau lebih.(Ariana, 2016)
6
C. Konsep Kecerdasan
Kecerdasan berasal dari kata cerdas yang berarti pintar dan cerdik, cepat tanggap dalam
menghadapi masalah dan cepat mengerti jika mendengar keterangan. Kecerdasan adalah
kesempurnaan perkembangan akal budi. Kecerdasan adalah kemampuan seseorang untuk
memecahkan masalah yang dihadapi, dalam hal ini adalah masalah yang menuntut kemampuan
fikiran. Kecerdasan adalah kemampuan yang digunakan untuk memahami informasi, memecahkan
masalah, dan membentuk pengetahuan dan kesadaran serta menciptakan produk-produk dan karya-
karya.
Kecerdasan merupakan kesempurnaan perkembangan akal budi, yakni kemampuan
memecahkan suatu masalah atau menciptakan sesuatu yang bernilai bagi budaya tertentu.Definisi
kecerdasan dapat dijelaskan dalam dua metode, yaitu kecerdasan secara kuantitatif adalah
kecerdasan proses belajar untuk memecahkan masalah yang dapat diukur dengan tes inteligensi,
sedangkan secara kualitatif kecerdasan merupakan suatu cara berpikir dalam membentuk konstruk
bagaimana menghubungkan dan mengelola informasi dari luar yang disesuaikan dengan dirinya.
Kecerdasan adalah kemampuan seseorang untuk memecahkan masalah yang dihadapi,
dalam hal ini adalah masalah yang menuntut kemampuan pikiran. kecerdasan adalah suatu
kemampuan yang digunakan untuk memahami informasi dalam membentuk pengetahuan dan
kesadaran; dan kecerdasan sebagai kemampuan untuk memproses informasi sehingga masalah
yang dihadapi mampu dipecahkan serta menambah pengetahuan.
Secara umum perkembangan kecerdasan terdiri dari empat tahapan, yaitu sebagai berikut:
Emotional Intelligence (EQ) merujuk pada kemampuan mengenali perasaan diri sendiri
dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri, dan kemampuan mengelola emosi
dengan baik pada diri sendiri maupun hubungan dengan orang lain.Kecerdasan emosional
adalah kemampuan seseorang dalam mengendalikan setiap kegiatan atau pergolakan pikiran,
7
perasaan, nafsu, setiap keadaan mental yang meluap-luap yang didasarkan pada pikiran yang
sehat.
c. Spiritual Quotient (SQ)
Multiple Intelligences (MI) disebut juga dengan kecerdasan jamak, yaitu jenis
kecerdasan hasil penemuan dari Howard Gardner. Menurut Gardner, manusia tidak mempunyai
satu intelegensi, tetapi memiliki banyak intelegensi, yang masing-masing berbeda pada setiap
individu. Masing-masing intelegensi ini meliputi keterampilan-keterampilan yang unik.Multiple
Intelligence adalah sebuah penilaian yang melihat secara deskriptif bagaimana individu
menggunakan kecerdasannya untuk memecahkan masalah dan menghasilkan sesuatu.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini banyak terdapat kekurangan,
oleh sebab itu penulis mengharapkan kritikan dan saran yang membangun dari berbagai pihak
untukkemajuan penulisan makalah kedepannya.
9
DAFTAR PUSTAKA
Ariana, R. (2016). Hakekat Inteligensi. 1–23.
Magdalena, I., Uyun, N., & Maulida, Z. (2021). DEFINISI SEJARAH TEORI
INTELEGENSI. Jurnal Sosial Dan Teknologi (SOSTECH), 1(10), 145–149.
Nur’aeni, S.Psi., M. S. (2012). TES PSIKOLOGI : Tes Inteligensi dan Tes Bakat (M. P. Teguh
Trianton, S.Pd. (ed.)). Universitas Muhammadiyah (UM) Purwokerto Press.
Nur’aeni. (2012). Tes Psikologi : Tes Inteligensi dan Tes Bakat. Pustaka Pelajar: Universitas
Muhammadiyah (UM) Purwokerto Press, 173.
https://digilib.ump.ac.id/files/disk1/21/jhptump-ump-gdl-nuraenisps-1031-1-fulltek-
u.pdf
Nur Habibah, M.SI., M.Psi., P. (2021). TES INTELEGENSI. UMSIDA PRESS Jl.
Rohmah, U. (2011). Tes intelegensi dan pemanfaatannya dalam dunia pendidikan.
Cendekia, 9(1).
Sumadi Suryasubrata. (2004). Psikologi Pendidikan. Raja Grafindo.
Triwulandari, S., & U.S, S. (2022). ANALISIS INTELIGENSI DAN BERPIKIR KRITIS
Syane. Jurnal Utile, VIII(1), 50–61.
Warsah, I. (2018). Pendidikan Keimanan Sebagai Basis Kecerdasan Sosial Peserta Didik:
Telaah Psikologi Islami. Psikis : Jurnal Psikologi Islami, 4(1), 1–16.
https://doi.org/10.19109/psikis.v4i1.2156
1
0
DAFTAR PUSTAKA
Ariana, R. (2016). Hakekat Inteligensi. 1–23.
Damayanti, A. K., & Rachmawati, R. (2019). Kesiapan Anak Masuk Sekolah Dasar Ditinjau
Dari Tingkat Inteligensi Dan Jenis Kelamin. Psikovidya, 23(1), 108–137.
https://doi.org/10.37303/psikovidya.v23i1.130
Magdalena, I., Uyun, N., & Maulida, Z. (2021). DEFINISI SEJARAH TEORI
INTELEGENSI. Jurnal Sosial Dan Teknologi (SOSTECH), 1(10), 145–149.
Nur’aeni, S.Psi., M. S. (2012). TES PSIKOLOGI : Tes Inteligensi dan Tes Bakat (M. P. Teguh
Trianton, S.Pd. (ed.)). Universitas Muhammadiyah (UM) Purwokerto Press.
Nur’aeni. (2012). Tes Psikologi : Tes Inteligensi dan Tes Bakat. Pustaka Pelajar: Universitas
Muhammadiyah (UM) Purwokerto Press, 173.
https://digilib.ump.ac.id/files/disk1/21/jhptump-ump-gdl-nuraenisps-1031-1-fulltek-
u.pdf
Nur Habibah, M.SI., M.Psi., P. (2021). TES INTELEGENSI. UMSIDA PRESS Jl.
Rohmah, U. (2011). Tes intelegensi dan pemanfaatannya dalam dunia pendidikan.
Cendekia, 9(1).
Sumadi Suryasubrata. (2004). Psikologi Pendidikan. Raja Grafindo.
Triwulandari, S., & U.S, S. (2022). ANALISIS INTELIGENSI DAN BERPIKIR KRITIS
Syane. Jurnal Utile, VIII(1), 50–61.
Warsah, I. (2018). Pendidikan Keimanan Sebagai Basis Kecerdasan Sosial Peserta Didik:
Telaah Psikologi Islami. Psikis : Jurnal Psikologi Islami, 4(1), 1–16.
https://doi.org/10.19109/psikis.v4i1.2156