Anda di halaman 1dari 33

Makalah Pendidikan Kewarganegaraan

tentang

“Mencegah Timbulnya Gerakan Radikalisme dan Terorisme di Indonesia ”

Disusun oleh:

Kelompok 2

1. Alif Daffa Hilmy


2. Fadli Irwandi
3. Femra Afriansyah
4. Fira Virginia Dinanti
5. Reysha Gusfendi
6. Thania Claudya

Guru Mata Pelajaran

Hj. Warmaizar, S.pd

XII MIPA 2

SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI

SMAN 6 PADANG

2019
Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
mengucapkan rasa syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami bisa selesaikan makalah mengenai mencegah
timbulnya gerakan radikalisme dan terorisme di Indonesia.

Makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran PKN, selain itu
juga dibuatnya makalah ini agar dapat menambah pengetahuan dan wawasan. Serta tak lupa
kami mengucapkan terima kasih kepada Guru mata pelajaran yang selalu memotivasi kami
supaya terlaksananya tugas makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari seutuhnya bahwa masih jauh dari kata
sempurna baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kami
terbuka untuk menerima segala masukan dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca
sehingga kami bisa melakukan perbaikan makalah ilmiah sehingga menjadi makalah yang
baik dan benar.

Akhir kata kami meminta semoga makalah ilmiah ini bisa memberi manfaat ataupun
inpirasi pada pembaca.

Padang, 13 Januari 2019

Penyusun
Daftar Isi

Kata Pengantar.....................................................................................................................
Daftar Isi..............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Radikalisme........................................................................................
2.2 Bentuk-Bentuk Radikalisme................................................................................
2.3 Pengertian Terorisme...........................................................................................
2.4 Bentuk-Bentuk Terorisme....................................................................................
2.5 Tujuan Terorisme..................................................................................................
2.6 Faktor Akut Terjadi Radikalisme dan Terorisme.................................................
2.7 Pasal-Pasal Penting Mengenai Antiterorisme......................................................
2.8 Jaringan Teroris saat ini.......................................................................................
2.9 Mencegah Timbulnya Gerakan Radikalisme dan Terorisme...............................
3.0 Contoh Kasus Terorisme di Indonesia Saat ini...................................................
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .........................................................................................................
3.2 Saran ....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

2 PENDAHULUAN
31.1 Latar Belakang
4 Pada masa sepeti sekarang
ini pendidikan merupakan
suatu
5 kebutuhan primer, dimana
dalam memasuki era
globalisasi seperti sekarang
ini pendidi
6 kan sangatlah penting
peranannya. Orang-orang
berlomba untuk
dapatmengenyam
7 pendidikan setinggi
mungkin untuk mengejar
teknologi yangsemakin
canggih. Tetapi
8 disisi lain ada sebagian
masyarakat tidak
dapatmengenyam pendidikan
secara layak,
9 baik dari strata tingkat dasar
10 sampai jenjang yang lebih
tinggi. Selain itu juga ada
sebagian masyarakat
yangsudah
11 dapat mengenyam
pendidikan dasar namun pada
akhinya putus
12 sekolah juga. Ada banyak
faktor yang menyebabkan
masyarakat tidak
dapatmengenya
13 m pendidikan atau yang
putus sekolah seperti
diantaranyaketerbatasan
adana
14 pendidikan karena
kesulitan ekonomi,
kurangnya niatseseorang
individu untuk
15 mengenyam pendidikan,
kurangnya
16 fasilitas pendidikan di
daerah terpencil atau daerah
tertinggal dan selain itu
karenaadan
17 ya faktor lingkungan
( pergaulan ).
18 Seperti yang dituangkan
dalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar
19 1945 pada salah satu butir
yang tercantum disana
dijelaskan bahwa adanya
pencerdas
20 an kehidupan bangsa, jadi
bagaimna sekarang sikap
pemerintah danmasyarakat
harus
21 dapat menyikapi hal
tesebut, karena secara tidak
langsungorang yang tidak
22 menyenyam pendidikan
formal akan dekat
dengankebodohan dan
kemiskinan. Dampak
23 kemiskinan itu terjadi
karena daya nalarorang dan
mental orang yang tidak
24 perpendidikan sangatlah
berbeda denganorang yang
berpendidikan. Jangankan
untuk
25 mencari atau melamar
pekerjaanuntuk membaca dan
menulis saja mereka
kesulitan.
26 Dan dari sisi
mentalmereka yang tidak
mengenyam pendidikan akan
merasa malu dan
27 minderuntuk
berkompetisi dengan orang
yang mengenyam pendidikan.
Padaakhirnya
28 mereka akan tersisih
karena ketrbatasan mereka
tersebut.Jadi secara garis
besar
29 pendidikan itu sangat
penting untuk menunjang
karirdan cita-cita di masa
depan. S
30 PENDAHULUAN
311.1 Latar Belakang
32 Pada masa sepeti
sekarang ini pendidikan
merupakan suatu
33 kebutuhan primer, dimana
dalam memasuki era
globalisasi seperti sekarang
ini pendidi
34 kan sangatlah penting
peranannya. Orang-orang
berlomba untuk
dapatmengenyam
35 pendidikan setinggi
mungkin untuk mengejar
teknologi yangsemakin
canggih. Tetapi
36 disisi lain ada sebagian
masyarakat tidak
dapatmengenyam pendidikan
secara layak,
37 baik dari strata tingkat
dasar
38 sampai jenjang yang lebih
tinggi. Selain itu juga ada
sebagian masyarakat
yangsudah
39 dapat mengenyam
pendidikan dasar namun pada
akhinya putus
40 sekolah juga. Ada banyak
faktor yang menyebabkan
masyarakat tidak
dapatmengenya
41 m pendidikan atau yang
putus sekolah seperti
diantaranyaketerbatasan
adana
42 pendidikan karena
kesulitan ekonomi,
kurangnya niatseseorang
individu untuk
43 mengenyam pendidikan,
kurangnya
44 fasilitas pendidikan di
daerah terpencil atau daerah
tertinggal dan selain itu
karenaadan
45 ya faktor lingkungan
( pergaulan ).
46 Seperti yang dituangkan
dalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar
47 1945 pada salah satu butir
yang tercantum disana
dijelaskan bahwa adanya
pencerdas
48 an kehidupan bangsa, jadi
bagaimna sekarang sikap
pemerintah danmasyarakat
harus
49 dapat menyikapi hal
tesebut, karena secara tidak
langsungorang yang tidak
50 menyenyam pendidikan
formal akan dekat
dengankebodohan dan
kemiskinan. Dampak
51 kemiskinan itu terjadi
karena daya nalarorang dan
mental orang yang tidak
52 perpendidikan sangatlah
berbeda denganorang yang
berpendidikan. Jangankan
untuk
53 mencari atau melamar
pekerjaanuntuk membaca dan
menulis saja mereka
kesulitan.
54 Dan dari sisi
mentalmereka yang tidak
mengenyam pendidikan akan
merasa malu dan
55 minderuntuk
berkompetisi dengan orang
yang mengenyam pendidikan.
Padaakhirnya
56 mereka akan tersisih
karena ketrbatasan mereka
tersebut.Jadi secara garis
besar
57 pendidikan itu sangat
penting untuk menunjang
karirdan cita-cita di masa
depan. S
58 PENDAHULUAN
591.1 Latar Belakang
60 Pada masa sepeti
sekarang ini pendidikan
merupakan suatu
61 kebutuhan primer, dimana
dalam memasuki era
globalisasi seperti sekarang
ini pendidi
62 kan sangatlah penting
peranannya. Orang-orang
berlomba untuk
dapatmengenyam
63 pendidikan setinggi
mungkin untuk mengejar
teknologi yangsemakin
canggih. Tetapi
64 disisi lain ada sebagian
masyarakat tidak
dapatmengenyam pendidikan
secara layak,
65 baik dari strata tingkat
dasar
66 sampai jenjang yang lebih
tinggi. Selain itu juga ada
sebagian masyarakat
yangsudah
67 dapat mengenyam
pendidikan dasar namun pada
akhinya putus
68 sekolah juga. Ada banyak
faktor yang menyebabkan
masyarakat tidak
dapatmengenya
69 m pendidikan atau yang
putus sekolah seperti
diantaranyaketerbatasan
adana
70 pendidikan karena
kesulitan ekonomi,
kurangnya niatseseorang
individu untuk
71 mengenyam pendidikan,
kurangnya
72 fasilitas pendidikan di
daerah terpencil atau daerah
tertinggal dan selain itu
karenaadan
73 ya faktor lingkungan
( pergaulan ).
74 Seperti yang dituangkan
dalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar
75 1945 pada salah satu butir
yang tercantum disana
dijelaskan bahwa adanya
pencerdas
76 an kehidupan bangsa, jadi
bagaimna sekarang sikap
pemerintah danmasyarakat
harus
77 dapat menyikapi hal
tesebut, karena secara tidak
langsungorang yang tidak
78 menyenyam pendidikan
formal akan dekat
dengankebodohan dan
kemiskinan. Dampak
79 kemiskinan itu terjadi
karena daya nalarorang dan
mental orang yang tidak
80 perpendidikan sangatlah
berbeda denganorang yang
berpendidikan. Jangankan
untuk
81 mencari atau melamar
pekerjaanuntuk membaca dan
menulis saja mereka
kesulitan.
82 Dan dari sisi
mentalmereka yang tidak
mengenyam pendidikan akan
merasa malu dan
83 minderuntuk
berkompetisi dengan orang
yang mengenyam pendidikan.
Padaakhirnya
84 mereka akan tersisih
karena ketrbatasan mereka
tersebut.Jadi secara garis
besar
85 pendidikan itu sangat
penting untuk menunjang
karirdan cita-cita di masa
depan. S
Jaringan teroris di Indonesia ternyata lebih besar dan lebih berpengalaman dari yang
selama ini dipikirkan oleh banyak pihak. Analis International Crisis Group (ICG)
mengatakan perekrutan anggota baru dalam jaringan yang dibangun Noordin M Top
ternyata dilakukan dengan sangat mudah. Jaringannya pun terus berkembang dan semakin
meluas di tanah air.
Terorisme adalah serangan-serangan terkoordinasi yang bertujuan membangkitkan
perasaan teror terhadap sekelompok masyarakat. Berbeda dengan perang, aksi terorisme
tidak tunduk pada tatacara peperangan seperti waktu pelaksanaan yang selalu tiba-tiba
dan target korban jiwa yang acak serta seringkali merupakan warga sipil.
Akibat makna-makna negatif yang dikandung oleh perkataan "teroris" dan
"terorisme", para teroris umumnya menyebut diri mereka sebagai separatis, pejuang
pembebasan, pasukan perang salib, militan, mujahidin, dan lain-lain. Tetapi dalam
pembenaran dimata terrorism : "Makna sebenarnya dari jihad, mujahidin adalah jauh dari
tindakan terorisme yang menyerang penduduk sipil padahal tidak terlibat dalam perang".
Padahal Terorisme sendiri sering tampak dengan mengatasnamakan agama.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Pengertian Radikalisme?
2. Apa Saja Bentuk-Bentuk Radikalisme?
3. Apa Pengertian Terorisme?
4. Apa Saja Bentuk-Bentuk Terorisme?
5. Apa Tujuan Terorisme?
6. Apa Saja Faktor Akut Terjadi Radikalisme dan Terorisme?
7. Apa Pasal-Pasal Penting Mengenai Antiterorisme?
8. Bagaimana Jaringan Teroris saat ini?
9. Bagaimana Mencegah Timbulnya Gerakan Radikalisme dan Terorisme?
10. Apa Saja Contoh Kasus Terorisme di Indonesia Saat ini?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui Pengertian Radikalisme
2. Mengetahui Bentuk-Bentuk Radikalisme
3. Mengetahui Pengertian Terorisme
4. Mengetahui Bentuk-Bentuk Terorisme
5. Mengetahui Tujuan Terorisme
6. Mengetahui Faktor Akut Terjadi Radikalisme dan Terorisme
7. Mengetahui Pasal-Pasal Penting Mengenai Antiterorisme
8. Mengetahui Jaringan Teroris saat ini
9. Mengetahui Cara Mencegah Timbulnya Gerakan Radikalisme dan Terorisme
10. Mengetahui Contoh Kasus Terorisme di Indonesia Saat ini

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Radikalisme


Menurut para ahli, Pengertian Radikalisme adalah suatu ideologi (ide atau gagasan)
dan paham yang ingin melakukan perubahan pada sistem sosial dan politik dengan
menggunakan cara-cara kekerasan/ ekstrim.
Inti dari tindakan radikalisme adalah sikap dan tindakan seseorang atau kelompok
tertentu yang menggunakan cara-cara kekerasan dalam mengusung perubahan yang
diinginkan. Kelompok radikal umumnya menginginkan perubahan tersebut dalam tempo
singkat dan secara drastis serta bertentangan dengan sistem sosial yang berlaku.
Radikalisme sering dikaitkan dengan terorisme karena kelompok radikal dapat
melakukan cara apapun agar keinginannya tercapai, termasuk meneror pihak yang tidak
sepaham dengan mereka. Walaupun banyak yang mengaitkan radikalisme dengan Agama
tertentu, pada dasarnya radikalisme adalah masalah politik dan bukan ajaran Agama.

2.2 Bentuk-Bentuk Radikalisme


1.Radikalisme Statis
Pemikiran radikal yang lebih bersifat gagasan, tidak dalam bentuk aksi nyata kekerasan.
2.Radikalisme Destruktif
Radikalisme yg merusak, gunakan metode kekerasan dalam wujudkan tujuan yg dicita
citakan.

2.3 Pengertian Terorisme


Terorisme adalah serangan-serangan terkoordinasi yang bertujuan membangkitkan
perasaan teror terhadap sekelompok masyarakat. Berbeda denganperang, aksi terorisme tidak
tunduk pada tatacara peperangan seperti waktu pelaksanaan yang selalu tiba-tiba dan target
korban jiwa yang acak serta seringkali merupakanwarga sipil.

Istilah teroris oleh para ahlikontraterorismedikatakan merujuk kepada para pelaku yang
tidak tergabung dalam angkatan bersenjata yang dikenal atau tidak menuruti peraturan
angkatan bersenjata tersebut. Aksi terorisme juga mengandung makna bahwa serang-
serangan teroris yang dilakukan tidak berperikemanusiaan dan tidak memiliki justifikasi, dan
oleh karena itu para pelakunya (“teroris”) layak mendapatkan pembalasan yang kejam.

2.4 Bentuk-Bentuk Terorisme


Dilihat dari cara-cara yang digunakan :
1) Teror Fisik yaitu teror untuk menimbulkan ketakutan, kegelisahan memalui sasaran
pisik jasmani dalam bentuk pembunuhan, penganiayaan, pemerkosaan, penyanderaan
penyiksaan dsb, sehingga nyata-nyata dapat dilihat secara pisik akibat tindakan teror.
2) Teror Mental, yaitu teror dengan menggunakan segala macam cara yang bisa
menimbulkan ketakutan dan kegelisahan tanpa harus menyakiti jasmani korban (psikologi
korban sebagai sasaran) yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan tekanan batin
yang luar biasa akibatnya bisa gila, bunuh diri, putus asa dsb.
Dilihat dari Skala sasaran teror :
1) Teror Nasinal, yaitu teror yang ditujukan kepada pihak-pihak yang ada pada suatu
wilayah dan kekuasaan negara tertentu, yang dapat berupa : pemberontakan bersenjata,
pengacauan stabilitas nasional, dan gangguan keamanan nasional.
2) Teror Internasional. Tindakan teror yang diktujukan kepada bangsa atau negara lain
diluar kawasan negara yang didiami oleh teroris, dengan bentuk :
a) Dari Pihak yang kuat kepada pihak yang lemah. Dalam bentuk penjajahan, invansi,
intervensi, agresi dan perang terbuka.
b) Dari Pihak yang Lemah kepada Pihak yang kuat. Dalam bentuk pembajakan, gangguan
keamanan internasional, sabotase, tindakan nekat dan berani mati, pasukan bunuh diri,
dsb.

2.5 Tujuan Teroris dalam Melakukan Aksinya


a. Tujuan Jangka Pendek, meliputi :
1.Memperoleh pengakuan dari masyarakat lokal, nasional, regional maupun dunia
internasional atas perjuangannya.
2.Memicu reaksi pemerintah, over reaksi dan tindakan represif yang dapat mengakibatkan
keresahan di masyarakat.
3.Mengganggu, melemahkan dan mempermalukan pemerintah, militer atau aparat
keamanan lainnya.
4.Menunjukkan ketidak mampuan pemerintah dalam melindungi dan mengamankan
rakyatnya.
5.Memperoleh uang atau perlengkapan.
6.Mengganggu dan atau menghancurkan sarana komunikasi, informasi maupun
transportasi.
7.Mencegah atau menghambat keputusan dari badan eksekutif atau legislatif.
8.Menimbulkan mogok kerja.
9.Mencegah mengalirnya investasi dari pihak asing atau program bantuan dari luar
negeri.
10.Mempengaruhi jalannya pemilihan umum.
11.Membebaskan tawanan yang menjadi kelompok mereka.
12.Membalas dendam.

b. Tujuan Jangka Panjang, meliputi :


1.Menimbulkan perubahan dramatis dalam pemerintahan, seperti revolusi, perang saudara
atau perang antar negara.
2.Mengganti ideologi suatu negara dengan ideologi kelompoknya.
3.Menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi pihak teroris selama perang gerilya.
4.Mempengaruhi kebijakan pembuat keputusan baik dalam lingkup lokal, nasional,
regional atau internasional.
5.Memperoleh pengakuan politis sebagai badan hukum untuk mewakili suatu suku
bangsa atau kelompok nasional, misalnya PLO.

2.6 Faktor Akut Terjadi Radikalisme dan Terorisme di Indonesia


1. Pendidikan Rendah 
Latar belakang pendidikan yang rendah dianggap merupakan salah satu
penyebabmengapa generasi muda ataupun anak sekolahan sangat tertarik untuk
terlibat dalam kegiatan radikal. Acapkali generasi muda tidak memiliki pengetahuan
yang memadai untuk mencari jalan alternatif penyelesaian suatu masalah selain
bertindak radikal ataupun melakukan aksi-aksi ekstrim. Namun demikian, tidak
menutup kemungkinan bahwa seseorang dengan latar pendidikan tinggi hingga
bergelar doktor sekalipun dapat menjadi salah seorang aktor intelektual dibalik
penyebaran ajran radikal dan terorisme.

2. Krisis Identitas
Secara umum, target perekrutan anggota kelompok radikal ataupun ekstrimisme
acapkali berasal dari kelompok generasi muda yang masih dalam tahap pencaharian
jati diri. Dalam proses perekrutan, generasi muda sangat rentan terhadap tekanan
kelompok dan juga membutuhkan sebuah panutan hidup. Tekanan kelompok
dilakukan dengan adanya perekrutan dan seleksi oleh organisasi radikal berkedok
kelompok keagamaan dan forum studi yang terbatas. Apabila salah seorang target
telah masuk kedalam lingkungan kelompok radikal dan ekstrim, maka tindakan
selanjutnya sang perekrut akan mulai melakukan tahapan komunikasi yang lebih
intensif guna mempengaruhi pola pikir dan perilaku sang target, baik dengan cara
dialog, ceramah, atau bahkan sebuah ritual. Pengaruh kelompok perekrut ini sangatlah
besar karena tanpa disadari, secara terus menerus si target akan dituntun mengikuti
arus perubahan dan penanaman nilai-nilai kelompok radikal.

3. Minimnya Kondisi Ekonomi


Keadaan ekonomi yang kurang memadai disertai dengan sikap apatis terhadap kondisi
kehidupan lingkungan sekitar, dapat dianggap menjadi salah satu faktor penyebab
untuk menarik generasi muda dalam melakukan tindakan radikal. Acapkali generasi
muda tidak memiliki kebanggaan secara materi dan tidak memiliki pandangan positif
mengenai masa depan yang dihadapi di dunia ini. Biaya sekolah yang mahal,
membuat sebagian generasi muda menjadi putus sekolah dan tidak mempunyai
pekerjaan hingga penghasilan yang memadai, terkadang dijadikan salah satu faktor
kekesalan terhadap sistem perekonomian yang dianggap kebarat-baratan atau liberal,
lantaran sistem yang ada dinilai tidak pro terhadap rakyat dan tidak juga memberikan
kesejahteraan terhadap dirinya. Dengan keadaan tersebut, penghancuran terhadap
dirinya dan orang lain dianggap sebagai suatu hal yang wajar, karena materi yang saat
ini tidak diperoleh akan digantikan dengan kenikmatan akhirat sebagai imbalannya
melakukan perjuangan dan pengorbnannya setelah mati syahid.

4. Keterasingan secara Sosial dan Budaya


Adanya rasa keterasingan di lingkungan dan jarak diantara masyarakat umum dengan
hubungan anggota radikal merupakan salah satu penyebab yang membuat generasi
mudah rentan bergabung dengan organisasi radikal. Sehingga, dengan adanya rasa
keterasingan dan jarak tersebut, kelompok terorisme yang tidak merasa menjadi
bagian dimasyarakat akan merasa tidak memiliki hubungan emosional dan terikat
terhadap masyarakat disekelilingnya. Tak ayal sebuah kelompok radikal seringkali
melakukan aktifitas penghancuran terhadap fasilitas umum dan memakan korban
rakyat sipil.

5. Keterbatasan Akses Politik


Aspirasi politik yang tidak tersalurkan melalui jalur politik formal berdasarkan kaedah
hukum yang berlaku, acapkali menjadi salah satu alasan untuk sebuah organisasi
melakukan aksi radikal. Sehingga dengan melakukan aksi dan tindakan radikal yang
cenderung “nyeleneh” dimata masyarakat, dianggap sebagai sebuah solusi atau
terobosan kontroversial untuk dapat menyampaikan pesan organisasi ke masyarakat
luas. Adanya rasa ketakutan mendalam, diharapkan oleh sebuah organisasi radikal
akan membuat pesan yang ingin disampaikan tertanam dan melekat dibenak target
khalayak.

6. Primordialisme dan Etnosentrisme


Rasa kebersamaan antara sesama umat dalam satu agama acapkali membangun
sebuah tali persaudaraan yang kuat yang melintasi perbedaan suku, budaya, negara,
dan geografis. Rasa solidaritas yang tinggi tersebut menciptakan suatu tali batin dan
rasa empati yang mendalam. Seperti halnya apabila ada sekelompok umat yang
merasa di tindas oleh pemerintah atau agama lain, dapat menjadi faktor pembangkit
semangat kelompok radikal dan terorisme untuk bergerak seakan membantu
kelompok-kelompok yang mengalami tindak penindasan.

Primordialisme adalah sebuah pandangan atau paham yang memegang teguh hal-hal


yang dibawa sejak kecil, baik mengenai tradisi, adat-istiadat, kepercayaan, maupun
segala sesuatu yang ada di dalam lingkungan pertamanya.
Etnosentrisme adalah penilaian terhadap kebudayaan lain atas dasar nilai dan standar
budaya sendiri. Orang-orang etnosentris menilai kelompok lain relatif terhadap
kelompok atau kebudayaannya sendiri, khususnya bila berkaitan denganbahasa,
perilaku, kebiasaan, dan agama. Perbedaan dan pembagian etnis ini mendefinisikan
kekhasan identitas budaya setiap suku bangsa. Etnosentrisme mungkin tampak atau
tidak tampak, dan meski dianggap sebagai kecenderungan alamiah dari psikologi
manusia, etnosentrisme memiliki konotasi negatif di dalam masyarakat.

2.7 Pasal-Pasal Penting dalam Antiterorisme


-Pasal 1: Definisi Terorisme Definisi terorisme ini menjadi pembahasan yang paling alot
dan yang paling terakhir disepakati oleh pemerintah dan DPR. Pada akhirnya, terorisme
didefinisikan sebagai perbuatan yang menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan
yang menimbulkan suasana teror atau rasa takut secara meluas, menimbulkan korban
yang bersifat massal, dan/atau menimbulkan kerusakan atau kehancuran terhadap objek
vital yang strategis, lingkungan hidup, fasilitas publik, atau fasilitas internasional dengan
motif ideologi, politik, atau gangguan keamanan.
-Pasal 12 A: Organisasi Teroris Pasal ini mengatur, setiap orang yang dengan sengaja
menjadi anggota atau merekrut orang untuk menjadi anggota korporasi yang ditetapkan
pengadilan sebagai organisasi terorisme dipidana paling singkat 2 tahun dan paling lama
7 tahun. Pendiri, pemimpin, pengurus, atau orang yang mengendalikan kegiatan korporasi
juga bisa dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 tahun dan paling lama 12
tahun.
-Pasal 12 B: Pelatihan Militer Pasal ini mengatur setiap orang yang dengan sengaja
menyelenggarakan, memberikan, atau mengikuti pelatihan militer, pelatihan paramiliter,
atau pelatihan lain, baik di dalam negeri maupun di luar negeri, dengan maksud
merencanakan, mempersiapkan, atau melakukan tindak pidana terorisme atau ikut
berperang di luar negeri untuk tindak pidana terorisme, dipidana paling singkat 4 tahun
dan paling lama 15 tahun
-Pasal 13 A: Penghasutan Pasal ini mengatur, setiap orang yang memiliki hubungan
dengan organisasi Terorisme dan dengan sengaja menyebarkan ucapan, sikap atau
perilaku, tulisan, atau tampilan dengan tujuan untuk menghasut orang atau kelompok
orang untuk melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan yang dapat mengakibatkan
tindak pidana terorisme, dipidana paling lama 5 tahun

2.8 Jaringan Teroris saat ini di Indonesia


2.9 Cara Mencegah Timbulnya Gerakan Radikalisme dan Terorisme di Indonesia

1. Memperkenalkan Ilmu Pengetahuan Dengan Baik Dan Benar


Hal pertama yang dapat dilakukan untuk mencegah paham radikalisme dan tindak terorisme
ialah memperkenalkan ilmu pengetahuan dengan baik dan benar. Pengenalan tentang ilmu
pengetahuan ini harusnya sangat ditekankan kepada siapapun, terutama kepada para generasi
muda. Hal ini disebabkan pemikiran para generasi muda yang masih mengembara karena rasa
keingintahuannya, apalagi terkait suatu hal yang baru seperti sebuah pemahaman terhadap
suatu masalah dan dampak pengaruh globalisasi. Dalam hal ini, memperkenalkan ilmu
pengetahuan bukan hanya sebatas ilmu umum saja, tetapi juga ilmu agama yang merupakan
pondasi penting terkait perilaku, sikap, dan juga keyakinannya kepada Tuhan. Kedua ilmu ini
harus diperkenalkan secara baik dan benar, dalam artian haruslah seimbang antara ilmu
umum dan ilmu agama. Sedemikian sehingga dapat tercipta kerangka pemikiran yang
seimbang dalam diri.

2. Memahamkan Ilmu Pengetahuan Dengan Baik Dan Benar


Hal kedua yang dapat dilakukan untuk mencegah pemahaman radikalisme dan tindak
terorisme ialah memahamkan ilmu pengetahuan dengan baik dan benar. Setelah
memperkenalkan ilmu pengetahuan dilakukan dengan baik dan benar, langkah berikutnya
ialah tentang bagaimana cara untuk memahamkan ilmu pengetahuan tersebut. Karena
tentunya tidak hanya sebatas mengenal, pemahaman terhadap yang dikenal juga diperlukan.
Sedemikian sehingga apabila pemahaman akan ilmu pengetahuan, baik ilmu umum dan ilmu
agama sudah tercapai, maka kekokohan pemikiran yang dimiliki akan semakin kuat. Dengan
demikian, maka tidak akan mudah goyah dan terpengaruh terhadap pemahaman radikalisme
sekaligus tindakan terorisme dan tidak menjadi penyebab lunturnya bhinneka tunggal
ika sebagai semboyan Indonesia.
3. Meminimalisir Kesenjangan Sosial
Kesenjangan sosial yang terjadi juga dapat memicu munculnya pemahaman radikalisme dan
tindakan terorisme. Sedemikian sehingga agar kedua hal tersebut tidak terjadi, maka
kesenjangan sosial haruslah diminimalisir. Apabila tingkat pemahaman radikalisme dan
tindakan terorisme tidak ingin terjadi pada suatu Negara termasuk Indonesia, maka
kesenjangan antara pemerintah dan rakyat haruslah diminimalisir. Caranya ialah pemerintah
harus mampu merangkul pihak media yang menjadi perantaranya dengan rakyat sekaligus
melakukan aksi nyata secara langsung kepada rakyat. Begitu pula dengan rakyat, mereka
harusnya juga selalu memberikan dukungan dan kepercayaan kepada pihak pemerintah
bahwa pemerintah akan mampu menjalankan tugasnya dengan baik sebagai pengayom rakyat
dan pemegang kendali pemerintahan Negara.

4. Menjaga Persatuan Dan Kesatuan


Menjaga persatuan dan kesatuan juga bisa dilakukan sebagai upaya untuk mencegah
pemahaman radikalisme dan tindakan terorisme di kalangan masyarakat, terbelih di tingkat
Negara. Sebagaimana kita sadari bahwa dalam sebuah masyarakat pasti terdapat
keberagaman atau kemajemukan, terlebih dalam sebuah Negara yang merupakan gabungan
dari berbagai masyarakat. Oleh karena itu, menjaga persatuan dan kesatuan dengan adanya
kemajemukan tersebut sangat perlu dilakukan untuk mencegah masalah radikalisme dan
terorisme. Salah satu yang bisa dilakukan dalam kasus Indonesia ialah memahami dan
penjalankan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, sebagaimana semboyan yang tertera
di sana ialah Bhinneka Tunggal Ika.

5. Mendukung Aksi Perdamaian


Aksi perdamaian mungkin secara khusus dilakukan untuk mencegah tindakan terorisme agar
tidak terjadi. Kalau pun sudah terjadi, maka aksi ini dilakukan sebagai usaha agar tindakan
tersebut tidak semakin meluas dan dapat dihentikan. Namun apabila kita tinjau lebih dalam
bahwa munculnya tindakan terorisme dapat berawal dari muncul pemahaman radikalisme
yang sifatnya baru, berbeda, dan cenderung menyimpang sehingga menimbulkan
pertentangan dan konflik. Oleh karena itu, salah satu cara untuk mencegah agar hal tersebut
(pemahaman radikalisme dan tindakan terorisme) tidak terjadi ialah dengan cara memberikan
dukungan terhadap aksi perdamaian yang dilakukan, baik oleh Negara (pemerintah),
organisasi/ormas maupun perseorangan.

6. Berperan Aktif Dalam Melaporkan Radikalisme Dan Terorisme


Peranan yang dilakukan di sini ialah ditekankan pada aksi melaporkan kepada pihak-pihak
yang memiliki kewenangan apabila muncul pemahaman radikalisme dan tindakan terorisme,
entah itu kecil maupun besar. Contohnya apabila muncul pemahaman baru tentang
keagamaan di masyarakat yang menimbulkan keresahan, maka hal pertama yang bisa
dilakukan agar pemahaman radikalisme tindak berkembang hingga menyebabkan tindakan
terorisme yang berbau kekerasan dan konflik ialah melaporkan atau berkonsultasi kepada
tokoh agama dan tokok masyarakat yang ada di lingkungan tersebut. Dengan demikian, pihak
tokoh-tokoh dalam mengambil tindakan pencegahan awal, seperti melakukan diskusi tentang
pemahaman baru yang muncul di masyarakat tersebut dengan pihak yang bersangkutan.

7. Meningkatkan Pemahaman Akan Hidup Kebersamaan


Meningkatkan pemahaman tentang hidup kebersamaan juga harus dilakukan untuk mencegah
munculnya pemahaman radikalisme dan tindakan terorisme. Meningkatkan pemahaman ini
ialah terus mempelajari dan memahami tentang artinya hidup bersama-sama dalam
bermasyarakat bahkan bernegara yang penuh akan keberagaman, termasuk Indonesia sendiri.
Sehingga sikap toleransi dan solidaritas perlu diberlakukan, di samping menaati semua
ketentuan dan peraturan yang sudah berlaku di masyarakat dan Negara. Dengan demikian,
pasti tidak akan ada pihak-pihak yang merasa dirugikan karena kita sudah paham menjalan
hidup secara bersama-sama berdasarkan ketentuan-ketentuan yang sudah ditetapkan di
tengah-tengah masyarakat dan Negara.

8. Menyaring Informasi Yang Didapatkan


Menyaring informasi yang didapatkan juga merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan
untuk mencegah pemahaman radikalisme dan tindakan terorisme. Hal ini dikarenakan
informasi yang didapatkan tidak selamanya benar dan harus diikuti, terlebih dengan adanya
kemajuan teknologi seperti sekarang ini, di mana informasi bisa datang dari mana saja.
Sehingga penyaringan terhadap informasi tersebut harus dilakukan agar tidak menimbulkan
kesalahpahaman, di mana informasi yang benar menjadi tidak benar dan informasi yang tidak
benar menjadi benar. Oleh karena itu, kita harus bisa menyaring informasi yang didapat
sehingga tidak sembarangan membenarkan, menyalahkan, dan terpengaruh untuk langsung
mengikuti informasi tersebut.

9. Ikut Aktif Mensosialisasikan Radikalisme Dan Terorisme


Mensosialisasikan di sini bukan berarti kita mengajak untuk menyebarkan pemahaman
radikalisme dan melakukan tindakan terorisme, namun kita mensosialisasikan tentang apa itu
sebenarnya radikalisme dan terorisme. Sehingga nantinya akan banyak orang yang mengerti
tentang arti sebenarnya dari radikalisme dan terorisme tersebut, di mana kedua hal tersebut
sangatlah berbahaya bagi kehidupan, terutama kehidupan yang dijalani secara bersama-sama
dalam dasar kemajemukan atau keberagaman. Jangan lupa pula untuk mensosialisasikan
tentang bahaya, dampak, serta cara-cara untuk bisa menghindari pengaruh pemahaman
radikalisme dan tindakan terorisme.

3.0 Contoh Kasus Terorisme Saat Ini di Indonesia

1. Teror di Mako Brimob, Depok, Jawa Barat


Kerusuhan yang terjadi antara pihak kepolisian yang berada di komplek Mako Brimob,
Depok, Jawa Barat degan narapidana teroris yang menjadi tahanan. Dalam kerusuhan ini
enam polisi sempat dijadikan sandra.Lima di antaranya meninggal dunia di tangan narapidana
teroris. Satu tahanan teroris juga meninggal dunia karena insiden tersebut. Pasca kejadian
tersebut, 145 narapidana teroris dipindahkan dari Mako Brimob ke Nusakambangan, Cilacap,
Jawa Tengah.

2. Bom di 3 Gereja di Surabaya


Berpindah ke Jawa Timur, 3 Gereja pada hari Minggu (13/5) silam mengalami teror. Dalam
teror kali ini, pelaku diketahui merupakan satu keluarga. Bom diledakkan di Gereja Santa
Maria Tak Bercela, GKI Diponegoro, dan Gereja Pentakosta Jalan Arjuna. Keluarga yang
diketahui merupakan anggota dari kelompok JAD itu tewas dalam aksinya. Dalam insiden
ini, tiga anak diajak ikut serta bersama orangtuanya dalam melakukan aksi bom bunuh diri
ini. Dalam aksi ini, ada pula kisah heroik seorang warga gereja, Aloysius Bayu, dengan
berani menghalangi motor yang digunakan pelaku teror bom untuk memasuki wilayah Gereja
Santa Maria Tak Bercela.Akibatnya, bom meledak bersama dua pelaku yang diketahui kakak
beradik dan turut menewaskan Bayu. Bayu meninggalkan seorang istri dan dua orang anak
yang masih kecil.

3. Bom di Rusunawa Wonocolo, Sidoarjo


Masih di tanggal yang sama, Minggu (13/5), malam rusunawa Wonocolo, Sidoarjo menjadi
lokasi lain terjadinya teror. Ada dugaan bom yang meledak dalam aksi teror ini terjadi karena
terduga teroris tidak sengaja meledakkan bom rakitannya. Pelaku teror bom ini diketahui
merupakan satu keluarga yang masih memiliki hubungan dengan keluarga pelaku teror bom
di 3 Gereja di Surabaya, pagi harinya. Dalam insiden ini 3 orang tewas yang merupakan ayah,
ibu dan anak sulung mereka. 3 anak lainnya mengalami luka dan dalam perawatan. Pihak
KPAI saat ditemui di kantor KPAI, Jakarta, menyatakan akan bekerja sama dengan PPA
Jawa Timur untuk melakukan pendampingan terhadap anak-anak yang menjadi korban dan
diajak ikut serta dalam aksi teror bom ini.

4. Bom di Polrestabes Surabaya


Masih di Kota Surabaya, sehari pasca kejadian ledakan teror bom yang terjadi di 3 Gereja,
pada Senin (14/3) di Mapolrestabes Surabaya terjadi juga teror bom. Dalam teror kali ini,
kembali diketahui dilakukan oleh satu keluarga. Sepasang suami istri dengan tiga orang
anaknya mendatangi Polrestabes Surabaya dengan menggunakan dua sepeda motor. Saat
masih berada di palang gerbang masuk Polrestabes Surabaya, bom meledak. Empat dari lima
pelaku teror bom tewas di tempat. Empat polisi dan enam warga sipil juga menjadi korban
dalam teror tersebut. Seorang anak kecil berjenis kelamin perempuan yang diketahui sebagai
anak dari pelaku teror bom diketahui selamat dan dalam perawatan.

5. Penyerangan terduga teroris ke Mapolda Riau


Tepat sehari sebelum bulan Ramadan dimulai, Selasa (16/5), Polda Riau juga diserang oleh
sekawanan orang yang diduga tergabung dalam kelompok terorisme. Kawanan ini terdiri dari
lima orang yang diketahui menggunakan mobil Avanza putih. Pada pukul 09.00 WIB pagi ini
mobil diketahui mendesak masuk ke dalam Mapolda Riau dan dihalangi oleh pihak
kepolisian. Empat orang lantas diketahui turun dari mobil dan menyerang dengan
menggunakan samurai. Seorang pelaku lagi sempat berusaha kabur dengan membawa mobil.
Sampai saat ini diketahui seorang polisi gugur dalam aksi tersebut karena ditabrak oleh
pelaku yang kabur dengan mobil. Empat orang pelaku lainnya tewas tertembak polisi. Dua
wartawan dikabarkan turut menjadi korban luka dalam insiden ini.
Bab III
PENUTUP
3.1 Saran
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan untuk itu kami dari penyusun berharap agar
pembaca dapat memanfaatkan makalah ini dengan baik. Segala kritikan maupun saran dari
pembaca akan kami terima dengan lapang dada untuk menambah wawasan serta perbaikan
penyusunan yang lebih baik lagi. Untuk kebaikan bersama kami selaku penyusun
menginginkan agar pembaca dapat memahami isi dari makalah ini agar dapat dipahami dan
diamalkan kapan dan dimanapun. Serta dapat bermanfaat bagi masyarakat yang
membutuhkan.

3.2 Kesimpulan
Setiap tindakan kaum teroris adalah tindakan kriminal. Oleh karena itu, kita sebagai
masyarakat yang mempunyai moral, pendidikan, dan etika sudah selayaknya tidak terjerumus
hal-hal yang berhubungan dengan tindakan terorisme ataupun tindakan kriminal lainnya.
Selain itu, penyuluhan terhadap bahaya terorisme di sekitar kita perlu diadakan untuk
antisipasi terpengaruhnya masyarakat awam terhadap terorisme
DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/search?
q=bagaimana+jaringan+terorisme+saat+ini&oq=bagaimana+jaringan+terorisme+saat+ini&a
qs=chrome..69i57.5661j0j4&sourceid=chrome&ie=UTF-8https://www.idntimes.com/news/
indonesia/margith-juita-damanik/5-kasus-teror-di-indonesia-selama-mei/fullhttps://
www.google.com/search?
q=makalah+terorisme&oq=ma&aqs=chrome.0.69i59l2j69i60l3j69i57.2977j0j4&sourceid=ch
rome&ie=UTF-8https://www.google.com/search?
safe=strict&ei=fOQ6XPSxCoWTwgOBgqnwAg&q=peta+jaringan+terorisme+saat+ini&oq=
p&gs_l=psy-ab.1.0.35i39l2j0i3l8.32368.32699..35473...1.0..0.867.867.6-1......0....1..gws-
wiz.....6.LaGRDBWHK9o

Anda mungkin juga menyukai