Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

PSIKOMETRI

tentang

RUANG LINGKUP DAN PENGUKURAN PSIKOLOGI

Kelompok 1:

Vinta Zalvianti 2115040013


Dhelvina Rhesma 2115040033
Muhammad Rizky Fadillah 2115040055

Dosen Pengampu :
Monika Sulistyanto, MA

PI-A
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI IMAM BONJOL PADANG
FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA PROGRAM
STUDI PSIKOLOGI ISLAM
1444 H/ 2023 M

1
RUANG LINGKUP DAN PENGUKURAN PSIKOLOGI

A. Defenisi dan Ruang Lingkup Psikometrika

Psikometri atau Psikometrika terdiri dari dua kata yakni ‘psiko’ atau ‘psyche’
dalam bahasa Inggris yang berarti jiwa dan ‘metrika’ atau ‘metrics’ dalam bahasa
Inggris yang berarti ilmu tentang pengukuran. Psikometri atau Psikometrika adalah
sebuah ilmu yang mempelajari pengukuran tentang jiwa. Pengukuran masalah
kejiwaan merupakan hal tidak mudah dilakukan, namun sangat penting peranannya
dalam keilmuan. Sebagai ujung tombak pengukuran masalah psikis individu,
psikometrika paling umum berkutat dengan alat tes terhadap atribut psikologis. Oleh
karena itu sebagian ahli menjelaskan bahwa Psikometrika memusatkan perhatiannya
pada jenis data skor yang diperoleh oleh hasil tes, reliabilitas, dan validitas data yang
dihasilkan (Furr, R. M., & Bacharach, V. R., 2008).

Furr dan Bacharach (2008) menjelaskan bahwa psikometrika sebagai sebuah


ilmu lebih berfokus pada konseptual dan hubungan antara ide dan realita dalam
pengukuran, bukan pada hitungan matematika dan aritmatika. Meskpiun demikian,
dalam prosedur pengukuran, psikometrika tidak akan bisa lepas dari ilmu lain yang
terkait seperti matematika dan statistika. Hal ini terkait dengan beberapa estimasi
dalam menentukan validitas maupun reliabilitas dalam pengembangan alat ukur yang
memerlukan pemahaman dasar formula matematika dan statistika. Begitu juga dua
pendekatan yang digunakan, yakni pendekatan Teori Tes Klasik dan Teori Respon
Butir juga merupakan turunan dari formula matematika yang diaplikasikan dalam
pengukuran psikologi.
Psikometri atau pengukuran psikologis adalah cabang ilmu psikologi yang
mendalami seluk beluk pengukuran dan analisis berbagai perbedaan antar individu
(individual differences) sehingga dapat dikatakan bahwa psikometri mempelajari
perbedaan antar individu dan antar kelompok.

2
Psikometri adalah cabang ilmu psikologi yang berkaitan dengan pengukuran
atribut-atribut psikologis, Ex. IQ, EQ, SQ, Perilaku Delinkuen, Kepribadian
Ekstrovert – Introvert, Motivasi belajar, prestasi belajar, Kepercayaan diri, dll.

Psikometri adalah ilmu tentang teori pengukuran psikologis. Ruang lingkup


psikometri adalah masalah pengembangan teori dan model tes serta pengembangan
dasar-dasar evaluasi terhadap kualitas tes.

Ruang lingkup psikometri adalah masalah pengembangan teori dan model tes
serta pengembangan dasar-dasar evaluasi terhadap kualitas tes. Pada tahap
apilaksinya, teori psikometri memberikan landasan fundamnetal dalam perancangan
dan pengembangan tes psikologis sehingga metode-metode konstruksi tes
berkembang maju dan dapat menghasilkan berbagai bentuk tespsikologi yang valid
dan reliabel. Evaluasi terhadap fungsi tes dapat dilakukan dengan cara yang lebih
seksama dan efisien sejalan dengan perkembangan zaman teori psikometri itu sendiri.

B. Defenisi dan Tujuan Pengukuran dalam Psikologi


Pengukuran (measurement) merupakan sutau cara yang sistematis untuk
menetapkan secara pasti bilangan-bilangan (angka-angka) atau nama-nama terhadap
suatu obyek dan atribut atributnya. Dalam Baltes, Reese, & Nesselroade (1988)
menyatakan bahwa pengukuran merupakan salah satu landasan (cornerston) dalam
penelitian empiris dari berbagai disiplin ilmiah. Pengukuran secara langsung
merepresentasikan suatu cara yang dipilih oleh peneliti untuk mendefenisikan konsep-
konsep penting.

Pengukuran psikologi merupakan pengukuran aspek-aspek tingkah laku yang


nampak, yang dianggap mencerminkan prestasi, bakat, sikap dan aspek-aspek
kepribadian yang lain (T.Raka Joni, 1977).

Pengukuran dapat diartikan sebagai cara atau prosedur kuantifikasi terhadap


suatu atribut atau variabel di sepanjang suatu kontinum (Azwar, 2015).
Pengukuran dalam psikologi adalah proses pengumpulan data kuantitatif
tentang variabel psikologi seperti perilaku, sikap dan kognisi. Tujuan pengukuran
dalam psikologi adalah untuk memahami, menjelaskan, memprediksi, dan mengubah
perilaku atau variabel psikologi yang diamati.

3
Tujuan utama dari pengukuran dalam psikologi adalah untuk memperoleh data
yang akurat dan dapat dipercaya mengenai variabel psikologis yang diamati. Data
tersebut kemudian dapat digunakan untuk menguji hipotesis, memperoleh pemahaman
lebih dalam mengenai fenomena psikologis, serta memformulasikan kebijakan atau
intervensi yang dapat membantu individu atau populasi yang diamati.
Pengukuran psikologis pada dasarnya merupakan proses kuantifikasi

Tujuan pengukuran psikologi :

1. Yang menyangkut aspek kognitif

a. Untuk mendapatkan informasi tentang keberhasilan belajar dalam wujud


prestasi belajar konseli.

b. Untuk mendapatkan informasi tentang tingkat kecerdasan/intelegensi


konseli yang merupakan salah satu faktor utama keberhasilan belajar.

c. Untuk mendapatkan informasi tentang bakat atau kemampuan khusus yang


bersifat potensial sebagai bahan studi lanjut bimbingan karir atau jabatan.

2 .yang menyangkut aspek non-kognitif

a. Mendapatkan informasi tentang arah minat serta bakat terhadap bidang


tertentu.

b. Mendapatkan informasi tentang pendapat atau sikap konseli terhadap


dirinya maupun anggapan bahwa sistem nilai akan sangat berpengaruh pada
perilakunya.

c. Mendapatkan informasi tentang aspek kepribadian yang lain. Misalnya


penyesuaian diri, kontrol diri, rasa kecukupan, kepastian diri, harga diri,
kematangan emosi, kecederungan lingkungannya.

d. Mendapatkan informasi tentang sistem nilai daripada konseli. Hal ini


didasarkan atas neoritis dan sebagainya.

C. Berbagai Macam Masalah pada Ruang Lingkup Psikologi


Psikologi merupakan ilmu yang mempelajari perilaku yang tampak maupun
tidak tampak, serta bagaimana memanfaatkan ilmu tersebut untuk dapat membantu
memecahkan masalah-masalah manusia. Masalah yang berkaitan dengan aspek-aspek

4
psikis manusia, seperti kognisi, afeksi, psikomotorik, dan psikososial. Psikologi
didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang berusaha memahami perilaku manusia,
alasan dan cara mereka melakukan sesuatu dan bagaimana mereka berpikir dan
berperasaan.
1. Gangguan Intelektual
Gangguan intelektual adalah kemampuan mental atau inteligensi yang berada
di bawah rata-rata. Kondisi ini juga kerap disebut disabilitas intelektual dan
merupakan masalah gangguan kogntif yang bisa memengaruhi kapasitas
seseorang untuk belajar dan menyimpan informasi baru. Disabilitas intelektual
terkadang disebut juga sebagai gangguan perkembangan intelektual. Jenis
gangguan perkembangan ini berawal dari sebelum usia 18 tahun dan ditandai
dengan keterbatasan fungsi intelektual dan perilaku adaptif.
Keterbatasan fungsi intelektual seringkali dapat diidentifikasi melalui
penggunaan tes IQ dengan skor di bawah 70 seringnya menunjukkan adanya
batasan. Tes IQ merupakan tes yang mengungkapkan intelegensi untuk
mengetahui sejauh mana kemampuan umum seseorang untuk memperkirakan
apakah suatu pendidikan atau pelatihan tertentu dapat diberikan kepadanya. Nilai
tes intelegensi seringkali dikaitkan dengan umur dan menghasilkan IQ untuk
mengetahui bagaimana kedudukan relatif orang yang bersangkutan dengan
kelompok orang sebayanya.
2. Gangguan Spektrum Autisme
Gangguan ini ditandai dengan defisit yang terus-menerus dalam interaksi
sosial dan komunikasi di berbagai bidang kehidupan serta pola perilaku yang
terbatas dan berulang. DSM menetapkan bahwa gejala gangguan spektrum
autisme harus ada selama periode perkembangan awal dan bahwa gejala ini harus
menyebabkan kerusakan yang signifikan di bidang kehidupan penting termasuk
fungsi sosial dan pekerjaan agar diagnosanya signifikan.
3. Anxiety Disorders (Gangguan Kecemasan)
Anxiety disorders adalah penyakit psikologis yang ditandai dengan rasa takut,
khawatir, cemas, dan gangguan perilaku terkait yang berlebihan dan terus-
menerus. Rasa takut ini melibatkan respons emosional terhadap suatu ancaman,
baik ancaman itu nyata atau yang dipersepsikan. Kecemasan melibatkan antisipasi
bahwa ancaman di masa depan mungkin muncul.

5
Kecemasan dapat diukur dengan pengukuran tingkat kecemasan menurut alat
ukur kecemasan yang disebut HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale). Skala
HARS merupakan pengukuran kecemasan yang didasarkan pada munculnya
symptom pada individu yang mengalami kecemasan.
4. Gangguan Komunikasi
Gangguan ini adalah penyakit psikologis yang memengaruhi kemampuan
untuk menggunakan, memahami, atau mendeteksi bahasa dan ucapan. DSM-5
mengidentifikasi empat subtipe gangguan komunikasi yang berbeda, seperti
gangguan bahasa, gangguan suara bicara, gangguan kefasihan onset masa
kanakkanak (gagap), dan gangguan komunikasi sosial (pragmatis).
5. Gangguan Stres Pascatrauma (PTSD)
PTSD dapat berkembang setelah seseorang mengalami eksposur pada
kematian aktual atau terancam, cedera serius, atau kekerasan seksual. Gejala
PTSD termasuk episode menghidupkan kembali atau mengalami kembali
peristiwa tersebut, menghindari hal-hal yang mengingatkan individu tentang
peristiwa tersebut, merasa gelisah, dan memiliki pikiran negatif.
Diagnosis PTSD dapat dilakukan oleh psikolog dengan observasi serta
wawancara lalu melakukan evaluasi psikologis yang mencakup diskusi tanda atau
gejala yang mengarah pada peristiwa. Mendiagnosis sesuai dengan kriteria pada
DSM-5 yang diterbitkan oleh American Phychiatric Assosination (APA), lalu
melakukan pengobatan dengan psikoterapi dan obat-obatan.
6. Gangguan Bipolar
Gangguan bipolar ditandai dengan perubahan suasana hati serta perubahan
tingkat aktivitas dan energi. Gangguan ini sering kali melibatkan perubahan antara
suasana hati yang meningkat dan periode depresi. Suasana hati yang meningkat
seperti ini dapat diucapkan dan disebut sebagai mania atau hipomania.
7. Schizophrenia (Skizofrenia)
Skizofrenia adalah kondisi kejiwaan kronis yang memengaruhi pemikiran,
perasaan, dan perilaku seseorang. Ini adalah kondisi jangka panjang yang
kompleks. Kriteria diagnostik DSM-5 menetapkan bahwa dua atau lebih gejala
skizofrenia harus ada selama setidaknya satu bulan.
8. Attention-Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)
ADHD ditandai dengan pola persisten hiperaktif-impulsif dan/atau kurangnya
perhatian yang mengganggu fungsi dan muncul dalam dua atau lebih pengaturan

6
seperti di rumah, tempat kerja, sekolah, dan situasi sosial. DSM-5 menetapkan
bahwa beberapa dari gejala harus ada sebelum usia 12 tahun dan gejala ini harus
berdampak negatif pada fungsi sosial, pekerjaan, atau akademis agar diagnosa
berlaku.

Referensi:

Joni, T. Raka. 1977. Pengukuran psikologi. Malang: IKIP Malang

Baltees,P.B, Reese,H.W & Nesselroads,J.R (1988) Introduction To Research Methods In


Life-Span Developmental Psychology. New Jersey: Lawrence Erl-Baum Associates,
Publishers.

Furr, R. M., & Bacharach, V. R. (2008). Psychometrics: An introduction. Thousand Oaks,


CA: Sage.

Azwar, S. (2015). Dasar-dasar Psikometri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Nunnally, J. C. & Bernstein, I. H. (1994). Psychometric Theory (3rd ed.). McGraw-Hill.


Supratiknya, Augustinus. 2014. Pengukuran Psikologis. Yogyakarta: Universitas Sanata
Dharma.

Anda mungkin juga menyukai