Anda di halaman 1dari 10

1.

Pengantar Psikodiagnostik
a. Pengertian dan Konsep Dasar Psikodiagnostik

Psikodiagnostik merupakan alat bantu utama dalam mencari pengertian tentang


tingkah laku manusia. Pengetahuan dasar untuk memahami individu dapat dilakukan dengan
cara merancang, menyajikan, menggunakan alat tes psikologi sebagai salah satu sumber data
dalam mencapai keputusan mengenai prilaku individu.

b. Sejarah

Pada tahun 1965 sebuah jurnal multi disipliner mulai terbit dibawah arahan redaktur
seorang psikolog dan Arhieves of the History of American Psychology berdiri dengan tujuan
sebagai pusat informasi bagi para ilmuwan dengan cara mengumpulkan dan memelihara
materi-materi sumber sejarah psikologi. Pada tahun 1985 proyek sejarah lisan mulai merekan
wawancara dengan mantan pimpinan dan direktur American Psychology Association untuk
melestarikan memori petinggi mengenai perkembangan ilmiah dan professional psikologi.
Pada tahun 1998 sebuah jurnal yang berjudul History of Psychology terbit dalam tiga bulan
sekali untuk membahas hubungan antara sejarah dan psikologi.

c. Tokoh dan ahli yang menerapkan psikodiagnostik


1. Francis Galton (1822-1911)

Pelopor peluncuran gerakan tes dengan minat utama pada hereditas manusia (1869)
yaitu sebuah analisis empiris untuk membuktikan bajwa faktor genetik merupakan faktor
penting dalam perbedaan individual. galton merupakan ahli yang terobsesi dengan
pengukuran. Ia tertatik untuk mengukur inteligensi seseorang dengan menghitung waktu
reaksi rata-rata dan perbedaan tugas sensori.

Contohnya tes batang Galton untuk pembedaan panjang secara visual, dan peluit
galton untuk menentukan suara paling melengking yang dapat di dengar, serta serangkaian
bobot yang bertingkat-tingkat untuk mengukur pembedaan kinestik. Galton percaya bahwa
tes-tes pembedaan indrawi ini dapat berfungsi sebagai sarana untuk mengukur kecerdasan
seseorang. Galton juga merintis penerapan metode skala pemeringkatan dan kuesioner, serta
penggunaan teknik asosiasi bebas yang selanjutnya diterapkan dalam berbagai tujuan.
Sumbangan lain adalah pengembangan metode statistik untuk menganalisis data mengenail
perbedaan-perbedaan individu. Ia menyeleksi dan mengadaptasi sejumlah teknik statistik
tertentu sehingga dapat digunakan penguji yang tidak terlatih secara matematis untuk
membuat hasil-hasil tes kuantitatif. Cara ini telah memperluas aplikasi prosedur statistik ke
analisis data tes.

2. James McKeen Cattell (1860-1944)

Cattel memilih untuk melakukan eksperimen tentang waktu reaksi, yaitu waktu yang
dibutuhkan untuk aktivitas mental tertentu. Cattel kemudian pergi ke Inggris untuk menjara
di Universitas Cambridge tempat dimana ia bertemy Francis Galton. Keduanya kemudian
saling berbagi informasi mengenai ketertarikan mereka pada perbedaan individual , dan
Galton yang pada saat itu sudah berada di puncak ketenaran, memberi Cattel sebuah tujuan
ilmiah, yaitu pengukuran perbedaan psikologi antar manusia (Sokal, 1987). Terpengaruh oleh
Galton, Cattel menjadi salah satu psikolog Amerika pertama yang menekankan pada
kuantifikasi, penyusunan peringkat, dan penilaian.

d. Ilmu-ilmu yang berkaitan dengan psikodiagnostik

Kegiatan psikodiagnostik dapat dilakukan dalam setting klinis, industri


organisasi, soial, dan pendidikan, oleh karena itu psikodiagnostik berhubungan
dengan ilmu statistika, matematika, sosiologi, antropologi, biologi, dan pendidikan.

2. A. Metode dan tahapan psikodiagnostik

a. Wawancara

Wawancara sebagai sebuah tes menurut Kaplan dan Saccuzzo (2012)


merupakan metode pengumpulan data atau informasi individu yang kemudian dapat
digunakan untuk mendeskripsikan data, membuat prediksi, mengevaluasi data
berdasarkan validitas dan reliabilitas, dilakukan secara individu atau kelompok secara
terstruktur dan tidak terstruktur.
Wawancara ini penting saat melaksanakan tes tertentu, seperti TAT (Thematic
Apperception Test), CAT (Children Apperception Test). Sumber kesalahn yang perlu
diperhatikan saat melakukan wawancara adalah kecenderungan untuk mengambil
kesimpulan umum mengenai individu berdasarkan kesan wawancara (hallo efect atau
standoutishness), kesalahpahaman pemahaman budaya yang berpengaruh pada arah
kesimpulan wawancara, kesepakatan antara pewawancara tentang variabel tertentu.
wawancara yang dilakukan pewawancara perlu memperhatikan prinsip wawancara
yang dikemukakan oleh Kaplan dan Saccuzzo (2012), yaitu :
Kesesuaian Sikap
Respon efektif dan respon yang dihindari
pengukuran pemahaman

tipe wawancara menurut Kaplan dan Saccuzzo (2012) terdiri dari:


1. Wawancara evaluasi
2. Wawancara klinis terstruktur
3. Wawancara riwayat kasus
4. Wawancara pemeriksaan kondisi mental
b. Observasi

Metode observasi selalu menyertai kegiatan pemeriksaan psikologis baik


berkaitan dengan tes psikologi atau teknik non tes psikologi.
observer perlu memperhatikn beberapa hal yang perlu dilakukan dalam melaksanaka
metode obsevasi menurut Kaplan dan Saccuzzo (2012):

1. Reaktivitas dari observer


2. Efek berlawanan atau melenceng dari observer
3. Harapan observer
4. Kecurangan obsever
5. Kontrol statistik atas terjadinya kesalahan penilaian amatan

beberapa metode observasi yang dapat ditempuh dalam pemeriksaan


psikologis:
1. observasi personal
2. observasi dengan mechanical devices
3. observasi audit
4. observasi analisis isi

c. Alat tes psikologi


1. Tes Wartegg
Pada saat menjalankan Wartegg Test, peserta tes akan diberi selembar kertas
yang berisi 8 kotak yang ada stimulus-stimulusnya, kemudian peserta tes akan
diberikan perintah untuk melengkapi dari gambar yg ada di kotak tersebut.
2. DAM & BAUM
Draw A Man Tes (Tes Gambar Orang) untuk mengetahui tanggung jawab,
kepercayaan diri, kestabilan dan ketahanan kerja. BAUM Test termasuk dalam test
Grafis. Pesesta tes akan beri kertas kosong dan diminta untuk menggambar pohon,
dan dikertas lainnya diminta menggambar orang.Yang dinilai dari kedua gambar
tersebut adalah bukan bagusnya gambar melainkan besar kecil gambar, tarikan garis
(tegas atau tidak atau patah-patah), letak gambar (kanan-kiri, atas-bawah, atau center)
3. Kraeppelin dan Pauli

Dibuat oleh seorang psikiater yang bernama Kraepelin yang awalnya digunakan
untuk membedakan antara orang yang normal dan tidak normal.Seiring perkembangan
waktu, tes ini sudah digunakan oleh perusahaan, badan hukum termasuk instansi
pemerintahan untuk menyeleksi calon tenaga kerja atau pegawai. Sebuah Speed Test yang
terdiri dari 45 lajur angka satuan antar 0 sampai dengan 9 yang tersusun secara acak
sebanyak 60 angka secara vertikal pada tiap-tiap lajur. Ciri utama sebuah speed test
adalah tidak adanya waktu yang cukup untuk menyelesaikan semua soal sehingga testi
tidak diharapkan untuk menyelesaikan sepenuhnya setiap lajur. Inti dalam tes ini adalah
bagaimana kecepatan kerja testi.

4. Papikostik

Tes Papikostik dibuat oleh Guru Besar Psikologi Industri asal Massachusetts,
Amerika, Dr. Max Martin Kostick, pada awal tahun 1960-an. Papikostik mengukur
dinamika kepribadian dengan memperhatikan keterkaitan dunia sekitarnya termasuk
perilaku dan nilai perusahaan yang diterapkan dalam suatu perusahaan atau situasi
kerja dalam b entuk motif dan standar gaya perilaku menurut persepsi kandidat (role)
yang terekam saat psikotes. Papikostick merupakan laporan inventori kepribadian
(self report inventory), terdiri atas 90 pasangan pernyataan pendek berhubungan
dalam situasi kerja, yang menyangkut 20 aspek keribadian yang dikelompokkan
dalam 7 bidang: kepemimpinan (leadership), arah kerja (work direction), aktivitas
kerja (activity), relasi social (social nature), gaya bekerja (work style), sifat
temperamen (temperament), dan posisi atasan-bawahan (followership).

5. A.A (Army Alpha)

Tes Psikologi Army Alpha adalah sebuah tes psikologi yang dikembangkan
oleh seorang psikolog Amerika bernama Arthur Sinton Otis, Ph.D (28 July 1886 - 1
January 1964). Otis mengembangkan tes Army Alpha pada tahun 1917. Pada awalnya
tes ini dikembangkan oleh Otis untuk didedikasikan kepada US.Army (Angkatan
Militer Amerika), sehingga diberi nama Army Alpha.

d. Dokumentasi (foto, ktp, akta kelahiran, diary, dll)

Merupakan salah satu teknik pengumpulan data untuk mencari data,


menghimpun, dan menganalisa hal-hal atau variabel terhadap amatan benda mati
berupa catatan, dokumen tertulis, dokumen gambar, transkip, buku, surat, kabar,
majalah, prasasti notulen rapat, lengger, agenda, dan media elektronik lainnya. contoh
: biografi, autobiografi, laporan akademis, laporan kinerja, visualisasi foto kamera
atau audivisual, koran, rekaman komunikasi verbal, rekam medis kesehatan, catatan
konseling dan psikoterapi.

Langkah-langkah yang dilakukan jika memilih metode dokumentasi sebagai


assesment tool adalah:

1. Menetapkan ruang lingkup dan tujuan variabel psikologi


2. Menetapkan jenis dan tujuan pengguaan metode dokumentasi.
3. Membuat pedoman dimensi atau atribut psikologis yang akan diukur.
4. Mengumpulkan metode dokumentasi.
5. Menganalisa poin 3 berdasarkan poin 4 dengan teknik analisa kuantitatif dan
kualitatif.
6. Menuliskan hasil analisa dan melaporkannya.
7. Meriview poin 6 degan kilas balik mencocokkan berdasarkan dokumentasi yang
akan menjadi lampiran atau bukti pengumpulan data

2. B. Proses Psikodiagnostik

a. Proses Informal

Proses tanpa ada proses prosedural, tidak obyektif karena hanya mengandalkan
impresi (pesan) sesaat dan intuisi. Ada beberapa jenis kesalahan yang mungkin terjadi dalam
proses ini.

b. Proses Formal
Segala kegiatan yang sistematis dan terarag dalam proses assesment (pengumpulan
data) dan kendali yang cukup ketat atas situasi assesmentnya sehingga diperoleh data yang
obyektif.

.Pendekatan klinis : penggaliannya melalui wawancara yang terstruktur, interview yang


mendalamm, observasi secara langsung, dokumen pribadi. Perlu juga diberikan tes proyektif
berupa gambar untuk landasan program terapi.

.Pendekatan obyektif : penggalian potensi individu menggunakan alat-alat pemeriksaan.

c. Kesalahan dalam Proses Psikodiagnostik

1. Penilai:

a. desas-desus: menilai melalui omongan orang lain.


b. Hello efek
c. Stereotype
d. Mood (suasana hati)
e. Proyeksi: proses penilaian ini dilator belakangi oleh pengalaman sebelumnya.
2. Yang dinilai:
a. karakteristik kepribadian orang pendiam: penuh topeng, manipulatif
b. kecenderungan menampilkan kesan yang sebaik-baiknya, sikap pura-pura
3. Situasi lingkungan:
a. masalah waktu pelaksanaan yang tidak tepat
b. tempat pelaksanaan
c. fasilitas yang tersedia (alat tes)
d. polusi (suasana bisisng, udara berdebu)

3. A. Tujuan Tes Psikologi

a. Asesmen Pekerjaan: Kegiatan mengukur dan mengadakan estimasi


terhadap hasil pengukuran atau membanding-bandingkan dan tidak sampai ke
taraf pengambilan keputusan dalam pekerjaan.

b. Asesmen Penelitian : Kegiatan atau proses pengumpulan data yang


digunakan untuk melengkapi suatu penelitian yang melalui tahapan dan
metode pengumpulan data.
B. Fungsi psikodiagnostik dalam berbagai bidang

a. Aplikasi di bidang pendidikan

Penerapannya diantaranya adalah pengambilan keputusan dalam kenaikan


kelas, kelulusan siswa, penempatan tingkatan pendidikan (placement test), dan
sebagainya. Terdapat beberapa fungsi tes yaitu penempatan, formatif, diagnostik , dan
sumatif. Dan keuntungannya adalah bahwa hampir semua tes yang tersedia dapat
diterapkan dalam bidang pendidikan. Misalnya tes inteligensi, tes bakat khusus, tes
bakat umum, dan tes kepribadian dapat dijumpai dalam laporan yang dibuat oleh
seorang konselor pendidikan maupun psikolog pendidikan.

b. Aplikasi di bidang klinis dewasa dan anak

Konseling dalam bidang pendidikan sering menggunakan tes untuk


mendiagnosa kesulitan belajar serta problem-problem yang berkaitan dengan dengan
masalah pendidikan.konseling dalam bidang perkembangan salah satu kasusnya
adalah kesiapan anak-anak dalam memasuki usia sekolah, perkembangan emosi anak
balita, dsb.

c. Aplikasi di bidang industri dan organisasi

Seringkali penerapan yang lebih populer adalah bidang pekerjaan


(ocupational). Aplikasinya diantaranya adalah seleksi, penugasan, promosi, dan
evaluasi pekerjaan.

C. Hakikat tes dalam pemerikasaan psikologis


a. Perbedaan ujian dan tes
Ujian adalah tes yang bertujuan untuk menentukan kemampuan seseorang ,
orang yang melewati ujian menerima ijazah, sebuah surat izin mengemudi atau
professional, tergantung pada tujuan pemeriksaan.
Tes adalah suatu pernyataan atau tugas yang direncanakan untuk memperoleh
informasi tentang trait (sifat) atau atribuut pendidikan atau psikologi yang setiap butir
pertanyaan atau tugas tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap
benar.
b. Standardisasi tes
Standardisasi menyiratkan keseragaman cara penyelenggaraan dan penyekoran tes
(Anastasi, 2000).
c. Validitas dan reliabilitas tes
Validitas tes psikologis berarti sejauhmana tes psikologis berhasil mengukur apa yang
hendak di ukur. Penentuan validitas tes memerlukan kriteria internal dan eksternal.
Validitas memberikan informasi sampai sejauhmana tes dapat menjalankan fungsi dan
maksud tujuan diadakannya tes tersebut.
d. Norma dan kriteria dalam tes
Untuk menjamin standardisasi penetapan norma diperlukan guna membandingkan
kinerja perorang dengan orang lainnya dalam kelompok yang sama.
4. Etika pemeriksaan psikologis
a. Pertimbangan etis dan social dalam pengetesan
Program empiris sistematik yang diikuti pada awal 1950 an untuk
mengembangkan kode etik formal pertama bagi profesi ini. Usaha yang ekstensif ini
menghasilkan persiapan seperangkat standar yang secara resmi diterima oleh
American Psychological Association (APA) dan pertama diterbitkan pada tahun 1953.
Kode etik diimplementasikan oleh komisi etis APA, yang menyelidiki dan bertindak
sebagai hakim untuk memutuskan pengaduan terhadap anggota-anggota asosiasi ini.
b. Isu-isu etis dalam pengetesan

Dalam area pengetesan, analisis yang hati-hati dan provokatif tentang peran
nilai dan dasar pemikiran etis yang melandasi berbagai praktik, telah disajikan oleh
Eyde dan Quaintance (1988) dan Messick. Pada tingkat yang lebih spesifik, kode etik
APA memuat banyak hal yang bias diterapkan pada tes psikologis. Salah satu dari
standar itu-Evaluasi, Penaksiran, atau Intervensi-secara langsung berkaitan dengan
pengembangan dan penggunaan teknik-teknik penaksiran psikologis.

c. Perlindungan atas lingkup pribadi dan kerahasiaan

Tes-tes yang perlu diamankan karena digunakan dalam keputusan seleksi,


keputusan penempatan atau keputusan diagnostic, seharusnya tidak dipublikasikan
dalam media yang popular, entah sebagian entah keseluruhan karena alas an-alasan
yang sudah jelas. Publisitas apapun atas butir-butir soal tes tertentu akan cenderung
membuat tidak sahihnya penggunaan tes itu di masa depan pada orang lain.

d. Kualifikasi penggunaan dan kompetensi professional


Prinsip kode etik dalam hal kompetensi menyatakan bahwa para psikolog
memberikan hanya jasa dan menggunakan hanya teknik yang mereka kuasai melalui
pendidikan, pelatihan, atau pengalaman. Dalam kaitan dengan tes, persyaratan bahwa
tes-tes itu digunakan hanya oleh penguji-penguji yang memiliki kualifikasi tepat
adalah satu langkah untuk melindungi peserta tes terhadap penggunaan tes yang tidak
selayaknya. Tentu saja kualifikasi yang diperlukan berbeda menurut jenis tes.

5. Klasifikasi Tes
a. Berdasarkan Instruksi dan Cara Pengambilan Data Tes
 Tes Klasikal versus Tes Individual (Klasik: WIST, PPS, KMIB, CFIT, TKD.
Individual: TAT, RO, WAB, WISC)
 Tes kecepatan (Speed Test) versus Test kemampuan (Power Test)
(SPM, Inventori, Kepribadian, Proyeksi)

b. Berdasarkan Cara Menyelesaikan


 Tes paper an pencil versus Tes Performance (alat scan LJK. Penampilan
seseorang dalam melakukan unit kerja, mengutamakan pelaksanaan perbuatan
peserta didik)
 Tes verbal versus tes non –verbal (nonverbal: ungkapan kata-kata tertulis maupun
tak tertulis, verb:tes berupa tindakan menyusun rancangan balok, mengatur
gambar)

c. Berdasarkan Jenis Pertanyaan


 Tes Culture Fair versus Culture Bind (culture CFIT remaja 13 tahuun dan dewasa
diatas 19 tahun. Paper and pencil, tipe A dan tipe B diambil secara terpisah, skala
1 4-8 tahun, skala 2 untuk 8-14 tahun, skala 3 untuk usia SMA)
 Tes langsung (misalnya tes projective) versus tak langsung (misalnya tes
prestasi), (langsung: interview, melihat aspek. Tidak langsung: test proyeksi (dari
luar))
 Tes jawaban bebas (esai) versus Tes pilian (pilian jawaban alternatif, skala,
mathcing) (client bebas memilih. Jawaban tersedia)
 Tes pilian terbatas (forced choice) versus tes Ambiguity Item (pilihan terbatas:
sudah ada pilihan jawaban,. Ambiguity, pertanyaan yang membingungkan)
d. Berdasarkan Cara Penilaian

Tes Alternatuver vs. Tes Graduil (alt (asesmen kinerja, menunjukkan


penguasaan bidang ilmu tertentu dg cara kata” mereka sendiri. assesmen otentik
sengaja dirancang untuk menjamin kejujuran penilaian agar dapat dipercaya),
pendektana non tradisional untuk memberi penilaian kinerja / hasil belajar siswa,
menghilangkan kelemahan tes baku, memiliki tugas: computer adaptive testing test
agar siswa dapat mengekspresikan dirinya, test pilihan ganda diperluas siswa tidak
sekedar memilih jawaban yang benar, tetapi berfikir tetang alasan jawaban. Interview,
menjawab pertanyaaan lisan. Non tradisional test item, butir soal meruapakan
seperangkat respon yang menghruskan memilih berdasarkan kriteria yang telah di
tetapkan), contoh : pertanyaan terbuka, eksperimen, simulasi kommputer, kinerja
(tidak hanya kecakapan dasar, dg grading scale, tidak sempurna – tidak sempurna)

Graduil : perbandingan tes derajat, penilaian jawaban yang ditentukan atau dinilai
menurut skala penilaian tertentu atau tingkatan yang biasanya diberikan angka
54321

e. Berdasarkan Fungsi Psikologis yang Diakses


 Tes intelegensi (kemampuan umum)s
 Tes Ability (kemampuan Khusus)
 Tes kepribadin (personality test)

Anda mungkin juga menyukai