Di negara Indonesia terdapat pula sistem susunan jenjang atau lapisan norma hukum
yang berlaku seperti teori dari Hans Kelsen dan Hans Nawialsky. Di dalam norma hukum
RI , Pancasila merupakan norma fundamental negara yang merupakan norma hukum
yang tertinggi. Hierarki peraturan perundang-undangan mulai dikenal sejak dibentuknya
UU No 1 tahun 1950 yang ditetapkan pada tanggal 2 Februari 1950. Yang unik di UU ini
adalah bahwa peraturan menteri merupakan salah satu jenis peraturan perundang-
undangan yang terletak di bawah peraturan pemerintah. Berlanjut ke Ketetapan MPRS
No.XX/MPRS/1966 dimana disini bentuk peraturan peurndang-undangan yang ada
adalah :
- UUD 1945
- Ketetapan MPR
- UU/Perpu
- PP
- Keputusan Presiden
Di sistem hukum yang tercermin dalam ketetapan MPRS ini terlihat bahwa sistem hukum
yang ada ini sudah sesuai dengan sistem konstitusi yang dijelaskan di penjelasan
authentic UUD 1945. Selain itu konsep sistem hukum ini juga sesuai dengan prinsip
negara hukum. Di sini sistem hukum yang berjenjang dan berlapis itu semakin terlihat
jelas sebagaimana seperti teori dari Hans Kelsen dan Hans Nawialsky. Meskipun terlihat
sangat efektif dan berguna, Tap ini pun juga perlu penyempurnaan karena masih memiliki
kelemahan-kelemahan. Salah satu kelemahannya ada di Lampiran IIA dimana harusnya
dijelaskana sebagai berikut :
- UUD 1945
a. Pembukaan UUD 1945 meurpakan Staatsfundamentalnorm yang bersifat pre-
supposed.
b. Batang tubuh UUD 1945 merupakan Staatsgrundgesetz
- Ketetapan MPR
Merupakan Staatsgrundgesetz.
- Keputusan Presiden
Di Tap MPRS tahun 1966 tadi telah ditetapkan bahwa keppres yang masuk
peraturan perundang-undnagan adalah yang bersifat “einmalig”. Berarti keppres-
nya harus yang bersifat penetapan.
- Peraturan Menteri
Diubah namanya agar lebih pas jadi keputusan menteri namun , nama ini punya
arti luas yaitu bisa mencakup peraturan dan penetapan.
- Instruksi menteri
Agak kurang tepat anamanya karena suatu instruksi itu bersifat individual dan
konkret serta ada hubungan atasan bawahan ini berbanding terbalik dengan sifat
dari suatu norma hukum.
- Peraturan daerah
Di tap ini tak dimasukan padahal termasuk dalam jenis peraturan perundang-
undangan.
- Peristilahan :
Selain itu juga ada masalah tata bahasa dalam Tap ini yaitu misalnya :
a. Tata urutan sebaiknya diubah jadi tata susunan atau hierarki.
b. Bentuk sebaiknya diganti jadi jenis.
c. Perundangan sebaiknya digunakan istilah perundang-undangan.
d. Istilah dan lain-lainnya juga tidak tepat karena maknanya menimbulkan
multi tafsir.
Berlanjut ke UU No.10 tahun 2004 yang dinyatakan mulai berlaku tanggal 1 November
2004. Setelah melihat UU tersebut penulis pun memberikan komentar terkait beberapa
peraturan yang masuk dalam hierarkis sistem hukum Indonesia. Berikut komentarnya :
- UUD
Seperti di Tap sebelumnya, penulis menganggap bahwa tidak tepat jika UUD 1945
dikatakan sebagai peraturan perundang-undangan. Alasan dari pernyataan ini
adalah karena :
a. UUD 1945 terdiri atas dua kelompok norma.
b. Batang tubuh UUD 1945 merupakan staatsgrundgesetz atau aturan
dasar negara
c. Selain itu di UU No.10 tahun 2004 Pasal 3 ditetapkan bahwa UUD
merupakan hukum dasar dalam peraturan perundang-undangan
sehingga salah kalau dimasukan ke hierarkis peraturan perundang-
undangan.
- Tap MPR
a. Tap MPR merupakan Staatsgrundgesetz.
b. Tap MPR pada dasarnya tak bisa dimasukan ke peraturan perundang-
undangan karena lebih tinggi.
- Peraturan Presiden
a. Istilah peraturan untuk menggantikan keputusan kurang tepat.
- Peraturan desa
a. Penulis berpendapat bahwa menetapkan peraturan desa sebagai
peraturan perundang-undangan adalah tak tepat dan tak sesuai
dengan UU No.32 tahun 2004.
Seperti yang kita lihat sekarang dari awal ada Tap MPRS No.XX/ MPRS/1966 sampai ada
UU No.10 tahun 2004, permasalahan tentang jenis dan hierarki Peraturan Perundang-
undangan di Indonesia tersebut belum berakhir oleh karena itu masih perlu diskusi
panjang serta dibuat berbagai kajian.
/