Anda di halaman 1dari 33

Journal

Reading

SUSTAINED INCENTIVE VALUE OF


HEROIN-RELATED CUES IN SHORT-
AND LONG-TERM ABSTINENT
HEROIN USERS
Disusun oleh: Giya Desta Monica
Pembimbing:

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU PSIKIATRI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABDURRAB
RSJD AMINOGONDOHUTOMO
2018
Abstrak

 Latar belakang:
 terdapat efek insentif pada drug users 
berperan pada kelanjutan penggunaan
obat dan relaps
 Efek insentif terlihat pada pengguna
rokok dan alcohol, heroin?
 Tujuan:
 menilai efek insentif implisit dan eksplisit
pada pengguna heroin yang telah
berhenti dalam berbagai tahap
Pendahuluan

 Prosesnya: penggunaan obat 


neuroadaptasi  hipersensitivitas terhadap
stimuli tekait obat  craving
 Hal ini juga sejalan dengan teori memori
adiksi  memory, learning, addiction 
bersifat long lasting dan implicit
Pendahuluan

 Acoustic Startle Reflex (ASR)  metode


penilaian non-subjektif untuk menilai
petunjuk terkait penggunaan obat yang
implisit
 ASR  menilai apakah ada cue-related
startle suppression (CSS) ketika ditunjukan
foto penggunaan obat
 Terdapat CSS pada perokok dan –
pengguna alcohol
 Heroin?
Pendahuluan

 Studi kali ini terdiri dari 2 tahap


 Studi 1  menganalisis respon heroin related
cues pada partisipan yang ketergantungan
heroin sebelum daan setelah 2 minggu
detoksifikasi
 Studi 2  menginvestigasi pengaruh
abstinence jangka Panjang terhadap proses
afektif heroin related cues
Prosedur eksperimen:
partisipan
 Studi I
 Partisipan dibagi menjadi 2 kelompok, 15
pengguna heroin, dan 15 kontrol sehat
 Diagnosis intravenous heroin
dependence ditegakkan berdasarkan
kriteria DSM-IV
 Detoksifikasi: methadone (sampai
20mg/hari), dikurangi perlahan selama 8-
12 hari rawat inap
Prosedur eksperimen:
partisipan
 Studi II
 Partisipan dibagi menjadi 2 kelompok, 14
pengguna heroin yang telah lama berhenti,
15 pengguna heroin aktif, dan 15 kontrol
sehat
 Berhenti menggunakan heroin minimal 1
tahun
 Paratisipan tidak menerima detoksifikasi atau
terapi maintance heroin
 Abstinence dikonfirmasi dengan toksikologi
urin
Prosedur eksperimen:
partisipan
 Seluruh partisipan merupakan perokok
aktif
 Kriteria eksklusi:
 Memiliki gangguan psikiatris atau neurologis
 Memiliki substance use disorder selain nikotin
dan opioid
 Penggunaaan psikotropika
 Kondisi medis tertentu yang melibatkan mata,
telinga, dan organ keseimbangan
Prosedur eksperimen:
tahapan
 Studi 1: Pasien di tes pertama kali saat mulai
detoksifikasi (T1) dan 14 hari setelah terapi (T2)
 Studi II: tes hanya dilakukan 1 kali dan langsung
dibandingkan, sebelum partisipasi, dilakukan tes
urin pada partisipan
 Diperoleh data berupa: riwayat penggunaan
obat, konsumsi rokok harian, keinginan
sementara untuk menggunakan heroin, dan
gejala withdrawal yang timbul
 Data diperoleh dengan kuesioner
Prosedur eksperimen:
tahapan
 Dilakukan juga pengisian kuesioner
Mehrfachwahl-Wortschatz-Intelligenztest
(MWT-A, perkiraan IQ verbal) dan Hopkins
Symptom Checklist (SCL-90-R, status gejala
psikologis)
 Dilakukan tes pendengaran sebelum startle
test dilakukan
 Partisipan tidak boleh merokok 60 menit
sebelum studi
Prosedur eksperimen:
tahapan
 Startle test dilakukan di ruangan redup dan
tenang
 Partisipan dinstruksikan untuk melihat
gambar dan mengabaikan suara yang
keluar dari headphone
 Setelah selesai, paartisipan melakukan
penilaian gambar dari skala 0-10 (0=very
unpleasant, 10=very pleasant) dan
keinginan untuk menggunakan nikotin dan
heroin (0=tidak ingin, 10=sangat ingin)
Prosedur eksperimen: analisis
statistik
 Variabel demografis, perilaku dan craving
penggunaan heroin dan rokok dianalisis
menggunakan ANOVA
 Perbedaan distribusi jenis kelamin setiap
kelompok dianalisis menggunakan uji chi
square
 Dilakukan uji ANCOVA untuk melakukan
kontrol terhadap usia sebagai kovariat
 P <0,05 dinyatakan signifikan secara statistik
Hasil
Hasil: studi I

 Karakteristik demografis: tidak terdapaat


perbedaan antara IQ verbal, umur, rokok
per hari, dan distribusi jenis kelamin
 Paartisipan dependen heroin memiliki
Pendidikan yang lebih rendah (p=0,007) dan
memiliki skor yang lebih tinggi pada SCL-90-
R (p=0,005)
Hasil: studi I
Hasil: studi I
Hasil: studi I

Modulasi startle oleh stimulus negatif, netral,


dan positif
 Raw startle magnitude tidak berbeda
signifikan pada T1 dan T2 (p=0,250),
walaupun terdapat sedikit penurunan pada
pengguna heroin
 Gambar negatif, netral, dan positif
menginduksi startle pattern yang linear
(p=0,001) pada T1 dan T2
Hasil: studi I

Drug cue effect


 Pengguna heroin pada T1 menunjukkan CSS
pada gambar heroin end dan gambar smoking
end (p=0.004)
 Pada kontrol CSS terdapat pada gambar
smoking end
 Terdapat perbedaan signifikan pada T1 dan T2
untuk gambar smoking end pada pengguna
heroin
 Tidak terdapaat perbedaan signifikan pada T1
dan T2 pada subyek kontrol
Hasil: studi I
Hasil: studi I

Explicit picture rating (valence)


 Pengguna heroin pada T1 dan T2 menilai
gambar heroin begin dan end lebih positif
dibaanding kontrol (p=0,01)
 Tidak terdapat perbedaan signifikan antara
kelompok pada gambar rokok (p=0,081)
 Setelah terapi (T2), pengguna heroin menilai
gambar heroin end dan smoking begin lebih
menyenangkan dibanding T1
Hasil: studi I

Explicit picture rating (craving)


 Pengguna heroin pada T1 melaporkan
craving lebih tinggi pada gambar heroin
begin dan heroin end
 Pada T2, pengguan heroin melaporkan
craving lebih tinggi dibanding kontrol di
seluruh gambar terkait heroin
 Tingkat craving tidak berbeda antara T1
dan T2
Hasil: studi II

 Karakteristik demografis: tidak terdapat


perbedaan antara jenis kelamin dan CPD,
namun terdpat perbedaan pada usia, edukasi,
IQ, dan skor SCL-90-R
 Terdapat perbedaan skor withdrawal antara
pengguna heroin dan yang sudah tidak
menggunakan heroin
Hasil: studi II

Modulasi startle oleh stimulus negatif, netral,


dan positif
 Tidak terdapat perbedaan signifikan antara
pengguna heroin dan abstinence heroin
user
 Abstinence heroin user  CSS pada gambar
heroin begin dan heroin end
Hasil: studi II

Explicit picture rating (valence)


 Abstinence heroin user  gambar heroin
begin dan heroin end less pleasant
dibanding pengguna heroin aktif
 Abstinence heroin user  gambar smoking
begin dan smoking end less pleasant
dibanding pengguna heroin aktif
Hasil: studi II

Explicit picture rating (craving)


 Pada gambar heroin begin dan end 
abstinence heroin user menunjukkan less
craving dibanding pengguna heroin aktif
 Tidak terdapat pebedaan tingkat craving
pada abstinence heroine user dan kontrol
Diskusi
Diskusi

 Partisipan heroin dependen, menunjukan CSS pada


gambar end heroin dibanding stimulus netral
 Pengguna heroin juga menganggap gambaar
heroine lebih pleasant, dibanding kontrol
 Tidak terdapat perbedaan penilaian pada gambar
merokok
 Hal ini sejalan dengan teori insentif  stimulus terkait
penggunaan obat, oleh pengguna obat dianggap
appetitive dan motivasional
 Hal ini juga ditemukan pada zat lain, seperti alcohol
dan rokok
Diskusi

 Temuan pada penelitian ini: anggapan insentif


emosional/motivaasional pada stimulus terkait obat 
adanya keterlibatan reward related brain areas
 Perlu dicatat bahwa kami menemukan bahwa
gambar heroin end dan smoking begin dianggap
lebih pleasant setelah proses detoksifikasi
 Sejalan dengan penelitian pada alcohol  alcohol
related stimuli tampak lebih pleasant pada masa early
abstinence
 Insentif ini juga masih tampak setelah 1 tahun
abstinence  mungkin karena terdapaat penurunan
brain dopamine transporter
Diskusi

 Keterbatasan studi
 Sampel sebagian besar adalah laki-laki  reaksi subjektif
dan fisiologikal terhadap stimulus heroin yang berbeda 
perlu diuji kembali pada sampel perempuan
 Walaupun abstinence telah dikonfirmasi toksikologi urin,
lama abstinence hanya didapatkan dari pengakuan
pasien dan tidak dapat dikonfirmasi
 Pada studi 1  terapi metadon dimulai 2 hari sebelum T2
 mungkin dapat memicu reaktivitas emosional
 Ukuran sampel yang tidak besar
 Tidak diketaahui apakah test-retest effect pada studi 1
mempengaruhi studi 2
Kesimpulan

 Stimulus (gambar) terkait penggunaan heroin, yaitu


saat akhir injeksi heroin, bersifat appetitive pada
pengguna heroin, dan tetap appetitive 14 hari setelah
detoksifikasi bahkan setelah 1 tahun masa abstinence
 Penggunaan heroin kronik menyebabkan adaptasi
neural pathway jangka Panjang dan stabil  risiko
relapse yang tinggi
 Penelitian selaanjutnya perlu meneliti apakah respon
appetitive implisit terhadap stimulus terkait heroin
akan menurun setelah 1 tahun periode abstinence
atau setelah program terapi khusus
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai