Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN

DENGAN GASTRITIS EROSIF

DISUSUN OLEH :
NAMA :
NPM :
DOSEN PEMBIMBING :

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA PALEMBANG
2019

i
KATA PENGANTAR

Pertama-tama marilah kita panjatkan puja dan puji syukur kita kehadirat Allah
swt, karena berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul tentang “Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gastritis
Erosif” ini dengan baik dan lancar tanpa kekurangan satu apapun.
Selain itu juga,tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah untuk menambah
wawasan kita tentang mengenai Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gastritis
Erosif, agar kita bisa lebih memahami dan mengenal cara pengobatannya.
Saya berharap untuk kedepannya, makalah ini dapat menjadi sumber referensi
tentang Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gastritis Erosif serta juga agar
makalah ini bisa menambah wawasan dan pengetahuan kita lagi. Saya juga menyadari
bahwasannya makalah ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu saya selalu
terbuka untuk menerima kritik dan saran dari para pembaca semuanya demi
penyempurnaan dan perbaikan makalah ini ke depannya.
.

Sekayu, Oktober 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Cover Depan Asuhan Keperawatan Pada Gastritis Erosif...................................................i


KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................................1
1.2 Tujuan.....................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. KONSEP TEORITIS...............................................................................................2
2.1 Pengertian..........................................................................................................2
2.2 Etiologi..............................................................................................................2
2.3 Anatomi dan Fisiologi.......................................................................................3
2.4 Manifestasi Klinis..............................................................................................5
2.5 Tanda dan Gejala...............................................................................................6
2.6 Patofisiologi.......................................................................................................7
2.7 Patoflow.............................................................................................................8
2.8 Penatalaksanaan Medis......................................................................................9
2.9 Diagnostik..........................................................................................................9
2.10 Komplikasi.......................................................................................................10
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS..............................................10
3.1 Pengkajian.........................................................................................................10
3.2 Diagnosa Keperawatan......................................................................................10
3.3 Intervensi Keperawatan.....................................................................................14
3.4 Implementasi Keperawatan...............................................................................18
3.5 Evaluasi Keperawatan.......................................................................................20
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................................................21
B. Saran........................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Dalam tubuh manusia banyak terdapat system yang saling kerja sama dalam
mempertahnkan kehidupan. Sistem pencernaan merupakan salh satu system yang
penting dalam tubuh karena hasilnya nanti berupa energi yang sangat pentinng dalam
proses metabolisme dan kelangsungan hidu setiap sel di tubuh.
Dalam system pencernaan banyak organ-organ yang penting, salah satunya
adalah lambung. Di Lambung nantinya terjadi pemecahan dan penyerapan karbohidrat
dan lapisan ukosa lambung menghasilkan asam lambung (HCL) yang dalam kadar
normalnya fungsinya sangat penting.
Lambung (gaster) bisa mengalami kelainan seperti peradangan pada dinding
lambung (gastritis) jika pola hidup seperti pola makan dan diet yang tidak normal attau
mengkonsumsi jenis obat-obatan bisa mengakibatkan gastritis atau maag.
Gastritis merupakan salah satu penyakit yang paling banyak dijumpai diklinik
Penyakit Dalam (IPD jilid II Edisi 3)Gastritis akut merupakan penyakit yang sering
ditemukan biasanya jinak dan dapat sembuh sendiri (Patofisiologi Sylvia & Wilson) dan
± 80 – 90% yang dirawat di ICU menderita gastritis akut.
Perawat merupakan salah satu tenaga kesehatan harus memahami dan memberikan
peran dan asuhan yang tepat karena komplikasi dari gastrtits ini cukup berbahaya dan
bisa mengakibatkan kematian.
1.2 Tujuan

1.      Tujuan umum :
Mahasiswa dapat mengetahui dan mencegah terjadinya gastritis serta
mengimplementasikan asuhan keperawatan demam gastritis di lapangan.
2.      Tujuan khusus :
a.      Mengetahui pengertian, etiologi, dan patofisiologi gastritis
b.      Mengetahui pengkajian keperawatan pada kasus gastritis
c.      Mengetahui diagnose yang mungkin muncul dan perencanaan tindakan
keperawatan
d.      Mampu mengaplikasikan tindakan keperawatan sesuai konsep dan sesuai
indikasi klien
e.       Mengetahui asuhan keperawatan pada kasus gastritis
1
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Teoritis

2.1 Pengertian

Gastritis akut erosif adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut
dengan kerusaan-kerusakan erosi. Disebabkan oleh kuman-kuman (misalnya pada
pneumonia), virus ( influensa, variola, morbili dan lain-lain) atau karena makanan-
minuman (bahan-bahan kimia, arsen, plumbum, obat-obat yang mengndung
salisilat, asam-basa kuat, KMnO4 dan lain-lain). Terjadinya radang difus di mukosa
lambung, dengan erosi-eosi yang mungkin berdarah. Sering kali nyeri epigastrium
tiba-tiba dan hematemesis. Disebut erosif akibat kerusakan yang terjadi tidak lebih
dalam dari pada mukosa muskularis.
Suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut dengan kerusakan erosi.
Erosif karena perlukaan hanya pada bagian mukosa. bentuk berat dari gastritis ini
adalah gastritis erosive atau gastritis hemoragik. Perdarahan mukosa lambung dalam
berbagai derajad dan terjadi erosi yang berarti hilangnya kontinuitas mukosa
lambung pada beberapa tempat.
Penyakit ini dijumpai di klinik, sebagai akibat samping pemakaian obat, sebagai
penyakit-penyakit lain atau karena sebab yang tidak diketahui. Perjalanan
penyakitnya biasanya ringan, walaupun demikian kadang-kadang menyebabkan
kedaruratan medis, yakni perdarahan saluran cerna bagian atas. Penderita gastritis
akut erosif yang tidak mengalami perdarahan sering diagnosisnya tidak tercapai.
2.2 Etiologi
1. Obat analgetik anti inflamasi, terutama aspirin.
2. Bahan-bahan kimia
3. Merokok
4. Alkohol
5. Stres fisik yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma, pembedahan, gagal
pernafasan, gagal ginjal, kerusakan susunan saraf pusat.
6. Refluks usus ke lambung.
7. Endotoksin.

2
2.3 Anatomi dan Fisiologis Sistem Pencernaan

Gambar 1.1
Sistem Pencernaan

Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus)
adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan,
mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran
darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa
proses tersebut dari tubuh.

Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan,


lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi
organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung
empedu.

a. Mulut

Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air pada hewan.
Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian awal dari sistem
pencernaan lengkap yang berakhir di anus.

Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam dari mulut
dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di
permukaan lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan
pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung dan lebih rumit, terdiri
dari berbagai macam bau.

3
b. Tenggorokan ( Faring)

Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Berasal dari bahasa
yunani yaitu Pharynk. Skema melintang mulut, hidung, faring, dan laring

laring

Didalam lengkung faring terdapat tonsil ( amandel ) yaitu kelenjar limfe yang banyak
mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi, disini
terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang
rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang belakang

c. Kerongkongan (Esofagus)

Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui sewaktu
makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan berjalan melalui
kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik. Sering juga disebut esofagus

d. Lambung

Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang keledai.
Terdiri dari 3 bagian yaitu:
· Kardia.
· Fundus.
· Antrum.
Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk cincin
(sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan normal, sfinter
menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam kerongkongan. Lambung
berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk
mencampur makanan dengan enzim-enzim.
e. Usus halus (usus kecil)

Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di
antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang
mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus
melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan
pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah
kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak.

4
Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong
(jejunum), dan usus penyerapan (ileum).

f. Usus Besar (Kolon)

Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan
rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses.

Usus besar terdiri dari :

· Kolon asendens (kanan)


· Kolon transversum
· Kolon desendens (kiri)
· Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa
bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam usus besar juga
berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk
fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan
gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa
menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.

g. Usus Buntu (sekum)

Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam istilah anatomi adalah
suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon menanjak
dari usus besar. Organ ini ditemukan pada mamalia, burung, dan beberapa jenis
reptil. Sebagian besar herbivora memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora
eksklusif memiliki sekum yang kecil, yang sebagian atau seluruhnya digantikan oleh
umbai cacing.

h. Umbai Cacing (Appendix)

Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu. Infeksi pada
organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing. Apendisitis yang parah dapat
menyebabkan apendiks pecah dan membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau
peritonitis (infeksi rongga abdomen).

5
Dalam anatomi manusia, umbai cacing atau dalam bahasa Inggris, vermiform
appendix (atau hanya appendix) adalah hujung buntu tabung yang menyambung
dengan caecum.

I. Rektum dan anus

Rektum (Bahasa Latin: regere, “meluruskan, mengatur”) adalah sebuah ruangan yang
berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ
ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini
kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon
desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka
timbul keinginan untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya dinding rektum
karena penumpukan material di dalam rektum akan memicu sistem saraf yang
menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi.

Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar
dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian
lannya dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses
dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar – BAB), yang
merupakan fungsi utama anus.

2.4 Manifestasi Klinis


Gambaran klinis gastritis akut erosif sangat bervariasi, mulai dari yang sangat ringan
asimptomatik sampai sangat berat yang dapat membawa kematian. Manifestasi
tersebut adalah:
1. Muntah darah
2. Nyeri epigastrium
3. Neusa dan rasa ingin vomitus
4. Nyeri tekan yang ringan pada epigastrium
Pada pemeriksaan fisik biasanya tidak ditemukan kelainan, kecuali mereka yang
mengalami perdarahan hebat hingga menimbulkan gangguan hemodinamik yang
nyata seperti hipotensi, pucat, keringat dingin, takikardi sampai gangguan
kesadaran.

6
2.5 Tanda dan Gejala
Sebagian penderita datang berobat karena muntah darah. Sering penderita tersebut
tidak mempunyai keluhan tertentu sebelumnya dan sebagian besar penderita hanya
mempunyai keluhan yang ringan saja, seperti : Nyeri epigastrium yang tidak hebat,
kadang-kadang disertai mual dan muntah .Pemeriksaan fisik sering tidak membantu.
Kadang-kadang dijumpai nyeri tekan yang ringan saja pada daerah epigastrium.
2.6 Patofisiologi Penyakit
Ada beberapa faktor yang menyebabkan kerusakan mukosa lambung. Faktor-faktor
itu adalah :
1. Kerusakan mucosal barrier sehingga difusi balik ion H meninggi.
2. Perfusi mukosa lambung yang terganggu
3. Jumlah asam lambung merupakan faktor yang sangat penting.
Faktor-faktor tersebut tidak berdiri sendiri. Misalnya strees fisis menyebabkan
perfusi mukosa lambung terganggu, sehingga timbul daerah-daerah infark kecil.
Disamping itu sekresi asam lambung juga terpacu. Mucosal barrier pada penderita
strees fisis biasanya tidak terganggu. Hal itu yang membedakannya dengan gatritis
erosif karena bahan kimia atau obat. Pada gastritis refluks, gastritis karena bahan
kimia, obat, mucosal barrier rusak sehingga difusi balik ion H meninggi. Suasana
asam yang terdapat pada lumen lambung akan mempercepat kerusakan mucosal
barrier oleh cairan usus.

7
2.7 Patoflow
Konsumsi obat penghilang nyeri, Alkohol, Zat-Zat Kimia

Mengurangi prostaglandin yang bertugas melindungi dinding lambung

Dinding lambung dilindungi oleh mukosa bicarbonate rusak

Peningkatan asam lambung

Inflamasi mukosa lambung

Kerusakan langsung mukosa lambung

Nyeri epigastrik

nyeri

Merasa Takut dan Khawatir Mual dan muntah


Meningkatkan permeabilitas 
kapiler  thd protein
Cemas
Ketidakseimbangan Nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh
Kurang Pengetahuan

atropi gaster

Kehilangan Fungsi Fundus Masukan Cairan Tidak


Cairan adekuat/Kehilangan Cairan
Penurunan Absorbsi Vitamin B12
Anemia persiosa Kekurangan Volume Cairan
Penurunan Volume Darah Merah

Penurunan suplai O2 Ke jaringan

Kelemahan Fisik

Intoleransi Aktivitas

8
2.8 Penatalaksanaan Medis
1. Istirahat baring
2. Diet makanan cair, setelah hari ketiga boleh makan makanan lunak. Hindari
bahan-bahan yang merangsang.
3. Bila mual muntah, dapat diberikan antiemetik seperti dimenhidrinat 50 – 100 mg
per-os atau klorpromazin 10-20 mg per-os. Bila disebabkan oleh kuman-kuman,
berikan antibiotika yang sesuai.
4. Bila nyeri tidak hilang denga antasida, berikan oksitosin tablet 15 menit sebelum
makan.
5. Berikan obat antikolinergik bila asam lambung berlebihan.
2.9 Pemeriksaan Diagnostik
Diagnostik gastritis akut erosif, ditegakkan dengan pemeriksaan endoskopi dan
dilanjutkan dengan pemeriksaan histologi biopsi mukosa lambung. Pemeriksaan
radiologis biasanya tidak mempunyai arti dan baru dapat membantu apabila
digunakan kontras ganda.
1. Endoskopi
Pada pemeriksaan endoskopi akan nampak erosi multipel yang sebagian
biasanya tampak berdarah dan letaknya tersebar. Kadang-kadang dijumpai erosi
yang mengelompok pada satu daerah. Mukosa umumnya tampak merah.
Kadang-kadang dijumpai daerah erosif yang ditemukan pada mukosa yang
tampak normal. Pada saat pemeriksaan dapat dijumpai adanya lesi yang terdiri
dari semua tingkatan perjalanan penyakit nya. Akibatnya pada saat itu terdapat
erosi yang masih baru bersama-sama dengan lesi yang sudah mengalami
penyembuhan.
2. Histopatologi
Pada pemeriksaan histoptologi kerusakan mukosa karena erosi tidak pernah
melewati mukosa muskularis. Ciri khas gastritis erosif ialah sembuh sempurna
dan terjadi dalam waktu yang relatif singkat. Oleh karena itu pemeriksaan
endoskopi , sebaiknya dilakukan seawal mungkin.
3. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak terlalu spesifik untuk penderita gastritis, tetapi
dapat dilakukan untuk melihat adanya anemia bila terjadi perdarahan. Batas

9
serum gastrin biasanya menurun atau normal. Serum vitamin B 12 dapat dikaji
untuk melihat kekurangan vitamin B 12.
2.10 Komplikasi
1. Komplikasi yang penting adalah :
2. Perdarahan saluran cerna bagian atas yang merupakan kedaruratan medis.
Kadang-kadang perdarahannya cukup banyak sehingga dapat menyebabkan
kematian.
3. Terjadinya ulkus, kalau prosesnya hebat.
4. Jarang terjadi perforasi.

B. Asuhan Keperawatan Teoritis

3.1 Pengkajian
Data-data yang perlu untuk dikaji antara lain :
1. Riwayat hidup
Dalam riwayat hidup yang perlu dikaji antara lain; umur, jenis kelamin, jenis
strees, pola makan (diet), perokok, alkoholik, minum kopi, penggunaan obat-
obatan tertentu.
2. Pemeriksaan fisik
Secara subyektif dijumpai; keluhan pasien berupa : nyeri epigastrium, perut
lembek, kram, ketidakmampuan mencerna, mual, muntah. Sedangkan secara
obyektif dijumpai :tanda-tanda yang membahayakan, meringis, kegelisahan, atau
merintih, perubahan tanda-tanda vital, kelembekan daerah epigastrium, dan
penurunan peristaltik, erythema palmer, mukosa kulit basah tanda-tand
dehidrasi.
3. Psikologis
Dijumpai adanya kecemasan dan ketakutan pada penderita atau keluarganya
mengenai kegawatan pada kondisi krisis.
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan kerusakan mukosa lambung
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk mencerna nutrisi oleh faktor biologis
3. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan secara aktif

10
ANALISA DATA

NO  DATA  ETIOLOGI  MASALAH 

1  DS: Konsumsi obat penghilang nyeri Nyeri


- Laporan secara verbal
DO:
- Posisi untuk menahan
nyeri Mengurangi prostaglandin yang
- Tingkah laku berhati- bertugas melindungi dinding
hati lambung
- Gangguan tidur (mata
sayu, tampak capek,
sulit atau gerakan
kacau, menyeringai) Dinding lambung dilindungi
- Terfokus pada diri oleh mukosa bicarbonate rusak
sendiri
- Fokus menyempit
(penurunan persepsi
waktu, kerusakan Peningkatan asam lambung
proses berpikir,
penurunan interaksi
dengan orang dan Inflamasi mukosa lambung
lingkungan)
- Tingkah laku distraksi, Kerusakan langsung mukosa
contoh : jalan-jalan,
lambung
menemui orang lain
dan/atau aktivitas, Nyeri spigastrik
aktivitas berulang-
ulang)
- Respon autonom
(seperti diaphoresis, nyeri
perubahan tekanan
darah, perubahan
nafas, nadi dan dilatasi
pupil)
- Perubahan autonomic
dalam tonus otot
(mungkin dalam
rentang dari lemah ke
kaku)
- Tingkah laku ekspresif
(contoh : gelisah,
merintih, menangis,
waspada, iritabel,
nafas
panjang/berkeluh
kesah)
- Perubahan dalam

11
nafsu makan dan
minum

DS : Konsumsi obat penghilang nyeri


- Haus
DO:
- Penurunan turgor
kulit/lidah Mengurangi prostaglandin yang
- Membran bertugas melindungi dinding
mukosa/kulit kering lambung
- Peningkatan denyut
nadi, penurunan
tekanan darah,
penurunan Dinding lambung dilindungi
volume/tekanan nadi oleh mukosa bicarbonate rusak
- Pengisian vena
menurun
- Perubahan status
mental Peningkatan asam lambung
- Konsentrasi urine Kekurangan
2 meningkat volume cairan
- Temperatur tubuh Inflamasi mukosa lambung
meningkat
- Kehilangan berat Kerusakan langsung mukosa
badan secara tiba-tiba
lambung
- Penurunan urine
output
- HMT meningkat
- Kelemahan Mual dan muntah

Kekurangan vol cairan

DS:
3 - Nyeri abdomen Konsumsi obat penghilang nyeri
- Muntah
- Kejang perut
- Rasa penuh tiba-tiba
setelah makan Mengurangi prostaglandin yang Ketidakseimban
DO: bertugas melindungi dinding gan Nutrisi
- Diare lambung kurang dari
- Rontok rambut yang kebutuhan

12
Dinding lambung dilindungi
oleh mukosa bicarbonate rusak

Peningkatan asam lambung

Inflamasi mukosa lambung


berlebih tubuh
- Kurang nafsu makan Kerusakan langsung mukosa
- Bising usus berlebih lambung
- Konjungtiva pucat
Denyut nadi lemah

Mual dan muntah

Meningkatkan permeabilitas 
kapiler  thd protein

Ketidakseimbangan Nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh

13
3.3 INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil

Nyeri akut berhubungan NOC : NIC :


dengan:  Pain Level,  Lakukan pengkajian nyeri secara
Agen injuri (biologi, kimia,  pain control, komprehensif termasuk lokasi,
fisik, psikologis), kerusakan  comfort level karakteristik, durasi, frekuensi,
jaringan Setelah dilakukan kualitas dan faktor presipitasi
tinfakan keperawatan  Observasi reaksi nonverbal dari
DS: selama 3 x 24 jam Pasien ketidaknyamanan
- Laporan secara verbal tidak mengalami nyeri,  Bantu pasien dan keluarga untuk
DO: dengan kriteria hasil: mencari dan menemukan
- Posisi untuk menahan  Mampu mengontrol dukungan
nyeri nyeri (tahu penyebab  Kontrol lingkungan yang dapat
- Tingkah laku berhati-hati nyeri, mampu mempengaruhi nyeri seperti suhu
- Gangguan tidur (mata menggunakan tehnik ruangan, pencahayaan dan
sayu, tampak capek, sulit nonfarmakologi untuk kebisingan
atau gerakan kacau, mengurangi nyeri,  Kurangi faktor presipitasi nyeri
menyeringai) mencari bantuan)  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
- Terfokus pada diri sendiri  Melaporkan bahwa menentukan intervensi
- Fokus menyempit nyeri berkurang dengan  Ajarkan tentang teknik non
(penurunan persepsi menggunakan farmakologi: napas dala,
waktu, kerusakan proses manajemen nyeri relaksasi, distraksi, kompres
berpikir, penurunan  Mampu mengenali nyeri hangat/ dingin
interaksi dengan orang (skala, intensitas,  Berikan analgetik untuk
dan lingkungan) frekuensi dan tanda mengurangi nyeri: ……...
- Tingkah laku distraksi, nyeri)  Tingkatkan istirahat
contoh : jalan-jalan,  Menyatakan rasa  Berikan informasi tentang nyeri
menemui orang lain nyaman setelah nyeri seperti penyebab nyeri, berapa
dan/atau aktivitas, berkurang lama nyeri akan berkurang dan
aktivitas berulang-ulang)  Tanda vital dalam antisipasi ketidaknyamanan dari
- Respon autonom (seperti rentang normal prosedur
diaphoresis, perubahan  Tidak mengalami  Monitor vital sign sebelum dan
tekanan darah, perubahan gangguan tidur sesudah pemberian analgesik
nafas, nadi dan dilatasi pertama kali
pupil)
- Perubahan autonomic
dalam tonus otot
(mungkin dalam rentang
dari lemah ke kaku)
- Tingkah laku ekspresif
(contoh : gelisah,
merintih, menangis,
waspada, iritabel, nafas
panjang/berkeluh kesah)
- Perubahan dalam nafsu
14
makan dan minum

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil

Ketidakseimbangan NOC:  Kaji adanya alergi makanan


nutrisi kurang dari a. Nutritional status:  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
kebutuhan tubuh Adequacy of nutrient menentukan jumlah kalori dan
Berhubungan dengan : b. Nutritional Status : nutrisi yang dibutuhkan pasien
Ketidakmampuan untuk food and Fluid Intake  Yakinkan diet yang dimakan
memasukkan atau mencerna c. Weight Control mengandung tinggi serat untuk
nutrisi oleh karena faktor Setelah dilakukan mencegah konstipasi
biologis, psikologis atau tindakan keperawatan  Ajarkan pasien bagaimana
ekonomi. selama 3 x 24 jam nutrisi membuat catatan makanan harian.
DS: kurang teratasi dengan  Monitor adanya penurunan BB
- Nyeri abdomen indikator: dan gula darah
- Muntah  Albumin serum  Monitor lingkungan selama
- Kejang perut  Pre albumin serum makan
- Rasa penuh tiba-tiba  Hematokrit  Jadwalkan pengobatan dan
setelah makan  Hemoglobin tindakan tidak selama jam makan
DO:  Total iron binding  Monitor turgor kulit
- Diare capacity  Monitor kekeringan, rambut
- Rontok rambut yang  Jumlah limfosit kusam, total protein, Hb dan kadar
berlebih Ht
- Kurang nafsu makan  Monitor mual dan muntah
- Bising usus berlebih  Monitor pucat, kemerahan, dan
- Konjungtiva pucat kekeringan jaringan konjungtiva
- Denyut nadi lemah  Monitor intake nuntrisi
 Informasikan pada klien dan
keluarga tentang manfaat nutrisi
 Kolaborasi dengan dokter tentang
kebutuhan suplemen makanan
seperti NGT/ TPN sehingga
intake cairan yang adekuat dapat
dipertahankan.
 Atur posisi semi fowler atau
fowler tinggi selama makan
 Kelola pemberan anti emetik:.....
 Anjurkan banyak minum
 Pertahankan terapi IV line
 Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan cavitas
oval

15
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil

Defisit Volume Cairan NOC: NIC :


 Fluid balance  Pertahankan catatan intake dan
Berhubungan dengan:
 Hydration output yang akurat
- Kehilangan volume
 Nutritional Status :  Monitor status hidrasi
cairan secara aktif
Food and Fluid Intake ( kelembaban membran
- Kegagalan mekanisme
Setelah dilakukan mukosa, nadi adekuat, tekanan
pengaturan
tindakan keperawatan darah ortostatik ), jika
selama 3 x 24 jam defisit diperlukan
DS :
volume cairan teratasi  Monitor hasil lab yang sesuai
- Haus
dengan kriteria hasil: dengan retensi cairan (BUN ,
DO:
 Mempertahankan Hmt , osmolalitas urin,
- Penurunan turgor
urine output sesuai albumin, total protein )
kulit/lidah
dengan usia dan BB,  Monitor vital sign setiap
- Membran mukosa/kulit
BJ urine normal, 15menit – 1 jam
kering
 Tekanan darah, nadi,  Kolaborasi pemberian cairan
- Peningkatan denyut nadi,
suhu tubuh dalam IV
penurunan tekanan darah,
batas normal  Monitor status nutrisi
penurunan
 Tidak ada tanda tanda
volume/tekanan nadi  Berikan cairan oral
dehidrasi, Elastisitas
- Pengisian vena menurun  Berikan penggantian
turgor kulit baik,
- Perubahan status mental nasogatrik sesuai output (50 –
membran mukosa
- Konsentrasi urine 100cc/jam)
lembab, tidak ada rasa
meningkat
haus yang berlebihan  Dorong keluarga untuk
- Temperatur tubuh membantu pasien makan
 Orientasi terhadap
meningkat  Kolaborasi dokter jika tanda
waktu dan tempat baik
- Kehilangan berat badan cairan berlebih muncul
 Jumlah dan irama
secara tiba-tiba meburuk
pernapasan dalam
- Penurunan urine output  Atur kemungkinan tranfusi
batas normal
- HMT meningkat
 Elektrolit, Hb, Hmt  Persiapan untuk tranfusi
- Kelemahan  Pasang kateter jika perlu
dalam batas normal
 pH urin dalam batas  Monitor intake dan urin output
normal setiap 8 jam
 Intake oral dan
intravena adekuat

16
  3.4 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Waktu No. Implementasi Respon TTD/
Tgl Jam Dx Nama
Menanyakan keluhan yang DS : pasien mengatakan
dirasakan klien nyeri pada perutnya
DO : pasien terlihat lemah
dan wajah terlihat
menahan nyeri
Mengukur TD, Suhu, DO : TD : 110/70mmHg
menghitung nadi, RR Nadi : 95x/menit
Suhu : 38,8°C
RR : 32x/menit
Melihat ekspresi wajah nyeri DO : skala nyeri 4
klien untuk menentukan
skala nyeri
Mengajarkan teknik DS : Pasien mengatakan
relaksasi nafas dalam pada nyeri sedikit berkurang
pasien untuk mengurangi
nyeri DS : pasien mengatakan
Menganjurkan klien untuk “iya”

17
beristirahat DO : pasien terlihat
gelisah
DO : obat ranitidine 25
mg masuk melalui
inj.selang infus
Memberikan injeksi ranitidin DS : keluarga pasien
25 mg mengatakan pasien
hanya mau makan sedikit
karena perutnya merasa
nyeri dan mual
Menganjurkan pada DS : keluarga pasien
keluarga untuk memberikan mengatakan “mbak ini
makan pasien sedikit sedikit lukanya lembab”
tapi sering dan
menganjurkan untuk minum
yang cukup DS : pasien mengatakan
Melihat luka di bokong nyeri pada lukanya
pasien, mencatat adanya DO :luka lembab,
kemerahan di sekitar luka kemerahan di daerah
atau adanya tanda tanda sekitar luka
inflamasi lainnya DS : keluarga pasien
Menjelaskan pada pasien mengatakan “iya mbak,
dan keluarga tentang tanda saya mengerti.
dan gejala infeksi serta Terimakasih”
bagaimana cara mencegah
terjadinya infeksi DO : TD : 124/89 mmHg
Mengukur TD, suhu, Suhu : 36,4°C
menghitung nadi dan RR Nadi : 68x/menit
RR : 28x/menit
Urin : 300 cc
DO : Obat furosemid 20
Mengecek urin output mg masuk melalui
inj.selang infuse
DS : keluarga pasien
Memberikan injeksi mengatakan “terimakasih
furosemid 20 mg mbak”
DS : keluarga pasien
Melihat kondisi pasien dan mengatakan pasien
menanyakan keluhan yang sering terlihat gelisah dan
dirasakan pasien mengatakan pasien
sering mengeluh merasa
tidak nyaman/nyeri pada
perutnya
DO : skala nyeri 3, pasien
terlihat gelisah
DS : pasien mengatakan

18
Menganjurkan pada pasien “iya”
untuk segera tidur DS : keluarga pasien
Menanyakan pada keluarga mengatakan pasien
pasien kondisi dan keluhan masih terlihat gelisah dan
pasien sulit tertidur. Pasien juga
mengeluh perutnya masih
terasa tidak nyaman dan
kadang nyeri pada luka di
bokongnya
DS : keluarga pasien
Memberikan pengertian mengatakan “sama sama
pada keluarga pasien, mbak, dan terimakasih
mengakhiri tindakan juga’
(mengucapkan terimakasih
dan salam)
Menutup tirai dan DO : TD: 127/88 mmHg
membatasi pengunjung Nadi : 71x/menit
Mengukur TD, suhu, Suhu : 37,1°C
menghitung nadi dan RR RR : 26x/menit
DS : pasien mengatakan
perutnya kadang kadang
Menayakan kondisi dan masih terasa nyeri, dan
keluhan pasien lukanya perih
DS : keluarga pasien
mengatakan tadi malam
pasien terlihat gelisah
dan beberapa kali
terbangun
DS : keluarga pasien
Menanyakan pada keluarga mengatakan pasien
makan dan minum pasien sudah makan, namun
hanya sedikit karena
pasien masih mengeluh
mual, minum sudah 1
gelas (240 cc)

3.5  EVALUASI KEPERAWATAN


Waktu Dx. Keperawatan Evaluasi TTD/Na
Hari/Tgl Jam ma
Nyeri akut berhubungan DS : Pasien mengatakan
dengan agen cedera biologis perutnya kadang masih
(peradangan pada mukosa terasa nyeri
lambung ) DS : P : nyeri timbul
ketika makan Q : nyeri

19
seperti mau muntah R:
nyeri di daerah ulu hati T
: nyeri hilang timbul
DO : Skala : 3
Wajah terlihat gelisah
A : Tujuan belum
tercapai
P : lanjutkan intervensi
( 1-11)
Ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan berhubungan dengan DS : pasien mengatakan
ketidakmampuan untuk mencerna susah menelan nya
nutrisi oleh faktor biologis berkurang
DO : pasien dapat makan
sedikit sedikit
A : Tujuan belum
tercapai
P : Lanjutkan intervensi
 (1, 2, 3, 4, 5, 13)

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

20
Gastritis akut erosif adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut
dengan kerusaan-kerusakan erosi. Disebabkan oleh kuman-kuman (misalnya pada
pneumonia), virus ( influensa, variola, morbili dan lain-lain) atau karena makanan-
minuman (bahan-bahan kimia, arsen, plumbum, obat-obat yang mengndung
salisilat, asam-basa kuat, KMnO4 dan lain-lain). Terjadinya radang difus di mukosa
lambung, dengan erosi-eosi yang mungkin berdarah. Sering kali nyeri epigastrium
tiba-tiba dan hematemesis. Disebut erosif akibat kerusakan yang terjadi tidak lebih
dalam dari pada mukosa muskularis.
B. Saran

Diharapkan kita dapat menjaga lambung kita dan lebih bijak dalam memilih Obat-
obatan pereda nyeri yang dapat berefeksamping pada pengikisan lambung. Selain
itu konsumsi alkohol yang berlebih juga dapat menyebabkan kerusakan pada
lambung. Penyebab yang lain yang dapat menimbulkan gastritis adalah stres fisik,
bila stres meningkat maka produksi HCL (asam lambung) yang mengakibatkan pH
dalam lambung menjadi asam sehingga dapat merusak lapisan lambung, oleh
karena itu disarankan untuk tidak menyepelekan stres tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer & Bare (2002). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

21
Doengoes,Marilyn.E.dkk. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI

Doengoes. (2000). Rencana Asuhan Keperawaan, Jakarta: EGC12

Wilkinson, Judith. (2011). Buku Saku Diagnosis Keperawatan NIC NOC. Jakarta:EGC

Sylvia, A. Price (2007). Patofisiologi Konsep Klinis Proses Proses Keperawatan. Edisi
8. Jakarta: EGC

22

Anda mungkin juga menyukai