Anda di halaman 1dari 6

e - ISSN: 2615-8787

DAYA TARIK PEMBELAJARAN DI ERA 21 DENGAN


BLENDED LEARNING

Deklara Nanindya Wardani1, Anselmus J.E. Toenlioe2, Agus Wedi3


Jurusan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Malang1,2,3
E-mail: deklarawardani@gmail.com

ABSTRAK

Proses pembelajaran di kelas secara tatap muka (face-to-face) telah kehilangan daya tariknya di era 21 ini.
Hal itu terjadi karena sebagian siswa berpikir dengan perkembangan teknologi yang semakin luas, proses
pembelajaran di era 21 dapat dilakukan secara online (e-learning). Untuk mengakomodasi perkembangan
teknologi (e-learning) tanpa harus meninggalkan pembelajaran secara tatap muka (face-to-face) haruslah
ada strategi pengorganisasian pengajaran, penyampaian pengajaran, dan kualitas pegajaran yang tepat,
yaitu dengan blended learning. Blended learning adalah model pembelajaran yang mengkombinasi
keunggulan yang dimiliki model pembelajaran tatap muka (face-to-face) dengan model pembelajaran
e-learning. Dengan blended learning interaksi dan komunikasi antar siswa dan antara guru dan siswa
dapat terus berlangsung dan hal tersebut merupakan daya tarik pembelajaran di era 21.

Kata kunci: Pembelajaran Tatap Muka (face-to-face), E-learning, Daya Tarik Pembelajaran Era 21,
Blended Learning

PENDAHULUAN
Proses pembelajaran yang sering yang sesuai dengan harapan serta lebih
dijumpai di kelas yang biasa menggunakan efektif. Akan tetapi proses pembelajaran
pembelajaran tatap muka (face-to- yang hanya memanfaatkan teknologi saja
face) membuat sebagian siswa merasa atau yang hanya menerapkan e-learning
bosan untuk mengikutinya. Hal tersebut tidak dapat sepenuhnya berhasil. Hal
menyebabkan siswa suka membolos tersebut dikarenakan gaya belajar masing-
pada proses pembelajaran karena tidak masing siswa berbeda-beda.
ada ketertarikan dalam mengikutinya. Menurut Bobby De Porter & Mike
Hal tersebut menyebabkan hasil yang Hernacki (dalam Nikmawati, 2014: 24)
diharapkan oleh guru dan siswa tidak gaya belajar dikelompokan menjadi 3,
sesuai. Terlebih di era 21 ini perkembangan yaitu gaya belajar visual, gaya belajar
teknologi yang pesat membuat siswa audio dan gaya belajar kinestetik. Para
berpikir proses pembelajaran tidak siswa yang memiliki gaya belajar visual
diharus di kelas. Mereka berpikir dan audio mungkin akan berhasil dalam
dengan memanfaatkan teknologi yang mengikuti pembelajaran dengan penerapan
ada, proses pembelajaran juga dapat e-learning akan tetapi untuk para siswa
berlangsung. Proses pemanfaatan yang memiliki gaya belajar kinestetik
teknologi pada pembelajaran biasa disebut mungkin memiliki kesempatan kecil akan
dengan pembelajaran elektronik atau berhasil pada proses pembelajaran.
e-learning. Sebagian siswa merasa bahwa Disamping gaya belajar yang
menggunakan model pembelajaran tatap berbeda-beda, komunikasi antar siswa dan
muka di kelas (face-to-face) terlalu kuno antara guru dengan siswa juga diperlukan.
sehingga dengan menerapkan e-learning Mengapa komunikasi diperlukan? Karena
pada proses pembelajaran tidak akan dengan berkomunikasi, baik siswa maupun
ketinggalan zaman dan memberikan hasil guru akan mengetahui sejauh mana hasil

Blended Learning. . . . - Deklara, dkk - || 13


yang didapatka dalam proses pembelajaran. pembelajaran di kelas yang membosankan
Wildavsky (dalam Wena, 2014 : 214) dan perkembangan teknologi yang
mengungkapkan bahwa kelemahan utama semakin luas pula sehingga banyak praktisi
pembelajaran e-learning, yaitu intensitas yang mengembangkan dan memberikan
bertemu antar siswa dan pengajar sangat pendapat mereka tentang pengertian
minim serta sulit untuk dapat melakukan blended learning, seperti Semler (dalam
sosialisasi antar siswa. Dengan demikian, Husamah, 2014:11) berpendapat bahwa
pembelajaran tatap muka sangat penting pengertian blended learning adalah
juga untuk diterapkan akan tetapi menggabungkan keunggulan e-learning,
melihat perkembangan teknologi yang keunggulan ­face-to-face, dan praktiknya.
luas guru/pengajar juga harus bisa untuk Moebs dan Weibelzahl (dalam Husamah
memanfaatkannya untuk dapat menarik 2014:12) mendifinisikan blended learning
siswa mengikuti proses pembelajaran sebagai gabungan online dan face-
dan mempelajari mata pelajaran tersebut. to-face pada kegiatan pembelajaran.
Oleh karena itu, salah satu cara untuk Kemudian Graham (dalam Sari, 2014:
mangatasi masalah tersebut yaitu dengan 127) menyebutkan definisi dari blended
menerapkan blended learning sehingga learning yang sering disampaikan adalah
para siswa tertarik untuk mengikuti proses pembelajaran yang menggabungkan
pembelajaran. dengan media pembelajaran, pembelajaran
yang menggabungkan model-model
HASIL DAN PEMBAHASAN pembelajaran dan teori-teori pembelajaran,
dan pembelajaran yang menggabungkan
BLENDED LEARNING pembelajaran tatap muka (face-to-face)
dengan pembelajaran online.
Pengertian Berdasarkan penjelasan dari Semler,
Blended learning adalah sebuah Moebs dan Weibelzahl, dan Graham
model pembelajaran yang menggabungkan maka pengertian dari blended learning
antara pembelajaran tatap muka (face- adalah penggabungan pembelajaran
to-face) dengan e-learning. Blended e-learning dengan pembelajaran tatap
learning merupakan konsep baru dalam muka (face-to-face) yang menggunakan
pembelajaran dimana penyampaian media pembelajaran serta teori-teori
materi dapat dilakukan di kelas dan online pembelajaran dalam proses pembelajaran.
(Bielawski dan Metcalf dalam Husamah
2014). Penggabungan yang dilakukan Kelebihan Blended Learning
secara baik antara pengajaran tatap muka Blended learning dikembangkan
dimana pengajar dan pebelajar bertemu karena kelemahan-kelemahan yang muncul
langsung dan melalui media online yang pada pembelajaran tatap muka (face-to-
bisa diakses kapanpun. Penggabungan face) dan e-learning. Selain dikembangkan
pembelajaran tatap muka (face-to-face) karena munculnya kelemahan dari kedua
dengan e-learning tersebut disebabkan pembelajaran tersebut, blended learning
karena terbatasnya waktu dan mudah dikembangkan karena kelebihan dari
membuat siswa merasa cepat bosan pembelajaran tatap muka (face-to-face)
dalam proses pembelajaran serta tuntutan dan e-learning. Adapun kelebihan dari
perkembangan teknologi yang semakin blended learning yang diungkapkan oleh
luas. Kusairi (dalam Husamah 2014: 35), yaitu:
Blended learning saat ini tengah a. peserta didik leluasa untuk
ramai dibicarakan karena proses mempelajari materi pelajaran secara

14 || JKTP Volume 1, Nomor 1, April 2018


mandiri dengan memanfaatkan materi teknologi yang semakin luas membuat
materi yang tersedia secara online pembelajaran tatap muka (face-to-
b. peserta didik dapat berkomunikasi/
face) mengalami penurunan daya tarik.
berdiskusi dengan pengajar atau
peserta didik lain yang tidak harus Sebagian siswa merasa pembelajaran
dilakukan saat di kelas (tatap muka) tatap muka sudah tidak efektif lagi dan
c. kegiatan pembelajaran yang dilakukan membuat mereka cepat merasa bosan.
peserta didik di luar jam tatap muka Mereka lebih tertarik memanfaatkan
dapat dikelola dan dikontrol dengan perkembangan teknologi yang ada untuk
baik oleh pengajar melakukan proses pembelajaran yaitu
d. pengajar dapat menambahkan materi dengan e-learning. Daya tarik e-learning
pengayaan melalui fasilitas internet di era 21 ini memang besar karena dengan
e. pengajar dapat meminta peserta didik semakin luasnya perkembangan teknologi
membaca materi atau mengerjakan tes dapat mempermudah siswa dalam
yang dilakukan sebelum pembelajaran
melakukan proses pembelajaran dimana
f. pengajar dapat menyelenggarakan
kuis, memberikan balikan, dan saja dan kapan pun.
memanfaatkan hasil tes dengan Daya tarik itu sendiri merupakan
efektif. kemampuan seseorang atau suatu hal
g. peserta didik dapat saling berbagi file dalam memikat dan menarik seseorang
dengan peserta didik lainnya. untuk menyukai suatu objek. Daya
Berdasarkan pemaparan Kusairi di tarik dapat timbul karena terdapat suatu
atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa keunikan atau ciri khas dan kemudahan
kelebihan dari blended learning yaitu dalam menggunakan atau memahami
kegiatan pembelajaran dapat dilakukan suatu hal. Dalam proses pembelajaran,
di kelas maupun diluar kelas dengan daya tarik perlu dimiliki supaya dapat
memanfaatkan teknologi untuk menambah menarik atau memikat siswa ke dalam
materi pelajaran dan soal-soal yang proses pembelajaran.
diberikan di kelas maupun melalui online Untuk dapat memunculkan daya
yang dikelola dan dikontrol sedemikan rupa tarik pada proses pembelajaran, guru
oleh guru supaya kegiatan pembelajaran perlu memiliki strategi pengorganisasian
dapat berlangsung, serta komunikasi antar pengajaran dan penyampaian pengajaran
siswa dan antara guru dengan siswa dapat yang tepat, unik, dan memberikan
terjalin baik ketika berada di kelas maupun kemudahan pada para siswa saat proses
di luar kelas (online) dengan membentuk pembelajaran. Dengan memiliki strategi
sebuah grup diskusi yang memanfaatkan pengorganisasian pengajaran dan
perkembangan teknologi di era ini karena penyampaian pengajaran yang tepat mereka
pembelajaran tanpa ada komunikasi dapat tertarik dengan mata pelajaran
tidak akan memberikan hasil sesuai atau bidang studi tersebut. Menurut
dengan harapan baik dari guru mapun Degeng (1989), strategi pengorganisasian
siswa. Dewey dan Moore (dalam Comey; pengajaran dan penyampaian pengajaran
dalam Sari, 2016) berpendapat bahwa memiliki peran penting dalam memberikan
komunikasi merupakan peranan penting dan mempertahankan daya tarik bidang
dalam proses pembelajaran dan mejadi studi atau mata pelajaran.
kunci dalam menciptakan lingkungan Tidak hanya strategi
belajar yang efektif. pengorganisasian dan penyampaian
pengajaran yang memiliki peran penting
Daya Tarik Pembelajaran Di Era 21 pada proses pembelajaran, akan tetapi
Dalam era 21 ini, perkembangan kualitas pengajaran juga memiliki peran

Blended Learning. . . . - Deklara, dkk - || 15


penting. Mengapa kualitas pengajaran dijadikan sebagai strategi pengorganisasian
juga memiliki peran penting pada proses pengajaran, penyampaian pengajaran,
pembelajaran? Karena kualitas pengajaran dan kualitas pegajaran karena blended
dapat mempengaruhi hasil yang diperoleh learning mampu untuk mengakomodasi
pada pembelajaran. Menurut Degeng perkembangan teknologi yang luas di era
(1989), “Kualitas pengajaran selalu 21 tanpa harus meninggalkan pembelajaran
terkait pada penggunaan metode atau tatap muka (face-to-face). Dengan blended
model pengajaran yang sesuai dengan learning siswa akan dapat bersaing dan
kebutuhan dalam mencapai hasil yang mengatasi tantangan pendidikian apalagi
diharapkan dengan kondisi pengajaran bagi siswa ditingkat perguruan tinggi
tertentu”. Dengan demikian bila ingin yang memiliki tantangan pendidikan yang
mencapai hasil sesuai dengan harapan besar. Kasali (2013; dalam Sari, 2014:
baik dari siswa maupun guru maka guru 133) menyatakan bahwa terdapat lima
perlu memiliki strategi pengorganisasian tantangan pendidikan di perguruan tinggi,
pengajaran, penyampaian pengajaran, dan yaitu:
kualitas pengajaran yang tepat apalagi a. model-model pendidikan baru yang
di era 21 ini yang sebagian besar siswa membawa kompetisi yang belum
ingin pembelajaran tatap muka di kelas pernah terjadi sebelumnya dari model-
(face-to-face) ditiadakan dan melakukan model yang tradisional.
b. banyak penerbitan dan penelitian baru
proses pembelajaran secara online dengan
yang belum dipahami dengan baik
memanfaatkan perkembangan teknologi
oleh pengambil keputusan.
serta sebagian siswa mash ingin tetap c. media digital diharapkan dapat
menggunakan pembelajaran tatap muka menjadi literasi dalam pendidikan
(face-to-face). Hal ini bisa terjadi karena untuk profesional akademik.
gaya belajar yang dimiliki masing-masing d. eksperimen dengan aplikasi teknologi
siswa berbeda-beda. Gaya belajar siswa yang inovatif sering dianggap sebagai
yang menggunakan visual dan audio peran luar dari seorang peneliti.
mungkin akan berhasil akan tetapi gaya e. di dalam dunia Open Source,
belajar siswa yang kinestetik mungkin tidak perpustakaan berada di bawah tekanan
akan mencapai hasil yang diharapkan serta untuk mengembangi cara-cara baru
komunikasi dan interaksi antar siswa dan untuk mendukung siswa.
antara siswa dengan guru yang dilakukan Penerapan blended learning tepat
untuk mengatasi tantangan pendidikan
secara berulang atau terus menerus baik
tersebut. Dengan blended learning
di sekolah maupun di luar sekolah akan
guru dapat memberikan inovasi pada
membangun jiwa sosialisai yang baik.
proses pembelajaran karena bila tidak
Untuk mengatasi permasalahan tersebut
memberikan inovasi maka guru tidak
perlu adanya strategi pengorganisasian
akan memperoleh hasil pembelajaran
pengajaran, penyampaian pengajaran,
yang tidak diharapkan dan dimasa depan
dan kualitas pengajaran yang tidak
pula peran guru akan dapat tergantikan
meninggalkan pembelajaran tatap
oleh teknologi, seperti yang diungkapkan
muka di kelas (face-to-face) dan dapat
oleh Direktur Diktis, Prof. Dr. Dede
memanfaatkan perkembangan teknologi
Rosyada (Berita Diktis: 2014; dalam
yang tersedia. Dengan begitu daya tarik
Sari, 2014: 134) bahwa pembelajaran
dari proses pembelajaran tersebut akan
dengan sistem konvensional tatap muka
muncul dan memperoleh hasil sesuai
(face-to-face) saat ini masih kurang
dengan harapan untuk guru dan juga siswa.
sesuai dengan perkembangan teknologi
Penerapan blended learning dapat
di era 21 dan bersifat instruksional. Akan

16 || JKTP Volume 1, Nomor 1, April 2018


tetapi bila hanya menggunakan teknologi di kelas secara tatap muka (face-to-face).
saja dengan menerapkan e-learning Oleh karena itu, menerapkan blended
dalam proses pembelajaran maka proses learning untuk strategi pengorganisasian
pembelajaran itu juga tidak akan berhasil, pengajaran, penyampaian pengajaran, dan
seperti penelitian yang telah dilakukan kualitas pengajaran akan membantu guru
oleh Lukman dan Wijaya dengan judul meningkatkan daya tarik pembelajaran di
“Pembelajaran Menyenangkan Dalam era 21 ini dengan para siswa yang telah
E-learning (KLASIBER) Pada Mahasiswa siap berkompetisi untuk dapat hidup di era
PAI Universitas Islam Indonesia” digital.
menyatakan bahwa proses pembelajaran
dengan menerapkan e-learning dalam SIMPULAN
kondisi buruk sebab sebanyak 45,7% dari 59 Blended learning merupakan model
responden menyatakan kuliah online atau pembelajaran yang dapat meningkatkan
model e-learning tidak menyenangkan. daya tarik pada proses pembelajaran tatap
Kemudian dengan blended learning muka (face-to-face) dan sangat sesuai untuk
guru dapat mempersiapkan siswa untuk diterapkan di era 21. Blended learning
hidup di era 21 dengan membiasakan dapat mengakomodasi perkembangan
siswa menggunakan teknologi pada teknologi yang luas tanpa harus
proses pembelajaran, seperti yang meninggalkan
pembelajaran tatap
diungkapkan oleh Eggen dan Kauchak muka (face-to-
(2012: 27-28; dalam Sari, 2014: 134) face) di kelas dengan menggabungkan
bahwa standar untuk proses pembelajaran pembelajaran tatap muka dengan
di sekolah era 21 ini atau di era digital e-learning. Blended learning membuat
berkaitan dengan penerapan teknologi. siswa dapat terus belajar dan mengikuti
Dengan blended learning pula guru dapat proses pembelajaran. Hal tersebut dapat
membuat siswa untuk lebih aktif dalam menjadi peluang keberhasilan guru
proses pembelajaran di kelas dan online, dan siswa pada pembelajaran. Blended
dan dapat membuat proses pembelajaran learning juga membantu guru dalam
menjadi lebih menyenangkan. Bila guru mempersiapkan siswa untuk mencipatakan
dapat membuat proses pembelajaran lingkungan belajar sesuai dengan gaya
tersebut menyenangkan maka siswa belajar masing-masing siswa dan dapat
akan tertarik untuk mengikuti proses membantu siswa menghadapi tantangan di
pembelajaran. masa depan.
Penerapan blended learning pada
proses pembelajaran akan membantu DAFTAR PUSTAKA
untuk siswa mengakomodasi gaya belajar Degeng, I Nyoman Sudana. (1989). Ilmu
mereka masing-masing. Mereka yang Pengajaran : Taksonomi Variabel. Jakarta:
memiliki gaya belajar visual dan audio Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
akan diberikan kesempatan memperoleh Husamah. (2014). PEMBELAJARAN BAURAN
ilmu tidak hanya saat pembelajaran di (BLENDED LEARNING) Terampil
kelas secara tatap muka dengan guru akan Memadukan Keunggulan Pembelajaran
tetapi mereka juga dapat memperoleh ilmu Face-To-Face, E-learning Offline-Online,
saat berada di luar kelas secara online baik dan Mobile Learning. Jakarta: Prestasi
Pustaka.
melalui internet maupun berkomukasi
dengan guru. Kemudian untuk siswa yang Lukman, L., & Wijaya, A. (2017). Pembelajaran
memiliki gaya belajar kinestetik akan dapat Menyenangkan Dalam E-learning
memperoleh ilmu pula saat pembelajaran (Klasiber) Pada Mahasiswa Pai Universitas
Islam Indonesia. Millah:

Blended Learning. . . . - Deklara, dkk - || 17


Jurnal Studi Agama, (1), 127-146.
Dari https://s3.amazonaws.com/
academia.edu.documents/52664743/
Pembelajaran_Menyenangkan-Lukman.
pdf?AWSAccessKeyId=AKIAIWOW
YYGZ2Y53UL3A&Expires=151071
7435&Signature=iquj%2BmMTZSF
Uo2PPLOKJhgvQTSA%3D&respon
se-content-disposition=inline%3B%20fi-
lename%3DPEMBELAJARAN_
MENYENANGKAN_DALAM_E-
LEARNING.pdf.

Nikmawati, Ika Syukrun. (2014). Korelasi Gaya


Belajar Siswa Kelas VII dengan Hasil
Belajar Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam di Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Islam Durenan Trenggalek. Skripsi, Fakultas
Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan, Pendidikan
Agama Islam, IAIN Tulungagung. Dari
http://repo.iain-tulungagung.ac.id/607/3/
BAB%20II.pdf.

Sari, Milya. (2016). Blended Learning, Model


Pembelajaran Abad Ke-21 Di Perguruan
Tinggi.Ta'dib, Jurnal Fakultas Pendidikan
dan Pelatihan Guru, Universitas
Batusangkar, 17(2), 126-136. Dari http://
ecampus.iainbatusangkar.ac.id/ojs/index.
php/takdib/article/view/267/264.

Wena, Made. (2014). Strategi Pembelajaran


Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan
Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi
Aksara.

18 || JKTP Volume 1, Nomor 1, April 2018

Anda mungkin juga menyukai