Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

TES BAKAT
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Asesmen BK Tes

Dosen Pengampu: Tri Windi Oktara, S.Pd, M.Psi

Disusun Oleh:

Kelompok 6/ BKI 4 E

1. Ana Fitriawati (211340188)


2. Berliana Tri Julianti (211340197)
3. Sela Mita (211340200)

FAKULTAS DAKWAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN

2023
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim

Puji syukur panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam. Atas izin dan karunia-
Nya, kami dapat menyelesaikan makalah tepat waktu. Tak lupa pula haturkan salawat dan salam
kepada junjungan Nabi Muhammad SAW. Semoga syafaatnya mengalir pada kita di hari akhir
kelak.

Penulisan makalah berjudul “Tes Bakat” untuk memenuhi tugas mata kuliah Asesmen BK
Tes. Makalah yang kami buat merupakan jauh dari kesempurnaan. Akan tetapi, kami berusaha
untuk semaksimal mungkin dalam pembuatan makalah ini. Oleh karena itu, kami ucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam pembuatan
makalah ini.

Akhir kata, kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bukan hanya dari kami pribadi
namun juga para pembaca untuk menambah pengetahuan dan wawasan. Saran dan kritik tetap
kami terima demi kesempurnaan makalah ini.

Serang, 05 April 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................i

DAFTAR ISI ...............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................................................1

A. Latar Belakang ..................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 2
C. Tujuan ...................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................. 3

A. Sejarah Tes Bakat...............................................................................................................3


B. Pengertian Tes Bakat..........................................................................................................4
C. Tujuan Tes Bakat................................................................................................................6
D. Jenis-jenis Tes Bakat..........................................................................................................7
E. Mengenal karakter Tes Bakat............................................................................................. 15
F. Pengadministrasian Tes Bakat............................................................................................ 16
G. Penyampaian Hasil.............................................................................................................19

BAB III PENUTUP..................................................................................................................... 21

A. Kesimpulan...........................................................................................................21
B. Saran......................................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................. 22

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap orang dianugerahi minat dan bakat yang berbeda-beda satu sama lain. Bakat
adalah potensi dalam diri anak yang perlu untuk dirangsang terlebih dahulu, sehingga dapat
terlihat sebagai suatu keterampilan, pengetahuan, dan kecakapan, yang khusus untuk bekal
hidupnya kelak.
Di Indonesia sangat minim untuk mengidentifikasi profesi berdasarkan bakar dan minat
remaja dengan kecenderungan motivasi berprestasi pengetahuan remaja tentang cara melihat
dan mengarahkan bakat dan minatnya terutama di daerah yang perkembangannya kurang
diperhatikan pemerintah. Terlebih keterbatasan kemampuan orang tua dari remaja tersebut
untuk bisa melihat minat dan bakat serta karakteristik cara berpikir anaknya.
Anak berbakat tetapi kurang mampu untuk berprestasi karena kapasitas yang
sebenarnya dimiliki tidak sesuai. Akibatnya walaupun memiliki kemampuan yang tinggi,
banyak anak berbakat tergolong kurang berprestasi. Selain itu, Saat ini banyak anak-anak
yang memiliki talenta yang tidak diasah dan kurang mendapatkan penguatan atau dorongan
di sekolahnya sehingga banyak anak yang dianggap sebagai learning disabled karena
memiliki pola pemikiran yang unik sehingga tidak dapat diakomodasi oleh sekolah dengan
baik. Hal ini mengakibatkan kurang efektifnya pertumbuhan remaja dan bakatnya yang
menonjol menjadi kurang terlihat lebih dini.
Pelajar yang menuju usia remaja merupakan fase dimana seseorang menemukan
permasalahan-permasalahan baru setelah lepas dari masa kanak-kanaknya. Banyak diantara
remaja memiliki pemikiran yang lebih dikuasai oleh emosionalitas sehingga kurang mampu
mendengarkan pendapat atau masukan dari orang lain yang berlawanan dengan pendapatnya.
Akibatnya, ada masalah yang menonjol yakni pertentangan sosial. Permasalahan lain
disebabkan remaja yang menganggap dirinya lebih mampu, dan menganggap orang dewasa
disekitarnya terlalu tua untuk dapat mengerti dan memahami perasaan, emosi, sikap,
kemampuan berpikir, dan status mereka.
Kurangnya kesadaran untuk mengetahui bakat dan minat yang paling menonjol pada
remaja agar kualitas pendidikan, pekerjaan atau profesi yang akan digeluti dimasa depan
menjadi meningkat serta dikarenakan kurangnya penelitian terkait mengidentifikasi profesi

1
berdasarkan bakat dan minat remaja dengan kecenderungan motivasi bakat dan minat pada
remaja menjadi unsur utama dari ide pembuatan proyek tugas akhir ini berupa sistem pakar
memprediksi minat dan bakat pada remaja.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah tes bakat?
2. Apa pengertian tes bakat?
3. Apa saja tujuan tes bakat?
4. Apa saja jenis/ bentuk tes bakat?

C. Tujuan
1. Mengetahui sejarah tes bakat.
2. Mengetahui pengertian tes bakat.
3. Mengetahui tujuan tes bakat.
4. Mengetahui jenis/ bentuk tes bakat.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Tes Bakat


Konsep inteligensi muncul pada tahun 1916 ketika para ahli psikologi dari Stanford
University yaitu Lewis Terman menterjemahkan tes inteligensi yang diciptakan oleh Alfred
Binet dan Theodore Simon. Tes tersebut diberi nama sesuai dengan nama penyusunnya yaitu
Stanford-Binet Intelligence Scale. Dalam instrument ini, Terman menggunakan
perbandingan antara mental age dan chronological age. Konsep inilah yang untuk
selanjutnya menjadi konsep IQ atau Intelligence Quotient.
Tes inteligensi sebagai tes yang dianggap satu-satunya tes yang mampu membedakan
kemampuan umum dari masing-masing orang, ternyata dalam perkembangannya dianggap
sangat terbatas dalam memahami akan kemampuan seseorang. Misalnya, secara empiris
diketemukan bahwa dua orang atau lebih yang mempunyai inteligensi sama, dapat
memperlihatkan penampilan yang berbeda. A dan B keduanya mempunyai IQ = 100, tetapi
A mahir sekali berhitung; sedangkan B kurang mampu. A dengan mudah dapat
menyelesaikan tugas-tugas di bidang teknik, sedangkan B gagal. Tentunya hal ini ada suatu
struktur tertentu pada diri A yang berbeda dengan B. Struktur yang sesuai dengan situasi
seperti yang dihadapi oleh A akan sangat menguntungkan baginya, dibandingkan B. Maka
para ahli berpendapat bahwa perlunya suatu alat pengukur lain selain tes inteligensi, yang
dapat menggambarkan perbedaan-perbedaan khusus tersebut.
Dengan kata lain, tes inteligensi umum lama-kelamaan dianggap terbatas dalam
mengungkap kemampuan seseorang, dan cenderung hanya mengungkap keberhasilan orang
di dalam pendidikan formal, sehingga terkadang tes inteligensi umum disebut Scholastic
Aptitude Test. Selain keterbatasannya dalam mengungkap kemampuan seseorang, tes
inteligensi juga kurang dapat menggambarkan kemampuan-kemampuan khusus yang ada
pada masing-masing individu. Skor inteligensi inilah yang pada awalnya menjadi satu-
satunya indikator untuk menentukan keberhasilan seseorang dalam suatu bidang namun
tidak berhasil menjelaskan mengapa seseorang lebih berhasil pada satu bidang dan gagal
pada bidang yang lain. Dengan adanya kelemahan-kelemahan tersebut dirasakan oleh para

3
ahli perlunya suatu alat tes lain yang dapat mengukur atau mengungkap aspek-aspek
kemampuan khusus yang ada pada seseorang disamping kemampuan umum.
Pada awalnya, pembuatan tes bakat diprakarsai oleh salah satu ahli yang bernama A.
Munsterberg (Simposium Sehari mengenai Inteligensi, Bakat dan “Test IQ”; 1979). Mula-
mula dipakainya pada masa Perang Dunia I untuk seleksi pilot, pengemudi, kemudian
meluas ke bidang pendidikan, pekerjaan, maupun industri. Munculnya tes bakat pada
dasarnya dimulai dengan diketemukan metode analisis faktor yang dimungkinkan untuk
mendapatkan sekelompok sifat-sifat tertentu yang dapat diidentifikasikan sebagai suatu
bakat tertentu, yang pada akhirnya menjadi dasar teoritis pembentukan bermacam-macam
tes bakat. Teknik ini mula-mula dirintis oleh Pearson dan Spearman pada tahun 1945.

B. Pengertian Tes Bakat


Bakat adalah salah satu konsepsi psikologis yang istilahnya banyak diartikan secara
berbeda-beda. Istilah tersebut dipergunakan secara luas untuk menunjukkan kecerdasan atau
kemampuan yang dimiliki seseorang, minat, potensi, prestasi, bahkan kepribadian. Seperti
nampak dari contoh-contoh pernyataan di bawah ini, yang sering diucapkan oleh sebagian
orang.
William B. Michael dalam bukunya Encyclopedia of Educational Research (Suryabrata,
1984) memberikan batasan bakat sebagai berikut: “An aptitude may be defined as a person’s
capacity, or hypothetical potential, for acquisition of a certain more or less well-defined
pattern of behavior involved in the performance of a task respect to which the individual has
had little or no previous training.” Dari batasan yang dikemukakan oleh oleh Michael
tersebut dapat disimpulkan bahwa bakat pada dasarnya merupakan kemampuan individu
untuk melakukan tugas, yang dalam perkembangannya tidak sama sekali atau sedikit sekali
tergantung pada latihan. Pengertian tentang bakat ini memberikan satu pemikiran bahwa
bakat sangat ditentukan oleh bawaan individu yang bersangkutan. Keberhasilan seseorang
dalam satu bidang lebih ditentukan oleh ada tidaknya bakat yang dimiliki dan bukan pada
seberapa banyak latihan atau pendidikan yang diberikan kepadanya.
Crow and Crow dalam bukunya An Outline of General Psychology (1963) mengatakan
bahwa bakat dapat dipandang sebagai sifat (disposisi) yang memberi petunjuk tentang
adanya kemampuan yang dimiliki seseorang, yang dengan latihan dapat menjadi

4
kemampuan nyata, terutama bidang-bidang khusus. Senada dengan pendapat Crow dan
Crow, ahli lain yang bernama Warren, seperti yang dikutip Bennette, Seashore, and Wesman
dalam bukunya Administrator’s Handbook Differential Aptitude Test Form V and W (1982),
mengatakan bahwa “Aptitude a condition or set of characteristic regarded as symptomatic
of an individual’s ability to acquire with training some (usually specified) knowledge, skill,
or set responses, such as the ability to speak a language, to produce music………”.
Dari ke-dua batasan di atas tersebut, dapat disimpulkan bahwa bakat di satu sisi
merupakan suatu disposisi. Ada tidaknya latihan tidak akan banyak mempengaruhi pada
keberhasilan seseorang. Namun pemahaman yang lain memberikan satu pengertian bahwa
bakat sangat ditentukan oleh suatu latihan atau pendidikan. Pendidikan atau latihan yang
diberikan akan membuat bakat itu dapat menjadi nyata, atau dengan kata lain dapat
dikatakan bahwa batasan di atas menitik-beratkan pada segi performance, setelah individu
mendapatkan latihan atau pendidikan. Apabila disposisi itu mendapat latihan atau
pendidikan yang cukup memadai maka disposisi itu akan berkembang menjadi suatu
kecakapan nyata. Tetapi apabila tidak mendapat latihan pendidikan yang baik maka disposisi
yang ada tidak akan berkembang sebagaimana mestinya. Disposisi yang tidak mempunyai
kesempatan untuk berkembang ini biasanya disebut sebagai bakat terpendam.
Woodworth dan Marquis dalam bukunya Psychology, yang dikutip oleh Suryabrata
(1984) memberikan batasan tentang bakat sebagai berikut: “aptitude is predictable
achievement and can be measured by specially devised test”. Lebih lanjut, Woodworth dan
Marquis mengemukakan bahwa pada dasarnya bakat merupakan satu dari tiga kemampuan
(ability) yang ada pada diri individu. Secara rinci kemampuan tersebut terdiri dari:
1. Achievement yang merupakan actual ability, yang dapat diukur langsung dengan alat
atau tes tertentu.
2. Capacity yang merupakan potential ability, yang dapat diukur secara tidak langsung
dengan melalui pengukuran terhadap kecakapan individu, dimana kecakapan ini
berkembang dengan perpaduan anatar dasar dengan training yang intensif dan
pengalaman. Potential ability itu sendiri dibatasi sebagai daya yang tersedia pada
seseorang yang memungkinkan berkembangnya ciri-ciri tertentu. Daya ini sudah ada
sejak ia dilahirkan, atau dibawa sejak lahir.

5
3. Aptitude, yaitu kualitas yang hanya dapat diungkap/diukur dengan tes khusus yang
sengaja dibuat untuk itu.

C. Tujuan Tes Bakat


Tujuan dilakukannya tes bakat adalah untuk dapat melakukan diagnosis dan prediksi
tentang potensi yang dimiliki sehingga dapat membantu untuk melakukan analisa terhadap
permasalahan yang dihadapi di masa kini dan membuat prediksi yang lebih cermat.
Permasalahan tersebut bisa dalam bidang pendidikan, klinis, maupun industri. Dengan
mengetahui bakat yang dimiliki seseorang maka keputusan-keputusan yang diambil pun bisa
lebih cermat.
Tujuan prediksi yang dilakukan melalui tes bakat sebenarnya untuk memprediksi
kemungkinan kesuksesan atau kegagalan seseorang dalam bidang tertentu di masa depan.
Prediksi ini meliputi seleksi, penempatan dan klasifikasi. Prediksi dilakukan untuk
menemukan kesesuaian antara tuntutan bidang yang hendak diambil (jenis pekerjaan,
jurusan pendidikan) dengan kemampuan yang dimiliki oleh orang yang bersangkutan.
Secara lebih spesifik sebenarnya tes bakat memiliki beberapa tujuan sebagai berikut:
1. Menjadi suatu prediktor yang tepat untuk keberhasilan dalam bidang pendidikan di masa
yang akan datang.
2. Memberikan suatu cara untuk membandingkan antara prestasi seorang anak dengan anak
lain dalam situasi yang sama.
3. Melihat perbedaan antar individu.
4. Mengungkap kemampuan-kemampuan yang tersembunyi berkaitan dengan bakat yang
dimiliki guna meningkatkan kesempatan mereka dalam bidang pendidikan.
5. Merupakan suatu alat yang sangat bermanfaat dalam bidang pekerjaan dan untuk
menangani anak-anak yang mengalami hambatan atau keterbatasan.
Terkait dengan tujuan tersebut, sebenarnya yang ideal adalah melakukan tes bakat
dengan menggunakan serangkaian tes sehingga diperoleh profile potensi yang dimiliki
individu. Anak-anak yang memiliki point ekstrem pada satu bidang akan lebih mudah
diidentifikasi guna mendapatkan perhatian lebih lanjut, demikian juga dengan anak-anak
dengan kebutuhan khusus. Tes bakat jika dimanfaatkan dengan tepat akan sangat bermanfaat
dalam menyusun program pembelajaran dan kurikulum pendidikan. Melalui identifikasi

6
yang tepat tentang kemampuan atau potensi yang dimiliki maka setiap anak atau orang dapat
dikelompokkan secara fleksibel sesuai dengan potensi yang dimiliki.

D. Jenis-jenis Tes Bakat


Nusyiwan (2008) menggolongkan jenis-jenis bakat ini berdasarkan fungsi atau aspek
jiwa raga yang terlihat dalam berbagai macam prestasi dan berdasarkan sifat prestasi bakat.
1. Berdasarkan fungsi atau aspek jiwa raga yang terlihat dalam berbagai macam prestasi,
jenis bakat digolongkan menjadi sebagai berikut:
a. Bakat yang lebih berdasarkan psikofisik
Bakat jenis ini adalah kemampuan yang berakar pada jasmaniah sebagai dasar
dan fundamen bakat, seperti kemampuan pengindraan, ketangkasan.
b. Bakat Kejiwaan yang bersifat umum
Bakat jenis ini ialah kemampuan ingatan daya khayal atau imajinasi dan
intelegensi.
c. Bakat-bakat kejiwaan yang khas dan majemuk
Bakat khas adalah bakat yang sejak awal sudah ada dan terarah pada suatu
lapangan yang terbatas seperti bakat bahasa, bakat melukis, bakat musik, dan lain-
lain. Adapun bakat majemuk berkembang lambat laun dari bakat produktif kearah
yang sangat bergantung dari keadaan didalam dan diluar individu seperti bakat
hukum, pendidik, psikolog, bakat ekonomi, dan lain-lain.
d. Bakat yang lebih berdasarkan pada alam perasaan dan kemauan
Bakat ini berhubungan erat dengn watak, seperti ke mampuan untuk
mengadakan kontak sosial, kemampuan mengasihi, kemampuan merasakan atau
menghayati perasaan orag lain.
2. Berdasarkan sifat prestasinya bakat dapat digolongkan dalam:
a. Bakat reproduktif
Kemampuan untuk memproduksi hasil pekerjaan orang lain dan menguraikan
kembali dengan tepat pengalaman-pengalaman sendiri.
b. Bakat aplikatif
Kemampuan memiliki, mengamalkan, mengubah, dan menerangkan, pendapat,
buah pikiran, dan metode yang berasal dari orang lain.

7
c. Bakat interpretative
Bakat menerangkan dan menangkap hasil pekerjaan orang lain, sehingga
disamping sesuai dengan maksud penciptaannya.
d. Bakat produktif
Kemampuan menciptakan hal-hal baru berupa sumbangan dalam ilmu
pengetahuan, pembangunan dan kehidupan lain yang berharga.

DIFFERENTIAL APTITUDE TESTS (DAT)

Differential Aptitude Tests (DAT) merupakan tes bakat yang bersifat umum yang
ditunjukkan untuk konseling pendidikan dan bimbingan pekerjaan, tes ini dikembangkan
pada tahun 1947 oleh George K. Bennet (Anastasi, 1976).
Konsep bakat yang digunakan untuk melandasi DAT adalah definisi yang dikemukakan
oleh Warren di dalam, Dictionary of Psychology (1934) yaitu: “Aptitude A condition or set
of characteristics regarded as symptomatic of an individual’s ability to acquire with training
some (usually specified) knowledge, skill or set of responses such as the ability to speak a
language.” (Bennet, Seashore and Wesman, 1982).
DAT mengalami beberapa kali revisi yaitu pertama kali pada tahun 1962 (Forms L dan
M), kemudian pada tahun 1972 (Forms S dan T) dan direvisi lagi. Tahun 1980 (Form V dan
W). Revisi pada tahun 1962 adalah untuk mempermudah penyekoran tes dan administrasi
yaitu dengan merubah beberapa format dan panjang tes serta menghapus Formula Scoring.
Tahun 1972 revisi yang dilakukan adalah merubah dan menambah, khususnya pada lima tes
dari delapan tes terakhir, revisi yang dilakukan adalah meliputi perubahan-perubahan isi dan
perintah cara mengerjakan, yang mana item-item untuk laki-laki dan wanita dibut sama dan
perintah cara mengerjakan dibuat untuk lebih mudah dimengerti.
Differential Aptitude Tests Form V (DAT-V) terdiri dari delapan subtes yaitu:
a) Verbal Reasoning (VR)
Tes Verbal Reasoning (VR) merupakan tes yang mengukur kemampuan di dalam
memahami konsep-konsep yang disusun dalam kata-kata. Lebih jauh lagi tes ini
difokuskan untuk memahami penguasaan dan kelancaran berbahasa secara sederhana.
Tujuan dari tes VR adalah untuk mengevaluasi kemampuan seseorang dalam berpikir
konstruktif, menemukan kesamaan di antara konsep-konsep yang berbeda dan dalam

8
tingkat abstraksi dapat memanipulasi ide-ide. Tes VR dapat memprediksi keberhasilan
seseorang di bidang yang memerlukan pemahaman hubungan verbal yang kompleks,
dan kecakapan dalam memanipulasi konsep-konsep secara verbal.
b) Numerical Ability (NA)
Tes Numerical Ability (NA) sering disebut sebagai arithmetic computation
daripada disebut arithmetic reasoning. Hal ini disebabkan karena item tes NA disusun
untuk mengukur pemahaman yang berkaitan dengan proses numerik, dan kecakapan
dalam mempergunakan konsep-konsep numerik melalui perhitunganperhitungan yang
sederhana. Selain itu tes NA ini menghindari penggunaan unsur-unsur bahasa yang
biasa digunakan dalam arithmetic reasoning, walaupun di sini juga memerlukan
kemampuan dalam membaca.
c) Abstract Reasoning (AR)
Tes Abstract Reasoning (AR) digunakan untuk mengukur kemampuan penalaran
seseorang yang bersifat nonverbal, atau mengukur kemampuan seseorang dalam
berpikir dengan menggunakan simbolsimbol abstrak. Untuk menyelesaikan tes AR
diperlukan kemampuan persepsi, sebab item-item tes ini disusun atas dasar prinsip-
prinsip adanya hubungan yang logis dari figur-figur abstrak.
d) Clerical Speed and Accuracy (CSA)
Test Clerical Speed and Accuracy (CSA) lebih ditekankan untuk mengukur
kecepatan di dalam merespon tugas-tugas perseptual yang sifatnya sederhana.
Disamping itu juga dapat digunakan untuk mengukur kecepatan persepsi, daya ingat
yang sifatnya sementara (momentary retention), serta kecepatan dan ketepatan dalam
merespon terhadap kombinasi huruf dan angka.
e) Mechanical Reasoning (MR)
Kemampuan yang diungkap oleh Test Mechanical Reasoning (MR) dapat
menggambarkan salah satu aspek inteligensi dalam arti luas. Seseorang yang dapat
mengerjakan tes ini akan dapat dengan mudah mempelajari prinsip-prinsip dari operasi
peralatan yang kompleks, dan dapat pula memperbaikinya.
f) Space Relations (SR)
Test Space Relations (SR) merupakan tes yang digunakan untuk mengungkap
kemampuan di dalam mengenal benda-benda secara kongkrit melalui proses visualisasi,

9
khususnya mengenal benda-benda dalam tiga dimensi. Item tes SR dibuat agar
seseorang dapat mengkonstruksikan benda-benda dengan pola yang tersedia secara tepat,
oleh sebab itu untuk menyelesaikan seluruh item tes ini diperlukan kemampuan
memanipulasi secara mental dan harus mempunyai daya kreatif terhadap sesuatu
struktur benda tertentu dengan perencanaan yang baik.
g) Spelling (Sp) dan Language Usage (LU)
Test Spelling (Sp) dan Language Usage (LU) lebih merupakan tes achievement bila
dibandingkan dengan sub tes yang lain.
Tes Sp merupakan tes yang mengukur kemampuan seseorang dalam menulis ejaan
secara tepat dan benar, atau mengenal ada-tidaknya kesalahan pada suatu ejaan yang
dikemukakan. Sebaliknya tes LU lebih menekankan pada pengukuran kemampuan
seseorang dalam mendikteksi kesalahan-kesalahan pada tatabahasa (grammar), dalam
pemberian tanda-tanda baca (punctuation), dan penulisan huruf besar (capitalization).

GENERAL APTITUDE TEST BATTERY (GATB)

General Aptitude Tests Battery (GATB) dibuat oleh Charles E. Odell dari United States
Employment Service, dan semenjak tahun 1947 telah digunakan oleh the State Employment
Service untuk konseling pekerjaan (vocational guidance). Berdasarkan dari hasil penelitian
GATB memiliki validitas yang baik sebagai multiple aptitude test battery, dan disamping itu
GATB dinyatakan mampu mengidentifikasikan berbagai macam pekerjaan (Manual for
GATB Section 1: Administration and Scoring, 1968; Sugiyanto, dkk, 1984).
Manual GATB dibagi dalam empat (4) bagian yaitu:
1) Administration and Scoring. Berisi tentang prosedur administrasi dan GATB, dan
disamping itu juga berisi konversi nilai tes kasar (row scores) ke nilai tes standard
(aptitute scores).
2) Norms, Occupational Aptitude Pattern Structure. Berisi tentang proses/cara/pola
menggunakan GATB sebagai tes bakat untuk mengungkap jenis pekerjaan yang
bertujuan untuk konseling.
3) Development. Berisi antara lain tentang informasi perkembangan GATB; validitas GATB;
hubungan GATB dengan tes bakat lainnya; informasi tentang efek dari nilai bakat

10
dalam kaitannya dengan umur, jenis kelamin, dan pelatihan; dan informasi tentang
perkembangan norma GATB.
4) Norms, Specific Occupations. Berisi tentang norma tes bakat GATB yang digunakan
untuk seleksi pekerjaan-pekerjaan khusus, serta jenis-jenis pekerjaan di dunia industri
yang disusun secara alphabet.
Batasan / definisi dari ke sembilan (9) kemampuan dasar atau bakat yang diukur oleh
GATB adalah sebagai berikut;
a. Bakat G (Intelligence)
Kemampuan belajar secara umum. Kemampuan di sini meliputi kemampuan untuk
menangkap dan memahami instruksi-instruksi yang diterima serta prinsip-prinsip yang
mendasar; kemampuan untuk melakukan penalaran dan membuat keputusan. Erat
hubungannya dengan keberhasilan studi di sekolah.
b. Bakat K (Motor Coordination)
Kemampuan untuk memahami arti beberapa kata dan dapat menggunakannya
secara efektif. Kemampuan untuk memahami bahas asecara komprehensif, memahami
hubungan antara kata dengan kata, dan memahami arti kalimat secara keseluruhan
maupun dalam satu atau beberapa paragraf.
c. Bakat N (Numerical Aptitude)
Kemampuan untuk mengolah/mengoprasikan angka-angka secara cepat dan tepat.
d. Bakat S (Spatial Aptitude)
Kemampuan untuk berpikir secara visual terhadap bentuk-bentuk geometris, dan
kemampuan untuk menangkap / memahami objek tiga dimensi yang disajikan dalam
bentuk dua-dimensi. Kemampuan untuk mengingat kembali hubungan yang dihasilkan
dari gerakan objek dalam suatu ruangan.
e. Bakat P (Form Perception)
Kemampuan untuk melihat bagian-bagian yang kurang pada suatu benda, gambar
atau grafik. Kemampuan untuk membuat perbandingan dan pembedaan secara visual,
dan melihat perbedaan yang nyata pada bentuk atau bayangan (shading) dari suatu figur,
dan panjang lebar suatu garis.

11
f. Bakat Q (Clerical Perception)
Kemampuan utnuk melihat bagian-bagian yang kurang dalam suatu kata atau pada
suatu tabel. Kemampuan untuk melihat perbedaan / mengkoreksi kata-kata dan
beberapa bilangan, serta kemampuan melihat secara cepat kesalahan di dalam
perhitungan angka.
g. Bakat K (Motor Coordination)
Kemampuan mengkoordinasikan gerakan-gerakan organ mata, tangan, atau jari-jari
secara trampil dan teliti dalam gerakan yang tepat dan cepat. Di samping itu juga dapat
untuk melihat kemampuan merespon secara tepat dan cepat.
h. Bakat F (Finger Dexterit y)
Kemampuan menggerakkan jari-jari, dan memanipulasi objekobjek kecil dengan
jari-jari secara cepat dan tepat.
i. Bakat M (Manual Dexterity)
Kemampuan untuk menggerakkan tangan dengan mudah dan trampil. Kemampuan
utnuk bekerja dengan tangan dalam menempatkan dan memindahkan.

FLANAGAN APTITUDE CLASSIFICATION – TESTS (FACT)

Flanagan Aptitude Classification – Tests (FACT) disusun oleh J. C. Flanagan, seorang


profesor psikologi pada Universitas Pittsburgh dan direktur American Institude for Research.
Tes ini dikembangkan dalam usaha untuk mendapatkan suatu sistem klasifikasi baku dalam
penentuan bakat dan kemampuan dasar seseorang pada tugas-tugas tertentu (Sugiyanto, dkk.
1984).
Pengunaan tes ini adalah sebagai: alat bantu untuk memprediksi keberhasilan kerja dan
perencanaan program latihan dalam rangka konseling pekerjaan, dan alat seleksi pada
penempatan karyawan.
FACT merupakan seperangkat tes yang terdiri dari 14 tes yang dapat dipergunakan
secara keseluruhan atau sebagian. Diskripsi ke-14 subtes FACT tersebut adalah:
1) Inpection. Tes ini untuk mengukur kemampuan untuk melihat gambar-gambar yang tidak
lengkap secara cepat dan tepat.

12
2) Coding. Tes ini dipergunakan untuk mengukur kecepatan dan ketepatan dalam melihat
kode-kode tertentu biasanya dikaitkan satu pekerjaan yang bersifat klerikal yang
menuntut ketelitian seseorang untuk menyelesaikan satu pekerjaan dengan cepat.
3) Memory. Tes ini untuk mengukur kemampuan seseorang dalam mengingat kode-kode
dari suatu tes yang sebelumnya telah dipelajari. Pada prinsipnya mengukur kemampuan
seseorang dalam mengingat satu kode tertentu.
4) Precision. Tes ini untuk mengukur kecepatan dan ketetapan dalam membuat gerakan-
gerakan kecil memutar yang dilakukan oleh jar-jari tangan baik dengan satu tangan atau
dengan kedua tangan secara bersamasama. Biasanya dikaitkan dengan ketepatan dalam
menyelesaikan satu tugas yang berhubungan dengan benda-benda kecil.
5) Assembly. Tes ini untuk mengukur kemampuan seseorang dalam ‘melihat’ bagaimana
sebuah objek akan terlihat jika digabungkan secara bersama-sama menurut instruksi,
tanpa melihat model sesungguhnya. Pada prinsipnya melihat kemampuan seseorang
dalam memvisualisasikan keberadaan suatu objek dari bagian objek lain.
6) Scale. Tes ini dipergunakan untuk mengukur kecepatan dan ketepatan dalam membaca
grafik, skala, dan bagan.
7) Coordination. Tes ini dipergunakan untuk mengukur kemampuan seseorang dalam
mengkoordinasikan gerakan tangan dan lengan. Kemampuan subjek dilihat dari
keberhasilan atau ketepatan dalam melakukan gerakan secara tepat.
8) Judgement and Comprehension. Tes ini untuk mengukur kemampuan untuk membaca
dengan pemahaman, untuk membuat suatu alas an secara logis, dan untuk membuat
penilaian-penilaian praktis dalam situasi praktis.
9) Arithmathic. Tes ini untuk mengukur ketrampilan seseorang dalam bekerja dengan angka
untuk menambah, mengurangi, mengalikan, membagi.
10) Patterns. Tes ini untuk mengukur kemampuan seseorang dalam memproduksi pola-pola
dalam suatu cara yang tepat.
11) Components. Tes ini untuk mengukur kemampuan seseorang dalam mengidentifikasi
bagian-bagian komponen yang penting dari satu bagian yang kompleks.
12) Tables. Tes ini mengukur prestasi dalam membaca dua tipe table. Bagian pertama berisi
nomor dan bagian kedua berisi kata dan alphabet.

13
13) Mechanics. Tes ini untuk mengukur kemampuan dalam memahami prinsipprinsip
mekanika dan kemampuan untuk menganalisa gerakangerakan mekanis.
14) Expression. Tes ini untuk mengukur kemampuan dalam hal pengetahuan bahasa Inggris.

TES KEMAMPUAN DIFERENSIAL (TKD)

Tes kemampuan Diferensial atau disingkat TKD ini adalah serangkaian tes kemampuan
diferensial yang praktis untuk seleksi calon mahasiswa, calon karyawan, dan evaluasi para
karyawan. Sebelum tahun 1981 tes ini dinamakan Test Inteligensi Umum bentuk 69, atau
disingkat TINTUM ’69 (Manual dan Norna TKD, 1986).
Tes ini disusun atas dasar Multiple Factor Theories, yang dikemukakan oleh Thurtsone
pada yahun 1941. menurut teori tersebut perilaku manusia didasari oleh faktor ‘c’ selain
faktor ‘s’; faktor ‘c’ terdiri dari tujuh (7) faktor primer, yang disebut sebagai primary mental
abilities. Ke-tujuh faktor tersebut adalah:
1. Verbal Comprehension (V)
2. Word Fluency (W)
3. Number (N)
4. Space (S)
5. Associative Memory (M)
6. Perceptual Speed (P)
7. Induction (I) atau General Reasoning (R)
Namun didasari pertimbangan praktis, tes ini hanya mengukur lima (5) faktor saja, yaitu:
1. Verbal Comprehension (V)
2. Number (N)
3. Space (S)
4. Perceptual Speed (P)
5. Induction (I) atau General Reasoning (R)
Disamping alasan praktis yang telah disebutkan di atas, Tes Kemampuan Diferensial ini
secara administratif dapat dilakukan secara klasikal dan waktu pelaksanaan seluruh tes
relatif singkat yaitu 66 menit. Seluruh baterai tes ini terdiri dari sepuluh (10) persoalan.
Penelitian empiris tes telah dilakukan sejak tahun 1966 sampai akhir tahun 1970, terhadap

14
sample yang: berjumlah 476 mahasiswa di Jakarta dan Cepu. Koefisien reliabilitas Tes
Kemampuan Diferensial adalah 0,52 (Jakarta), dan 0,55 (Cepu).

ARMED SERVICES VOCATIONAL APTITUDE BATTERY (ASVAB)

1) Arithmatic Reasoning
2) Numerical Operations
3) Paragraph Comprehension
4) Word Knowledge
5) Coding Speed
6) General Science
7) Mathematics Knowledge
8) Electronics Information
9) Mechanical Comprehension
10) Authomotive and Shop Information
SCHOLASTIC APTITUDE TEST (SAT)
1) Tes ini terdiri dari dua, yaitu:
a) Verbal
b) Antonyms
c) Analogies
d) Sentences Completions
e) Reading Comprehension
2) Mathematics, meliputi:
a) Reguler Mathematics
b) Quantitative Comparisons
E. Mengenal Karakter Tes Bakat
Karakteristik tes bakat merupakan atribut yang terkait dengan tes psikologi. Berbagai atribut
tentang tes antaranya tipe data atau skor hasil pengukuran, reliabilitas data hasil pengukuran,
dan validitas data hasil pengukuran. Atribut tentang tes dapat pula dilihat dari karakteristik
butir atau sering disebut juga parameter butir. Parameter butir yang dianalisis dalam tes
diantaranya index kesukaran soal, index daya beda, dan kualitas pengecoh. Sedangkan
karakteistik tes bakat pada kumpulan butir atau tes adalah validitas dan reliabilitas. Dalam

15
teori respons butir, karakteristik yang terkait dengan reliabilitas disebut dengan fungsi
informasi, yang bisa diketahui baik pada butir maupun tes. Bagi pengembang tes, hasil
penelitian bermanfaat dalam upaya untuk melakukan seleksi butir, membuat butir yang lebih
bagus, membuat bank soal, maupun upaya untuk membuat tes berbasis komputer.

F. Pengadministrasian Tes Bakat


Proses penyusunan tes perlu dilakukan ada beberapa tahapan, tahapan pertama adalah
penyiapan perangkat tes. Untuk melakukan penyiapan perangkat tes maka langkah-
langkahnya adalah sebagai berikut:
1. Format-format Perencanaan
a) Format spesifikasi butir soal
Format ini menggambarkan alokasi butir soal sehubungan dengan tujuan tes
(aspek yang akan di tes) dan alokasi butir soal sehubungan dengan isi (materi yang
akan dites). Penentuan besarnya alokasi soal berdasarkan tujuan dan materi isi,
disesuaikan dengan penekanan yang terdapat dalam tujuan pengajaran dan sifatnya
materi/isi bahan pengajaran. Pada pemahaman atau pengertian jadi buka pada aspek
pengetahuan siap. Hal ini menunjukkan pada prinsip pengajaran bermakna buka
pada prinsip verbalisme. Dari format spesifikasi butir soal dilanjutkan dengan
perencanaan alokasi butir soal sehubungan dengan isi atau pokok bahasan dan
tujuan soal dan isi atau pokok bahasan yang dimaksud. Dengan kata lain, format
perencanaan itu menggambarkan alokasi butir soal pada setiap tujuan tes dari setiap
isi pokok bahasan. Penentuan dari prestasi yang disebut pada perencanaan tes ini
didasarkan dari spesifikasi item. Untuk mendapatkan 15% (alokasi isi/ pokok
bahasan), demikian seterusnya. Setelah perencanaan tes ini selesai dilanjutkan
dengan lay out tes, yang menggambarkan jumlah butir soal untuk setiap bentuk soal
dari setiap persentasi yang terdapat dalam perencanaan tes yang telah dibuat.
b) Format Kisi-kisi Tes
Format kisi-kisi adalah format yang dibuat terakhir dari seluruh langkah
kegiatan perencanaan tes. Selain penentuan yang lebih terperinci dari lay out, pada
kisi-kisi tes diperkirakan tingkat kesulitan butir soal yang akan ditulis. Tingkat
kesukaran soal bergantung dari tujuan tes dan sulitnya pokok isi materi yang akan

16
diuji. Kisi-kisi tes yang baik mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: setiap item dapat
dilihat apakah tujuan item, isi pokok bahasan yang dites, bentuk tes dan tingkat
kesukarannya.
2. Petunjuk Tes
Petunjuk tes dimaksudkan untuk membimbing peserta tes bagai-mana mereka
melaksanakan/mengerjakan/menjawab tes (pedoman me-ngerjakan tes). Petunjuk ini
terdiri dari dua macam, yaitu: Petunjuk Umum dan Petunjuk khusus.
Petunjuk Umum
1) Pengisian identitas peserta
Pengisian identitas peserta Pengisian identitas peserta adalah penulisan nama
atau nomor tertentu (nomor ujian atau nomor induk), kelas atau mungkin jurusan
untuk sebaiknya telah tertulis pada lembar jawaban.
2) Tempat memberi jawaban
Tempat memberi jawaban maksudnya adalah apakah ada lembar jawaban
tersendiri atau langsung pada kertas soal atau pada kertas tersendiri. Bila bentuk tes
adalah tes objektif biasanya mempunyai lembaran tersendiri agar mudah
memeriksanya.
3) Penjelasan tentang sistem penilaian
Penjelasan tentang sistem penilaian adalah petunjuk bagaimana cara menilai.
Dalam bentuk tes objektif hendaknya diberitahukan apakah mempergunakan rumus
pengurangan skor bagi jawaban yang salah. Hal ini dijelaskan untuk mengurangi
penerkaan jawaban dan agar peserta berhati-hati dalam memberi jawaban. Pada
bentuk tes esai penjelasan berisi jumlah skor untuk masing-masing butir soal. Hal
ini dimaksudkan agar mahasiswa terarah dalam memilih jawaban. Sehubungan
dengan ini maka biasanya pada petunjuk disebutkan apakah ada keterkaitan untuk
menjawab/ mengerjakan soal secara berurutan atau boleh memilih jawaban yang
paling diketahui peserta.
Petunjuk Khusus
1) Tanda yang dipergunakan dalam memberi jawaban Tanda jawaban, dalam
hubungan ini biasanya dijelaskan dalam tes objektif. Apakah dengan menyilang
huruf jawaban atau melingkari atau membuat garis dibawah huruf jawaban.

17
2) Jawaban pilihan yang diminta, Jawaban pilihan yang diminta, maksudnya adalah
pemilihan atas alternatif jawaban. Pada bentuk tes benar-salah sudah barang tentu
menyilang/melingkari (B) bila pernyataan benar dan (S) bila pernyataan salah. Pada
tes pilihan ganda yang dipilih kemungkinan jawaban yang benar atau salah atau
paling benar atau paling sedikit mengandung kebenaran. Pada tes pilihan ganda
kompleks biasa-nya pilihan adalah sebagai berikut:
Lingkari
A. Jika (1), (2) dan (3) betul
B. Jika (1) dan (3) betul
C. Jika (2) dan (4) betul
D. jika hanya (4) betul
E. jika semua betul
Pada tes pilihan ganda sebab akibat, biasanya pilihan adalah sebagai berikut:
Lingkari: A. Jika pernyataan betul, alasan betul dan kuduanya mempunyai
hubungan sebabakibat B. Jika pernyataan betul, alasan betul tetapi keduanya tidak
menunjukkan hubungan sebab-akibat C. Jika pernyataan betul, alasan salah D. Jika
pernyataan salah, alasan betul E. Jika pernyataan maupun alasan salah
Penulisan petunjuk tes biasanya ditempatkan pada permulaan perangkat tes.
Bila perangkat tes itu teridiri dari beberapa bentuk item hendaknya petunjuk khusus
ditempatkan mendahului setiap bentuk item bukan pada permulaan perangkat tes.
Petunjuk hendaknya singkat dan jelas sehingga peserta tidak terlalu sukar untuk
mengingat petunjuk khususu dari tes itu. Pada tes esai bentuk memberi jawaban itu
terdiri dari: Jawablah secara singkat tetapi jelas, Atau: Dahulukan mengerjakan
pertanyaan yang paling mudah. Disamping petunjuk di atas, sesuai dengan
kebutuhan, petunjuk tes objektif sering ditambahkan dengan: i. jangan mencoret
perangkat soal ii. jangan menerka jawaban dan lain sebagainya.
3. Scoring Tes
Pada hakikatnya pemberian skor (scoring) adalah proses pengubahan jawaban
instrumen menjadi angka-angka yang merupakan nilai kuantitatif dari suatu jawaban
terhadap item dalam instrumen. Angka-angka hasil penilaian selanjutnya diproses
menjadi nilai-nilai (grade). Membuat pedoman penskoran saat diperlukan, terutama

18
untuk soal bentuk uraian dalam tes domain kognitif supaya subjektivitas anda dalam
memberikan skor dapat diperkecil. Pedoman penyusunan skor juga akan sangat penting
ketika anda melakukan tes domain efektif dan psikomotor peserta didik. Karena sejak tes
belum dimulai, Anda harus dapat menentukan ukuran-ukuran sikap dan pilihan tindakan
dari peserta didik dalam menguasai kompetensi yang dipersyaratkan.
Menurut Zainal Arifin (2006) dalam pengolahan data hasil tes menggunakan 4
langkah pokok yang harus ditempuh.
a) Menskor, yaitu memperoleh skor mentah dari tiga jenis alat bantu yaitu kunci
jawaban kunci scoring dan pedoman konversi
b) Mengubah skor mentah menjadi skor standar
c) Mengkonversikan skor standar ke dalam nilai
d) Melakukan analisis soal (jika diperlukan) untuk mengetahui derajat validitas dan
reabilitas soal, tingkat kesukaran soal (difficulty index) dan daya pembeda.

G. Penyampaian Hasil
Laporan hasil tes bakat ini dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa sebagai tester dan
siswa/peserta didik sebagai testee untuk mengetahui saran yang diberikan berdasarkan
hasilnya. Oleh karena itu laporan hasil praktikum tes bakat mutlak harus dibuat oleh masing-
masing kelompok mahasiswa yang mengambil mata kuliah tes bakat. Berdasarkan hal ini
maka diperlukan sebuah format laporan hasil praktikum tes bakat yang baku agar mahasiswa
mempunyai aturan yang sama dalam melaporkannya. Adapun format yang biasanya harus
diikuti oleh semua mahasiswa yang mengambil mata kuliah tes bakat adalah sebagai berikut:
Kata Pengantar
Halaman Pengesahan, yang ditanda tangani oleh dosen pengampu mata kuliah tes bakat dan
Wakil Dekan I Fakultas Psiko logi Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
Pada bab ini berisi tentang asumsi dasar diadakannya prak tikum tes bakat, tujuan dan
manfaat baik bagi mahasiswa praktikan/tester maupun bagi peserta didik yang menjadi
testee.

19
Bab II Isi
a. Nama mahasiswa yang menjadi praktikan beserta NIM dan tugas di dalam kelompok
praktikum tes bakat.
b. Nama siswa yang menjadi testee tes bakat beserta skor yang diperoleh dari masing-
masing sub tes bakat.
c. Norma kelompok tes pemahaman, tes penalaran, tes berhitung, tes cepat teliti dan tes
pengertian mekanik yang dibuat oleh ma sing-masing kelompok praktikan berdasarkan
hasil tes bakat atau norma kelompok.
d. Lembar jawaban hasil tes pemahaman, tes penalaran, tes ber hitung, tes cepat teliti dan
tes pengertian mekanik.

Bab III. Kesimpulan


Hasil tes bakat dari kelima tes bakat yang berisi tentang nomor dan nama siswa/testee
diikuti dengan hasil skor kasar dari masing-masing tes bakat, lalu diterjemahkan/in
terpretasikan menurut norma yang dibuat dari masing-ma sing kelompok praktikan.

Bab IV. Saran, berisi tentang testee disarankan untuk masuk di kelompok IPA atau IPS.

Bab V. Penutup, dapat berisi tentang hasil observasi dan data pendukung yang dijadikan
dasar untuk memberikan saran pada bab IV.

20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bakat adalah salah satu konsepsi psikologis yang istilahnya banyak diartikan secara
berbeda-beda. Istilah tersebut dipergunakan secara luas untuk menunjukkan kecerdasan atau
kemampuan yang dimiliki seseorang, minat, potensi, prestasi, bahkan kepribadian.
Melakukan tes bakat dapat mengetahui diagnosis dan prediksi tentang potensi yang dimiliki
sehingga dapat membantu untuk melakukan analisa terhadap permasalahan yang dihadapi di
masa kini dan membuat prediksi yang lebih cermat. Tes bakat terdapat beberapa jenis yaitu
tes yang berdasarkan fungsi atau aspek jiwa raga yang terlihat dalam berbagai macam
prestasi dan Berdasarkan sifat prestasinya. Melalui tes bakat, kita dapat lebih mengetahui
potensi dirinya termasuk kelebihan dan kekurangan, baik dari segi akademis maupun
kepribadian.
B. Saran
Seperti yang kita ketahui makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
masukan yang bersifat membangun kami harapkan untuk kami jadikan cerminan agar ke
depannya makalah yang kami buat bisa lebih baik lagi. Kami berharap dengan adanya
makalah ini dapat bermanfaat bukan hanya pribadi namun juga pembaca untuk menambah
wawasan.

21
DAFTAR PUSTAKA

Sofyan Willis. (2010). Konseling Individual Teori dan Praktek. Bandung: Alfabeta.
Anastasi, A. (1976). Psychological Testing. New York: McMillan Publishing Co. Inc
Bennet, G.K., Seashore, H.G, dan Wesman, A.G. (1982). Administration’s Handbook
Differential Aptitude Test Form V and W. New York; The Psychological Corporation
Crow, L. and Crow, A. (1963). An Outline of General Psychology. Littlefield: Adam and Co.
Sugiyanto, dkk. (1984). Informasi Tes. Edisi Pertama. Yogyakarta: Fa. Psikologi UGM
Suryabrata, S. (1984). Psikologi Pendidikan. Jakarta: CV Rajawali.
Suryabrata, S. (1984). Pembimbingan ke Arah Psikodiagnostik. Yogyakarta: Rake Sarasih.

22

Anda mungkin juga menyukai