Anda di halaman 1dari 1

     

Landasan Agama  Penyejuk Hati  Fiqh dan Muamalah  Lainnya 

AQIDAH BAHASAN UTAMA

Kesyirikan pada Zaman Sekarang ternyata Lebih


Parah (01) 
 dr. M Saifudin Hakim, M.Sc., Ph.D.  26 September 2017  No comments

 Share on Facebook  Share on Twitter  

Search... 

Di antara musibah besar yang menimpa kaum muslimin dewasa ini karena
ketidakpedulian mereka terhadap urusan agama dan sibuk dengan urusan dunia adalah
banyaknya di antara mereka yang terjerumus ke dalam hal-hal yang diharamkan Allah
Ta’ala. Hal ini disebabkan karena sedikitnya pemahaman mereka tentang permasalahan-
permasalahan agamanya. Dan jurang keharaman terdalam yang mereka masuki yaitu
lembah hitam kesyirikan.

Perbuatan dosa yang paling besar ini pun begitu samar bagi kebanyakan manusia
karena kebodohan mereka dan rajinnya setan dalam meyesatkan manusia.
Sebagaimana yang dikisahkan Allah Ta’ala tentang sumpah iblis,

َ ‫ط َك ْاﻟ ُﻣ ْﺳﺗ َ ِﻘ‬


‫ﯾم‬ ِ ‫ﻗَﺎ َل ﻓَﺑِ َﻣﺎ أ َ ْﻏ َو ْﯾﺗَﻧِﻲ َﻷ َ ْﻗﻌُ َد ﱠن ﻟَ ُﮭ ْم‬
َ ‫ﺻ َرا‬

“Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan


(menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus” (QS. Al-A’raf [7]: 16). 7 ARTIKEL TERBARU

Bahkan kesyirikan hasil tipu daya iblis yang terjadi pada masa kita sekarang ini lebih
Laki-Laki adalah Pemimpin Rumah
parah daripada kesyirikan yang terjadi pada zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa Tangga (Bag. 4)
sallam. Mengapa bisa demikian? Berikut ini penjelasannya.
Habis Gelap Terbitlah Terang

Apakah Syariat Cadar Bertentangan


Kesyirikan Zaman Dahulu “hanya” dalam Masalah Tauhid Uluhiyyah
dengan Perintah untuk Saling
Mengenal?
Orang-orang musyrik yang diperangi oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah
Berhati-Hati dari Wabah Asbun
masyarakat yang bersaksi dan memiliki keyakinan bahwa Allah-lah satu-satunya Dzat
Yang Maha mencipta, tidak ada sekutu baginya. Bahwa tidak ada yang memberi rezeki Laki-Laki adalah Pemimpin Rumah
Tangga (Bag. 3)
kecuali Allah semata, tidak ada yang menghidupkan dan mematikan kecuali Allah Ta’ala
saja, tidak ada yang mengatur segala jenis urusan kecuali Allah Ta’ala saja, serta seluruh Antara Lebah dan Lalat
langit dan bumi beserta segala isinya, semuanya adalah hamba-Nya dan berada di Laki-Laki adalah Pemimpin Rumah
bawah pengaturan dan kekuasaan-Nya [1]. Tangga (Bag. 2)

Di antara dalil yang menunjukkan hal itu adalah firman Allah Ta’ala,

‫ب ْاﻟﻌَ ْر ِش‬ CARI TENTANG APA?


‫ﺳﺑْﻊِ َو َر ﱡ‬
‫ت اﻟ ﱠ‬ ِ ‫ﺎوا‬َ ‫ﺳ َﻣ‬ ‫ب اﻟ ﱠ‬‫( ﻗُ ْل َﻣ ْن َر ﱡ‬85) َ‫ﺳﯾَﻘُوﻟُونَ ِﻟﻠﱠ ِﮫ ﻗُ ْل أَﻓَ َﻼ ﺗ َ َذ ﱠﻛ ُرون‬ َ (84) َ‫ض َو َﻣ ْن ﻓِﯾ َﮭﺎ ِإ ْن ُﻛ ْﻧﺗ ُ ْم ﺗ َ ْﻌﻠَ ُﻣون‬ُ ‫ﻗُ ْل ِﻟ َﻣ ِن ْاﻷ َ ْر‬
(88) َ‫ﻋﻠَ ْﯾ ِﮫ ِإ ْن ُﻛ ْﻧﺗ ُ ْم ﺗ َ ْﻌﻠَ ُﻣون‬ ُ ‫ﯾر َو َﻻ ﯾُ َﺟ‬
َ ‫ﺎر‬ َ ‫( ﻗُ ْل َﻣ ْن ﺑِﯾَ ِد ِه َﻣﻠَ ُﻛوتُ ُﻛ ِّل‬87) َ‫ﺳﯾَﻘُوﻟُونَ ِﻟﻠﱠ ِﮫ ﻗُ ْل أَﻓَ َﻼ ﺗَﺗﱠﻘُون‬
ُ ‫ﺷ ْﻲءٍ َو ُھ َو ﯾُ ِﺟ‬ َ (86) ‫ْاﻟﻌَ ِظ ِﯾم‬
(89) َ‫ﺳﯾَﻘُوﻟُونَ ِﻟﻠﱠ ِﮫ ﻗُ ْل ﻓَﺄَﻧﱠﻰ ﺗ ُ ْﺳ َﺣ ُرون‬ َ
Pilih Kategori

“Katakanlah, ‘Kepunyaan siapakah bumi ini, dan semua yang ada padanya, jika kamu
mengetahui?’ Mereka akan menjawab, ‘Kepunyaan Allah’. Katakanlah, ’Maka apakah
kamu tidak ingat?’ Katakanlah, ’Siapakah yang memiliki langit yang tujuh dan yang
memiliki ‘Arsy yang besar?’ Mereka akan menjawab, ’Kepunyaan Allah’. Katakanlah,
‘Maka apakah kamu tidak bertakwa?’ Katakanlah, ‘Siapakah yang di tangan-Nya berada
kekuasaan atas segala sesuatu sedang dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat
dilindungi dari (azab)-Nya, jika kamu mengetahui?’ Mereka akan menjawab,
‘Kepunyaan Allah.’ Katakanlah, ‘(Kalau demikian), maka dari jalan manakah kamu
ditipu?’” (QS. Al-Mu’minuun [23]: 84-89).

Demikianlah kondisi kaum musyrikin dahulu. Mereka tidak pernah memiliki keyakinan
bahwa Latta, Uzza, Manat, dan sesembahan mereka lainnya adalah yang menciptakan,
memberi rezeki, atau yang menguasai alam semesta ini. Mereka juga tidak memiliki
keyakinan bahwa sesembahan mereka itulah yang menghidupkan dan mematikan
mereka. Namun, mereka hanyalah hamba-hamba Allah Ta’ala yang shalih yang dijadikan
sebagai perantara dalam ibadah mereka kepada Allah Ta’ala. Demikianlah kontradiksi
kaum musyrik tersebut, yaitu mereka mengakui dan beriman kepada sifat-sifat
rububiyyah Allah, namun mereka menyekutukan Allah dalam masalah ibadah. Oleh
karena itu, Allah berfirman terhadap mereka,

َ‫َو َﻣﺎ ﯾُؤْ ِﻣ ُن أ َ ْﻛﺛ َ ُر ُھ ْم ﺑِﺎﻟﻠﱠ ِﮫ ِإ ﱠﻻ َو ُھ ْم ُﻣ ْﺷ ِر ُﻛون‬

“Dan sebagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan
mempersekutukan Allah (dengan sesembahan-sesembahan lain)” (QS. Yusuf [12]: 106).

Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata berkenaan dengan ayat ini,

“Di antara keyakinan mereka, jika ditanyakan kepada mereka, ‘Siapakah yang
menciptakan langit? Siapakah yang menciptakan bumi? Dan siapakah yang menciptakan
gunung?’ Mereka menjawab, ’Allah.’ Sedangkan mereka dalam keadaan berbuat syirik
kepada-Nya.” [2]

Lalu bagaimana dengan kondisi kaum musyrikin pada zaman


sekarang?

Maka akan kita jumpai kondisi yang lebih parah dari kaum musyrikin pada zaman
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena di samping mereka beribadah kepada
selain Allah Ta’ala (kesyirikan dalam masalah uluhiyyah), mereka juga menyekutukan
Allah Ta’ala dalam masalah rububiyyah. Beberapa contoh yang menunjukkan kesyirikan
dalam masalah rububiyyah adalah:

Pertama, keyakinan mereka bahwa ada “Dewi” khusus yang berjasa untuk menyuburkan
tanah sehingga dapat menjadikan hasil panen mereka -terutama padi- berlimpah ruah.
Sehingga pada saat-saat tertentu, mereka membuat “jamuan” khusus kepada sang Dewi
tersebut sebagai ungkapan rasa terima kasih mereka karena telah diberi hasil panen
yang berlimpah. Dalam kasus ini terjadi kesyirikan dalam dua aspek sekaligus. Pertama,
dalam tauhid rububiyyah, karena mereka meyakini adanya pemberi rezeki (berupa panen
yang melimpah) selain Allah Ta’ala. Kedua, dalam tauhid uluhiyyah, karena mereka
menujukan ibadah kepada Dewi tersebut, di antaranya berupa sembelihan.

Kedua, keyakinan sebagian masyarakat kita terhadap Nyi Roro Kidul sebagai
“penguasa” laut selatan. Keyakinan ini dapat dilihat dari “budaya” atau kebiasaan mereka
ketika melakukan tumbal berupa sembelihan kepala kerbau, kemudian di-larung
(dilabuhkan) ke Laut Selatan dengan keyakinan agar laut tersebut tidak ngamuk. Menurut
keyakinan mereka, tumbal tersebut dipersembahkan kepada penguasa Laut Selatan
yaitu jin Nyi Roro Kidul. Padahal, menyembelih merupakan salah satu aktivitas ibadah
karena di dalamnya terkandung unsur ibadah, yaitu merendahkan diri dan ketundukan.
Allah Ta’ala berfirman,

َ‫ب ْاﻟﻌَﺎﻟَ ِﻣﯾن‬


ِ ّ ‫ﺎي َو َﻣ َﻣﺎﺗِﻲ ِﻟﻠﱠ ِﮫ َر‬ َ ‫ﻗُ ْل ِإ ﱠن‬
ُ ُ‫ﺻ َﻼﺗِﻲ َوﻧ‬
َ َ‫ﺳ ِﻛﻲ َو َﻣ ْﺣﯾ‬

”Sesungguhnya shalatku, sembelihanku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb
semesta alam” (QS. Al-An’am [6]: 162).

Barangsiapa yang memalingkan perkara ibadah yang satu ini kepada selain Allah, maka
dia telah jatuh dalam perbuatan syirik akbar dan pelakunya keluar dari Islam.

Dalam kasus tersebut juga terjadi kesyirikan dalam dua aspek sekaligus. Pertama, dalam
tauhid rububiyyah, karena mereka meyakini adanya penguasa atau pengatur alam (yaitu
Laut Selatan) selain Allah Ta’ala. Kedua, dalam tauhid uluhiyyah, karena mereka
menujukan ibadah menyembelih kepada Nyi Roro Kidul tersebut dengan disertai
pengagungan kepadanya.

Demikianlah realita kaum muslimin pada zaman sekarang ini. Mereka tidak hanya
menyekutukan Allah dalam masalah uluhiyyah saja, namun mereka juga menyekutukan
Allah dalam masalah rububiyyah. Suatu kondisi yang tidak pernah kita jumpai pada kaum
musyrikin di zaman Rasulullah yang “hanya” menyekutukan Allah Ta’ala dalam uluhiyyah-
nya saja. [Bersambung]

***

Selesai disempurnakan ba’da subuh, Rotterdam NL 10 Dzulhijjah 1438/01 September


2017

Yang senantiasa membutuhkan rahmat dan ampunan Rabb-nya,

Penulis: Muhammad Saifudin Hakim


Artikel: Muslim.or.id

Catatan kaki:

[1] At-Taudhihaat Al-Kaasyifat ‘ala Kasyfi Asy-Syubuhat, hal. 71.

[2] Tafsir Al-Qur’an Al-‘Adzim, 4/418.

Sahabat muslim, yuk berdakwah bersama kami. Untuk informasi lebih lanjut silakan klik disini.
Jazakallahu khaira

 TOPICS: AQIDAH, AQIDAH ISLAM, BAHAYA SYIRIK, CONTOH SYIRIK, SYIRIK, TAUHID

 Share on Facebook  Share on Twitter  

PREVIOUS NEXT

Jangan Ikuti Langkah Setan Ayongaji – Update Jadwal Kajian Rutin


Di Yogyakarta

ABOUT AUTHOR

dr. M Saifudin Hakim,


M.Sc., Ph.D.
Alumni Ma'had Al-'Ilmi Yogyakarta
(2003-2005). Pendidikan Dokter FK
UGM (2003-2009). S2 (MSc) dan S3
(PhD) Erasmus University Medical
Center Rotterdam dalam bidang
Virologi dan Imunologi (2011-2013
dan 2014-2018).

View all posts by dr. M Saifudin


Hakim, M.Sc., Ph.D. »

ARTIKEL TERKAIT
 

  

Kebodohan Kita terhadap Kebodohan Kita terhadap Perbedaan antara Aqidah,


Bahaya Syirik (Bag. 4) Bahaya Syirik (Bag. 3) Tauhid dan Manhaj

 29 Oktober 2019  26 Oktober 2019  24 Oktober 2019

LEAVE A REPLY

Your comment...

Name (required) Email (required) Website

SUBMIT COMMENT

MUSLIM.OR.ID YPIA.OR.ID ALAMAT KAMI

Tentang Kami Tentang YPIA Pogung Rejo No. 412, RT 14/RW 51, kelurahan
Kontributor Program YPIA Sinduadi, kecamatan Mlati, kabupaten Sleman,
Donasi Dakwah Donasi Dakwah kode pos: 55284
Pasang Iklan Kontak Kami Kontak: +62 857-4952-5735
E-mail: muslim.or.id[at]gmail.com

Copyright 2019 Muslim.Or.Id. All Rights Reserved.

Anda mungkin juga menyukai