Anda di halaman 1dari 20

MANAJEMEN LEMBAGA PENDIDIKAN TINGGI

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Lembaga
Pendidikan

Dosen Pengampu Mata Kuliah : Diah Novita Fardani, M.Pd.I.

Disusun Oleh Kelompok 4 :


Kelas 7N

1. Rastika Tustikasari (203111012)


2. Lutfi Tsania Salsabila (203111081)
3. Esti Nur Arrochmah (203111178)
4. Muhammad Tsalits Jazillah (203111268)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN MAS SAID SURAKARTA
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah terkait Manajemen
Lembaga Pendidikan Tinggi ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Lembaga Pendidikan.
Selain itu, juga untuk menambah wawasan tentang manajemen lembaga pendidikan
tingkat tinggi untuk para pembaca dan penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Diah Novita Fardani, M.Pd.I. Selaku
dosen pengampu mata kuliah Manajemen Lembaga Pendidikan yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang
studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini dengan baik.

Kami menyadari makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh

Surakarta, 16 September 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER ........................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 4
A. Pengertian Manajemen Pendidikan Tinggi .......................................... 4
B. Manajemen Pembelajaran Pada Pendidikan Tinggi ............................ 6
C. Manajemen Personil Pada Pendidikan Tinggi ..................................... 7
D. Manajemen Pembiayaan Pada Pendidikan Tinggi .............................. 8
E. Manajemen Sarana Dan Prasarana Pada Pendidikan Tinggi ............... 9
F. Manajemen Hubungan Dengan Masyarakat Pada Pendidikan
Tinggi .................................................................................................. 9
G. Isu-Isu Kritis Dalam Manajemen Pendidikan Tinggi ........................... 14
BAB III PENUTUP ....................................................................................... 16
A. Kesimpulan .......................................................................................... 16
B. Saran .................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan Tinggi merupakan satuan pendidikan formal yang mengemban
misi mencari, menemukan, dan menyebarluaskan kebenaran ilmiah melalui
pendidikan dan pembelajaran, penelitian (riset), serta pengabdian kepada masyarakat
(Tridharma Perguruan Tinggi). Pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan yang
paling tinggi setelah pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Pendidikan tinggi
tidak hanya dikenal dengan lembaga pendidikan saja, akan tetapi dikenal juga
sebagai lembaga yang menjadi penghubung antara mahasiswa dengan masyarakat
sekitar, agar ilmu yang didapatkan ketika di perguruan tinggi bisa bermanfaat tidak
hanya bagi diri mereka tetapi juga dapat bermanfaat bagi orang lain.
Dengan adanya diagnosis dunia pendidikan masa kini serta analisis prospek
pendidikan masa depan, menurut Tilaar ada sepuluh kecederungan (mega-trends)
sebagai rekonstruksi Sisdiknas yang akan menunjang masyarakat industri modern
yaitu; 1) pendidikan dasar, 2) kurikulum, 3) PBM, 4) tenaga kependidikan, 5)
pendidikan, 6) pelatihan dan tenaga kerja, 7) pendidikan tinggi, 8) pendidikan
berkelanjutan, 9) pembiayaan pendidikan, 10) desentralisasi pendidikan dan
partisipasi masyarakat, dan manajemen pendidikan. 1
Dalam UU No 12 Tahun 2012 pasal 5 menyatakan bahwa: Pendidikan Tinggi
bertujuan: (a) berkembangnya potensi Mahasiswa agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, terampil, kompeten, dan (b) berbudaya untuk
kepentingan bangsa; (c) dihasilkannya lulusan yang menguasai cabang Ilmu
Pengetahuan dan/atau Teknologi untuk memenuhi kepentingan nasional dan
peningkatan daya saing bangsa; (d) dihasilkannya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
melalui Penelitian yang memperhatikan dan menerapkan nilai Humaniora agar

1
Tilaar, H.A.R, 2004, Manajemen Pendidikan Nasional, Kajian Pendidikan Masa Depan. Bandung :
Remaja Rosdakarya, hh. 173-186.

1
bermanfaat bagi; (e) kemajuan bangsa, serta kemajuan peradaban dan kesejahteraan
umat manusia; dan (f) terwujudnya Pengabdian kepada Masyarakat berbasis
penalaran dan karya Penelitian yang bermanfaat dalam memajukan kesejahteraan
umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan tujuan tersebut, perguruan
tinggi merupakan wadah atau penampung bagi peserta didik yang ingin melanjutkan
studinya ke tingkat yang lebih tinggi, harus bisa melahirkan mahasiswa yang mampu
bersaing disegala bidang keilmuan, karena mahasiswa menjadi tolak ukur majunya
pendidikan di Indonesia. Namun pada kenyataannya, dalam upaya mewujudkan
peran idealnya tersebut, penyelenggaraan pendidikan tinggi di Indonesia masih
menghadapi sejumlah kendala, baik dari segi kebijakan, implementasi, pengawasan,
maupun evaluasi. Kendala tersebut antara lain terkait persoalan akses, mutu,
anggaran dan pembiayaan, relevansi, tata kelola pendidikan tinggi serta persoalan
lainnya. Dengan demikian seorang pendiri pendidikan tinggi harus memiliki konsep
dan tujuan yang jelas dalam membangun sebuah pendidikan tinggi.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka yang menjadi permasalahan dan diungkapkan
dalam makalah ini adalah :
1. Apa pengertian dari manajemen pendidikan tinggi ?
2. Bagaimana manajemen pembelajaran pada pendidikan tinggi ?
3. Bagaimana manajemen personil pada pendidikan tinggi ?
4. Bagaimana manajemen pembiayaan pada pendidikan tinggi ?
5. Bagaimana manajemen sarana dan prasarana pada pendidikan tinggi ?
6. Bagaimana manajemen hubungan dengan masyarakat pada pendidikan tinggi ?
7. Apa saja isu-isu kritis dalam manajemen pendidikan tinggi ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari manajemen pendidikan tinggi.
2. Untuk mengetahi manajemen pembelajaran pada pendidikan tinggi.
3. Untuk mengetahi manajemen personil pada pendidikan tinggi.
4. Untuk mengetahi manajemen pembiayaan pada pendidikan tinggi.
5. Untuk mengetahi manajemen sarana dan prasarana pada pendidikan tinggi.

2
6. Untuk mengetahi manajemen hubungan dengan masyarakat pada pendidikan
tinggi.
7. Untuk mengetahi isu-isu kritis dalam manajemen pendidikan tinggi.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Manajemen Pendidikan Tinggi


Pendidikan tinggi sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional memiliki
peran strategis dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan memajukan ilmu
pengetahuan dan teknologi dengan memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora
serta pembudayaan dan pemberdayaan bangsa Indonesia yang berkelanjutan. Untuk
meningkatkan daya saing bangsa dalam menghadapi globalisasi di segala bidang,
diperlukan pendidikan tinggi yang mampu mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta menghasilkan intelektual, ilmuwan, dan/atau profesional yang
berbudaya dan kreatif, toleran, demokratis, berkarakter tangguh, serta berani
membela kebenaran untuk kepentingan bangsa. Pendidikan Tinggi adalah jenjang
pendidikan setelah pendidikan menengah atas yang mencakup program diploma,
program sarjana, program magister, program doktor, dan program profesi, serta
program spesialis, yang diselenggarakan oleh Perguruan Tinggi berdasarkan
kebudayaan bangsa Indonesia.
Dalam pembangunan pendidikan suatu bangsa perlu adanya sistem
manajemen pendidikan yang handal (efektif dan efisien) sehingga diharapkan
mampu menghadapi persaingan global yang sangat pesat dan dapat mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Terkait dengan manajemen
pendidikan di perguruan tinggi, maka manajemen pendidikan yang handal tersebut
dalam kerangka governance perguruan tinggi yang merupakan proses sistem
manajemen kelembagaan yang berbasis pada, yaitu: (1) keadilan dan persamaan, (2)
mutu yang tinggi dan relevan, (3) professionalism yang kaya dan tidak kering, (4)
keterbukaan, pemberdayaan, partisipasi, dan keunggulan.2
Selain itu, manajemen pendidikan di perguruan tinggi juga harus
menggunakan dan mengadaptasi perkembangan teknologi yang sangat pesat
khususnya teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam proses peunbelajaran.
Dengan demikian dalam suatu perguruan tinggi keberadaan teknologi dalam

2
Muhammad Rohman, 2009, Manajemen Pendidikan (Analisis dan solusi terhadap kinerja manajemen
kelas dan strategi pengajaran yang efektif). (Jakarta: Prestasi Pustakarya. Hal. 119.

4
manajemen pendidikan khususnya manajemen pembelajaran menjadi sangat penting
karena teknologi khususnya teknologi internet dapat menyediakan sumber belajar
yang beraneka ragam dan dapat merubah serta mengembangkan cara belajar kita.
Adapun ciri-ciri manajemen perguruan tingi Modern diantaranya (1) Manajemen
harus berhubungan dengan kompetisi global, bukan lagi lokal danregional. (2)
Manajemen harus menyadari bahwa internasionalisasi sudah terdesak oleh
globalisasi. (3) Manajemen dewasa ini lebih berbasis teknologi, terlebih lagi
teknologi informasi. (4) Karyawan lebih merupakan mitra daripada bawahan. Para
manajer harus mengelola perubahan. (6) Kewiraswastaan dewasa ini tetap
mendorong kemajuan ekonomi. (7) Kerjasama tetap merupakan suatu kehutuhan dan
keharusan. (8) Keragaman harus dikelola. (9) Para manajer harus menguhah budaya
organisasi.
1. Sistem Manajemen Perguruan Tinggi dalam Konsep Balance Scorecard
Konsep Balanced scorecard merupakan suatu sistem manajemen karena
pengembangan sistem pengukuran sekaligus dapat digunakan sebagai sarana,
yang pada hakekatnya menyangkut sistem manajemen, khususnya manajemen
strategis, Sarana-saran dimaksud dapat dikelompokkan menjadi empat hal pokok,
yaitu: 1)menjelaskan dan menerjemahkan visi dan strategi, 2) mengomunikasikan
dan menghubungkan tujuan strategi dan ukuran; 3), merencanakan, menetapkan
target, dan menyelaraskan inisjatif strategi; 4) melancarkan umpan halik dan
penyempurnaan strategi.
2. Sistem Manajemen Perguruan Tinggi dalam Good Governance dan ICT
Untuk dapat berkembang, perguruan tinggi Modern juga harus mengadaptasi dan
menerapkan prinsip-prinsip good governance, yaitu selalu inemperhatikan aspek
seperti transparency, accountability, responsibility, independency dan fairness.
Oleh karena itu, perguruan tinggi harus memiliki akses terhadap data dan
informasi yang cepat dan tepat untuk mendukung indikator kinerja atau pertorma
perguruan tingg. dalam konsep good governance. Data dan informasi yang cepat
dan akurat hanya dapat diperoleh jika perguruan tinggi tersebut memanfaatkan
kelebihan ICT dalam sistein manajemennya sehingga memudahkan pemimpin
perguruan tinggi untuk mengambil keputusan (pemanfaatan sistem informasi
manajemen) dan atau civitas akademik dapar mengakses informasi dengan mudah

5
dalam proses pembelajaran (pemanfaatan @-learning) atau kepentingan yang lain
seperti internet, WAN dan LAN.3

B. Manajemen Pembelajaran Pada Pendidikan Tinggi


Pembelajaran di perguruan tinggi sekarang ini telah mengalami perubahan
dan penataan yang semakin baik, terlebih setelah keluarnya diundangkannya
Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional
Indoneia (KKNI), Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2012
tentang Pendidikan Tinggi dan Peraturan Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan
Tinggi Nomor 44 Tahun 2015 Tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SN-
Dikti). Perubahan dan penataan tersebut sebagai bentuk pemenuhan kebutuhan dan
tuntutan masyarakat serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan
demikian, kurikulum perguruan tinggi mengacu pada KKNI. KKNI terdiri dari 9
jenjang yang menunjukan tingkatan kualifikasi dan kompetensi lulusan dari setiap
satuan pendidikan. Program sarjana berada pada level 6 yang dikelompokkan dalam
jabatan teknisi atau analis. Pembelajaran di perguruan tinggi bertujuan untuk capaian
pembelajaran lulusan (CPL). Untuk itu, pengelolaan dari aspek perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi menjadi sangat penting.
Bafadhal mengatakan bahwa manajemen pembelajaran adalah segala sesuatu
pengaturan proses belajar mengajar dalam rangka tercapainya proses belajar
mengajar yang efekif dan efesien dan peningkatan motivasi belajar.Rohman
manajemen pembelajaran adalah sebagai suatu usaha ke arah pencapaian
tujuantujuan melalui aktivitas orang lain atau membuat sesuatu dikerjakan oleh
orangorang lain berupa peningkatan minat, motivasi belajar, perhatian, kesenangan
dan latar belakang peserta didik (orang yang belajar) dengan memperluas cakupan
aktivitas (tidak terlalu dibatasi) serta mengarah kepada pengembangan gaya hidup di
masa mendatang.Jadi dapat disimpulkan bahwa Manajemen pembelajaran di
perguruan tinggi adalah proses perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan berbagai
kegiatan yang berkaitan dengan proses pembelajaran dan pengajaran di lingkungan
pendidikan tinggi. Manajemen pembelajaran ini bertujuan untuk memastikan bahwa

3
Lantip Diat Prasojo, 2009, "Sistem Manajemen Perguruan Tinggi Modern". Dinamika Pendidikan No.1.

6
pendidikan tinggi memberikan pengalaman belajar yang berkualitas kepada
mahasiswa dan mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.4
Karakteristik proses pembelajaran menurut Permenristekdikti Nomor 44
tahun 2015 pada pasal 11 terdiri atas sifat interaktif, holistik, integratif, saintifik,
kontekstual, tematik, efektif, kolaboratif, dan berpusat pada mahasiswa. Pemilihan
strategi pembelajaran dalam kurikulum KKNI harus mempertimbangkan pada
kesesuaian dalam memberikan capaian pembelajaran lulusan. Sebagai contoh,
kemampuan berenang tidak mungkin bisa dicapai melalui kuliah/ceramah dan ujian
tulis. Dengan demikian capaian pembelajaran harus menjadi dasar dalam pemilihan
bentuk/strategi pembelajarannya. Pembelajaran dalam kurikulum KKNI berpinsip
utamanya berpusat pada mahasiswa, sedangkan prinsip pembelajaran yang lain akan
melengkapi.

C. Manajemen Personil Pada Pendidikan Tinggi


Manajemen personil atau pegawai dalam pendidikan tinggi merupakan suatu
proses pengelolaan maupun pengaturan terhadap sumber daya manusia (Dosen, staf,
dan tenaga kerja lainnya) agar lembaga pendidikan dapat berfungsi secara efektif
dalam mencapai tujuan.
Beberapa aspek dalam manajemen personalia pada pendidikan tinggi:
1. Rekrutmen
Yaitu proses penerimaan dan seleksi dosen, staf dan tenaga kerja lainnya yang
yang sesuai dengan kebutuhan universitas.
2. Pelatihan dan pengembangan
Yaitu melakukan pelatihan dan pengembangan yang diperlukan pegawai untuk
meningkatkan keterampilan dan memenuhi tuntutan perubahan dalam dunia
pendidikan.
3. Evaluasi Kinerja
yaitu proses yang kontinu dan perlu dilakukan secara teratur. Dosen dan staf harus
dievaluasi berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, seperti pencapaian
akademik, kontribusi penelitian, kinerja administratif, dan komitmen terhadap
misi dan nilai universitas.

4
Bafadal, 2004, " Peningkatan Profesionalisme Guru SD". Jakarta: Bumi Aksara. Hal. 11.

7
D. Manajemen Pembiayaan Pada Pendidikan Tinggi
Manajemen merupakan penggunaan sumber daya secara efektif untuk
mencapai sasaran, sedangkan pembiayaan pendidikan yakni proses perancanaan,
perolehan, pengalokasian dan pengelolaan biaya yang bersangkutan dengan
penyelenggaraan proses pendidikan yang akan dan sedang dijalankan.
1. Perencanaan Pembiayaan (Budgeting) Pendidikan tinggi
Menurut Fattah dalam Achmad Anwar (2017) Perencanaan merupakan proses
penentuan tujuan atau sasaran yang hendak dicapai dan menetapkan jalan dan
sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu seefisien dan seefektif
mungkin. Kemudian Budget atau Anggaran merupakan rencana terperinci untuk
pemerolehan dan pemakaian sumber daya keuangan dan lain-lain selama periode
waktu tertentu, khususnya satu tahun fiskal.
2. Perolehan Biaya
a. Biaya Kuliah: Perguruan tinggi dapat menghasilkan pendapatan dari biaya
kuliah yang dibayarkan oleh mahasiswa. Perencanaan harus memperhitungkan
tingkat biaya kuliah yang wajar dan kebijakan bantuan keuangan bagi
mahasiswa yang membutuhkan.
b. Dana Pemerintah: Banyak perguruan tinggi menerima dana dari pemerintah
pusat atau lokal. Proses perolehan dana ini mungkin melibatkan penilaian
kinerja dan kepatuhan terhadap standar pendidikan tertentu.
c. Sumber Dana Swasta: Perguruan tinggi juga dapat mencari sumber pendanaan
swasta, termasuk sumbangan dari alumni, yayasan, atau perusahaan.
3. Pengalokasian Biaya
a. Pengajaran dan Penelitian: Sebagian besar dana harus dialokasikan untuk
mendukung pengajaran dan penelitian, termasuk pembayaran gaji dosen,
peralatan pengajaran, dan fasilitas laboratorium.
b. Pengembangan Infrastruktur: Perguruan tinggi perlu mengalokasikan dana
untuk pengembangan dan pemeliharaan infrastruktur, termasuk gedung
perkuliahan, perpustakaan, laboratorium, dan fasilitas lainnya.
c. Program Akademik: Pengalokasian biaya harus mempertimbangkan
keberagaman program akademik, termasuk program sarjana, magister, dan
doktor, serta program khusus lainnya.

8
4. Pengelolaan Biaya
a. Pemantauan dan Evaluasi: Perguruan tinggi harus memiliki sistem
pemantauan dan evaluasi yang kuat untuk memastikan bahwa dana digunakan
sesuai dengan rencana anggaran.
b. Evaluasi Kualitas Pendidikan: Selain pengelolaan dana, evaluasi kualitas
pendidikan juga penting. Perguruan tinggi perlu mengukur keberhasilan
akademik mahasiswa dan efektivitas pengajaran.
c. Pelaporan Keuangan: Perguruan tinggi harus menyusun laporan keuangan
yang jelas dan transparan untuk menjelaskan penggunaan dana kepada
pemangku kepentingan, termasuk mahasiswa, orang tua, dan badan
pemerintah.5

E. Manajemen Sarana Dan Prasarana Pada Pendidikan Tinggi


Manajemen sarana dan prasarana pada pendidikan tinggi merupakan proses
perencanaan, pengelolaan, dan pemeliharaan fasilitas fisik yang digunakan dalam
lembaga pendidikan tinggi. Fasilitas fisik ini meliputi bangunan kampus, ruang
kuliah, perpustakaan, laboratorium, lapangan olahraga, dan berbagai infrastruktur
lainnya. Manajemen sarana dan prasarana penting untuk memastikan bahwa lembaga
pendidikan tinggi dapat menyediakan lingkungan yang mendukung pembelajaran,
penelitian, dan kegiatan lainnya.
Beberapa aspek penting dalam menajemen sarana prasarana:
1. Perencanaan fasilitas: mengidentifikasi kebutuhan fasilitas berdasarkan program
akademik, jumlah mahasiswa dan tujuan institusi.
2. Penganggaran dana: menentukan anggaran yang diperlukan dalam pembangunan,
pemeliharaan dan operasional fasilitas.
3. Pemeliharaan: menjaga dan memperbaiki fasilitas untuk menjaga kualitasnya.

F. Manajemen Hubungan Dengan Masyarakat Pada Pendidikan Tinggi


Menurut Harlow , humas merupakan komunikasi dua arah antara organisasi
dengan publik secara timbal balik dalam rangka mendukung fungsi dari tujuan

5
Abidin, Achmad Anwar. 2017, “Manajemen Pembiayaan Pendidikan Tinggi dalam Upaya Peningkatan
Mutu (Studi Kasus Pada Perguruan Tinggi Swasta Menengah di Surabaya).” Jurnal Penjaminan Mutu.

9
manajemen dengan meningkatkan pembinaan kerjasama serta pemenuhan
kepentingan bersama (Ruslan, 1999:102).6 Menegaskan fungsi humas adalah
menciptakan hubungan-hubungan yang saling bermanfaat antara sebuah lembaga
dengan berbagai publiknya yang diupayakan secara terencana dan terorganisasi.
Howard Childs (Ngurah, 1999:5), menyebutkan fungsi dasar humas bukan untuk
menampilkan pandangan organisasi atau seni sikap publik, tetapi untuk melakukan
rekonsiliasi atau penyesuaian terhadap kepentingan publik setiap aspek pribadi
organisasi maupun perilaku perusahaan yang punya signifikan sosial. 7
1. Manajemen Kehumasan Di Perguruan Tinggi
Fungsi sentral public relations adalah menunjang manajemen dalam
mencapai tujuan organisasi, dengan komunikasi sebagai kegiatannya yang utama.
Sasaran kegiatan public relations adalah publik intern dan ekstern, sedangkan
tujuannya adalah terbinanya hubungan harmonis antara organisasi/lembaga yang
diwakilinya dengan publiknya atau stakeholders – sasaran khalayak yang terkait -
pada akhir tujuannya: diharapkan akan tercipta citra positif (good image),
kemauan yang baik (good will), saling menghargai (mutual appreciation), saling
timbul pengertian (mutual understanding), toleransi (tolerance) antara kedua belah
pihak yang terkait dan sebagainya. Dengan demikian, perguruan tinggi yang
unggul adalah perguruan tinggi yang mampu mengelola hubungan dengan
stakeholder nya yang meliputi mahasiswa, dosen, staf administrasi, alumni,
masyarakat, pemerintah, media pers, orang tua mahasiswa, dll, sehingga melalui
hubungan yang baik dan strategis itu dapat mencapai tujuan perguruan tinggi
secara realistis.
Humas perguruan tinggi dituntut untuk mampu membangun image positif
terhadap lembaga dalam memasuki era ke depan (globalisasi, era otonomi
pendidikan), menumbuhkan komunikasi yang sinergis antara lembaga pendidikan
dengan masyarakat dan membangun institusi responsif terhadap dinamika
masyarakat. Dengan demikian fungsi humas perguruan tinggi dituntut selalu
profesional dalam mengelola informasi sehingga terwujudnya citra positif
lembaga. Tuntutan ini mensyaratkan perlunya manajemen terhadap pengelolaan

6
Rosady Ruslan, 2002, Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
7
I Gusti Ngurah Putra, 1999, Manajemen Hubungan Masyarakat. Yogyakarta: Penerbit UAJ.

10
komunikasi (humas) di perguruan tinggi. pada dasarnya manajemen humas dapat
diartikan sebagai penerapan konsep-konsep manajemen ke dalam kegiatan humas
mulai dari merencanakan suatu program kerja humas, mengorganisasikannya,
melaksanakannya hingga mengevaluasi suatu program kerja humas. Program
kerja humas yang baik harus didasarkan pada pemahaman yang tepat terhadap
persoalan kehumasan yang dihadapi oleh sebuah organisasi. Oleh karenanya
kegiatan humas yang efektif pada dasarnya adalah sebuah proses yang diawali
dengan penentuan masalah melalui penelitian, sebagai landasan acuan untuk
pelaksanaan program kerja humas dapat dilakukan melalui “proses empat tahapan
atau langkah-langkah pokok” yaitu:
a. Reseacrh – Penemuan fakta (Fact Finding)
Pada tahap ini, akan ditetapkan suatu fakta dan informasi yang berkaitan
langsung dengan kepentingan organisasi. Penemuan fakta dilakukan untuk
mengetahui apakah opini, sikap dan reaksi (situasi dan pendapat) dalam
masyarakat menunjang atau justru menghambat organisasi, instansi atau
perusahaan ( what’s our problem?). Dalam tahap penemuan fakta ini seorang
petugas humas dituntut:
1) Memperhatikan berbagai kejadian atau perkembangan sosial, politik maupun
ekonomi yang secara langsung atau tidak langsung berhubungan dengan
lembaga atau perusahaan.
2) Mengumpulkan berbagai macam data untuk diolah menjadi informasi.
3) Menganalisis informasi itu agar sesuai dengan keperluan lembaga atau
perusahaan.
4) Selalu siap menyajikan berbagai informasi secukupnya kepada setiap unit
organisasi atau perusahaannya.
5) Menyempurnakan segala macam informasi yang dirasakan masih kurang
memadai.
6) Melengkapi simpanan data dan informasi antara lain dengan
menyelenggarakan dokumentasi dan press clipping.
b. Perencanaan dan Mengambil Keputusan (Planning – Decision)
Perencanaan merupakan tahap yang cukup penting, karena
menghubungkan kegiatan komunikasi dengan kepentingan organisasi atau

11
perusahaan. Dalam tahap ini yang merupakan kelanjutan dari tahap fact finding
- atas dasar hasil penelitiannya, seorang petugas humas merencanakan
bagaimana sebaiknya dengan memperhatikan faktor-faktor psikologis,
sosiologis, keadaan sosial, ekonomi politik - pesan dari komunikator
dirumuskan agar dapat mencapai tujuannya. Berdasarkan hasil fact finding,
dalam tahap ini sejumlah langkah yang perlu dilakukan, yaitu :
1) Merumuskan apa tujuan yang harus dicapai oleh humas ketika mengirim
pesan tertentu.
2) Mengolah data yang diperolehnya tentang berbagai faktor yang diperlukan.
3) Merumuskan bagaimana pesan harus disebarkan.
4) Menentukan teknik komunikasinya.
5) Memeriksa kesempurnaan informasi yang diperolehnya pada tahap fact
finding.
6) Membandingkan pengalaman-pengalaman pihak lain dan organisasinya
sendiri guna memperoleh langkah terbaik.
7) Mengadakan analisis atas informasi yang diperoleh serta merumuskannya
sesuai dengan program kerja, yaitu sesuai dengan situasi dan tempat.8
c. Komunikasi – Pelaksanaan (Communication – Action)
Tahapan komunikasi tidak terlepas dari perencanaan tentang bagaimana
mengkomunikasikan dan apa yang dikomunikasikan sehingga menimbulkan
kesan-kesan yang secara efektif mempengaruhi pihak-pihak yang dianggap
penting dan berpotensi dalam upaya memberikan dukungan sepenuhnya.
Bagaimana mengkomunikasikan sesuatu dan apa yang dikomunikasikan,
sebenarnya tidak terlepas dari tujuan yang hendak dicapai melalui kegiatan
kehumasan . Suatu program komunikasi menyangkut pilihan-pilihan terhadap
saluran komunikasi yang akan digunakan dalam berkomunikasi dengan publik
sasaran. Untuk itu, pilihan media atau saluran komunikasi tergantung pada
publik sasaran. Pilihan media saluran dipengaruhi oleh antara lain faktor
ketersedian media, biaya, ketrampilan komunikasi, publik sasaran dan tujuan
komunikasi. Selain pilihan media/ saluran komunikasi, dalam program
komunikasi, perlu juga ditentukan jenis pesan dan tema tema yang harus

8
Zulkarnain Nasution, 2006, Manajemen Humas di Lembaga Pendidikan. Malang: UMM Press.

12
ditonjolkan, implementasi program kehumasan dilakukan tidak hanya dengan
program komunikasi, tetapi juga program tindakan untuk menyelesaikan
masalah yang dihadapi organisasi . Kedua cara tersebut perlu dilakukan karena
masalah hubungan perusahaan dengan publik tidak saja disebabkan kesalahan
berkomunikasi tetapi juga faktor-faktor non komunikasi (kesalahan
berperilaku, membuat kebijakan, dll.). Karena masalah kehumasan bisa
disebabkan faktor komunikasi dan non komunikasi, maka Humas perlu
mengusulkan program tindakan untuk menunjang penyelesaian masalah.
d. Evaluasi (Evaluation)
Setelah komunikasi dilaksanakan, maka sesuatu organisasi tentu ingin
mengetahui dampak atau pengaruhnya terhadap publik atau khalayak. Pada
tahapan ini humas mengadakan penilaian terhadap hasil-hasil dari program-
program kerja atau aktivitas humas lainnya yang telah dilaksanakan, serta
keefektivitasan dari teknik-teknik manajemen, dan komunikasi yang telah
dipergunakan.Evaluasi program humas penting dilakukan karena :
1) Dengan menunjukkan nilai program kehumasan bagi perusahaan, maka
manajer humas dapat mempertahankan program-program tersebut dan
keberadaan bagian Humas.
2) Tuntutan dari setiap manajemen perusahaaan terhadap setiap bagian
diperusahaan agar setiap pengeluaran sumber daya dapat dipertanggung
jawabkan.
3) Pemikiran/pendapat kalau program atau bagian humas merupakan bagian
yang menghambur-hamburkan uang (biaya besar, tidak jelas hasil
pencapaian objektif tertentu).
4) Bagian dari usaha untuk peningkatan status profesionalisme para praktisi
humas.9

9
Rosady Ruslan, 2002, Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.

13
G. Isu-Isu Kritis Dalam Manajemen Pendidikan Tinggi
Kenyataannya bahwa perguruan tinggi belum mampu berperan sebagaimana
yang diharapkan, memang meniscayakan upaya perbaikan. Namun, terlebih dahulu
kita mesti memahami bahwa problem di perguruan tinggi sesungguhnya tidak bisa
dipisahkan dari karut-marutnya keseluruhan sistem pendidikan nasional kita. Berikut
ini adalah beberapa permasalahan yang terkait dengan kompleksitas manajemen
perguruan tinggi:
1. Kurikulum
Kurikulum pendidikan sering berubah-ubah dalam waktu yang relatif singkat.
Akibatnya menjadi sangat sulit untuk menggambarkan bagaimana sebenarnya
arah pendidikan kita selama ini. Masyarakat banyak berkesimpulan bahwa
perubahan kurikulum yang berlangsung terus-menerus sesungguhnya tidak
substansial, bahkan dianggap hanya praktek menghabiskan uang negara, dan pada
bagian akhir yang berbeda hanyalah bukunya. Selain itu, konsep umum
pendidikan adalah lebih menekankan pada aspek kecerdasan konseptual (kognitif)
saja, bukan dengan menyeimbangkannya dengan kemampuan psikomotorik,
afektif maupun enterpreneurship.
2. Biaya Tinggi
Banyak masyarakat yang memiliki persepsi pendidikan itu mahal, secara
khusus dengan pemberlakuan Uang Kuliah Tunggal (UKT) di PTN (Perguruan
Tinggi Negeri).
3. Kaburnya Konsep Pendidikan
Konsep mulia pendidikan untuk mencerdaskan manusia dan membentuk
akhlak mulia kian redup. Tidak dapat dipungkiri, kualitas pendidikan hanya
diukur dari ijazah. Padahal sekarang ini banyak ijazah yang dijual dengan
mudahnya dan banyak pula yang membelinya dengan harga yang sangat murah.
Ada perguruan tinggi melakukan praktek jual jazah, dimana mahasiswa hanya
tidak mengikuti kegiatan proses belajar mengajar, dengan waktu singkat sudah di
wisuda.
4. Sarana dan Prasarana Terbatas
Terkait dengan fasilitas atau sarana prasarana yang dimiliki lembaga
perguruan tinggi yang terbatas, sebagai akibat pendanaan yang terbatas, sehingga

14
kesulitan untuk mengembangkan sarana dan prasarana. Salah satu indikator
penentu standar pendidikan di perguruan tinggi yang baik adalah memiliki sarana
dan prasana yang cukup baik untuk menunjang proses pendidikan.10

10
Afriantoni, Edy Karno, 2015, "Isu-Isu Kritis dalam Pendidikan Tinggi". Yogyakarta: Grup Penerbitan
CV Budi Utama. Hal. 29.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Manajemen pendidikan di perguruan tinggi merupakan proses sistem
manajemen kelembagaan yang berbasis pada, yaitu: (1) keadilan dan persamaan, (2)
mutu yang tinggi dan relevan, (3) professionalism yang kaya dan tidak kering, (4)
keterbukaan, pemberdayaan, partisipasi, dan keunggulan. Sistem Manajemen
Perguruan Tinggi dalam Konsep Balance Scorecard Konsep Balanced scorecard
merupakan suatu sistem manajemen karena pengembangan sistem pengukuran
sekaligus dapat digunakan sebagai sarana, yang pada hakekatnya menyangkut sistem
manajemen, khususnya manajemen strategis, Sarana-saran dimaksud dapat
dikelompokkan menjadi empat hal pokok, yaitu: 1) Menjelaskan dan menerjemahkan
visi dan strategi, 2) Mengomunikasikan dan menghubungkan tujuan strategi dan
ukuran; 3) Merencanakan, menetapkan target, dan menyelaraskan inisjatif strategi;
4) Melancarkan umpan halik dan penyempurnaan strategi.
Beberapa aspek dalam manajemen personalia pada pendidikan tinggi: 1)
Rekrutmen Yaitu proses penerimaan dan seleksi dosen, staf dan tenaga kerja lainnya
yang sesuai dengan kebutuhan universitas. 2) Pelatihan dan pengembangan Yaitu
melakukan pelatihan dan pengembangan yang diperlukan pegawai untuk
meningkatkan keterampilan dan memenuhi tuntutan perubahan dalam dunia
pendidikan. Evaluasi Kinerja yaitu proses yang kontinu dan perlu dilakukan secara
teratur.

B. Saran
Tentunya penulis telah menyadari bahwa jika dalam penyusunan makalah di
atas masih banyak kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun nantinya penulis
akan segera melakukan perbaikan susunan makalah itu dengan menggunakan
pedoman dari beberapa sumber dan kritik yang bisa membangun yang disampaikan
oleh pembaca.

16
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Achmad Anwar. 2017. “Manajemen Pembiayaan Pendidikan Tinggi dalam


Upaya Peningkatan Mutu (Studi Kasus Pada Perguruan Tinggi Swasta Menengah
di Surabaya).” Jurnal Penjaminan Mutu.
Afriantoni, Edy Karno. 2015. "Isu-Isu Kritis dalam Pendidikan Tinggi". Yogyakarta:
Grup Penerbitan CV Budi Utama. Hal. 29.
Bafadal. 2004. " Peningkatan Profesionalisme Guru SD". Jakarta: Bumi Aksara. Hal. 11.
I Gusti Ngurah Putra. 1999. Manajemen Hubungan Masyarakat. Yogyakarta: Penerbit
UAJ.
Lantip Diat Prasojo. 2009. "Sistem Manajemen Perguruan Tinggi Modern". Dinamika
Pendidikan No. 1.
Muhammad Rohman. 2009. Manajemen Pendidikan (Analisis dan solusi terhadap
kinerja manajemen kelas dan strategi pengajaran yang efektif). (Jakarta: Prestasi
Pustakarya. Hal. 119.
Rosady Ruslan. 2002. Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Tilaar, H.A.R, 2004, Manajemen Pendidikan Nasional, Kajian Pendidikan Masa Depan.
Bandung : Remaja Rosdakarya.
Zulkarnain Nasution. 2006. Manajemen Humas di Lembaga Pendidikan. Malang: UMM
Press.

17

Anda mungkin juga menyukai