Anda di halaman 1dari 19

REVIEW JURNAL

TEMA: HUBUNGAN TINGKAT DEPRESI TERHADAP GANGGUAN MENTAL PADA PEREMPUAN

Disusun Oleh:

NABILA INDIRA GANDI SABAN / C01421085

KELAS B KEPERAWATAN 2021

PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
2023
Review Jurnal

Gangguan Mental Depresi pada Wanita

Judul Gangguan Mental Depresi pada Wanita

Nama Penulis Kurniasari Pratiwi


Dinik Rusinani
Tahun Terbit 2022
Tujuan Penelitian -
Metode Penelitian Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Systematic
Literature Review (SLR). Penelitian ini dilakukan secara sitematis
dengan mengikuti aturan proses literature review agar terhindar dari
bias pemahaman yang bersifat subjektif dari peneliti. Adapun data
yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari database
publikasi ilmiah baik nasional maupun internasional seperti Google
scholar, Pubmed, PNRI, dan Sciencedirect.
Berdasarkan pencarian dengan menjelajahi database google
scholar, pubmed, sciencedirect dan PNRI terdapat 291 Artikel terpilih
yang sesuai dengan kata kunci. Selanjutnya dipilih sebanyak 147
artikel tidak tersedia dalm bentuk fulltext serta Terdapat 127 artikel
dengan kriteria eksklusi di eliminasi. Dengan demikian total sebanyak
17 artikel yang terpilih untuk direview. flowchart dengan
menggunakan podoman dari PRISMA hal ini agar dapat memfilter
jurnal yang akan direview.
Kriteria inklusi
Kriteria inklusi dari artikel yang akan dibahas yaitu :
a) Hasil penelitian / review tentang depresi dan dipublikasikan di
jurnal dengan identitas jurnal valid serta berISSN
b) Hasil penelitian / review fulltext yang membahas tentang depresi
yang terjadi pada wanita
c) Hasil penelitian dipublikasikan dalam rentang tahun 2015 – 2022

Hasil dan Pembahasan Hasil:


Pencarian artikel pada database Google scholar, PNRI (Perpustakaan
Nasional Republik Indonesia), Pubmed, dan Sciencedirect dengan
menggunakan kata kunci yaitu gangguan mental, depresi pada wanita,
mental health, depression didapatkan artikel yang sesuai dengan kata
kunci pencarian sebanyak 291. Setelah itu artikel diseleksi
berdasarkan kelengkapan dan duplikasi disetiap artikel yang telah
didapatkan. Pada proses tersebut sebanyak 147 artikel yang diseleksi
kembali berdasarkan kriteria insklusi dan ekslusi sehingga didapatkan
12 artikel yang memenuhi kriteria untuk direview.
Pembahasan:
Definisi Depresi
Depresi merupakan sebuah penyakit yang ditandai dengan
rasa sedih yang berkepanjangan dan kehilangan minat terhadap
kegiatankegiatan yang biasanya dilakukan dengan senang hati. Tanda
berikutnya adalah berhenti menjalankan kegiatan yang biasa
dilakukan sehari-hari setidaknya selama dua minggu 10. Menurut Rice
PL11 depresi adalah gangguan mood, kondisi emosional
berkepanjangan yang mewarnai seluruh proses mental (berpikir,
berperasaandan berperilaku) seseorang. Pada umumnya mood yang
secara dominan muncul adalah perasaan tidak berdaya dankehilangan
harapan.
Kriteria diagnosis depresi menurut PPDGJ III 13 meliputi
gejala utama pada derajat ringan, sedang dan berat, yaitu afek depresi,
kehilangan minat dan kegembiraan, dan berkurangnya energi yang
menuju meningkatnya keadaan yang mudah lelah (rasa lelah
meskipun bukan karena kerja berat) dan menurunnya aktivitas.
Sedangkan gejala penyerta lainnya yaitu konsentrasi dan perhatian
berkurang, harga diri dan kepercayaan diri berkurang, gagasan tentang
rasa bersalah dan tidak berguna, pandangan masa depan yang suram
dan pesimistis, gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau
bunuh diri, tidur terganggu, dan nafsu makan berkurang.
Etiologi Depresi dan Faktor Risiko: Berbagai faktor fisiologis dan
psikososial diteliti dapat menjadi penyebab dari depresi 14.Beberapa
hal yang diduga menjadi etiologi depresi menurut15 dan16 yaitu :
a. Faktor Biologis
Penderita gangguan depresi menunjukkan berbagai macam
abnormalitas metabolisme pada darah, urin dan cairan
serebromunal.
b. Faktor Genetik Faktor genetik merupakan faktor yang signifikan
sebagai penyebab timbulnya depresi. Penelitian menunjukkan
bahwa keluarga generasi pertama mempunyai risiko delapan
sampai 18 kali lebih banyak dibandingkan kontrol subyek normal
oleh penderita depresi pada kembar homozigot untuk dapat
terkena depresi sekitar 50% sedangkan untuk kembar dizigot 10-
25%.
c. Faktor Psikososial
1) Peristiwa Kehidupan dan Stres Lingkungan Stres dalam
kehidupan dapat menimbulkan episode depresi pertama kali
dan mempengaruhi neurotrarumiter dan sistem intra neuron
untuk jangka lama dan menetap. Dengan dampak stress dalam
kehidupan memegang peran penting dalam hubungannya
dengan onset depresi.
2) Faktor Kepribadian Pramorbid Semua orang dengan berbagai
pola kepribadian yang mempunyai resiko tinggi untuk
menderita depresi adalah kepribadian dependen, histerionok
dan obsesifkompulsif.
3) Faktor Psikoanalisis dan Psikodinamika
15
Kaplan dalam menyampaikan bahwa depresi merupakan
emosi yang timbul dari tekanan kedalam ego antara aspirasi
dan realita. Pada saat menyadari segala sesuatu tidak sesuai
yang diharapkan maka akan merasa tidak berdaya dan tidak
berguna.

Kesimpulan Wanita memiliki kecenderungan mengalami gangguan mental depresi


dua kali lipat lebih besar dari pada pria, sehingga penting
untuk dilakukan diagnosis secara dini untuk mencegah maupun
meminimalisir gejala yang ditimbulkan agar tidak lebih parah.
Berbagai faktor risiko terjadinya depresi pada wanita diantaranya
faktor biologis, faktor genetik dan psikososial. Instrumen yang dapat
digunakan untuk skrining dalam penegakan diagnosis depresi
diantaranya adalah Schedule of Afective Disorders and Schizophrenia
(SADS), Structured Clinical Interview for
DSM-IV-R, Standard Psychiatric Interview (SPI),Present State
Examination (PSE),Hamilton Rating Scale for Depression (HSRD),
dan Hamilton Rating Scale for Depression (HSRD).

Kelebihan & Kekurangan Kelebihan:


1. Relevansi masalah kesehatan mental: Jurnal ini mengangkat
masalah yang sangat relevan,yaitu depresi sebagai gangguan
kesehatan mental yang signifikan dengan dampak serius pada individu
dan masyarakat.
2.Statistik yang kuat:Penggunaan data statistik, seperti presentase
penderita depresi yang memiliki ide bunuh diri, memberikan
gambaran yang kuat tentang dampak depresi.
Kekurangan:
1. Tidak ada data spesifik penelitian: Jurnal ini bersifat literatur
review dan tidak mencantumkandata atau hasil penelitian tertentu.
Oleh karena itu, tidak memberikan wawasan langsung dari penelitian
yang dilakukan penulis jurnal.
2. Tidak ada solusi atau pengobatan; meskipun jurnal
mengidentifikasi masalah depresi, tidak ada informasi tentang solusi
atau metode pengobatan yang dibahas.
3. Pada penelitian ini tidak tertera tujuan dari penelitian tersebut
Review Jurnal

Depresi pada Remaja: Gejala dan Permasalahannya

Judul Depresi pada Remaja: Gejala dan Permasalahannya

Nama Penulis Ktut Dianovinima


Tahun Terbit 2018
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini ingin mengetahui perilaku yang menjadi gejala
depresi yang terjadi pada remaja dan permasalahan yang menyertai.
Metode Penelitian Metode penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif, dengan subjek penelitian
adalah mahasiswa/i baru yang berusia 1618 tahun.
Sampel penelitian: diperoleh dengan menggunakan teknik purposive
sampling.

Hasil dan Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi mahasiswa baru yang
Pembahasan mengalami depresi adalah 8% dan yang berpotensi mengalami depresi sebesar
28%. Pada subjek yang mengalami depresi, jenis kelamin perempuan lebih
besar dibandingkan laki-laki yaitu 7% dan 1%, begitu juga pada subjek yang
berpotensi mengalami depresi, jenis perempuan juga lebih besar dibandingkan
laki-laki yaitu 24% dan 4%. sebaik biasanya (65%), tidak tertarik untuk
melakukan apapun (41%) dan terjadi perubahan berat badan yang cukup drastis
(35%). Sedangkan untuk subjek yang berpotensi mengalami depresi, sebagian
besar menunjukkan gejala depresi berupa tidak dapat berkonsentrasi sebaik
biasanya (57%), terjadi perubahan berat badan yang cukup drastis (38%),
merasa sebagai pribadi yang benar-benar buruk (37%), tidak tertarik untuk
melakukan apapun (31%) dan tidak dapat tidur serta terjaga sepanjang malam
(31%). Apabila dilihat dari gejala-gejala yang terukur oleh alat ukur CDI yang
peneliti gunakan menunjukkan bahwa dari keseluruhan gejala yang tampak
lebih tinggi dibandingkan yang lain adalah negative mood dan anhedonia. Hal
ini berarti pada subjek penelitian yang termasuk dalam kategori depresi
tampaknya cukup banyak yang merasakan adanya perasaan sedih, ingin
menangis, khawatir tentang sesuatu yang buruk, menjadi terganggu dan
kecewa terhadap kejadian tertentu, dan menjadi tidak mampu untuk mengubah
pemikirannya dan cukup banyak pula yang kesulitan merasakan kegembiraan
dalam dirinya yang terwujud dalam kehilangan energi dan selera makan serta
kesulitan untuk tidur. Sedangkan pada subjek penelitian yang berpotensi
mengalami depresi, hanya gejala anhedonia yang tampak lebih menonjol
dibandingkan gejala yang lain. ini sesuai dengan enam dari sembilan kriteria
diagnostik yang ada pada Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorder, Revised Fifth Edition (DSM-V) mengenai Major Depression
Disorder, antara lain (1) Perasaan depresi hampir sepanjang hari dan hampir
setiap hari. Dapat berupa mood yang mudah tersinggung pada anak-anak dan
remaja, (2) Penurunan kesenangan atau minat secara drastis dalam semua atau
hampir semua aktivitas, hampir setiap hari, hampir sepanjang hari, (3) Terjadi
kehilangan atau pertambahan berat badan yang signifikan (5% lebih berat
tubuh dalam sebulan tanpa upaya untuk diet maupun penambahan berat
badan), atau suatu peningkatkan atau penurunan selera makan, (4) Setiap hari
atau hampir setiap hari mengalami insomnia atau hipersomnia (tidur
berlebihan), (5) perasaan tidak berharga atau pun rasa bersalah yang
berlebihan atau tidak tepat hampir setiap hari, (6) berkurangnya kemampuan
untuk berkonsentrasi atau berpikir jernih atau membuat keputusan setiap hari.
belajar (53%), mendapatkan perlakuan teman-teman yang tidak sesuai dengan
harapan (53%), mendapatkan perlakuan orangtua yang keras dan membatasi
(41%) dan relasi antar orangtua yang buruk (41%). Sedangkan untuk subjek
penelitian yang berpotensi yang mengalami depresi, sebagian besar memiliki
permasalahan terkait dengan ketidakpuasan penampilan (58%), masalah
prestasi belajar (58%), kehilangan sosok yang disayangi (50%) dan
mendapatkan perlakuan orangtua yang keras dan membatasi (32%).
Permasalahan terkait dengan orangtua juga menjadi salah satu hal yang
dialami oleh subjek penelitian yang mengalami depresi maupun yang masih
berpotensi mengalami depresi. Menurut mereka, perlakuan orangtua yang
keras, membatasi, dan mengatur menjadi salah satu masalah yang mengganggu
diri mereka. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa sebagian besar subjek
penelitian yang mengalami depresi mendapatkan kekerasan dari orangtua
(64%) dan pada subjek penelitian yang berpotensi mengalami depresi sebagian
besar mendapatkan kekerasan dari orangtua (49%).

Kesimpulan Secara umum, baik remaja yang mengalami depresi maupun yang masih
berpotensi mengalami depresi sama-sama merasakan bahwa diri mereka buruk,
tidak dapat berkonsentrasi sebaik biasanya, adanya perasaan tidak tertarik
untuk melakukan apapun, dan terjadi perubahan yang cukup drastis terkait
berat badannya. Remaja tersebut merasa kesulitan untuk merasakan
kegembiraan dalam hidupnya (anhedonia). Hanya, khusus untuk remaja yang
sudah dalam kategori depresi, selain mengalami anhedonia, juga menunjukkan
adanya perasaan sedih, ingin menangis, khawatir tentang sesuatu yang buruk,
menjadi terganggu dan kecewa terhadap kejadian tertentu, dan menjadi tidak
mampu untuk mengubah pemikirannya (negative mood). Dari hasil penelitian
ini juga ditemukan adanya beberapa permasalahan yang dialami yaitu sebagian
besar dari remaja yang mengalami depresi maupun yang masih berpotensi
mengalami depresi, memiliki ketidakpuasan terhadap penampilan, masalah
prestasi belajar, mendapatkan perlakuan yang kurang menyenangkan dari
orang lain, dalam hal ini teman dan orangtua, dan masalah relasi antar
orangtua.

Kelebihan & Kelebihan:


Kekurangan 1. Tujuan yang jelas: Jurnal ini memiliki tujuan yang jelas, yaitu untuk
mengetahui perilaku gejala depresi pda remaja dan permasalahan yang
menyertainya
2. Metode penelitian: Penelitian menggunakan metode kuantiatif deskriptif,
yang memberikan kerangka kerja yang kuat untuk mengumpulkan data dan
analisis
3. Penggunaan sampel: Penggunaan sampel dengan teknik purposive sampling
membantu dalam mengumpulkan data dari subjek yang relevan
4. Hasil yang signifikan: Hasil penelitian ini memberikan wawasan tentang
gejala depresi yang dialami oleh remaja dan masalah yang terkait, yang dapat
digunakan untuk pemahaman dan penanganan lebih lanjut.
Kekurangan:
1. Jumlah Sampel Terbatas: Jumlah sampel yang relatif (17 orang mengalami
depresi dan 65 berpotensi mengalami depresi) dapat membatasi generalisasi
hasil penelitian
2. Tidak ada Rinciannya tentang pengobatan: Penelitian ini fokus pada
identifikasi gejala depresi, tetapi tidak memberikan informasi tentang
pengobatan atau intervensi yang mungkin diperlukan
Review Jurnal

Depresi pada Remaja: Perbedaan Berdasarkan Faktor Biomedis dan Psikososial

Judul Depresi pada Remaja: Perbedaan Berdasarkan Faktor Biomedis dan


Psikososial

Nama Penulis Annisa Axelta


Fitri Ariyanti Abidin
Tahun Terbit 20 Februari 2022
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan derajat depresi
remaja berdasarkan faktor-faktor biomedis dan psikosialnya
menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain survey cross-
sectional.
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif tipe komparatif,
dengan desain survey cross-sectional.
Hasil dan Pembahasan Hasil:
Penelitian ini melibatkan 216 remaja dalam rentang usia 15-
18 tahun yang telah menyetujui melakukan pengisian kuisioner
secara online. Tabel 1 menunjukkan karakteristik demografi dan
partisipan penelitian ini. Partisipan penelitian ini didominasi oleh
perempuan (76,9%). Meskipun usianya berkisar antara 15-18 tahun,
namun paling banyak adalah partisipan yang berusia 16 tahun
(38%), dan paling sedikit usia 18 tahun (9,3%). Partisipan dalam
penelitian ini juga mencakup dua tipe sekolah yang didominasi oleh
siswa SMA Negeri (87%).
Pembahasan:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan
derajat depresi remaja berdasarkan faktor biomedis dan faktor
psikososialnya. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat tiga faktor
yang memberikan sumbangan secara signifikan terhadap perbedaan
derajat depresi pada remaja. Faktor pembeda derajat depresi yang
pertama adalah faktor biomedis yaitu jenis kelamin dan faktor
psikososial meliputi bagaimana kualitas hubungan dengan orang tua
kepada remaja, serta jumlah uang saku yang diberikan dalam
rentang jumlah diatas Rp. 1.000.000.

Hasil temuan yang pertama adalah remaja perempuan


dilaporkan memiliki derajat depresi yang lebih tinggi dibandingkan
dengan remaja laki-laki. Hasil penelitian ini didukung oleh berbagai
penelitian sebelumnya, salah satunya penelitian oleh Hankin, et al.,
yang mengungkapkan bahwa depresi pada remaja perempuan
memiliki prevalensi dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan
laki-laki.12 Peningkatan prevalensi depresi pada perempuan salah
satunya dipengaruhi oleh adanya perubahan hormonal dan fisiologis.
Perempuan lebih memiliki kerentanan biologis serta kesulitan dalam
menghadapi perubahan biologis maupun fisiologis selama masa
transisi dari masa kanak-kanak hingga dewasa. Penelitian terdahulu
juga menyatakan bahwa sejak awal dimulainya masa pubertas
hingga dewasa akhir, perempuan lebih memungkinkan untuk
menderita depresi klinis dibandingkan laki-laki. 13 Resiko yang
dialami pada perempuan meliputi perubahan pandangan terhadap
citra tubuh, cara membangun relasi sosial, stigma “feminin”
masyarakat terhadap perempuan sehingga perempuan lebih merasa
tidak berdaya yang berpotensi mengarah kepada gejala depresi.
Apabila mengalami tekanan atau stressor yang bersifat situasional,
perempuan memiliki kecenderungan untuk menggunakan perasaan,
lebih sensitif terhadap hubungan interpersonal dan cenderung
menyelesaikan masalah dengan cara emosional.
Hasil temuan yang kedua yakni pada aspek dari faktor
psikososial, ditemukan perbedaan derajat depresi bagi remaja yang
mendapatkan uang saku diatas Rp. 1.000.000 dengan remaja yang
mendapatkan uang saku dibawah Rp. 1.000.000. Remaja yang
diberi uang saku Rp. 1.000.000 keatas memiliki derajat depresi yang
lebih tinggi dibanding remaja yang mendapatkan uang saku lebih
rendah yaitu kurang dari Rp. 1.000.000 per bulan. Temuan hasil
penelitian ini bertentangan dengan berbagai penelitian sebelumnya,
salah satunya oleh Zhou et al., yang menyatakan bahwa remaja akan
memiliki derajat depresi yang lebih tinggi apabila pendapatan
keluarga dirasa menurun atau ketika remaja tidak mendapatkan uang
saku. Selain itu, jumlah uang saku yang sedikit juga ditemukan
berkorelasi dengan stress akademik yang dapat menyebabkan remaja
mengalami resiko depresi.17 Kondisi finansial yang menyebabkan
remaja tidak mendapatkan uang saku atau menganggap bahwa
keuangan dalam keluarga tergolong dibawah rata-rata dapat
memberikan dampak stress secara finansial bagi remaja. 18 Di sisi
lain, hasil dari penelitian ini sejalan dengan temuan oleh Luthar &
Latendresse.19 Temuan tersebut memberikan perspektif yang
berbeda, yaitu remaja dengan uang saku yang tinggi kemungkinan
mengalami depresi dikarenakan adanya achievement pressures.
Achievement pressures tersebut seringkali dapat mengarah kepada
depresi, yang berasal dari adanya berbagai tuntutan oleh orang tua.
Selain itu, hasil penelitian tersebut juga memberikan pandangan
bahwa pada remaja yang diberikan uang saku ataupun bisa disebut
sebagai mendapatkan privilige, ternyata lebih sering merasa
terisolasi, terutama dengan orangtuanya. Adanya rasa isolasi yang
dirasakan remaja meliputi minimnya “family time”, kedekatan
bersama keluarga, sehingga dapat mengarah kepada perasaan isolasi
secara emosional, hingga kondisi yang semakin parah, yaitu depresi.
Meskipun demikian, karakteristik sampel penelitian ini berbeda
dengan penelitian tersebut yang mengkhususkan sampel pada
keluarga upperclass di Amerika. Penelitian oleh Luthar &
Latendresse memberikan perspektif baru, yakni fasilitas yang
dimiliki oleh remaja dengan SES yang tinggi, salah satunya dengan
pemberian uang saku, tidak menjamin remaja akan memiliki derajat
depresi yang lebih rendah, sehingga penelitian tersebut dapat
menjelaskan temuan penelitian ini.19
Hasil temuan ketiga dari faktor psikososial juga
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan derajat depresi bagi remaja
yang memiliki hubungan yang baik maupun hubungan yang buruk
dengan orang tua. Remaja yang mempersepsikan dirinya memiliki
hubungan yang buruk dengan orang tua memiliki derajat depresi
yang lebih tinggi dibandingkan dengan remaja yang
mempersepsikan dirinya memiliki hubungan yang baik dengan
orang tua. Zhou, et al., mengungkapkan bahwa hubungan antara
orang tua dan remaja yang kurang baik memiliki asosiasi dengan
peningkatan simtom depresi. 17 Sama halnya dengan penelitian oleh
Morley & Moran yang mengidentifikasi bahwa kualitas hubungan
orang tua dengan anak remaja memiliki pengaruh dengan resiko
depresi.20 Hubungan antara anak remaja dengan orang tua yang
buruk biasanya meliputi konflik. Selain konflik, prediktor yang
memungkinkan juga terkait pola pengasuhan atau parenting yang
negatif, seperti adanya penolakan atau rejection, orang tua yang
bersifat kritis, adanya pandangan yang negatif kepada anak,
kurangnya rasa mencintai, kurangnya perhatian dan dukungan,
kontrol yang berlebihan hingga sikap otoriter. 21 Kurangnya
dukungan sosial antar keluarga memiliki asosiasi dengan
peningkatan resiko terhadap masalah kesehatan, termasuk adanya
simtom depresi. Oleh sebab itu, penting bagi orang tua untuk
menyediakan waktu bersama, memberikan rasa kepercayaan serta
dukungan dalam menghadapi dinamika serta tugas perkembangan
yang sedang dilalui remaja.22

Kesimpulan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hanya faktor biomedis


yakni jenis kelamin, serta faktor psikososial meliputi kualitas
hubungan orang tua dan pemberian jumlah uang saku yang menjadi
faktor pembeda derajat depresi pada remaja. Tidak ditemukan
adanya perbedaan derajat depresi pada kelompok remaja lainnya.
Kelompok remaja perempuan memiliki derajat depresi yang lebih
tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Selain itu, kelompok remaja
yang memiliki kualitas hubungan tidak baik dengan orang tuanya,
serta kelompok remaja yang mendapatkan uang saku diatas 1 juta
rupiah selama satu bulan juga menunjukkan derajat depresi yang
lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya. Informasi ini
dapat menjadi dasar untuk memfokuskan intervensi untuk mengurasi
resiko atau tingkatan depresi pada remaja perempuan, pada remaja
yang memiliki hubungan yang tidak baik dengan orang tuanya dan
pada kelompok remaja yang mendapatkan uang saku yang lebih
tinggi.

Kelebihan & Kekurangan Kelebihan:


1. Tujuan penelitian yang jelas: Penelitian memiliki tujuan yang jelas
yaitu untuk menilai derajat depresi remaja berdasarakan faktor-faktor
dan psikososial
2. Desain Penelitian yang terstuktur: Penelitian yang menggunakan
desain survei cross-sectional yang dapat memberikan data yang
cukup untuk analisis
3. Data yang Relevan: Data dikumpulkan melalui media online
Google form, yang memungkinkan pengumpulan data yang luas dan
representatif
4. Implikasi yang jelas: Penelitian memberikan implikasi yang jelas
tentang perlunya intervensi untuk kelompok remaja dengan derajat
depresi yang lebih tinggi, yang memiliki dampak positif perawatan
kesehatan mental.
Kekurangan:
1. Teknik Snowball Sampling : Penggunaan teknik snowball
sampling dapat menghasilkan sampel yang tidak sepenuhnya acak
dan mungkin memiliki bias dalam pemilihan partisipan .
2. Penggunaan Data Self - Report : Data dikumpulkan melalui self -
reporting melalui Google Form , yang dapat mempengaruhi
keakuratan dan objektivitas data .
3. Tidak Ada Analisis yang Mendalam : Jurnal ini mungkin dapat
meningkatkan nilai dengan melakukan analisis yang lebih mendalam
tentang faktor - faktor yang mungkin mempengaruhi derajat depresi
remaja .
4. Tidak Ada Rinciannya tentang Pengobatan atau Intervensi :
Penelitian fokus pada identifikasi derajat depresi , tetapi tidak
memberikan informasi tentang tindakan pengobatan atau intervensi
yang dapat dilakukan untuk mengatasi depresi .
Review Jurnal

Gender dan Depresi pada Remaja

Judul Gender dan Depresi pada Remaja

Nama Penulis Nefi Darmayanti


Tahun Terbit -
Tujuan Penelitian -
Metode Penelitian -
Hasil dan Pembahasan Hasil:
Studi meta‐analisis menemukan bahwa korelasi populasi
yang sesungguhnya (p) setelah dikoreksi oleh kesalahan
pengukuran diestimasikan sebesar 0,145, varians populasi [Var
(p)] sebesar 0.00373 dengan standar deviasinya (SD) sebesar
0.061. Mengacu pada interval kepercayaan 95 %, batas
penerimaannya antara 0.02544 < p < 0.26456; dan hasil
perhitungan (p) sebesar 0.145, ini berarti masuk dalam batas
interval penerimaan.
Aspek lain yang perlu diperhatikan dan dikaji lebih lanjut pada
studi meta‐ analisis mengenai perbedaan depresi di antara
remaja perempuan dan remaja laki‐laki ini, adalah tentang
kesalahan dalam pengambilan sampel dan kesalahan dalam
pengukuran. Berda‐ sarkan perhitungan diperoleh hasil sebagai
berikut ini:
1. Kesalahan dalam pengambilan sampel
Nilai varians kesalahan pengambilan sampel adalah sebesar
0.0026 dan varian korelasi populasi sebesar 0.0062. Nilai
varians kesalahan peng‐ ambilan sampel di bandingkan
dengan nilai varian skorelasi populasi dikalikan 100%
merupakan hasil bah‐ wa persentase varians yang disebab ‐
kan kesalahan pengambilan sampel adalah cukup besar,
yaitu 41.9%. Persentase yang cukup besar ini menunjukkan
adanya bias kesalahan karena kekeliruan dalam pengam‐
bilan sampel cukup besar.
2. Kesalahan dalam pengukuran
Nilai varians kesalahan pengukuran pada variabel dependen
adalah sebe‐ sar 0.000395 dan nilai varian korelasi populasi
0.0062. Apabila variansi kesalahan pengukuran
dibandingkan dengan varians korelasi populasi, maka
persentasi variansi yang dise‐ babkan kesalahan pengukuran
adalah kecil, yaitu 6.37%; lebih kecil dari dampak kesalahan
pengambilan sam‐ pel. Persentase yang kecil ini menun ‐
jukkan bias kesalahan karena kekeli‐ ruan dalam pengukuran
adalah kecil.
Pembahasan:
Penelitian mengenai depresi pada remaja telah banyak
menarik minat para peneliti dan klinisi sejak tahun 1980 an
(Marcotte, et al., 2002). Fase remaja merupakan suatu fase
yang rentan, mengingat banyak terjadi perubahan baik dalam
aspek fisik, psikologis maupun sosial. Seperti yang dikatakan
olehErikErikson(dalamAlfeld‐Lirodan Sigelman, 2002) bahwa
tugas perkem‐ bangan remaja mengenai formasi identitas
merupakan suatu ”krisis”, karena adanya perubahan
fisiologis, kognitif dan sosial berkenaan di saat remaja mulai
membuat keputusan penting dalam hidupnya.
perempuan cenderung lebih depresif dibanding laki‐laki,
yaitu :
1. Perempuan kurang asertif dan cende‐
rungmemilikiskoryanglebihrendah dalam hal kemampuan
kepemim‐ pinan daripada anak laki‐laki.
2. Anak perempuan lebih sering meng‐ gunakan coping
ruminatif dibanding dengan anak laki‐laki. Dimana pe‐
rempuan lebih memusatkan perha‐ tiannya pada simtom‐
simtom depresi yang dialaminya. Sebaliknya, anak laki‐laki
cenderung mengalihkannya pada beberapa aktivitas fisik,
seperti menonton TV, berperilaku agresif.
3. Anak perempuan kurang dominan, kurang agresif baik
secara fisik maupun verbal dalam berinteraksi dengan
kelompoknya.

Kesimpulan
Hasil meta‐analisis ini mendukung penelitian yang
sebelumnya mengenai perbedaan depresi di antara remaja
perempuan dan remaja laki‐laki, dan studi ini juga
menyimpulkan bahwa ada perbedaan depresi antara remaja
perem‐ puan dengan remaja laki‐laki. Remaja perempuan
cenderung lebih depresif dibandingkan dengan remaja laki‐
laki.
Berdasarkan hasil perhitungan dampak kesalahan
pengambilan sampel sebesar 41.9%, maka disarankan bagi
penelitiselanjutnyaagarmemperhatikan variasi karakteristik
sampel yang digu‐ nakan; seperti misalnya jenis ras,rentang
usia, yang dalam studi ini tidak dapat dipilahkan karena
jumlah studi yang agak terbatas.

Kelebihan & Kekurangan Kelebihan:


1. Sejarah Penelitian : Jurnal ini memberikan latar belakang
sejarah penelitian mengenai depresi remaja , yang membantu
memahami perkembangan isu ini dari awal 1980 - an hingga saat
ini .
2. Data Statistik : Jurnal ini memberikan data statistik yang
menggambarkan prevalensi depresi pada remaja dan perbedaan
gender dalam simptomatologi depresi .
3. Kaitan Usia : Jurnal ini mengidentifikasi perkembangan
depresi sepanjang usia remaja , mencatat bahwa tanda
meningkatnya depresi muncul pada usia tertentu dan mencapai
puncaknya pada usia tertentu sebelum menjadi stabil pada usia
dewasa .
Kekurangan:
1. Tidak Ada Metode Penelitian yang Dijelaskan : Jurnal ini tidak
memberikan informasi rinci tentang metode penelitian yang
digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data atau
menganalisis temuan .
2. Tidak Ada Implikasi atau Kesimpulan : Jurnal ini tampaknya
memberikan gambaran tentang situasi depresi remaja , tetapi
tidak menyediakan implikasi atau kesimpulan yang lebih
mendalam tentang bagaimana isu ini dapat diatasi atau ditangani
3. Tidak Ada Data Terbaru : Jurnal ini merujuk pada penelitian
yang dilakukan pada awal 2000 - an . Informasi terbaru tentang
isu depresi remaja mungkin sudah berubah sejak saat itu .
4. Tidak tercantum tahun terbit
5. Tidak ada tujuan penelitian tersebut
Review Jurnal

Perempuan dan Depresi: Pengaruh Ketidakpuasan Tubuh

Judul Perempuan dan Depresi: Pengaruh Ketidakpuasan Tubuh

Nama Penulis Ratna Kusuma Dewi


Ktut Dianovinina
Tahun Terbit 2022
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan body
dissatisfaction dan depresi pada perempuan emerging adulthood
melalui penelitian kuantitatif (survei) yang pengumpulan datanya
dilakukan secara accidental.
Metode Penelitian Penelitian ini di desain dengan metode kuantitatif jenis survei
dengan teknik pengambilan sampel menggunakan accidental
sampling. Teknik accidental sampling artinya penentuan sample
dilakukan tanpa kesengajaan selama sesuai dalam kriteria yang
sudah ditentukan (Unaradjan, 2019). Pada proses
pelaksanaannya dilakukan penyebaran kuisioner pada
responden yait usampel atau kelompok kecil dari populasi tanpa
melakukan manipulasi pada situasi yang ada. Pada penelitian
ini, teknik analisis data yang digunakan adalah uji korelasi non-
parametrik, yaitu uji korelasi Kendall dan Spearman.

Hasil dan Pembahasan Hasil:


Data yang diperoleh dalam penelitian menunjukkan tingkat
Index Massa Tubuh (IMT) responden penelitian mayoritas
berada dalam klasifikasi normal dengan persentase sebanyak
55,3%. Selain itu terdapat responden penelitian yang termasuk
dalam kategori kegemukan sebanyak 30%. Sementara sebanyak
9,4% responden penelitian termasuk dalam klasifikasi obesitas
dan 5,3% diantaranya masuk dalam klasifikasi kurus. Penelitian
ini menggunakan klasifikasi IMT berdasarkan Pedoman Praktis
Terapi Gizi Medis Departemen Kesehatan RI 2003.
Selanjutnya diketahui sebanyak 36,1% responden dalam
penelitian ini memiliki nilai body dissatisfaction yang sangat
rendah. Sementara 32,2% responden memiliki nilai
bodydissatisfaction yang rendah dan 21,9% responden memiliki
nilai body dissatisfaction yang sedang. Sebagian lainnya, yaitu
10,3% responden menunjukkan nilai body dissatisfaction yang
tinggi dan 2,1% responden memiliki nilai body dissatisfaction yang
sangat tinggi.Hal ini menunjukkanbahwa sebagian besar
responden dalam penelitian ini telah dapat menerima dirinya
dan merasa puas dengan kondisi tubuhnya saat ini. Hasil
tersebut sejalan dengan tingkat depresi pada responden
penelitian ini.
Tingkat depresi responden penelitian menunjukkan
mayoritas responden berada pada klasifikasi rendah dengan
kategori mood yang naik turun, namun masih dianggap
normalsebanyak 55,8% dan gangguan mood ringan sebanyak
21%. Selain itu juga terdapat 8,6% responden penelitian yang
termasuk dalam kategori batas depresi klinis dan 9,4%
responden penelitian menunjukkan depresi rendah. Kedua
kategori tersebut termasuk dalam klasifikasi sedang. Sementara
pada klasifikasi berat, terdapat 3% responden penelitian yang
menunjukkan depresi berat dan 2,2% yang menunjukkan depresi
ekstrem. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar
responden memiliki tingkat body dissatisfaction dan depresi yang
rendah. Terlihat pula adanya pola yang sama antara tingkat body
dissatisfaction dengan depresi yaitu semakin tinggi kategori
permasalahanya, frekuensi responden penelitian yang
mengalami body dissatisfaction dan/atau depresi semakin rendah.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diketahui
adanya hubungan signifikan antara body dissatisfaction dan
depresi. Hasil tersebut diperoleh melalui uji hipotesis yang
dilakukan menggunakan ujikorelasi Kendall, sedangkan
teknikyang digunakan untuk uji korelasi adalah non parametrik,
yaitu Spearman. Pemilihan teknik tersebut berdasarkan uji
asumsi yang dilakukan. Data pada penelitian ini memiliki
sebaran yang tidak normal walaupun uji linieritas menunjukan
ada hubungan yang linier antar variabel sehingga untuk
selanjutnya digunakan teknik non parametrik.
Pembahasan:
Hubungan positif dan signifikan antara body dissatisfaction
dengan depresi (Tabel 2) dapat diketahui berdasarkan hasil
penelitian yang telah dilakukan ini. Artinya, semakin rendah
tingkat body dissatisfaction seseorang, maka kategori depresi yang
dialami semakin rendah juga, begitu pula sebaliknya. Body
dissatisfaction dapat menyebabkan depresi atas pengaruh pikiran-
pikiran negatif dalam diri individu yang memungkinkan
munculnya depresi. Hasil ini sesuai dengan berbagai penelitian
sebelumnya menunjukkan bahwa body dissatisfaction
berhubungan dengan depresi sehingga body dissatisfaction dapat
menjadi salah satu faktor risiko terhadap depresi (Chen et al.,
2015; Choi & Choi, 2016; Ferreiro et al., 2014).
Penelitian lain menyebutkan salah satu temuan yang paling
konsisten dalam berbagai literatur adalah bahwa wanita secara
signifikan lebih tidak puas dengan tubuh mereka daripada pria
dari masa remaja hingga dewasa dan kesenjangan antara wanita
dan pria dalam ketidakpuasan tubuh telah meningkat seiring
waktu (Thompson et al., 2010). Penelitian sebelumnya
menemukanbahwa para remaja yang memiliki body dissatisfaction
lebih tinggi melaporkan tingkat depresi yang lebih tinggi pula
(Choi & Choi, 2016). Selain itu, mereka juga menemukan adanya
standar tubuh yang berbeda antara remaja Korea dan Amerika.
Korea memiliki standar tubuh ideal yang lebih kurus daripada di
Amerika Serikat sehingga remaja Amerika lebih puas dan
menganggapcitra tubuh mereka lebih baik daripada remaja
Korea meskipun memiliki IMT yang lebih tinggi (Choi & Choi,
2016). Hal ini menunjukkan body dissatisfaction tidak hanya
bersumber dari IMT seseorang, namun banyak faktor-faktor lain
yang memengaruhinya.

Kesimpulan Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian yang


telah dilakukan adalah terdapat hubungan positif dan signifikan
antara body dissatisfaction dan depresi. Meskipun memiliki
hubungan yang positif dan signifikan, namun pengaruh body
dissatisfactionterhadap depresi tergolong sangat rendah.
Kontribusi body dissatisfaction terhadap depresi yang sangat
rendah sehingga peneliti menyarankan untuk penelitian
selanjutnya menggunakan variabel lain, tidak hanya antara body
dissatisfaction dengan depresi.
Hasil penelitian yang didapatkan juga menunjukkan bahwa
semakin tinggi tingkat body dissatisfaction seseorang, maka
semakin tinggi juga depresinya, begitu pula sebaliknya.
Diketahui pula bahwa pengaruh kehidupan sosial cukup besar
dalam diri responden. Kehidupan sosial memengaruhi emosi
individu, baik emosi positif maupun negatif sehingga adanya
significant person menurunkan kemungkinan munculnya depresi.
Atas dasar hasil tersebut, disarankan kepada responden
penelitian, yaitu perempuan pada tingkat perkembangan
emerging adulthood untuk menanamkan kepuasan terhadap
dirinya sejak dini, tidak hanya memperhatikan nilai“ideal” di
masyarakat atau lingkungannya.

Kelebihan & Kekurangan Kelebihan:


1. Tujuan yang Jelas : Penelitian memiliki tujuan yang jelas , yaitu
untuk menilai hubungan antara bodydissatisfaction dan depresi pada
perempuan emergingadulthood .
2. Metode Penelitian : Metode penelitian yang digunakan adalah
kuantitatif ( survei ) , yang memungkinkan untuk mengumpulkan data
dalam jumlah besar dan melakukan analisis statistik .
3. Ukuran Depresi dan BodyDissatisfaction : Penggunaan
Beck'sDepressionInventory ( BDI ) dan BodyShapeQuestionnaire
( BSQ ) adalah alat yang umum digunakan untuk mengukur tingkat
depresi dan bodydissatisfaction .
4. Data yang Representatif : Jumlah responden yang signifikan ( 233
perempuan ) menambah validitas hasil penelitian .
Kekurangan
1. Pengumpulan Data Accidental : Pengumpulan data yang
disebut " accidental " mungkin mengarah pada bias
dalam pemilihan responden atau karakteristik mereka ,
dan penjelasan lebih lanjut tentang bagaimana data
dikumpulkan perlu diberikan .
2. Tidak Ada Analisis Sebab - Akibat : Penelitian ini
menemukan hubungan antara bodydissatisfaction dan
depresi , tetapi tidak memberikan informasi tentang
apakah bodydissatisfaction menyebabkan depresi atau
sebaliknya .
3. Fokus pada Perempuan Emerging Adulthood :
Penelitian ini memiliki fokus yang terbatas pada
perempuan emergingadulthood , sehingga hasilnya
mungkin tidak dapat diterapkan secara luas pada
populasi lain .
4. Tidak Ada Informasi Tentang Intervensi : Penelitian ini
mencatat bahwa standar kecantikan dapat meningkatkan
depresi , tetapi tidak memberikan informasi tentang
intervensi atau solusi yang mungkin .

Anda mungkin juga menyukai