Tugas Makalah Sistem Pencernaan I Ganggu
Tugas Makalah Sistem Pencernaan I Ganggu
Kelompok VI
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Epidemiologi............................................................................................. 1
B. Anatomi dan fisiologi gaster..................................................................... 2
BAB II ISI
A. Defenisi................................................................................................... 6
B. Etiologi.................................................................................................... 6
C. Manifestasi Klinis.................................................................................... 6
D. Patofisiologi............................................................................................ 7
E. Penatalaksanaan ..................................................................................... 11
1. Farmakologi........................................................................................ 11
2. Medis.................................................................................................. 12
F. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang........................................................ 13
G. Pertimbangan Pembedahan..................................................................... 14
H. Pertimbangan Pemulangan...................................................................... 14
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
I. Pengkajian............................................................................................... 15
II. Diagnosa Keperawatan........................................................................... 19
III. Tujuan...................................................................................................... 21
IV. Intervensi Keperawatan.......................................................................... 22
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................. 25
B. Saran........................................................................................................ 25
BAB I
PENDAHULUAN
B. Etiologi
1. Meningkatnya produksi asam lambung.
2. Stres.
3. Golongan darah.
4. Asap rokok.
5. Daya tahan lambung yang rendah.
D. Patofisiologi
Ulkus peptikum terjadi pada mukosa gastroduodenal karena jaringan ini tidak dapat
menahan kerja asam lambung pencernaan(asam hidrochlorida dan pepsin). Erosi yang terjadi
berkaitan dengan peningkatan konsentrasi dan kerja asam peptin, atau berkenaan dengan
penurunan pertahanan normal dari mukosa. Mukosa yang rusak tidak dapat mensekresi mukus
yang cukup bertindak sebagai barier terhadap asam klorida.
Sekresi lambung terjadi pada 3 fase yang serupa :
1. Sefalik
Fase pertama ini dimulai dengan rangsangan seperti pandangan, bau atau rasa makanan
yang bekerja pada reseptor kortikal serebral yang pada gilirannya merangsang saraf vagal.
Intinya, makanan yang tidak menimbulkan nafsu makan menimbulkan sedikit efek pada sekresi
lambung. Inilah yang menyebabkan makanan sering secara konvensional diberikan pada pasien
dengan ulkus peptikum. Saat ini banyak ahli gastroenterology menyetujui bahwa diet saring
mempunyai efek signifikan pada keasaman lambung atau penyembuhan ulkus. Namun, aktivitas
vagal berlebihan selama malam hari saat lambung kosong adalah iritan yang signifikan.
2. Fase lambung
Pada fase ini asam lambung dilepaskan sebagai akibat dari rangsangan kimiawi dan
mekanis terhadap reseptor dibanding lambung. Refleks vagal menyebabkan sekresi asam sebagai
respon terhadap distensi lambung oleh makanan.
3. Fase usus
Makanan dalam usus halus menyebabkan pelepasan hormon (dianggap menjadi gastrin)
yang pada waktunya akan merangsang sekresi asam lambung.
Pada manusia, sekresi lambung adalah campuran mukokolisakarida dan mukoprotein
yang disekresikan secara kontinyu melalui kelenjar mukosa. Mucus ini mengabsorpsi pepsin dan
melindungi mukosa terhadap asam. Asam hidroklorida disekresikan secara kontinyu, tetapi
sekresi meningkat karena mekanisme neurogenik dan hormonal yang dimulai dari rangsangan
lambung dan usus. Bila asam hidroklorida tidak dibuffer dan tidak dinetralisasi dan bila lapisan
luar mukosa tidak memberikan perlindungan asam hidroklorida bersama dengan pepsin akan
merusak lambung. Asam hidroklorida kontak hanya dengan sebagian kecil permukaan lambung.
Kemudian menyebar ke dalamnya dengan lambat. Mukosa yang tidak dapat dimasuki disebut
barier mukosa lambung. Barier ini adalah pertahanan untama lambung terhadap pencernaan yang
dilakukan oleh sekresi lambung itu sendiri. Factor lain yang mempengaruhi pertahanan adalah
suplai darah, keseimbangan asam basa, integritas sel mukosa, dan regenerasi epitel. Oleh karena
itu, seseorang mungkin mengalami ulkus peptikum karena satu dari dua factor ini :
1) Hipersekresi asam pepsin
2) Kelemahan barier mukosa lambung
Apapun yang menurunkan yang mukosa lambung atau yang merusak mukosa lambung
adalah ulserogenik, salisilat dan obat antiinflamasi non steroid lain, alcohol, dan obat
antiinflamasi masuk dalam kategori ini.
Sindrom Zollinger-Ellison (gastrinoma) dicurigai bila pasien datang dengan ulkus
peptikum berat atau ulkus yang tidak sembuh dengan terapi medis standar. Sindrom ini
diidentifikasi melalui temuan berikut : hipersekresi getah lambung, ulkus duodenal, dan
gastrinoma(tumor sel istel) dalam pancreas. 90% tumor ditemukan dalam gastric triangle yang
mengenai kista dan duktus koledokus, bagian kedua dan tiga dari duodenum, dan leher korpus
pancreas. Kira-kira ⅓ dari gastrinoma adalah ganas(maligna).
Diare dan stiatore(lemak yang tidak diserap dalam feces)dapat ditemui. Pasien ini dapat
mengalami adenoma paratiroid koeksisten atau hyperplasia, dan karenanya dapat menunjukkan
tanda hiperkalsemia. Keluhan pasien paling utama adalah nyeri epigastrik. Ulkus stress adalah
istilah yang diberikan pada ulserasi mukosa akut dari duodenal atau area lambung yang terjadi
setelah kejadian penuh stress secara fisiologis. Kondisi stress seperti luka bakar, syok, sepsis
berat, dan trauma dengan organ multiple dapat menimbulkan ulkus stress. Endoskopi fiberoptik
dalam 24 jam setelah cedera menunjukkan erosi dangkal pada lambung, setelah 72 jam, erosi
lambung multiple terlihat. Bila kondisi stress berlanjut ulkus meluas. Bila pasien sembuh, lesi
sebaliknya. Pola ini khas pada ulserasi stress.
Pendapat lain yang berbeda adalah penyebab lain dari ulserasi mukosa. Biasanya ulserasi
mukosa dengan syok ini menimbulkan penurunan aliran darah mukosa lambung. Selain itu
jumlah besar pepsin dilepaskan. Kombinasi iskemia, asam dan pepsin menciptakan suasana ideal
untuk menghasilkan ulserasi. Ulkus stress harus dibedakan dari ulkus cushing dan ulkus curling,
yaitu dua tipe lain dari ulkus lambung. Ulkus cushing umum terjadi pada pasien dengan trauma
otak. Ulkus ini dapat terjadi pada esophagus, lambung, atau duodenum, dan biasanya lebih dalam
dan lebih penetrasi daripada ulkus stress. Ulkus curling sering terlihat kira-kira 72 jam setelah
luka bakar luas.
Klasifikasi
Klasifikasi ulkus berdasarkan lokasi:
Ulkus duodenal Ulkus Lambung
Insiden Insiden
Usia 30-60 tahun Biasanya 50 tahun lebih
Pria: wanita3:1 Pria:wanita 2:1
Terjadi lebih sering daripada ulkus
lambung
Tanda dan gejala Tanda dan gejala
Hipersekresi asam lambung Normal sampai hiposekresi asam lambung
Penurunan berat badan dapat terjadi
Dapat mengalami penambahan berat
badan Nyeri terjadi ½ sampai 1 jam setelah
Nyeri terjadi 2-3 jam setelah makan; makan; jarang terbangun pada malam
sering terbangun dari tidur antara jam 1 hari; dapat hilang dengan muntah.
dan 2 pagi. Makan makanan tidak membantu dan
Makan makanan menghilangkan nyeri kadang meningkatkan nyeri.
Muntah umum terjadi
Muntah tidak umum Hemoragi lebih umum terjadi daripada
Hemoragi jarang terjadi dibandingkan ulkus duodenal, hematemesis lebih umum
ulkus lambung tetapi bila ada milena terjadi daripada melena.
lebih umum daripada hematemesis.
Lebih mungkin terjadi perforasi daripada
ulkus lambung.
Kemungkinan Malignansi Kemungkinan malignansi
Jarang Kadang-kadang
Faktor Risiko Faktor Risiko
Golongan darah O, PPOM, gagal ginjal Gastritis, alkohol, merokok, NSAID, stres
kronis, alkohol, merokok, sirosis, stress.
E. Penatalaksanaan
- Farmakoterapi:
Antagonis reseptor histamin seperti simetidin (Tagamet), ranitidin (Zantac), famotidin (Pepcid),
Nizatidin (Axid).
Antasida seperti antasida magnesium hidroksida (Maalox atau Mylanta), atau antasida aluminium
hidroksida (Amphojel atau Alternangel).
Sukralfat (Carafate).
Antikolinergik seperti propantelin bromida (Pro-Banthinne).
- Penurunan atau penghilangan faktor ulserogenik, seperti merokok penghentian obat ulserogenik
sementara ulkus masih aktif.
- Modifikasi diet.
- Penatalaksanaan stres.
- Pembedahan bila komplikasi terjadi:
Gastrektomi subtotal (pengangkatan bagian lambung).
Vagotomi (memotong saraf vagus untuk mengurangi sekresi asamhidroklorik) dengan piroloplasti
(pembesaran bedah terhadap sphincter pilorik untuk memungkinkan peningkatan pengosongan
lambung pada adanya penurunan motilitas gastrik, yang terjadi setelah vagotomi).
*MEDIS
a. Pemberian cairan.
b. Diatetik : pemberian makanan dan minuman khusus pada penderita dengan tujuan penyembuhan
dan menjaga kesehatan adapun hal yang perlu diperhatikan :
1. Memberikan asi.
2. Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein, vitamin, mineral dan makanan
yang bersih.
c. Obat-obatan.
Keterangan :
a. Pemberian cairan,pada klien Diare dengasn memperhatikan derajat dehidrasinya dan keadaan
umum.
1. cairan per oral.
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang,cairan diberikan peroral berupa cairan yang
berisikan NaCl dan Na,Hco,Kal dan Glukosa,untuk Diare akut diatas umur 6 bulan dengan
dehidrasi ringan,atau sedang kadar natrium 50-60 Meq/I dapat dibuat sendiri (mengandung
larutan garam dan gula ) atau air tajin yang diberi gula dengan garam. Hal tersebut diatas adalah
untuk pengobatan dirumah sebelum dibawa kerumah sakit untuk mencegah dehidrasi lebih
lanjut.
2. Cairan parenteral.
Mengenai seberapa banyak cairan yang harus diberikan tergantung dari berat badan atau
ringannya dehidrasi,yang diperhitungkan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat
badannya.
2.1.Dehidrasi ringan.
2.1.1. 1 jam pertama 25 – 50 ml / Kg BB / hari
2.1.2. Kemudian 125 ml / Kg BB / oral
2.2. Dehidrasi sedang.
2.2.1. 1 jam pertama 50 – 100 ml / Kg BB / oral
2.2.2. kemudian 125 ml / kg BB / hari.
2.3. Dehidrasi berat.
2.3.1. Untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun dengan berat badan 3 – 10 kg
• 1 jam pertama : 40 ml / kg BB / jam = 10 tetes / kg BB / menit (infus set 1 ml = 15 tetes atau 13
tetes / kg BB / menit.
• 7 jam berikutnya 12 ml / kg BB / jam = 3 tetes / kg BB / menit ( infus set 1 ml = 20 tetes ).
• 16 jam berikutnya 125 ml / kg BB oralit per oral bila anak mau minum,teruskan dengan 2A intra
vena 2 tetes / kg BB / menit atau 3 tetes / kg BB / menit.
2.3.2. Untuk anak lebih dari 2 – 5 tahun dengan berat badan 10 – 15 kg.
1 jam pertama 30 ml / kg BB / jam atau 8 tetes / kg BB / menit ( infus set 1 ml = 15 tetes ) atau
10 tetes / kg BB / menit ( 1 ml = 20 tetes ).
7 jam kemudian 127 ml / kg BB oralit per oral,bila anak tidak mau minum dapat diteruskan
dengan 2A intra vena 2 tetes / kg BB / menit atau 3 tetes / kg BB / menit.
2.3.3. Untuk anak lebih dari 5 – 10 tahun dengan berat badan 15 – 25 kg.
1 jam pertama 20 ml / kg BB / jam atau 5 tetes / kg BB / menit ( infus set 1 ml = 20 tetes ).
16 jam berikutnya 105 ml / kg BB oralit per oral.
2.4. Diatetik ( pemberian makanan ).
Terafi diatetik adalah pemberian makan dan minum khusus kepada penderita dengan tujuan
meringankan,menyembuhkan serta menjaga kesehatan penderita.
Hal – hal yang perlu diperhatikan :
2.4.1. Memberikan Asi.
2.4.2. Memberikan bahan makanan yang mengandung cukup kalori,protein,mineral dan
vitamin,makanan harus bersih.
2.5. Obat-obatan.
2.5.1. Obat anti sekresi.
2.5.2. Obat anti spasmolitik.
2.5.3. Obat antibiotik.
I. PENGKAJIAN
1. Wawancara
a. Identitas Klien
Nama : Tn. A
Umur : 65 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku : Bugis
Status perkawinan : Kawin
Pendidikan Terakhir : SMU
Pekerjaan : Purnawirawan ABRI
Alamat : Jl. Bunaken No. 40 A Makassar
Tanggal masuk RS : 12 Maret 2004
Golongan darah : O
Ruangan : Mawar IA
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn .S
Umur : 30 tahun
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Pendidikan Terakhir : S1 (Ekomomi)
Hubungan dengan klien: anak kandung
Alamat : Jl. Bunaken No. 40 A Makassar
2. Riwayat Kesehatan Saat Ini
a. Keluhan utama
Pasien merasa sakit/nyeri pada ulu hati, merasa tidak enak dan kurang berselera terhadap
makanan, perasaan selalu kenyang dan kadang disertai dengan muntah.
b. Alasan masuk rumah sakit
Sejak tadi sore pasien merasa tidak enak, merasa mual dan nyeri yang dirasakan semakin lama
semakin tidak dapat ditahan dan semakin sering timbul sehingga pasien dan keluarganya
memutuskan untuk masuk rumah sakit.
c. Riwayat penyakit
Pasien sudah mengalami nyeri pada ulu hati sejak 2 tahun yang lalu dan pernah dirawat di rumah
sakit Labuang Baji pada tahun 2003.Keluhan yang paling sering dirasakan oleh pasien adalah
nyeri pada ulu hati. Hal ini dapat timbul secara terputus-putus, biasanya 2 sampai dengan 3 jam
setelah makan atau pada waktu lambung kosong dan meredah setelah menelan obat atau
makanan. Pasien juga mengatakan bahwa nyeri dapat berkurang pada saat pasien beristirahat
yang cukup atau rileks dan kontrol ke rumah sakit kira-kira satu bulan terakhir pasien tidak lagi
kontrol ke rumah sakit sebab tidak ada lagi gejala yang timbul.Biasanya obat yang dikonsumsi
adalah antasida dan beberapa obat lainnya.
3. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Sejak kecil klien tidak pernah mengalami penyakit akut maupun kronis, namun kadang-kadang
pasien tersebut kadang-kadang flu, demam dan batuk-batuk ringan.Klien tersebut pernah dirawat
dengan penyakit gastritis sebanyak 1 kali dan pernah juga dirawat dengan Ulkus peptikum
sebanyak dua kali di rumah sakit Labuang Baji.Selama menderita penyakit tersebut, Tn.A rajin
kontrol setiap bulannya ke rumah sakit.Riwayat penyakit gastritis sudah dialami sejak berumur
45 tahun, namun masih dapat ditahan sampai umur 50 tahun.Dan pada akhirnya klien tersebut
mengalami Ulkus peptikum.Klien tidak pernah dioperasi dan tidak mengalami alergi terhadap
makanan atau obat tertentu.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan bahwa di dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit tersebut
(Ulkus peptikum).
5. Riwayat Psikososial Keluarga
Pola koping
Klien dapat menerima keadaan penyakitnya sebagai suatu yang wajar terjadi di usia tua.
Harapan klien tentang penyakitnya:
Klien berharap penyakitnya sembuh dan tidak dapat kambuh lagi dan jangan sampai dirawat lagi
di rumah sakit.
Faktor stressor
Merasa bosan dan diam terus di rumah
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Klasifikasi Data
Data Subjektif:
- Nyeri pada ulu hati
- Lemah
- Selera makan menurun
Data Objektif:
- Gelisah
- Meringis
- Nadi 100 x/menit
- RR 24 x/menit
- BB menurun 2 kg dari 56 kg menjadi 54 kg
- Mual/muntah
- Porsi makanan tidak dihabiskan
- Penonjolan pada kurvatura minor
- Turgor kulit buruk
- Skala nyeri 7 – 10 (berat)
- TD 120/90 mmHg
2. Analisa Data
Data Penyebab/Etiologi Masalah
DS: Ulkus peptikum Gangguan
- Lemah Kerusakan sekat rasa nyaman,
- Nyeri ulu hati penghalang/sawar mukosa nyeri
DO: Kontinuitas mukosa lambung
- Gelisah terputus dan meluas sampai
- Meringis di epitel
- Nadi 100 x/menit erosi
- RR 24 x/menit Stimulus zat-zat perangsang
- Skala nyeri 7 (alkohol, kafein, aspirin, dsb)
Merangsang ujung saraf nyeri
DS: Ulkus peptikum Nutrisi
- Nafsu makan menurun Peningkatan sekresi lambung kurang dari
DO: Mempengaruhi kerja N. kebutuhan
- BB menurun 2 kg dari 56 vagus tubuh
kg menjadi 54 kg Terjadi peningkatan HCl
- Mual/muntah (asam lambung)
- Turgor kulit buruk Mual/muntah
- Porsi makanan tidak Penurunan nafsu makan
dihabiskan
DS: Zat perangsang (alkohol, Potensial
- Nyeri ulu hati kafein, aspirin, dsb) perdarahan
- Lemah Restriksi mukosa lambung
DO: Ulkus peptikum
- Penonjolan pada kurvatura Kerusakan jaringan
minor Mukosa kapiler rusak
- Skala nyeri 9
- Gelisah
III. TUJUAN
1. Gangguan rasa nyaman, nyeri berhubungan dengan kerusakan kontinuitas mukosa lambung.
Tujuan yang diharapkan:
Nyeri berkurang/hilang dengan kriteria:
- Merasa rileks
- Mampu tidur/istirahat dengan tenang
- Nadi 80 x/menit
- RR 20 x/menit
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang kurang.
Tujuan yang diharapkan.
Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria:
- Intake nutrisi yang adekuat
- Selera makan meningkat
- BB meningkat
3. Potensial perdarahan berhubungan dengan kerusakan mukosa kapiler.
Tujuan yang diharapkan
Mencegah perdarahan dengan kriteria:
- Klien merasa nyaman/tenang
- Tidak menunjukkan adanya tanda-tanda perdarahan
Hematonesis
Pucat
Kulit dingin
Pusing
Sianotik
IV. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman, nyeri berhubungan dengan kerusakan kontinuitas mukosa lambung.
Tindakan/Intervensi Rasional
Mandiri: Nyeri merupakan pengalaman subjektif
Kaji tingkat nyeri, lokasi dan harus dijelaskan oleh pasien.
lamanya dan karakteristik nyeri Identifikasi karakteristik nyeri dan faktor
serta faktor yang dapat yang berhubungan merupakan hal yang
memperburuk atau meredakan. penting untuk memilih intervensi yang
cocok dan untuk mengevaluasi
keefektifan terapi yang diberikan.
Beri dorongan untuk Relaksasi otot menurunkan peristaltic dan
melakukan aktivitas yang menurunkan nyeri gastritis.
meningkatkan istirahat dan
relaksasi
Anjurkan klien untuk makan Makanan yang mencukupi jumlah partikel
dengan teratur dalam lambung membantu menetralisir
keasaman sekresi lambung
Dorong klien untuk Alkohol pada lambung yang kosong akan
menghindari merokok dan mengikis lapisan mukosa. Merokok
menurunkan masukan menurunkan sekresi bikarbonat pankreas
minuman yang mengandung yang meningkatkan keasaman sedangkan
alkohol ataupun kafein, dan mencerna kafein dapat merangsang
makan yang mengandung gas. sekresi asam lambung.
Masase daerah yang nyeri jika Masase dapat meningkatkan relaksasi
pasien dapat mentoleransi otot, memfokuskan perhatian dan
sentuhan meningkatkan kemampuan koping.
Kompres hangat pada daerah Meningkatkan sirkulasi otot dan
nyeri meningkatkan relaksasi otot
Tindakan kolaboratif Menghilangkan nyeri dan menurunkan
Berikan obat sesuai indikasi aktivitas peristaltic
Analgesik Meningkatkan kenyamanan dan istirahat
Aseraminofen Menurunkan keasaman lambung
Antasida
Berikan dan lakukan Berguna untuk membuat program diet
perubahan diit untuk memenuhi kebutuhan individu
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kurangnya intake oral.
Tindakan/Intervensi Rasional
Mandiri: Makan terlalu banyak mengakibatkan
Berikan makan sedikit tapi rangsangan berlebihan dan berulangnya
sering gejala.
Diskusikan yang disukai Dapat meningkatkan masukan, meningkatkan
klien dan masukkan dalam rasa berpartisipasi.
diet murni
Bantu pasien dalam Kebiasaan diet sebelumnya mungkin tidak
pemilihan makanan/cairan memuaskan pada pemenuhan kebutuhan saat
yang memenuhi kebutuhan ini untuk regenerasi jaringan dan
nutrisi dan pembatasan bila penyembuhan
diet dimulai
Timbang berat badan setiap Mengkaji pemasukan yang adekuat
hari sesuai dengan indikasi
Anjurkan makan pada posisi menurunkan rangsangan penuh pada abdomen
duduk tegak dan dapat meningkatkan pemasukan
Tindakan kolaboratif Berguna untuk membuat program diet
Berikan diet sesuai kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan individu.
Makanan lunak
Berikan obat sesuai indikasi Untuk menekan timbulnya rangsangan
antiemetik yang dapat menghambat intake oral.
EVALUASI.
1. Volume cairan dan elektrolit kembali normal sesuai kebutuhan.
2. Kebutuhan nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan tubuh.
3. Integritas kulit kembali noprmal.
4. Rasa nyaman terpenuhi.
5. Pengetahuan kelurga meningkat.
6. Cemas pada klien teratasi.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Ulkus peptikum mengacu pada rusaknya lapisan mukosa dibagian mana saja di saluran gastro
intestinal, tetapi biasanya di lambung atau duodenum.
2. Gejala yang sering muncul pada ulkus peptikum yaitu nyeri, muntah, konstipasi dan perdarahan.
B. SARAN
1. Untuk mencapai asuhan keparawatan dalam merawat klien, pendekatan dalam proses
keperawatan harus dilaksanakan sedacara sistematis.
2. Pelayanan keperawatan hendaknya dilaksanakan sesuai dengan prosedur tetap dan tetap
memperhatikan dan menjaga privacy klien.
3. Perawat hendaknya selalu menjalin hubungan kerjasama yang baik/ kolaborasi baik kepada
teman sejawat, dokter atau para medis lainnya dalam hal pelaksanaan Asuhan Keperawatan
maupun dalam hal pengobatan kepada klien agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai.
DAFTAR PUSTAKA