Anda di halaman 1dari 21

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/329557687

MEKANISME TERJADINYA VARIASI INDIVIDU DALAM POPULASINYA

Preprint · December 2018


DOI: 10.13140/RG.2.2.16916.14729

CITATIONS READS

0 4,024

1 author:

Bruri Melky Laimeheriwa


Pattimura University
40 PUBLICATIONS   9 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

numerical taxonomy of fish larvae View project

All content following this page was uploaded by Bruri Melky Laimeheriwa on 11 December 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


MEKANISME TERJADINYA VARIASI INDIVIDU DALAM POPULASINYA

Oleh
Dr. Bruri Melky Laimeheriwa

Pendahuluan

Perahkah kamu membandingkan wajahmu dengan wajah orang tua dan saudara-
saudaramu saat kamu bercermin? Apakah wajahmu mirip dengan ayah atau mirip
ibumu? Apakah warna kulitmu sama dengan saudara-sauaramu? Saat kamu
membandingkan wajahmu dengan wajah orang tua dan saudaramu, besar kemungkinan
kamu akan melihat banyak kesamaan. Mengapa demikian? Hal ini terjadi karena adanya
faktor-faktor yang diwariskan yang menentukan suatu sifat. Bagaimana konsep
pewarisan sifat pada makhluk hidup ini? Pada sisi lain, apabila kita mengamati alam
sekitar, ada banyak persamaan maupun perbedaan pada makhluk hidup. Persamaan dan
perbedaan ini biasa terjadi antara induk dengan keturunannya atau antara orang tua dan
anak-anaknya. Misalnya saja dalam satu keluarga, dapat ditemui adanya persamaan atau
perbedaan sifat yang tampak dan sifat yang tak tampak antara anak dengan kedua orang
tuanya. Sifat yang tampak antara lain raut muka, bentuk tubuh, bentuk wajah, warna
kulit, warna mata, dan jenis rambut. Sedangkan sifat yang tak tampak yaitu kecerdasan,
bakat, suara, dan golongan darah. Pertanyaan yang muncul adalah bagaimana terjadinya
pemindahan sifat dari suatu generasi ke generasi sehingga terdapat persamaan antar
keturunan demi keturunan serta mengapa dan bagaimana proses terjadinya variasi
antar makhluk hidup? Artikel ini bertujuan untuk membahas mekanisme terjadinya
persamaan dan variasi individu dalam suatu populasi.

Konsep dari mana datangnya kehidupan


Sebelum abad ke-17, orang menyangka bahwa kehidupan muncul secara
spontan. Pengamatan sehari-hari menyokong teori ‘generatio spontania’ (kehidupan
timbul secara spontan) ini. Sebagai contoh, para ilmuwan tanpa mikroskop mengamati
adanya belatung-belatung yang sekonyong-konyong timbul pada daging mentah yang
sebelumnya tidak memperlihatkan infestasi apa-apa. Seandainya pada waktu itu ada
mikroskop mereka akan melihat adanya telur-telur serangga yang kecil-kecil menempel
pada daging sebelum belatung-belatung muncul.
2

Pada abad-abad ke-18 dan 19, dengan penyempurnaan mikroskop dan teknik
ilmiah, diketahui bahwa tidak ada kehidupan spontan, bahwa semua bentuk hidup
berasal dari bentuk hidup yang telah ada lebih dulu. Diketahui bahwa sel-sel benih
bersatu dalam proses pembuahan (fertilisasi), membentuk sel tunggal yang kemudian
mengalami pembagian dan secara perlahan-lahan berkembang menjadi embrio. Akan
tetapi bagaimana cara sifat-sifat diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya belum
diketahui.
Dengan kemajuan ilmu dan teknologi, materi-materi hereditas yang terkandung
di dalam sel dapat diungkapkan. Materi utama dalam pewarisan sifat organisme adalah
kromosom yang di dalamnya terdapat gen. Kromosom terletak di dalam inti sel
(nukleus).

Dimana terdapatnya materi hereditas


Meskipun banyak orang menghubungkan genetika terutama dengan
pemindahan sifat-sifat dari suatu generasi ke generasi lain, atau apa yang disebut
kebakaan (heredity), lebih jauh kita mengetahui bahwa hal ini mencakup seluruh proses
biologi. Perhatikan kriteria yang biasa digunakan oleh para ahli biologi untuk
membedakan organisme hidup dari benda mati: kemampuan untuk bereproduksi,
bermutasi, ber-evolusi, mengadakan reaksi biokimia (metabolisme). Semua fenomena
ini sebenarnya ada di bawah pengaruh kebakaan.
Tidak mengherankan bahwa pemindahan sifat (hereditas) adalah aspek genetika
yang menarik perhatian para ilmuwan dan mungkin menimbulkan keingintahuan besar
pada orang awam. Hal inilah yang membuat para ilmuwan pendahulu kita memunculkan
berbagai macam teori, yang diantaranya menimbulkan kontrofersi di masyarakat karena
dianggap bertentangan dengan doktrin agama. Semua ini terjadi karena keterbatasan
pengetahuan dan peralatan modern.
Bagian terkecil dari tubuh makhluk hidup dinamakan sel. Pada suatu jenis
makhluk sel-sel itu tidak selalu sama bentuknya, misalnya sel otot berbeda dengan sel
syaraf atau sel darah, juga sel hewan berbeda dengan sel tumbuhan (Gambar 1).
3

Gambar 1. Perbedaan struktur sel hewan (A) dan sel tumbuhan (B)
(Sumber: http://www.phschool.com, 2010).

Setiap sel memiliki organel dengan fungsi dan peran yang spesifik, yang dapat
diuraikan dalam Tabel 1 bertikut ini:
Tabel 1. Fungsi organell sel hewan (Stansfield, 1989).

Organell sel Fungsi


- Membrana sel atau membrana - Melaluinya substansi ekstraseluler disaring dan
plasma diserap atau melepaskan produk sel
- Nukleus - Mengatur pertumbuhan dan reproduksi sel
- Kromosom - Membawa instruksi herediter; pengaturan proses-
proses seluler (hanya terlihat jelas selama
pembelahan sel)
- Nukleolus -Sintesis rRNA; menghilang pada saat replikasi
seluler
- Plasma nukleus - Mengandung bahan pembangun DNA dan molekul-
molekul mesenger yang berfungsi sebagai
perantara nukleus dan sitoplasma
- Membrana nukleus - Menjaga kelanjutan selektif antara bahan-bahan
nukleus dan sitoplasma
- Sitoplasma - Mengandung peralatan untuk melaksanakan
instruksi yang diperintahkan nukleus
- Retikulum endoplasma - Permukaan yang luas untuk reaksi biokimia yang
normal terjadi pada atau sepanjang permukaan
membran
- Ribosom - Tempat sintesis protein
- Centriole - Membentuk kutub-kutub untuk proses pembelahan;
mampu bereplikasi
4

- Mitokondria (pada sel tanaman - Produksi energi (siklus Kreb; rantai transpor
terdapat plastid) elektron; beta oksidasi asam lemak, dsb.)
- Golgi body atau Golgi apparatus - Membuat sekresi sel
- Lysosom (hanya pada hewan) - Membuat enzyme pencernaan intraseluler yang
membantu pembuangan bakteri dan benda asing;
bisa menyebabkan kerusakan sel bila patah
- Vacuole - Tempat penyimpanan air yang berlebihan, bahan-
bahan buangan, pigmen-pigmen terlarut, dsb.
- Hyaloplasma - Mengandung enzyme untuk glycolysis dan bahan
pembangun seperti gula, asam amino, air, vitamin,
nukleotida dsb. (cairan nutrien atau cairan sel)

Sumber variasi antar individu

Di dalam inti sel (nukleus) kebanyakan makhluk terdapat kromosom, yaitu


benda-benda halus berbentuk batang panjang atau pendek dan lurus atau bengkok,
dengan bahan penyusun berupa kromatin. Kromosom adalah pembawa bahan
keturunan. Kromatin berupa jalinan benang-benang halus dalam plasma inti
(nukleoplasma). Disebut demikian karena, kalau suatu jaringan diwarnai dengan suatu
zat warna, jalinan itu akan mengisap banyak zat warna. Berasal dari kata chroma =
berwarna, dan tin = benang. Bagian-bagian kromatin tidak jelas terlihat dari mikroskop
biasa, karena halusnya dan tak teratur. Terdiri atas benang kromonema yang berpilin-
pilin longgar, diselaputi protein. Kalau sel mengalami proses pembelahan, pilinan itu
menjadi sangat rapat, sehingga kromatin memendek dan membesar. Pada saat itu
terlihat jelas dengan mikroskop biasa, dan disebut kromosom.
Benda-benda ini, untuk pertama kali diberi nama kromosom (Latin: krom =
warna; soma = tubuh) oleh Waldeyer (1888). Sedangkan Morgan (1933) menemukan
fungsi kromosom dalam pemindahan sifat-sifat genetik. Kemudian disusul oleh para
peneliti lain yang memberikan keterangan lebih banyak tentang kromosom.
Oleh karena jumlah kromosom yang dimiliki tiap spesies tertentu adalah tetap,
maka hal ini mempunyai arti penting dalam mengenal filogeni dan taksonomi dari suatu
spesies. Sebagai contoh, cacing Ascaris megalocephalus univalens merupakan makhluk
yang mempunyai kromosom paling sedikit, yaitu hanya dua kromosom di dalam sel
somatis (sel tubuh). Makhluk-makhluk lain mempunyai kromosom yang berbeda-beda
(Tabel 2). Jumlah kromosom pada makhluk hidup umumnya berbeda-beda untuk
masing-masing jenis. Walaupun jumlah kromosom sama untuk dua jenis organisme, hal
ini tidak menunjukkan kedekatan tingkat kekerabatan.
5

Tabel 2. Jumlah kromosom dari beberapa makhluk hidup. Banyak sedikitnya jumlah
kromosom tidak tergantung ukuran tubuh atau tingkat kekerabatan,
(Sumber: Suryo, 1989).

Jlh. Kromosom
No. Kelompok Nama Umum Nama Ilmiah
Somatis
1 Protozoa Binatang sandal Paramaecium Aurelia 30-40
2 Cnidaria Hidra Hydra vulgaris 32
3 Nematoda Cacing bulat Ascaris lumbricoides 24
4 Mollusca Bekicot Helix pomatia 54
Ulat sutera Bombyx mori 56
5 Arthropoda Lalat rumah Musca domestica 12
Lalat buah Drosophila melanogaster 8
Lebah madu Apis mellifica 32, 16
6 Pisces Ikan mas koki Carassius auratus 100
7 Amphibia Katak Rana pipiens 26
8 Aves Ayam Gallus domesticus 78
9 Mamalia Tikus Rattus rattus 42
Simpanse Pan troglodytes 48
Manusia Homo sapiens 46
10 Gymnospermae Pinus Pinus mercusii 24
11 Angiospermae Kentang Solanum tuberosum 48
Tomat Solanum lycopersicum 24
Padi Oryza sativa 24
Bawang merah Allium cepa 16
Jagung Zea mays 20

Dalam sel yang sedang membelah, kromosom biasanya dapat dilihat dengan
menggunakan mikroskop biasa, terutama organisme yang memiliki ukuran kromosom
yang cukup besar, misalnya akar bawang merah. Akan tetapi untuk mempelajari struktur
halusnya harus digunakan mikroskop elektron, karena dapat memberikan perbesaran
jauh lebih kuat (Gambar. 2). Kromosom terdiri atas dua bagian, yaitu lengan (badan
kromosom) dan sentromer (bagian yang membagi kromosom menjadi dua lengan).
Pada makhluk tingkat tinggi, sel somatis (sel tubuh) mengandung satu pasang
kromosom yang diterimanya dari kedua induk/orang tuanya. Kromosom-kromosom
yang berasal dari induk betina bentuknya serupa dengan yang berasal dari induk jantan.
Maka sepasang kromosom itu disebut kromosom homolog. Karena itu jumlah kromosom
dalam sel tubuh dinamakan diploid (2n). Sel kelamin (gamet) hanya mengandung
separuh dari jumlah kromosom yang terdapat di dalam sel somatis, karena itu jumlah
6

kromosom dalam gamet dinamakan haploid (n). Satu stel kromosom haploid dari suatu
spesies disebut genom.

Gambar 2. Mikroskop cahaya (kiri) dan mikroskop elektron (kanan). Untuk


mengamati struktur halus kromosom dibutuhkan mikroskop elektron
yang memiliki perbesaran jauh lebih kuat dari pada mikroskop cahaya.
(Sumber: http://www.phschool.com, 2007).

Kromosom dibedakan atas autosom (kromosom tubuh) dan kromosom kelamin


(kromosom seks). Kecuali beberapa hewan tertentu, maka kebanyakan makhluk
memiliki sepasang kromosom kelamin dan sisanya merupakan autosom. Sebagai contoh,
lalat buah (Drosophila melanogaster) yang sering digunakan untuk penyelidikan
genetika mempunyai delapan kromosom, terdiri atas enam autosom dan dua kromosom
kelamin. Manusia memiliki 46 kromosom, terdiri dari 44 autosom dan dua kromosom
kelamin. Kromatin atau kromosom mengandung puluhan sampai ratusan ribu gen. Gen
adalah unit bahan genetik, dan istilahnya diperkenalkan pertama kali oleh Johanssen.
Gen terdiri atas DNA.
Gen merupakan faktor penentu penurunan sifat dari satu generasi ke generasi
berikutnya. Orang tua melengkapi anaknya dengan informasi yang terkode dalam
bentuk unit-unit herediter yang berada di dalam gen. Puluhan ribu gen yang kita warisi
dari ibu bapak kita adalah penyusun genom kita. Kedekatan genetik kita dengan orang
tua kita menjelaskan kemiripan keluarga. Gen terkandung di dalam DNA dan DNA
7

merupakan penyusun utama dari kromosom (Gambar 3). Teori yang mengatakan bahwa
gen merupakan bagian dari kromosom disebut teori kromosom. Gen diwariskan dari
orang tua kepada keturunannya melalui gamet.

Gambar 3. Kromosom berisi DNA yang mengandung gen (Sumber:


http://www.marine-genomics-europe.org, 2007).

Anggota dari sepasang gen yang memiliki pengaruh berlawanan disebut alel.
Misalnya, T menentukan sifat tinggi pada batang, sedangkan t menentukan sifat batang
kerdil. Maka T dan t merupakan alel (T se-alel dengan t), yaitu T disebut alel dominan
sedangkan t disebut alel resesif. Tetapi andaikan R adalah gen yang menentukan warna
merah pada bunga, maka T dan R bukan alel (T tidak se-alel dengan R).
Pada tahun 1903, Boveri mempublikasikan kertas kerja yang membahas
implikasi hasil pengamatannya. Pada saat yang sama, seorang ahli genetika, Sutton juga
menghasilkan kesimpulan-kesimpulan yang serupa. Intinya bahwa Boveri dan Sutton
berpendapat bahwa basis fisik dari Hukum-hukum Mendel adalah perpindahan
kromosom pada waktu pematangan sel-sel benih. Konsep yang penting ini menghasilkan
apa yang disebut Hipotesis Sutton. Pokok-pokok utama dari hipotesis ini adalah:
1. Gen-gen dibawa oleh kromosom. Kromosom menentukan sifat-sifat yang
sama. Ini menyebabkan mengapa alel berjumlah sepasang.
2. Anggota sepasang kromosom berasal dari sumber induk (maternal) dan
bapak (paternal) serta dipindahkan secara terpisah kepada generasi
keturunan berikutnya. Ini menyebabkan mengapa alel berpisah.
3. Pemindahan satu anggota dari tiap pasang kromosom kepada masing-
masing sel benih disebabkan oleh suatu tipe pembelahan sel khusus yang
8

disebut meiosis, yang membagi dua secara tepat dari isi kromosom sel-
sel benih. Pembelahan meiosis akan dibahas pada sub bab berikutnya.
4. Suatu sel benih memuat setiap kombinasi gen-gen maternal dan paternal
di dalam kromosomnya, mengingat bahwa pemindahan setiap pasang
kromosom tertentu tidak bergantung pada pemindahan pasang
kromosom lainnya. Ini adalah basis bagi Hukum Pilihan Bebas.
5. Karena kromosom-kromosom homolog secara genetik berbeda, yaitu
membawa alel-alel yang berbeda, maka sel-sel benih secara genetik
berbeda satu dengan yang lain. Ini merupakan hasil pilihan bebas.
6. Setiap kromosom harus mengandung lebih dari satu gen, dan gen-gen
pada satu kromosom harus dipindahkan bersama-sama. Ini adalah dasar
dari konsep pautan (linkage).

Faktor penyebab variasi individu

Variasi yang terdapat pada suatu individu dalam populasi sesungguhnya


disebabkan oleh dua hal, yaitu: variasi genetis dan variasi lingkungan (fenokopi). Variasi
genetis ialah variasi yang disebabkan karena perubahan pada bahan genetis (terutama
akibat mutasi). Variasi lingkungan ialah variasi yang disebabkan hanya oleh perubahan
lingkungan, sedangkan bahan genetis tetap. Pengaruh lingkungan dapat berupa
intensitas cahaya matahari, suhu, kandungan garam tanah, suasana kehidupan rumah
tangga, masyarakat atau kehidupan sehari-hari.
Variasi genetis diwariskan kepada keturunan lewat materi inti sel di dalam
gamet, sedangkan variasi lingkungan tidak diwariskan. Kadang-kadang sulit
membedakan apakah suatu variasi karakter disebabkan variasi genetis atau variasi
lingkungan. Lagi pula faktor genetis dan faktor lingkungan bekerja sama membina suatu
karakter. Adakalanya satu di antaranya dominan terhadap yang lain, namun kadang-
kadang keduanya sama-sama dominan.
Kesulitan dalam membedakan penyebab suatu karakter, apakah akibat variasi
genetis atau lingkungan, seringkali ditemukan dalam dunia kesehatan. Sebagai contoh,
penyakit ayan (epilepsi) dapat mempunyai latar belakang genetis, tetapi dapat pula
timbul karena pengaruh lingkungan. Berhubung dengan itu untuk memberikan
diagnosis yang tepat, harus diteliti silsilah keluarganya, atau mencari keterangan yang
dapat memberikan petunjuk penyebab penyakit tersebut.
9

Mekanisme terjadinya variasi individu


Pada spesies yang bereproduksi secara seksual, perilaku kromosom selama
meiosis dan fertilisasi bertanggung jawab atas sebagian besar variasi tiap generasi. Ada
tiga mekanisme yang memberi kontribusi pada variasi genetis yang timbul akibat
reproduksi seksual, yaitu:
1) Pemilahan kromosom secara bebas/independent assortment (Gambar 4);
Pembelahan sel secara meiosis akan menghasilkan sel gamet (jantan dan
betina) yang memiliki kromosom haploid (n). Pada metafase I, pasangan
homolog kromosom, masing-masing terdiri atas satu kromosom maternal dan
satu kromosom paternal, diletakkan pada plat metafase. Karena masing-
masing pasangan kromosom homolog ditempatkan secara independen
terhadap pasangan lainnya dalam metafase I, orientasi ini sama randomnya
dengan pelemparan koin, maka pembelahan meiosis menghasilkan
pemilahan kromosom maternal dan paternal secara independen ke dalam sel
anak.
2) Pindah silang/crossing over (Gambar 4); Suatu proses yang dinamakan pindah
silang menghasilkan kromosom individual yang menggabungkan gen-gen
yang diwarisi dari kedua orangtua kita. Bagian ini akan dibahas lebih lanjut
pada sub bab berikutnya.
3) Fertilisasi random; Sifat random fertilisasi menambah variasi genetis yang
ditimbulkan dari meiosis. Bayangkan sebuah zigot yang dihasilkan dari
sebuah perkawinan antara wanita dan pria. Sel telur manusia, yang mewakili
satu dari hampir 8 juta kemungkinan kombinasi kromosom, dibuahi oleh
sebuah sel sperma tunggal yang mewakili satu dari 8 juta kemungkinan yang
berbeda. Jadi tanpa mempertimbangkan pindah silang sekalipun, pasangan
orangtua manapun akan menghasilkan sebuah zigot dengan salah satu dari
sekitar 64 triliun (8 juta x 8 juta) kombinasi diploid.
10

Gambar 4. Pindah silang dan pemilahan kromosom secara bebas


(Sumber: http://www.phschool.com, 2007).

Gen-gen yang terangkai pada satu kromosom biasanya letaknya tidak berdekatan
satu dengan lainnya, sehingga gen-gen itu dapat mengalami perubahan letak yang
disebabkan karena adanya penukaran segmen dari kromatid-kromatid pada sepasang
kromosom homolog. Peristiwa ini sering disebut dengan pindah silang (crossing over).
Yang dimaksud dengan pindah silang adalah proses penukaran segmen dari kromatid-
kromatid bukan saudara (nonsister chromatids) dari sepasang kromosom homolog.
Peristiwa pindah silang umum terjadi pada setiap gametogenesis (peristiwa
pembentukan gamet) pada kebanyakan makhluk hidup, seperti tumbuhan, hewan dan
manusia. Pindah silang terjadi ketika meiosis I (akhir profase I atau permulaan metafase
I), yaitu ketika kromosom telah mengganda menjadi dua kromatid (Gambar 5).
11

Gambar 5. Pindah silang (crossing over) pada kromosom yang terjadi pada
meiosis I (Sumber: http://www.phschool.com, 2007).

Pada waktu kromosom-kromosom hendak memisah (yaitu pada anafase I),


kromatid-kromatid yang bersilang itu melekat dan putus di bagian kiasma, kemudian
tiap potongan itu melekat pada kromatid sebelahnya secara timbal nalik. Berhubung
dengan itu gen-gen yang terletak pada bagian yang pindah itu akan berpindah pula
tempatnya ke kromatid sebelahnya (homolognya).
Pindah silang dibedakan atas dua macam (Gambar 6), yaitu:
1. Pindah silang tunggal, ialah pindah silang yang terjadi pada satu tempat.
Dengan terjadinya pindah silang itu akan terbentuk empat macam gamet.
Dua macam gamet memiliki gen-gen yang sama dengan gen-gen yang
dimiliki induk (parental), maka dikatakan gamet-gamet tipe parental. Dua
gamet lainnya merupakan gamet-gemet baru, yang terjadi sebagai akibat
adanya pindah silang. Gamet-gamet ini dinamakan gamet-gamet tipe
12

rekombinasi. Gamet-gamet tipe parental dibentuk jauh lebih banyak


dibandingkan dengan gamet-gamet tipe rekombinasi.
2. Pindah silang ganda, ialah pindah silang yang terjadi pada dua tempat. Jika
pindah silang ganda (double crossing over) berlangsung di antara dua buah
gen yang terangkai (misalnya gen A dan B), maka terjadinya pindah silang
ganda itu tidak akan tampak dalam fenotip, sebab gamet-gamet yang
dibentuk hanya dari tipe parental saja, atau dari tipe rekombinasi saja, atau
dari tipe parental dan tipe rekombinasi akibat pindah silang tunggal. Akan
tetapi jika diantara gen A dan B masih ada gen ketiga, misalnya gen C, maka
terjadinya pindah silang ganda antara gen A dan B akan tampak.

Gambar 6. Pindah silang tunggal (A) dan pindah silang ganda (B)
(Sumber:http://www.marine-genomics-europe.org, 2007).

Kemungkinan terjadinya pindah silang ternyata dipengaruhi oleh beberapa


faktor, antara lain seperti:
1. Temperatur yang melebihi atau kurang dari temperatur biasa dapat
memperbesar kemungkinan terjadinya pindah silang.
2. Makin tua suatu individu, makin kurang kemungkinan untuk mengalami
pindah silang.
3. Zat kimia tertentu dapat memperbesar kemungkinan pindah silang.
13

4. Penyinaran dengan sinar X dapat memperbesar kemungkinan pindah


silang.
5. Makin jauh jarak antara gen-gen yang terangkai, makin besar kemungkinan
terjadinya pindah silang.
6. Pada umumnya pindah silang terjadi pada makhluk betina maupun jantan.
Tapi ada pengecualian, yaitu pada ulat sutera (Bombix mori) yang betina
tidak pernah terjadi pindah silang, demikian pula pada lalat Drosophila
melanogaster jantan.

Proses terjadinya variasi individu

Mitosis hanya merupakan satu bagian dari siklus sel. Sebenarnya, fase mitotik (M)
yang mencakup mitosis dan sitokinesis biasanya merupakan bagian tersingkat dari
siklus sel tersebut. Pembelahan sel mitosis disusun oleh interfase yang jauh lebih lama
yang sering kali meliputi 90% dari siklus ini. Selama interfase ini sel tumbuh dan
menyalin kromosom dalam persiapan untuk pembelahan sel.
Interfase dapat dibagi menjadi sub fase: fase G1 (Gap pertama), fase S (sintesis
DNA) dan fase G2 (Gap kedua). Selama ketiga sub fase ini sel tumbuh dengan
menghasilkan protein dan organel dalam sitoplasma. Kromosom diduplikasi hanya pada
fase S. Dengan demikian suatu sel tumbuh (G1) dan tumbuh lagi sampai sel tersebut
menyelesaikan persiapannya untuk pembelahan sel (G2) dan membelah (M = mitosis).
Sel anak kemudian dapat mengulangi siklus ini (Gambar 7).
Gamet betina setelah dibuahi oleh gamet jantan akan bersifat diploid (2n) dan
dinamakan zigot. Dalam perkembangannya, zigot ini akan membelah berkali-kali dan
proses pembelahan sel ini yang dinamakan mitosis.

Gambar 7. Siklus sel pada eukariotik. (Sumber: Campbel, N.A., dkk. 2002).
14

Mitosis berlangsung dalam beberapa fase, yaitu interfase, profase, metaphase,


anaphase dan telofase (Gambar 8 dan 9).
1. Interfase; Sel siap untuk mulai membelah, tetapi belum memperlihatkan kegiatan
membelah. Inti sel tampak keruh, lambat laun tampak benang-benang kromatin
yang halus.
2. Profase; Benang-benang kromatin makin menjadi pendek, sehingga menjadi tebal,
sehingga kromosom terbentuk. Tiap kromosom lalu membelah memanjang dan
anakan kromosom ini dinamakan kromatid. Dinding nukleus mulai menghilang.
Sentriol (bentuk seperti bintang dalam sitoplasma) juga membelah.
3. Metafase; Kromosom-kromosom menempatkan diri di bidang tengah (ekuator) dari
sel.
4. Anafase; Sentromer membelah dan kedua buah kromatid memisahkan diri dan
bergerak menuju ke kutub sel yang berlawanan. Pembelahan itu memiliki sifat
keturunan yang sama.
5. Telofase; Di tiap kutub sel terbentuk pasangan kromosom yang identik. Serabut
gelendong inti lenyap dan dinding nukleus terbentuk lagi. Kemudian plasma sel
terbagi menjadi dua bagian yang prosesnya disebut sitokinesis. Pada sel hewan
sitokinesis ditandai dengan melekuknya sel ke dalam, sedang pada tumbuh-
tumbuhan karena selnya berdinding, sitokinesis ditandai dengan terbentuknya
dinding pemisah di tengah-tengah sel.

Gambar 8. Bagan umum pembelahan sel secara mitosis


(Sumber: http://www.phschool.com, 2007).
15

Gambar 9. Tahap-tahap pembelahan sel secara mitosis


(Sumber: http://www.phschool.com, 2007).

Reproduksi seksual mencakup pembentukan gamet-gamet (gametogenesis) dan


pembuahan (fertilisasi). Gametogenesis berlangsung di dalam alat reproduksi
(gametongium). Gamet bersifat haploid (n) dan berasal dari sel induk diploid (2n).
Berhubung dengan itu pembentukan gamet harus didahului dengan pembelahan reduksi
dari jumlah kromosom dan pembelahan ini lazim disebut meiosis.
Beberapa dari tahap-tahap meiosis sangat menyerupai tahap-tahap yang terdapat
pada mitosis. Meiosis, seperti halnya mitosis, didahului oleh replikasi kromosom. Namun
replikasi tunggal ini diikuti oleh dua pembelahan sel yang berurutan yang disebut
meiosis I dan meiosis II. Pembelahan ini menghasilkan empat sel anak dan masing-
masing hanya memiliki setengah dari kromosom sel induk.
Pada pembelahan sel secara meiosis, setelah kromosom mereplikasi satu kali, sel
diploidnya akan membelah diri dua kali, menghasilkan empat sel anakan yang haploid.
Diagram pada Gambar 10 hanya menampilkan satu pasang kromosom homolog.
Pertama, masing-masing dari kromosom tersebut bereplikasi dan terjadi pindah silang
(crossing over). Kemudian hasil pembelahan pertama (meiosis I) akan memisahkan
kedua kromosom dari pasangan homolog, mengemasnya di dalam sel-sel anak yang
terpisah (haploid). Pembelahan kedua (meiosis II) memisahkan kromatid-kromatid
16

bersaudara. Setiap sel anak yang dihasilkan dari meiosis II adalah sel haploid,
mengandung satu kromosom tunggal dari pasangan homolog.
Pembelahan sel secara meiosis berlangsung dalam dua tingkat yang dibedakan
atas dua fase, yaitu:
a. Meiosis I, dibedakan atas beberapa fase:
a) Profase I; Berbeda dari profase pada mitosis, yaitu bahwa kromosom-kromosom
homolog membentuk pasangan yang dinamakan bivalen. Proses berpasangannya
kromosom homolog dinamakan sinapsis. Kemudian setiap anggota bivalen
membelah memanjang, sehingga terbentuklah empat kromatid. Keempat
kromatid pada satu bivalen dinamakan tetrad. Selama sinapsis dapat terjadi
pindah silang (pertukaran segmen dari kromatid-kromatid dalam sebuah tetrad).
b) Metafase I; Bivalen-bivalen menempatkan diri di bidang tengah dari sel secara
acak (random).
c) Anafase I; Sentromer belum membelah. Kini kromosom-kromosom homolog
(masing-masing terdiri atas dua kromatid) saling memisahkan diri dan bergerak
menuju ke kutub sel yang berlawanan. Berarti jumlah kromosom telah diparoh,
dari keadaan diploid (2n) menjadi haploid (n). Kini berlangsung sitokinesis,
sehingga sel induk yang mula-mula diploid itu telah menjadi dua sel anakan
masing-masing haploid. Meiosis I berakhir. Waktu yang pendek antara meiosis I
dan meiosis II dinamakan interkinase.
b. Meiosis II, dibedakan atas beberapa fase:
a) Profase II; Serabut-serabut gelendong terbentuk lagi.
b) Metafase II; Sentromer-sentromer menempatkan diri di tengah sel.
c) Anafase II; Sentromer dari tiap kromosom membelah, kromatid-kromatid
memisahkan diri dan bergerak ke kutub yang berlawanan. Pada saat ini kromatid
telah berubah menjadi kromosom.
d) Telofase II; Berlangsungnya sitokinesis kedua, diikuti dengan terbentuknya
dinding inti.
17

Gambar 10. Bagan umum pembelahan sel secara meiosis (Sumber:


http://www.phschool.com, 2007).

Jadi pada meiosis (Gambar 11), sebuah sel induk diploid akhirnya menghasilkan
empat sel anakan yang masing-masing adalah haploid.
Hasil akhir dari meiosis biasanya tidak langsung berupa gamet, melainkan
memerlukan sedikit waktu untuk berkembang menjadi gamet. Proses ini disebut
maturasi. Gametogenesis pada hewan tingkat tinggi terbagi atas dua macam, yaitu
spermatogenesis dan oogenesis (Gambar 12). Lebih jelas akan diuraikan sebagai berikut:
1. Spermatogenesis ialah gametogenesis pada hewan jantan. Sel-sel
primordial diploid di dalam testis membelah secara mitosis berkali-kali
dan membentuk spermatogonium. Selama pertumbuhannya sel ini
membentuk sel spermatosit primer (diploid) yang kemudian membelah
secara meiosis. Hasilnya berupa dua buah sel spermatosit sekunder yang
18

masing-masing haploid. Selanjutnya sel-sel ini mengalami meiosis II dan


menghasilkan empat spermatid haploid (Gambar 12.A). Selama proses
maturasi terbentuklah bagian seperti ekor dan tiap spermatid menjadi
gamet jantan yang dinamakan spermatozoa.

Gambar 11. Tahap-tahap pembelahan sel secara meiosis


(Sumber: http://www.phschool.com, 2007).

2. Oogenesis ialah gametogenesis pada hewan betina. Sel primordial


diploid dalam ovarium (disebut oogonium) mengalami pertumbuhan
menjadi oosit primer (diploid). Pada meiosis I jumlah kromosom
diparoh, kemudian sel membelah menjadi sebuah sel besar (oosit
sekunder) dan sebuah sel kecil (badan kutub primer). Badan kutub
mengalami degradasi dan tidak ikut dalam mengambil bagian fertilisasi.
19

Pada meiosis II, dari oosit dihasilkan dua buah sel tak sama besar, yang
besar disebut ootid sedangkan yang kecil disebut badan kutub skunder.
Setelah mengalami pertumbuhan, ootid menjadi gamet betina yang
dinamakan sel telur atau ovum (Gambar 12.B).

Gambar 12. Spermatogenesis (A) dan oogenesis (B). Sumber:


http://www.marine-genomics-europe.org, 2007).

Persatuan gamet jantan dan betina dinamakan fertilisasi. Sel telur yang dibuahi
menjadi zigot (diploid) yang kemudian berkembang menjadi janin (embrio) melalui
mitosis berkali-kali.

Penutup
Pemahaman konsep-konsep sifat dasar fisik hereditas dan peranannya sangat
mendasar dalam memahami pola-pola pewarisan karakter serta proses terjadi variasi
individu dalam populasinya. Dengan pemahaman yang jelas dan terstruktur, maka
pengelolaan sumberdaya hayati dapat dilakukan secara lestari dan bermanfaat.
20

DAFTAR RUJUKAN

Ayala, F. and J.A. Kiger. 1984. Modern Genetics. The Benjamin Cummings, Menlo Park.

Campbell, N.A., dkk. 2002. Biologi. Erlangga, Jakarta.

Falconer, D.S. 1981. Introduction to quantitative genetics. John Wiley and Sons.

Genomics. 2007. http://www.marine-genomics-europe.org.

King, R.C. and W.D. Stansfield. 1985. A dictionary of genetics. 3rd Ed.. Oxford University
Press Inc., New York.

Pai, A.C. 1985. Dasar-dasar Genetika. Erlangga, Jakarta.

Ryman, N. and F. Utter (Eds.). 1987. Population genetics anf fishery management.
University of Washington Press, Seatlle. 420 p.

Science. 2010. http://www.phschool.com.

Stansfield, W.D. 1989. Schum’s outline of genetics. McGraw-Hill, New York.

Strickberger, M.W. 1985. Genetics. Macmillan Publisher Co. Inc, New York.

Suryo. 1989. Genetika Manusia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

-------. 2004. Genetika. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Tave, D. 1993. Genetics for fish hatchery managers. Van Nostrand Reinhold, New York.

Yatim, W. 1991. Genetika. Tarsito, Bandung.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai