Anda di halaman 1dari 26

Tugas Kelompok 6

Kelas XI IPS 3

Perjuangan Menegakan kedaulatan

Anggota:
1. Cindy putri humairo
2. Febriani putri
3. Muhmamad ravi
4. Muhammad fahrial s
5. Stevana bunga

Tahun Ajaran
2019/2020
A. Serangan Umum 1 Maret 1949

Serangan umum 1 Maret merupakan serangan yang dilakukan oleh jajaran tinggi militer Divisi
III/GM III untuk merebut kembali kota Yogyakarta sekaligus membuktikan bahwa TNI dan
Republik Indoensia masih kuat, sehingga diharapkan akan semakin memperkuat posisi
Indonesia dalam perudingan yang berlangsung di PBB.

Tujuan utama serangan tersebut ialah untuk meruntuhkan moral pasukan Belanda serta
membuktikan kepada Internasional bahwa TNI memiliki kekuatan yang cukup besar untuk
melakukan perlawanan.

Latar Belakang

Tepatnya pada tanggal 1 Maret 1949 di pagi hari, dimulailah serangan besar-besaran dengan
fokus utama ialah ibu kota Indonesia saat itu yaitu Yogyakarta. Selain itu serangan juga
dilakukan dibeberapa kota lain seperti Solo dan Magelang dengan tujuan untuk menghambat
bantuan tentara Belanda.

Pusat komando saat itu ditempatkan di Desa Muto, tepat pada pukul 6 pagi, sirine dibunyikan
dan serang dilakukan ke seluruh penjuru kota. Serangan tersebut dibagi menjadi 5 sektor yaitu:

1. Kota dipimpin oleh Letnan Marsudi,

2. Barat dipimpin oleh Letkol Ventje Sumual,

3. Utara dipimpin oleh Mayor Kusno,

4. Selatan dipimpin oleh Mayor Sarjono,

5. Timur dipimpin oleh Mayor Sarjono.

Kerugian Di Kedua Belah Pihak Serangan Umum 1 Maret

Pihak Belanda 6 orang tewas dan 14 orang luka-luka, sementara di pihak Indonesia tercatat
300 prajurit gugur, 53 polisi gugur dan jumlah rakyat yang ikut gugur tidak bisa dihitung secara
pasti. Sementara itu, menurut media Belanda korban dari pihak mereka selama bulan maret
ialah 200 orang tewas dan luka-luka.

Arti Penting Serangan Umum 1 Maret 1949


Menunjukkan kepada dunia internasional keberadaan pemerintah dan TNI masih kuat dan
solid.

1. Dukungan terhadap perundingan/diplomasi yang berlangsung di PBB.

2. Meningkatkan moral bangsa Indonesia.

3. Meruntuhkan mental pasukan Belanda.

4. Mempertahankan kedaulatan Republik Indonesia.

B. Perundingan Roem Royen

Perjanjian Roem Royen adalah adalah sebuah perjanjian antara Indonesia dengan Belanda
yang dimulai pada tanggal 14 April 1949 dan akhirnya ditandatangani pada tanggal 7 Mei 1949
di Hotel Des Indes, Jakarta. Namanya diambil dari kedua pemimpin delegasi, Mohammad Roem
dan Herman van Roijen.

Kali ini akan disampaikan info mengenai sejarah dan latar belakang perjanjian Roem Royen
beserta isi, dampak dan hasil perundingannya lengkap.

Latar Belakang

Perundingan Roem Royen awalnya dilatarbelakangi oleh terjadinya serangan dari Belanda
kepada Indonesia setelah proklamasi kemerdekaan. Belanda melakukan serangan ke
Yogyakarta serta serangan Agresi Militer Belanda II.

Hal ini ditambah dengan adanya penahanan para pemimpin Indonesia yang mulai mengundang
kecaman dari dunia internasional terutama dari Amerika Serikat dan Dewan PBB.

Tekanan dari luar negeri yang kemudian membuat perlunya dilakukan perundingan Indonesia
dan Belanda. Oleh karena itu kemudian dilakukan perundingan Roem Royen yang menjadi jalan
menuju Konferensi Meja Bundar (KMB) yang akan diadakan di Den Haag, Belanda.

Tanggal perjanjian Roem Royen diadakan mulai dari 14 April sampai 7 Mei 1948 dan bertempat
di Jakarta.

Jalan Perundingan Roem Royen

Perjanjian Roem Royen dimulai tanggal 14 April 1948. Dalam perjanjian Roem Royen, pihak
Indonesia diwakili oleh Mohammad Roem beberapa anggota seperti Ali Sastro Amijoyo, Dr.
Leimena, Ir. Juanda, Prof. Supomo, dan Latuharhary. Sedangkan pihak Belanda diwakili oleh Dr.
J. Herman van Royen dengan anggotanya seperti Blom, Jacob, dr. Van, dr. Gede, Dr. P. J. Koets,
Van Hoogstratendan dan Dr. Gieben.

Sementara pihak penengah adalah UNCI (United Nations Comission for Indonesia) yang
diketuai oleh Merle Cochran dari Amerika Serikat. Kemudian perundingan Indonesia diperkuat
dengan hadirnya Drs. Moh Hatta dan Sri Sultan Hamengkubuwono IX.

Perundingan baru selesai pada tanggal 7 Mei 1949 di Hotel Des Indes, Jakarta. Perjanjian ini
mulai ditandatangani dan nama perjanjian ini kemudian diputuskan untuk diambil dari nama
kedua pemimpin delegasi, yaitu Mohammad Roem dari pihak Indonesia dan Herman van Royen
dari pihak Belanda.

Hasil Perundingan Roem Royen

Hasil perundingan Roem Royen ini antara lain adalah:

1. Angkatan bersenjata Republik Indonesia harus menghentikan semua aktivitas gerilya

2. Pemerintah Republik Indonesia akan menghadiri Konferensi Meja Bundar (KMB)

3. Kembalinya pemerintahan Republik Indonesia ke kota Yogyakarta

4. Angkatan bersenjata Belanda akan menghentikan semua operasi militer dan membebaskan
semua tahanan perang dan politik

5. Belanda menyetujui Republik Indonesia sebagian dari Negara Indonesia Serikat

6. Kedaulatan akan diserahkan kepada Indonesia secara utuh dan tanpa syarat

7. Belanda dan Indonesia akan mendirikan sebuah persekutuan dengan dasar sukarela dan
persamaan hak

8. Belanda memberikan semua hak, kekuasaan dan kewajiban kepada Indonesia

Dampak Perundingan Roem Royen


Terdapat banyak dampak yang ditimbulkan dari perjanjian ini pada keadaan di Indonesia. Isi
perjanjian Roem Royen termasuk pembebasan tahanan politik sehingga Soekarno dan Hatta
kembali ke Yogyakarta setelah diasingkan.

Yogyakarta juga menjadi ibukota sementara dari Indonesia. Terjadi juga penyerahan mandat
dari Sjafruddin Prawiranegara sebagai presiden PDRI (Pemerintahan Darurat Republik
Indonesia) kembali kepada Ir. Soekarno.

Yang paling mencolok adalah adanya gencatan senjata antara Belanda dan Indonesia.
Perundingan Roem Royen pun berujung dengan dilaksanakannya Konferensi Meja Bundar
(KMB) di Den Haag, Belanda yang menyelesaikan permasalahan antara Indonesia dan Belanda.

Demikian info referensi perundingan Roem Royen meliputi latar belakang, tujuan, sejarah, hasil
dan isi serta dampak yang ditimbulkan. Peristiwa ini pun menjadi salah satu peristiwa
bersejarah dalam kelangsungan Republik Indonesia yang terjadi setelah era kemerdekaan.

C. Peritiwa "Yogya Kembali"

Pasca disetujuinya Perjanjian Roem Royen pada tanggal 29 Juni 1949, pasukan Belanda ditarik
mundur ke luar Yogyakarta. Setelah itu TNI masuk ke Yogyakarta. Peristiwa keluarnya tentara
Belanda dan masuknya TNI ke Yogyakarta dikenal dengan Peristiwa Yogya Kembali. Presiden
Sukarno dan Wakil Presiden Moh. Hatta ke Yogyakarta pada tanggal 6 Juli 1949.

Sejak awal 1949, ada tiga kelompok pimpinan RI yang ditunggu untuk kembali ke Yogyakarta.
kelompok pertama adalah Kelompok Bangka. Kedua adalah kelompok PDRI dibawah pimpinan
Mr. Syafruddin Prawiranegara. Kelompok ketiga adalah angkatan perang dibawah pimpinan
Panglima Besar Jenderal Sudirman.

Sultan Hamengkubuwono IX bertindak sebagai wakil Republik Indonesia, karena Keraton


Yogyakarta bebas dari intervensi Belanda, maka mempermudah untuk mengatasi masalah-
masalah yang terkait dengan kembalinya Yogya ke Republik Indonesia. Kelompok Bangka yang
terdiri dari Sukarno, Hatta, dan rombongan kembali ke Yogyakarta pada tanggal 6 Juli 1949,
kecuali Mr. Roem yang harus menyelesaikan urusannya sebagai ketua delegasi di UNCI, masih
tetap tinggal di Jakarta.

Rombongan PDRI mendarat di Maguwo pada 10 Juli 1949. Mereka disambut oleh Sultan
Hamangkubuwono IX, Moh. Hatta, Mr.Roem, Ki Hajar Dewantara, Mr. Tadjuddin serta
pembesar RI lainnya. Pada tanggal itu pula rombongan Panglima Besar Jenderal Sudirman
memasuki Desa Wonosari.

Rombongan Jenderal Sudirman disambut kedatangannya oleh Sultan Hamengkubuwono IX


dibawah pimpinan Letkol Soeharto, Panglima Yogya, dan dua orang wartawan, yaitu Rosihan
Anwar dari Pedoman dan Frans Sumardjo dari Ipphos. Saat menerima rombongan penjemput
itu Panglima Besar Jenderal Sudirman berada di rumah lurah Wonosari.

Saat itu beliau sedang mengenakan pakaian gerilya dengan ikat kepala hitam. Pada esok
harinya rombongan Pangeran Besar Jenderal Sudirman dibawa kembali ke Yogyakarta. Saat itu
beliau sedang menderita sakit dengan ditandu dan diiringi oleh utusan dan pasukan beliau
dibawa kembali ke Yogyakarta. Dalam kondisi letih dan sakit beliau mengikuti upacara
penyambutan resmi dengan mengenakan baju khasnya yaitu pakaian gerilya.

Upacara penyambutan resmi para pemimpin RI di Ibukota dilaksanakan dengan penuh khidmat
pada 10 Juli. Sebagai pimpinan inspektur upacara adalah Syafruddin Prawiranegara, didampingi
oleh Panglima Besar Jenderal Sudirman dan para pimpin RI yang baru saja kembali dari
pengasingan Belanda. Pada 15 Juli 1949, untuk pertama kalinya diadakan sidang kabinet
pertama yang dipimpin oleh Moh. Hatta.

Pada kesempatan itu Syafruddin Prawiranegara menyampaikan kepada Presiden Sukarno


tentang tindakan-tindakan yang dilakukan oleh PDRI selama delapan bulan di Sumatera Barat.
Pada kesempatan itu pula Syafruddin Prawiranegara secara resmi menyerahkan kembali
mandatnya kepada Presiden RI Sukarno. Dengan demikian maka berakhirlah PDRI yang selama
delapan bulan memperjuangkan dan mempertahankan eksistensi RI.

D. Konferensi Inter-Indonesia

Konferensi Inter Indonesia merupakan suatu konferensi yang dilakukan antara Negara
Indonesia dan BFO (Negara bentukan Belanda) atau Negara boneka Belanda yang dikala itu
Indonesia menjadi RIS (Republik Indonesia Serikat).

Awalnya, pembentukan negara BFO ini bertujuan untuk dapat menguasai kembali Indonesia
sehabis merdeka. Negara cuilan yang terbentuk dikala itu berjumlah 16 negara yang dibagi
menjadi tiga kawasan kekuasaan. Daerah kekuasaan pertama yaitu mencakup negara cuilan
Pasundan, Indonesia, Jawa Timur, Negara Indonesia Timur, Madura, Sumatera Selatan,
Sumatera Timur.
Daerah kekuasaan kedua yaitu mencangkup Riau, Jawa Tengah, Dayak Besar, Bangka, Belitung,
Kaltim, Kalbar, Kalteng, Banjarmasin. Daerah kekuasaan ketiga yang terdiri dari wilayah
Indonesia yang tidak masuk kedalam negara bagian.

Konferensi Inter-Indonesia ini merupakan konferensi antara pemerintah Republik Indonesia


dan Bijeenkomst voor Federaal Overleg (BFO) atau Badan Permusyawaratan Federal, yaitu
suatu badan yang merupakan suatu kumpulan negara-negara bagian bentukan Belanda.

Konferensi ini diselenggarakan pada tanggal 19-22 Juli 1949 di Yogyakarta dan tanggal 31 Juli-2
Agustus 1949 di Jakarta. Peserta konferensi Inter-Indonesia merupakan wakil-wakil pemerintah
RI dan wakil-wakil negara pada bagian yang dipimpin Van Mook.

Latar Belakang

Latar belakang dilakukannya suatu Konferensi Inter Indonesia ini bermula ketika hasil
Perjanjian Roem Royen yang menyatakan bahwa Indonesia ikut serta dalam KMB (Konferensi
Meja Bundar).

Oleh alasannya itu, RI harus mempersiapkan diri dengan mengadakan suatu konferensi antar
Indonesia yang dilakukan antara pihak Indonesia dan Negara Boneka Bentukan Belanda.

Sebab lainnya ialah suatu perubahan perilaku negara-negara cuilan BFO sehabis adanya
serangan kedua Belanda yang kita kenal juga dengan nama Agresi Militer Belanda 2.

Karena simpati, negara-negara BFO ini lalu membebaskan beberapa pemimpin-pemimpin


Indonesia. BFO juga turut andil dalam pelaksanaan Konferensi Inter Indonesia yang berlangsung
di kota Yogyakarta.

Tujuan

Tujuan diadakannya konferensi inter Indonesia ini ialah untuk membentuk suatu negara
Federal atau negara yang sanggup disebut dengan negara serikat, yang didalamnya terdiri dari
pemerintah pusat, provinsi dan daerah.

Dilaksanakannya konferensi inter Indonesia merupakan salah satu syarat yang harus dapat
dilakukan Republik Indonesia Serikat (RIS) supaya dapat menerima ratifikasi kedaulatan dari
pemerintah Belanda.
Konferensi ini dilakukan dua kali, yang pertama pada tanggal 19 hingga 22 Juli 1949 dan yang
kedua berlangsung pada tanggal 30 Juni 1949 dengan tujuan memilih atribut Negara dan
panitia dalam KMB (Konferensi Meja Bundar) di Den Haag, Belanda.

Hasil Konferensi Inter Indonesia

a. Hasil Konferensi Inter Indonesia Pertama

Konferensi Inter Indonesia yang pertama dipimpin oleh Bung Hatta (Drs. Mohammad Hatta)
yang dilakukan pada tanggal 19-22 Juli 1949.

Berikut ini adalah hasil konferensi inter Indonesia yang pertama :

1. Pertahanan negara ialah suatu hak dari pemerintah RIS (Republik Indonesia Serikat).

2. Angkatan perang RIS yaitu angkatan perang nasional.

3. RIS ini akan mendapatkan kedaulatan dari pemerintah kerajaan Belanda dan Republik
Indonesia.

4. RIS dipimpin atau diketuai oleh Presiden yang dipilih oleh negara cuilan Republik Indonesia
dan Badan Permusyawaratan Federal (Bijeenkomst Voor Federaal Overlag).

5. Nama negara federal adalah Republik Indonesia Serikat (RIS).

b. Hasil Konferensi Inter Indonesia Kedua

Setelah penetapan negara federal Republik Indonesia Serikat (RIS), lalu dapat diputuskan untuk
mengadakan konferensi inter Indonesia kedua.

Berlangsung pada tanggal 30 Juli 1949, bertujuan untuk dapat membentuk atribut Negara dan
panitia yang akan ikut dalam perjanjian KMB di Den Haag, Belanda.

Berikut ini adalah hasil konferensi kedua, antara lain :

1. Bendera Republik Indonesia Serikat yaitu sang saka merah putih.

2. Lagu kebangsaan RIS adalah Indonesia Raya.

3. Bahasa resmi (Nasional) Republik Indonesia adalah bahasan Indonesia.

4. Pemilihan Presiden ini yang ditentukan oleh negara cuilan Republik Indonesia dan BFO.

5. Membentuk suatu panitia yang bertugas dalam Konferensi Meja Bundar.


6. Anggota MPRS (Majelis Permusyawaratan Sementara) ditentukan oleh negara cuilan yang
berjumlah 16 negara.

Setelah dilakukannya Konferensi Inter Indonesia, lalu pelaksanaan KMB di Den Haad dilakukan
pada tanggal 23 Agustus 1949 hingga tanggal 2 November 1949.

Berikut ini poin-poin isi perjanjian tersebut diantaranya :

1. Belanda menyerahkan suatu kedaulatan atas Indonesia sepenuhnya terhadap pemerintahan


Republik Indonesia Serikat (RIS), tanpa syarat dan sanggup dicabut.

2. RIS mendapatkan suatu kedaulatan atas kententuan pada konstitusinya, sementara


rancangan konstitusi sudah diserahkan kepada kerajaan Belanda.

3. Kedaulatan RIS yang akan diserahkan selambat-lambatnya pada tanggal 30 Desember 1949.

E. Konfrensi Meja Bundar

Konferensi Meja Bundar adalah sebuah pertemuan antara pemerintah Republik Indonesia dan
Belanda yang dilaksanakan di Den Haag, Belanda dari 23 Agustus hingga 2 November 1949.

Usaha untuk meredam kemerdekaan Indonesia dengan jalan kekerasan berakhir dengan
kegagalan. Belanda mendapat kecaman keras dari dunia internasional. Belanda dan Indonesia
kemudian mengadakan beberapa pertemuan untuk menyelesaikan masalah ini secara
diplomasi, lewat perundingan Linggarjati, perjanjian Renville, perjanjian Roem-van Roijen, dan
Konferensi Meja Bundar.

Sebelum konferensi ini, berlangsung tiga pertemuan tingkat tinggi antara Belanda dan
Indonesia, yaitu Linggarjati 1947 Renville Perjanjian tahun 1948, dan Roem Royen-1949.
Konferensi ini berakhir dengan kesediaan Belanda untuk menyerahkan kedaulatan kepada
Republik Indonesia Serikat.

Upaya Belanda yang berniat tidak baik terhadap Indonesia untuk meruntuhkan kemerdekaan
Indonesia yang telah diraih dengan susah payahItu berakhir dengan kegagalan, serta mendapat
kecaman keras dari dunia internasional. PBB tidak hanya diam atas masalah kedua negara ini.
Banyak perundingan yang diadakan untuk mendamaikan hubungan Indonesia dengan Belanda.

Konferensi Meja Bundar atau yang biasa disebut KMB adalah titik terang bagi Indonesia agar
mendapatkan pengakuan kedaulatan dari Belanda, juga menyelesaikan masalah antara
Indonesia – Belanda dan Indonesia bisa menjadi negara yang merdeka dari para penjajah.
Mungkin jika Konferensi Meja Bundar ini tidak diadakan, Indonesia akan masih ada dalam
genggaman para penjajah.

Maka dari itu, kemerdekaan yang sudah kita raih pertahankan selama ini harus tetap kita jaga
selalu. Dengan selalu berusaha unruk selalu mengharumkan dan membanggakan Indonesia,
perjuangan meraih kemerdekaan dulu akan menjadi semakin berarti.

Latar Belakang

Upaya untuk mengekang kemerdekaan Indonesia dengan cara kekerasan berakhir dengan
kegagalan. Belanda di bawah kritik keras dari masyarakat internasional. Belanda dan Indonesia
dan kemudian mengadakan beberapa pertemuan untuk menyelesaikan masalah ini diplomasi.
Pada tanggal 28 Januari 1949, Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi mengutuk
serangan militer Belanda melawan tentara Republik Indonesia dan menuntut pemulihan
pemerintah Republik. Juga menyerukan kelanjutan perundingan untuk menemukan
penyelesaian damai antara kedua belah pihak.

Setelah Roem Royen-pada 6 Juli, yang efektif ditentukan oleh resolusi Dewan Keamanan,
Mohammad Roem mengatakan bahwa Republik Indonesia, yang para pemimpinnya masih
diasingkan di Pasifik, bersedia untuk berpartisipasi dalam konferensi meja bundar untuk
mempercepat transfer kedaulatan. Pemerintah Indonesia, yang telah diasingkan selama enam
bulan, kembali ke ibukota sementara di Yogyakarta pada tanggal 6 Juli 1949.

Dalam rangka untuk memastikan kesetaraan perundingan posisi antara delegasi Republik dan
federal, pada paruh kedua Juli 1949 dan dari 31 Juli – 2 Agustus, Konferensi Inter-Indonesia
yang diselenggarakan di Yogyakarta antara semua otoritas bagian dari Republik Indonesia
Serikat yang akan dibentuk. Para peserta sepakat pada prinsip-prinsip dan kerangka kerja untuk
konstitusi. Setelah diskusi awal yang disponsori oleh Komisi PBB untuk Indonesia di Jakarta,
ditetapkan bahwa Konferensi Meja Bundar akan diadakan di Den Haag.

Tokoh Konferensi Meja Bundar

Pada tanggal 23 Agustus sampai tanggal 2 November 1949, yang disengelarakan di Den Hag.
Yang diwakili oleh Drs Moh. Hatta (sebagai ketua), Mr.Moh Roem, Prof. Dr Soepomo, Dr J
Leimena, Mr. Ali Sastroamidjoyo, Ir Juanda, Kolonel TB Simatupang, Mr Suyono Hadinoto, Dr
Sumitro Djojohadikusumo, Mr. Abdul Karim Pringodigdo. Sementara dari BFO (Bijeenkomst
Federaal Overleg) ialah sultan Pontianak Hamid Algadri (Halim, dan Yayah, 1986 : 236 ). Deligasi
dari Belanda diketuai Mr. van Maarseveen, sedangkan UNCI oleh Chritcjley.

Proses terjadinya Konferensi Meja Bundar

Sesampainya pada deligasi itu ke Belanda, sambutan dari Belanda cukup baik dengan
menjukan keramahan dalam melayani para delegasi. Para deligasi di tempatkan di hotel mewah
Kurhaus Schevenigen dan mobil – mobil mengkilap yang bika di gunakan sewaktu – waktu di
butuhkan. Setiap hari angota deligasi di beri uang saku F1. 25, yang waktu itu sebanding dengan
US $10, dan berdaya beli tinggi saat itu.

Delegasi di bagi menjadi beberapa komisi-komisi militer dipimpin oleh Dr. J. Leimena, dan
angotanya Kolonel TB Simatupang (mewakili Angkatan Darat), komandor S. Suryadarma
(Angkatan Udara, yang menyusul belakangan), Laksamana Subiyakto (Angkatan Laut) dan
Letnan Kolonel Daan Yahya dan letnan Kolonel M.T Haryono. Dari pihak komisi mileter Belanda
Moorman (kepala staf Angkatan Laut Nedrland) dan Fokkema Andre. Masalah yang sulit di
pecahkan dalam konferensi itu sebagai berikut :

1. Uni Indonesia – Belanda. Indonesia menginginkan agar sifatnya hanya kerja sama yang bebas
tanpa adanya organisasi permanen, sedangkan Belanda menginginkan kerja sama yang luas
dengan organisasi permanen yang luas pula.

2. Soal hutang. Indonesia hanya mengakui hutang – hutang Hindia Belanda sampai
menyerahnya Belanda kepada Jepang. Sebaliknya, Belanda berpendapat bahwa Indonesia
harus mengambil alih semua kekayaan maupun hutang Hindia Belanda saampai saat itu,
termasuk biaya perang kolonial terhadap Indonesia.

Akhirnya setelah memalui perundingan yang berlarut – larut pada tanggal 2 November 1949
tercapailah persetujuan KMB.

Hasil dari Konferensi Meja Bundar (KMB)

1. Serah terima kedaulatan dari pemerintah kolonial Belanda kepada Republik Indonesia
Serikat, kecuali Papua bagian barat. Indonesia ingin agar semua bekas daerah Hindia Belanda
menjadi daerah Indonesia, sedangkan Belanda ingin menjadikan Papua bagian barat negara
terpisah karena perbedaan etnis.
2. Dibentuknya sebuah persekutuan Belanda-Indonesia, dengan monarch Belanda sebagai
kepala negara

3. Pengambil alihan hutang Hindia Belanda oleh Republik Indonesia Serikat

Hasil-hasil KMB kemudian diajukan kepada KNIP untuk diratifikasi. Untuk keperluan ini, KNIP
menyelenggarakan sidang pada 6-14 desember 1949. Dalam sidang ini diadakan pungutan
suara dengan hasil 226 suara menyatakan setuju, 62 tidak setuju, dan 31 abstain.Dengan
demikian, KNIP menerima hasil-hasil keputusan KMP.

Sesuai hasil KMB, pada tanggal 27 Desember 1949 diadakan upacara pengakuan kedaulatan
dari Pemerintah Belanda kepada Pemerintah RIS. Upacara pengakuan kedaulatan dilakukan di
dua tempat, yaitu Den Haag dan Yogyakarta secara bersamaan. Dalam acara penandatanganan
pengakuan kedaulatan di Den Haag, Ratu Yuliana bertindak sebagai wakil Negeri Belanda
Belanda dan Drs. Moh. Hatta sebagai wakil Indonesia. Sedangkan dalam upacara pengakuan
kedaulatan yang dilakukan di Yogyakarta, pihak Belanda diwakili oleh Mr. Lovink (wakil tertinggi
pemerintah Belanda) dan pihak Indonesia diwakili Sri Sultan Hamengkubuwono IX.

Dengan pengakuan kedaulatan itu berakhirlah kekuasaan Belanda atas Indonesia dan
berdirilah Negara Republik Indonesia Serikat. Sehari setelah pengakuan kedaulatan, ibu kota
negara pindah dari Yogyakarta ke Jakarta. Kemudian dilangsungkan upacara penurunan
bendera Belanda dan dilanjutkan dengan pengibaran bendera Indonesia.

Dampak yang dirasakan Indonesia setelah Konferensi Meja Bundar diadakan

Konferensi Meja Bundar memberikan dampak yang cukup menggembirakan bagibangsa


Indonesia. Karena sebagian besar hasil dari KMB berpihak pada bangsa Indonesia,sehingga
dampak positif pun diperoleh Indonesia. Berikut merupakan dampak dari Konferensi Meja
Bundar bagi Indonesia:

1. Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia.

2. Konflik dengan Belanda dapat diakhiri dan pembangunan segera dapat dimulai.

3. Irian Barat belum bisa diserahkan kepada Republik Indonesia Serikat.

4. Bentuk negara serikat tidak sesuai dengan cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus
1945.
Setelah itu penyerahan kedaulatan yang dilakukan di negeri Belanda bertempat di ruang takhta
Amsterdam, Ratu Juliana, Perdana Menteri Dr. Willem Drees, Menteri Seberang Lautan A.M.J.A.
Sasseu, dan Drs. Moh. Hatta melakukan penandatanganan akta penyerahan kedaulatan. Pada
saat yang sama di Jakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Wakil Tinggi Mahkota Belanda,
A.H.S. Lovink dalam suatu upacara di Istana Merdeka menandatangani naskah penyerahan
kedaulatan.

Dengan penyerahan kedaulatan itu, secara formal Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia
dan mengakui kekuasaan negara Indonesia di seluruh bekas wilayah Hindia Belanda, kecuali
Irian Barat yang akan diserahkan setahun kemudian.

Negosiasi Konferensi Meja Bundar

Pembicaraan menghasilkan sejumlah dokumen, termasuk Piagam Kedaulatan, Unity Statuta,


perjanjian dan kesepakatan urusan sosial dan militer terkait ekonomi. Mereka juga
menyepakati penarikan pasukan Belanda “dalam waktu sesingkat mungkin”, serta Indonesia
Repbulik Serikat menyediakan paling disukai status negara ke Belanda.

Selain itu, tidak akan ada diskriminasi terhadap warga negara dan perusahaan Belanda, dan
Republik bersedia untuk mengambil alih perjanjian perdagangan sebelumnya dinegosiasikan
oleh Hindia Belanda. Namun, ada perdebatan dalam utang pemerintah kolonial Belanda dan
status Papua Barat.

Negosiasi mengenai utang luar negeri pemerintah berlangsung lama kolonial Hindia Belanda,
dengan masing-masing pihak menyerahkan perhitungan mereka dan berdebat tentang apakah
Indonesia Serikat harus menanggung utang yang dibuat oleh Belanda setelah mereka menyerah
kepada Jepang pada tahun 1942.

Delegasi Indonesia adalah terutama merasa marah karena harus membayar biaya yang mereka
digunakan oleh Belanda dalam aksi militer terhadap Indonesia. Pada akhirnya, berkat campur
tangan anggota AS di Komisi PBB untuk Indonesia, Indonesia menyadari bahwa kesediaan untuk
membayar sebagian utang Belanda adalah harga yang harus dibayar untuk mendapatkan
kedaulatan.

Pada tanggal 24 Oktober, delegasi Indonesia setuju untuk menanggung sekitar 4,3 miliar
gulden utang pemerintah Belanda.

Masalah Papua Barat juga nyaris membuahkan pembicaraan menjadi jalan buntu. Delegasi
Indonesia percaya bahwa Indonesia harus mencakup seluruh wilayah Hindia Belanda. Di sisi
lain, Belanda ditolak karena mengklaim bahwa Papua Barat tidak memiliki hubungan etnik
dengan daerah lain di Indonesia.

Meskipun opini publik Belanda yang mendukung pengiriman Papua Barat ke Indonesia, kabinet
Belanda khawatir tidak akan mampu untuk meratifikasi Roundtable jika titik-titik ini disepakati.
Pada akhirnya, pada awal 1 November 1949 kesepakatan diperoleh, status Papua Barat akan
ditentukan melalui negosiasi antara Republik Indonesia Serikat dan Belanda dalam waktu satu
tahun setelah penyerahan kedaulatan.

Tujuan diadakan Konferensi Meja Bundar

1. Untuk mengakhiri perselisihan Indonesia — Belanda dengan jalan melaksanakan perjanjian-


perjanjian yang telah diadakan antara Republik Indonesia dengan Belanda, terutama mengenai
pembentukan Negara Serikat.

2. Dengan tercapainya kesepakatan Meja Bundar, maka kedudukan Indonesia telah diakui
sebagai Negara yang berdaulat penuh walaupun Irian Barat masih belum termasuk di
dalamnya.

Hasil Atau Isi Keputusan Konferensi Meja Bundar

1. Indonesia menjadi negara Serikat dengan nama : Republik Indonesia Serikat.

2. RIS dan Kerajaan Belanda merupakan UNI, UNI Indonesia- Belanda itu dikepalai oleh Ratu
Kerajaan Belanda.

3. Penyerahan kedaulatan oleh, Belanda kepada Indonesia akan diIakukan selambat-Iambatnya


pada akhir tahun 1949 (Yang benar pengakuan kedaulatan bukan penyerahan kedaulatan.)

4. Semua hutang bekas Hindia-Belanda akan dipikul RIS.

5 TNI menjadi inti tentera RIS dan berangsur-angsur akan mengambil-alih penjagaan keamanan
di seluruh wilayah RIS.

6. Kedudukan Irian Barat akan ditentukan selama-lamanya 1 tahun sesudah penyerahan


kedaulatan.

Konferensi secara resmi ditutup di gedung parlemen Belanda pada 2 November 1949.
Kedaulatan diserahkan kepada Republik Indonesia Serikat pada 27 December 1949. Isi
perjanjian konferensi adalah sebagai berikut:
1. Keradjaan Nederland menjerahkan kedaulatan atas Indonesia jang sepenuhnja kepada
Republik Indonesia Serikat dengan tidak bersjarat lagi dan tidak dapat ditjabut, dan karena itu
mengakui Republik Indonesia Serikat sebagai Negara yang merdeka dan berdaulat.

2. Republik Indonesia Serikat menerima kedaulatan itu atas dasar ketentuan-ketentuan pada
Konstitusinja, rantjangan konstitusi telah dipermaklumkan kepada Keradjaan Nederland.

3. Kedaulatan akan diserahkan selambat-lambatnja pada tanggal 30 Desember 1949.

Rencana Belanda untuk mengekang kemerdekaan Indonesia dengan cara kekerasan berakhir
dengan kegagalan dan Belanda juga mendapat kritik keras dari masyarakat nasional. PBB tentu
tidak tinggal diam melihat masalah Indonesia – Belanda ini. PBB mengadakan sejumlah
perundingan dan pertemuan untuk menyelesaikan masalah Indonesia – Belanda. Konferensi
Meja Bundar adalah contoh pertemuan untuk membahas masalah antara kedua negara yang
bermasalah ini. Konferensi Meja Bundar diadakan pada tanggal 23 Agustus 1949 sampai 2
November 1949 di Den Haag.

Indonesia diwakili oleh Drs Moh. Hatta (sebagai ketua), Mr.Moh Roem, Prof. Dr Soepomo, Dr J
Leimena, Mr. Ali Sastroamidjoyo, Ir Juanda, Kolonel TB Simatupang, Mr Suyono Hadinoto, Dr
Sumitro Djojohadikusumo, Mr. Abdul Karim Pringodigdo. Sementara dari BFO (Bijeenkomst
Federaal Overleg) ialah sultan Pontianak Hamid Algadri.Setelah itu pada tanggal 2 November
1949 tercapailah persetujuan KMB, yaitu serah terima kedaulatan dari pemerintah kolonial
Belanda kepada Republik Indonesia Serikat, kecuali Papua bagian barat, dibentuknya sebuah
persekutuan Belanda-Indonesia, dengan monarch Belanda sebagai kepala negara dan
mengambil alih hutang Hindia Belanda oleh Republik Indonesia Serikat.

Banyak dampak yang dapat dirasakan setelah Konferensi Meja Bundar diadakan seperti,
Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia, konflik Indonesia dengan Belanda dapat diakhiri
danbentuk Negara Serikat tidak sesuai dengan Proklamasi. Selain itu, ada beberapa dampak
negatif yang dirasakan Indonesia yaitu, belum diakuinya Irian Barat sebagai bagian dari
Indonesia membuat Indonesia masih berusaha untuk memperoleh pengakuan bahwa Irian
Barat merupakan bagian dari NKRI.

F. Pembentukan Republik Indonesia Serikat


Republik Indonesia Serikat atau RIS dibentuk pada tanggal 27 Desember 1949. Pembentukan
RIS merupakan wujud kesepakatan antara Belanda, Indonesia dan Bijeenkomst voor Federal
Overleg (BFO) dalam Konferensi Meja Bundar. Pada saat itu, kesepakatan disaksikan oleh
perwakilan PBB yaitu United Nations Commission for Indonesia (UNCI). RIS diketuai oleh
Presiden Soekarno dan Mohammad Hatta selaku Perdana Menteri. Sejarah Republik Indonesia
Serikat (RIS) tersebut meliputi proses terbentuknya RIS, Konstitusi RIS, serta permasalahan
dalam pemerintahan RIS.

Sejarah Republik Indonesia Serikat (RIS) dilatar belakangi oleh Agresi Militer Belanda ke II yang
terjadi pada 19 Desember 1048. Pada Agresi Militer tersebut terjadi penyerangan Belanda
terhadap Yogyakarta yang pada saat itu merupakan ibukota Indonesia. Selain itu, Moh. Hatta,
Soekarno, Sjahrir beserta tokoh lainnya juga ditangkap oleh pihak Belanda. Karena Ibukota
Indonesia telah dikuasai oleh Belanda, pihak Indonesia membentuk Pemerintah Darurat
Republik Indonesia atau PDRI yang bertempat di Sumatera. PDRI diketuai oleh Sjafruddin
Prawiranegara. Kali ini saya akan menjelaskan tentang sejarah Republik Indonesia Serikat (RIS)
yang meliputi proses terbentuknya RIS, Konstitusi RIS, dan permasalahan dalam pemerintahan
RIS.

Terbentuknya Republik Indonesia Serikat

Perang mempertahankan kemerdekaan Indonesia bisa diselesaikan dengan cara perundingan


di Den Haag pada putaran kedua tahun 1949. Perkembangan pada perundingan-perundingan
ini memperlihatkan langkah-langkah jadi lebih progresif dari gagasan-gagasan van Mook
sebelumnya, yang ia telah dipecat dari jabatannya sebagai penguasa tertinggi di Bijeenkomst
voor Federaale Overleg (Musyawarah Negara-Negara Federal atau disingkat BFO).

Sebelum melangkah meunuju forum internasional, wakil-wakil RI berunding dua kali dengan
wakil-wakil BFO di Yogyakata pada 22 Juli 1949 dan Jakarta pada 1 Agustus 1949. Mereka
sepakat mengenai aspek-aspek yang terpenting dalam usaha menciptakan sebuah sistem politik
baru. Perundingan ini kemudian dilanjutkan ke Konferensi Meja Bundar di Den Haag,

KMB digelar tanggal 23 Agustus 1949, saat itu delegasi Indonesia dipimpin oleh Mohammad
Hatta, sementara dari BFO dipimpin oleh Anak Agung Gde Agung. Pada konferensi itu, dibentuk
komisi-komisi yang membahas berbagai aspek dalam rangka serah terima dari Belanda untuk
Republik Indonesia Serikat, dan persiapan pembentukan Uni Indonesia Belanda.

Pada saat KMB berlangsung, Konferensi Inter-Indonesia juga dilangsungkan di Belanda guna
merumuskan konstitusi Republik Indonesia Serikat, sebagai bentuk tindak lanjut perundingan di
Yogyakata dan Jakarta. Pada 29 Oktober 1949, piagam persatuan RIS berhasil ditandatangi di
Scheveningen oleh 16 perwakilan masng-masing wakil negara bagian dan dari daerah otonom.

Setelah selesai perundingan alot lebih dari dua bulan, KMB berakhir pada 2 November 1949.
Dengan disetujuinya KMB pada pada 2 November 1949 di Den Haag, kemudian terbentuklah
negara Republik Indonesia Serikat. Hasil KMB salah satunya menyebutkan kerajaan Belanda
menyerahkan kedaulatan atas Indonesia sepenuhnya kepada RIS dengan tidak bersyarat lagi
dan tidak dapat dicabut, karena itu mengakui RIS sebagai negara yang merdeka dan berdaulat.

Terbentuknya Pemerintahan Republik Indonesia Serikat

Republik Indonesia Serikat (RIS) terdiri dari 7 negara bagian dan 9 daerah otonom dengan
masing-masing mempunyai luas daerah dan jumlah penduduk yang berbeda. Di antara negara-
negara bagian yang terpenting, selain Republik Indonesia yang memiliki luas daerah dan jumlah
penduduk terbanyak, ialah Negara Sumatra Timur, Negara Sumatra Selatan, Negara Pasundan,
dan Negara Indonesia Timur.

Pada 14 November 1949 di Jakarta, semua wakil dari anggota BFO dan pemerintah Indonesia
menandatangani konstitusi RIS. Sementara, sejak awal Desember 1949 di Yogyakarta KNIP
mulai membahas hasil dari KMB.

Saat sidang pleno KNIP, banyak anggota sadar pembentukan RIS sebenarnya merupakan
penyelewengan terbesar proklamasi kemerdekaan. Meski demikian, KNIP menyadari tidak ada
jalan lain, selain menerima semua naskah yang dibuat oleh KMB di Den Haag. Ditambah lagi
naskah kontitusi RIS, yang tidak bisa dirubah sediki pun. Sehingga mereka hanya harus
menerima dan mengesahkannya saja. KNIP juga harus memilih seorang wakil untuk setiap 12
anggota KNIP, untuk duduk dalam dewan perwakilan RIS.

Pada 16 Desember 1949 di Yogyakarta, Panitia Pemilihan Nasional RIS memilih Soekarno
menjadi presiden Indonesia Serikat pertama, dan peresmiannya dilakukan pada 17 Desemer
1949. KNIP kemudian mengangkat Mr. Assaat Datuk Mudo, ketua KNIP, sebagai pemangku
jabatan Presiden Republik Indonesia. Dengan demikian, MR. Assaat de facto presiden Indonesia
kedua yang memegang jabatan ini hingga dibubarkannya RIS pada 17 Agustus 1950.
Kemudian DPR RIS memilih empat orang menjadi formatur kabinet, yaitu Mohammad Hatta, Sri
Sultan Hamengku Buwono IX, Anak Agung Gde Agung, dan Sultan Hamid II. Pada tanggal 19
Agustus 1949 terbentuk lah kabinet RIS dengan susunan:

Perdana Menteri : Mohammad Hatta

Menteri Luar Negeri : Mohammad Hatta

Menteri Pertahanan : Hamengku Buwono IX

Menteri Dalam Negeri : Anak Agung Gde Agung

Menteri Keuangan : Syafruddin Prawiranegara

Menteri Perekonomian : Ir. Juanda

Menteri Perhubungan dan Pekerjaan Umum: Ir. H. Laoh

Menteri Kehakiman : Prof. Dr. Mr. Soepomo

Menteri P dan K : dr. Abu Hanifah

Menteri Kesehatan : dr. Josef Leimena

Menteri Perburuhan : Mr. Wilopo

Menteri Sosial : Mr. Kosasih Purwanegara

Menteri Agama : K. H. Wahid Hasyim

Menteri Penerangan : Arnold Mononutu

Menteri Negara : Sultan Hamid Alkadrie II

Mr. Mohammad Roem

Dr. Suparno

Kabinet ini adalah Zaken Kabinet atau mengutamakan keahlian dari anggota-anggotanya. Dan
bukan kabinet yang berkoalisasi yang kemudian bersandar pada kekuatan partai-partai politik.

Permasalahan-Permasalahan yang Dihadapi Republik Indonesia Serikat

Untuk mengatasi masalah inflasi, pemerintah menjalankan sebuah kebijakan di bidang


keuangan dengan mengeluarkan peraturan pemotongan uang pada 19 Maret 1950, yang
dikenal dengan nama kebijakan gunting Syafruddin. Dan peraturan ini menentukan jika uang
yang memiliki nilai 2, 50 gulden atau Rp. 5 ke atas dipotong menjadi dua, sehingga nilainya
hanya tinggal setengahnya saja.

Meski banyak pemilik uang yang terkena dampak peraturan ini, tetapi pemerintah mulai bisa
mengendalikan laju inflasi supaya tidak cepat meningkat. Di samping soal keuangan ini,
ekonomi juga bisa diperbaiki, karena meletusnya Perang Korea, perdagangan ke luar negeri
menjadi meningkat, terutama untuk bahan mentah seperti karet. Kemudian dengan
meningkatnya ekspor, otomatis pendapatan negara juga ikut meningkat.

Masalah utama lain terdapat pada bidang kepegawaian, baik sipil maupun militer. Setelah
perang selesai, jumlah pasukan harus dikurangi karena keuangan negara tidak mendukung.
Mereka perlu mendapat penampungan apabila pemerintah ingin melakukan program
rasionalisasi. Untuk itu pemerintah membuka kesempatan untuk melanjutkan pelajarannya
pada pusat latihan yang memberi pendidikan keahlian untuk memberi mereka kesempatan
menempuh karier sipil profesional. Selain itu usaha transmigrasi juga dilakukan, meski demikian
masalah kepegawaian belum bisa diselesaikan pemerintah RIS.

Pembentukan APRIS menimbulkan kegoncangan psikologis bagi para TNI. Di sisi lain TNI
keberatan bekerjasama dengan bekas musuh. Tapi sebaliknya dari pihak KNIL terdapat tuntutan
untuk ditetapkan sebagai aparat negara bagian, dan menolak masuknya TNI dalam negara
tersebut.

Sementara, di Kalimantan Barat Sultan Hamid menolak masuknya TNI dan menolak untuk
mengakui menteri pertahahan RIS serta menyatakan bahwa dia yang berkuasa di daerah
tersebut. Kemudian di Makassar muncul gerakan Andi Aziz di Ambon, dengan nama gerakannya
Republik Maluku Selatan (RMS).

Keadaan semacam inisengaja diwariskan oleh kekuatan reaksioner Belanda, dengan


bertujuanmempertahankan kepentingan serta membuat kondisi RIS menjadi kacau.
apabilausaha ini berhasil, maka dunia Internasional akan menganggap RIS tidak
mampumemelihara keamanan serta ketertiban wilayahnya. Di samping disibukkan
padasuasana nasional yang tidak stabil akibat bom waktu yang sengaja ditinggalkankolonialis,
pemerintah juga masih harus menghadapi pemberontakan DI/TIIKartosuwiryo.

Konstitusi RIS
Selanjutnya terdapat sejarah Republik Indonesia Serikat (RIS) yang meliputi Konstitusi RIS. Pada
saat Konferensi Meja Bundar, pihak BFO dengan Indonesia juga menandatangani perjanjian
yang membahas tentang Konstitusi RIS. Perjanjian tersebut terjadi pada tanggal 29 Oktober
1949. Perjanjian Konstitusi RIS ditandatangani oleh pemimpin 16 negara atau daerah yang
tergabung dengan RIS seperti:

1. Susanto Tirtoprodjo (Negara Indonesia) berdasarkan Perjanjian Renville

2. Ide Anak Agoeng Gde Agoeng (Negara Indonesia Timur)

3. Mohammad Jusuf Rasidi (Bangka)

4. Jamani (Kalimantan Tenggara)

5. Radja Mohammad (Riau)

6. Sultan Hamid II (Daerah Istimewa Kalimantan Barat)

7. Radja Kaliamsyah Sinaga (Negara Sumatera Timur)

8. Djumhana Wiratmadja (Negara Pasundan)

9. Abdul Malik (Negara Sumatera Selatan)

10. Mohammad Hanafiah (Daerah Banjar)

11. Muhran bin Haji Ali (Dayak Besar)

12. Raden Soedarmo (Negara Jawa Timur)

13. P. Sosronegoro (Kalimantan Timur)

14. A. Mohammad Jusuf (Belitung)

15. R.V. Sudjito (Jawa Tengah)

16. A.A Tjakraningrat dari Negara Madura

Menurut Konstitusi RIS dalam sejarah Republik Indonesia Serikat (RIS), membuat
pembentukannegara federasi yang meliputi:

1. Negara Republik Indonesia yang mencakup beberapa wilayah yang termasuk dalam
Perjanjian Renville.
2. Negara yang dibentuk Belanda melalui Konferensi Malino seperti Negara Indonesia Timur
(Cokorde Gde Sukowati selaku Prediden dan Najamudin Daeng Maewa selaku Perdana
Menteri), Negara Sumatera Timur (Dr. Mansyur selaku wakil), Negara Sumatera Selatan (Abdul
Malik selaku wakil), Negara Madura (Cokroningrat selaku wakil), dan Negara Jawa Timur
(Wiranata selaku wakil).

3. Negara kesatuan yang dapat berdiri sendiri.

4. Daerah yang bukan termasuk daerah bagian.

Akhir Pemerintahan RIS

Negara RIS buatan Belanda tidak dapat bertahan lama karena muncul tuntutan-tuntutan untuk
kembali ke dalam bentuk NKRI sebagai perwujudan dari cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945.
Gerakan menuju pembentukan NKRI mendapat dukungan yang kuat dari seluruh rakyat. Banyak
Negara-negara bagian satu per satu menggabungkan diri dengan Negara bagian Republik
Indonesia.

Pada tanggal 10 Februari 1950 DPR Negara Sumatera Selatan memutuskan untuk menyerahkan
kekuasaannya pada RI. Tindakan semacam ini dengan cepat dilakukan oleh Negara-negaa
bagian lainnya ynag cenderung untu menghapuskan Negara-negara bagian dan
menggabungkan diri ke dalam RI. Pada akhir Maret 1950, hanya tersisa empat Negara bagian
dalam RIS, yaitu Kalimantan Barat, Sumatera Barat, Negara Indonesia Timur, dan Republik

Indonesia. Pada akhir April 1950, maka hanya Republik Indonesia yang tersisa dalam RIS.

Penggabungan Negara-negara bagian ke dalam RI menimbulkan persoalan baru khususnya


dalam hubungan luar negeri. Hal ini karena RI hanya Negara bagian RIS, hubungan luar negeri
yang berlangsung selama ini dilakukan oleh RIS. Sehingga peleburan Negara RIS ke dalam RI
harus dihindari untuk menjamin kedaulatan negara. Solusinya adalah RIS harus menjelma
menjadi RI.

Setelah diadakan konferensi antara Pemerintah RIS dan RI untuk membahas penyatuan negara,
pada tanggal 19 Mei 1950, pemerintah RIS dan RI menandatangani Piagam Persetujuan
pembentukan Negara kesatuan. Pokok dari isi piagam tersebut adalah kedua belah pihak dalam
waktu yang sesingkat-singkatnya melaksanakan pembentukan Negara kesatuan berdasar
Proklamasi 17 Agustus 1945.
Rapat-rapat antara pemerintah RIS dan RI mengenai Negara kesatuan semakin sering
dilakukan. Setelah rapat mengenai Pembagian daerah yang akan merupakan wilayah NKRI,
maka pada tanggal 15 Agustus 1950 diadakan rapat gabungan yang terakhir dari DPR dan Senat
RIS di mana dalam rapat ini akan dibicarakan “piagam pernyataan” terbentuknya NKRI oleh
Presiden Soekarno. Setelah pembacaan piagam pernyataan terbentuknya NKRI, maka dengan
demikian secara resmi Negara Kesatuan RI terbentuk kembali pada tanggal 17 Agustus 1950.

Sistem Pemerintahan NKRI

Sistem adalah suatu kebulatan atau keseluruhan yang kompleks dan terorganisasi, suatu
himpunan atau perpaduan ha-hal atau bagian yang membentuk suatu kebulatan atau
keseluruhan yang kompleks. Di dalam sistem ada komponen yang terhubung dan mempunyai
fungsi masing-masing terhubung menjadi sistem menurut pola. Sistem merupakan susunan
pandangan, teori, asas yang teratur. Sistem adalah metode.

Prinsipnya, pada tiap sistem selalu terdiri dari empat elemen:

Objek, yang dapat berupa bagian, elemen, maupun variabel. Ia dapat benda fisik, abstrak,
ataupun keduanya sekaligus; tergantung kepada sifat sistem tersebut

1. Lingkungan, tempat di mana sistem berada.

2. Atribut, yang menentukan kualitas atau sifat kepemilikan sistem dan objeknya.

3. Hubungan internal, di antara objek-objek di dalamnya.

Syarat-syarat sistem :

Sistem wajib dibuat untuk mengatasi masalah.

1. Unsur dasar dari proses ( energi, arus informasi dan material) lebih penting dari pada elemen
sistem.

2. Terdapat hubungan diantara elemen sistem.

3. Elemen sistem harus memiliki rencana yang ditetapkan.

4. Tujuan organisasi lebih penting dari pada tujuan elemen.


Berkaitan dengan pemerintahan, sistem berarti susunan yang teratur dari pandangan, teori,
atau asas tentang pemerintahan negara.

Pemerintah pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, menurut UU no 32 tahun 2004 pasal 1 ayat
1 adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.

Tujuan Dibentuknya RIS

Tujuan dibentuknya negara RIS tidak lain adalah untuk memecah belah rakyat Indonesia dan
melemahkan pertahanan Indonesia.

A. Daerah Kekuasaan RIS 1 mencakup :

a. Negara Pasundan

b. Republik Indonesia

c. Negara Jawa Timur

d. Negara Indonesia Timur

e. Negara Madura

f. Negara Sumatera Selatan

g. Negara Sumatera Timur

B. Daerah Kekuasaan RIS 2 mencakup :

a. Negara Riau

b. Negara Jawa Tengah

c. Negara Dayak Besar

d. Negara Bangka

e. Negara Belitung

f. Negara Kalimantan Timur


g. Negara Kalimantan Barat

h. Negara Kalimantan Tenggara

i. Negara Banjar

C. Daerah Kekuasaan RIS 3 adalah :

Daerah Indonesia lainnya yang bukan termasuk negara bagian.

Program Kabinet RIS adalah sebagai berikut :

a. Menyelenggarakan supaya pemindahan kekuasaan ke tangan bangsa Indonesia di seluruh


Indonesia terjadi dengan seksama. Mengusahakan reorganisasi KNIL dan pembentukan
Angkatan Perang RIS dan mengembalikan tentara Belanda ke negerinya dalam waktu yang
selekas–lekasnya.

b. Menyelenggarakan ketentraman umum, supaya dalam waktu yang sesingkat–singkatnya


terjamin berlakunya hak–hak demokrasi dan terlaksananya hak–hak dasar manusia dan
kemerdekaannya.

c. Mengadakan persiapan untuk dasar hukum, cara bagaimana rakyat menyatakan kemauannya
menurut asas–asas UUD RIS dan menyelenggarakan Pemilihan Umum untuk Konstituante.

d. Berusaha memperbaiki ekonomi rakyat, keadaan keuangan, perhubungan, perumahan dan


kesehatan untuk jaminan social dan penempatan Tenaga kambali ke dalam masyarakat.
Mengadakan peraturan tentang upah minimum, pengawasan pemerintah atas kegiatan
ekonomi agar kegiatan itu terwujud kepada kemakmuran rakyat seluruhnya.

e. Menyempurnakan Perguruan Tinggi sesuai dengan keperluan masyarakat Indonesia dan


membangun Kebudayaan Nasional, mempergiat pemberantasan buta huruf di kalangan rakyat.

f. Menjalankan Politik Luar Negeri yang memperkuat kedudukan RIS dalam dunia internasional
dengan memperkuat cita-cita perdamaian dunia dan persaudaraan bangsa-bangsa,
memperkuat hubungan moral, politik dan ekonomi antara Negara-Negara Asia tenggara
(Mohammad Hatta, 1979: 561-562).
Jalannya Pemerintahan Negara RIS

Setelah membentuk kabinet RIS yang pertama kalinya, RIS sudah harus segera membenahi
pemerintahan. Salah satu permasalahan yang segera diselesaikan adalah hasil lain Komisi
urusan Politik dan Konstitusional adalah permasalahan kebangsaan dan kewarganegaraan.
Beberapa rekomendasi Komisi urusan Politik dan Konstitusional adalah :

a. Orang-orang Belanda yang lahir di Indonesia, atau bertempat tinggal di Indonesia lebih dari
enam bulan, berhak memohon kebangsaan Indonesia.

b. Para kaulanegara yang tak termasuk golongan penduduk Belanda, tetapi yang termasuk
golongan penduduk orang-orang asli di Indonesia, maupun penduduk Republik Indonesia, pada
asas berkebangsaan Indonesia. Mereka berhak memilih kebangsaan Belanda, jika mereka
bertempat tinggal di negeri Belanda atau di luar Indonesia.

c. Ketentuan-ketentuan khusus diadakan untuk para kaulanegara Belanda bukan orang-orang


Belanda, yang termasuk golongan penduduk orang-orang asli Indonesia dan bertempat tinggal
di Suriname atau di Antillen Belanda atau yang asalnya bukan orang Indonesia (Ide Anak Agung
Gde Agung, 1983:307).

Dibubarkannya Negara RIS

Kesepakatan antara kerajaan Belanda dengan Republik Indonesia demi menghindari


peperangan serta mengurangi penderitaan rakyat Indonesia dari perang, serta menghindari
terjadinya Agresi militer Belanda, maka pemerintah RI bersedia untuk berkompromi dengan
pemerintah kerajaan Belanda. Dalam perundingan-perundingannya, kedua belah pihak dibentu
oleh Negara-Negara yang memperdulikan perdamaian serta Dewan Keamanan Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB).

Berbagai jalan telah ditempuh untuk mencari pemecahan permasalahan antara Belanda
dengan Indonesia, melalui Konferensi Asia di New Delhi India yang dilaksanakan tanggal 20
Januari 1949 merupakan salah satu jalan untuk mencari pemecahan masalah antara kedua
belah pihak. Resolusi Dewan Keamanan PBB turut membantu dalam mencari jalan keluar
dengan mengeluarkan resolusi-resolusi perdamaian.
Komite Tiga Negara (KTN) yang menjadi salah satu resolusi Dewan Keamanan, Belanda yang
diwakili oleh Belgia, Indonesia diwakili oleh Australia yang selanjutnya difasilitasi oleh Amerika
Serikat. Yang selanjutnya diteruskan dalam kesepakatan Renville yang dilaksanakan di atas
Kapal Perang USS Renville milik Amerika Serikat telah ditempuh kedua belah pihak demi
perdamaian keduanya.

Masalah Keuangan dan Ekonomi RIS

Negara yang baru berdiri seperti RIS harus mendapat tanggung jawab dalam hal ekonomi
dengan hutang akibat perang. Hal ini pula yang tidak dapat menopang kelangsungan
kedaulatan RIS, ini yang menimbulkan rasa ketidakpuasan rakyat dan Negara-Negara bagian
terhadap kabijakan-kebijakan RIS yang diambil berdasarkan hasil Konferensi Meja Bundar
tanggal 23 Agustus 1949. Untuk mengatasi kesulitan di bidang keuangan, RIS mengambil jalan :

1. Mengadakan rasionalisasi dalam susunan Negara dan dalam badan-badan serta alat-alat
pemerintahan,

2. Menyelidiki secara lebih baik dan teliti mengenai anggaran Negara-negara bagian,

3. Mengintensiveer pemungutan berbagai iuran dan cukai,

4. Mengadakan pajak baru, dan

5. Mengadakan pinjaman nasional.

Negara RIS buatan Belanda tidak dapat bertahan lama karena muncul tuntutan-tuntutan untuk
kembali ke dalam bentuk NKRI sebagai perwujudan dari cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945.
Gerakan menuju pembentukan NKRI mendapat dukungan yang kuat dari seluruh rakyat. Banyak
Negara-negara bagian satu per satu menggabungkan diri dengan Negara bagian Republik
Indonesia.

G. Penyerahan Dan Pengakuan Krdaulatan

Anda mungkin juga menyukai